Schizoprhenia, Depresi &gangguan Kepribadian.docx

  • Uploaded by: Zakiatu annisa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Schizoprhenia, Depresi &gangguan Kepribadian.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 17,805
  • Pages: 82
1

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Terdapat banyak perilaku abnormal dalam kehidupan. Perilaku Abnormal adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi yang tidak sesuai dengan situasinya. Perilaku menurut kamus bahasa Indonesia adalah tingkah laku seorang manusia/ sikap seorang manusia, sedangkan Abnormal dapat didefinisikan sebagai hal yang jarang terjadi (seperti kidal) atau penyimpangan dari kondisi rata-rata (seperti tinggi badan yang ekstrem). Perilaku Abnormal yang terjadi pada kondisi emosional biasa terjadi kapan saja dalam kehidupan manusia. Mereka kadang-kadang bisa terjadi dan sudah terjadi dalam kehidupan orang lain. Sebuah masalah emosional dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan secara mental dan fisik, diantaranya adalah Schizophrenia, depresi dan gangguan kepribadian. (Wikipedia Bahasa Indonesia, Abnormalitas) Schizophreniaadalah penyakitmental yang menyerangbanyak orang.Sekitar satu darisetiap 100 orang(1 persen) mengalamigangguan tersebutpada beberapa waktu dalam kurun hidupnya. Hal ini terjadidi setiap negara,setiap kebudayaan, setiap kelompok ras, dan setiap tingkat pendapatan. Schizophreniamenyebabkan kehidupanmasyarakat-terutama gejalamembuatnyasulit

untuk

gejalayang

dapat

pekerjaan

dan

mengetahuiapa

mengganggubanyak

yang

aspek

kehidupansosial.Beberapa nyatadan

apa

yang

tidaknyata.Gejala initelahdigambarkan sebagai orang yangmirip dengan “bermimpi ketika anda terjaga”. Gejala schizophrenia yang laindapat menyebabkan masalah denganmotivasi, konsentrasi, dan kesenangan atau kenikmatan.(Menurut Tirto Jiwo, 2012) Depresi, merupakan gangguan emosional atau suasana hati yang buruk yang ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus harapan, perasaan bersalah dan tidak berarti. Sehingga seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) tersebut dapat mempengaruhi motivasi untuk beraktivitas dalam

2

kehidupan sehari-hari maupun pada hubungan interpersonal.(Menurut Aries Dirgayunita, 2016) Gangguan Kepribadian, Gangguan Kepribadian –adalah ciri kepribadian yangkaku dan mengalahkan diri sendiri,sehinggamempengaruhi fungsinya dan bahkan menyebabkan gejala psikiatrik, menyebabkan penderitaan pada pasien atau orang lain atau keduanya dan menimbulkan maladaptasi sosial (teman, keluarga, pekerjaan). Kepribadian demikian nampak tidak seimbang, tanpa koordinasi perilaku yang harmonis. (Menurut M. Faisal Idrus, 2016) B. Rumusan Masalah 1.Apa definisi Skizofrenia? 2. Apa etiologi Skizofrenia? 3. Apa penyebab Schizophrenia? 4. Bagaimana Pencegahan Schizophrenia? 5. Bagaimana Pengobatan Schizophrenia? 6. Bagaimana contoh kasus schizophrenia? 7. Apa Pengertian Depresi? 8. Apa Krakteristik Orang Depresi? 9. Bagaimana Gejala depresi? 10. Apa Penyebab Depresi ? 11. Bagaimana Pencegahan Depresi? 12. Bagaimana Pengobatan pada Depresi? 13. Bagaimana Contoh kasus depresi? 14. Apa Pengertian Gangguan Kepribadian? 15. Bagaimana Ciri-ciri umum gangguan kepribadian? 16. Bagaimana Klasifikasi gangguan kepribadian? 17. Apa Jenis ,Ciri-cirinya, dan pengobatan gangguan kepribadian ? 18. Apa Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian? 19. Bagaimana Manifestasi Klinis gangguan kepribadian? 20. Bagaimana Klasifikasi Gangguan Kepribadian? 21. Bagaimana Terapi Gangguan Kepribadian? 22. Bagaimana Contoh kasus gangguan kepribadian? C. Tujuan Penulisan Makalah

3

1. Umum Untuk mengetahui tentang perilaku abnormal, Schizophrenia, Depresi dan Gangguan Kepribadian. 2. Khusus 1.Mengetahui definisi Skizofrenia 2. Menegtahui etiologi Skizofrenia 3. Mengetahui penyebab Schizophrenia 4. Mengetahui Pencegahan Schizophrenia 5. Mengetahui Pengobatan Schizophrenia 6. Mengetahui contoh kasus schizophrenia 7. Mengetahui Pengertian Depresi 8. Mengetahui Krakteristik Orang Depresi 9. Mengetahui Gejala depresi 10. Mengetahui Penyebab Depresi 11. Mengetahui Pencegahan Depresi 12. Mengetahui Pengobatan pada Depresi 13. Mengetahui

Contoh kasus depresi

14. Mengetahui

Pengertian Gangguan Kepribadian

15. Mengetahui Ciri-ciri umum gangguan kepribadian 16. Mengetahui

Klasifikasi gangguan kepribadian

17. Mengetahui Jenis ,Ciri-cirinya, dan pengobatan gangguan kepribadian 18. Mengetahui Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian 19. Mengetahui Manifestasi Klinis gangguan kepribadian 20. Mengetahui Klasifikasi Gangguan Kepribadian 21. Mengetahui Terapi Gangguan Kepribadian 22. Mengetahui

Contoh kasus gangguan kepribadian

D. Manfaat Penulisan Makalah 1. Bagi Mahasiswa Dapat dijadikan rujukan untuk makalah lebih lanjut terkait mata kuliah psikologi

4

2. Bagi Pembaca Dapat memberikan informasi tentang perilaku abnormal, skizophrenia, depresi dan gangguan kepribadian 3. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan tentang perilaku abnormal, skizophrenia, depresi dan gangguan kepribadian

5

BAB II TINJAUAN TEORITIS

1. Schizophrenia 1.Defenisi Schizophrenia A. Defenisi Secara Etimologi Skizofrenia (/ˌskɪtsoʊˈfrɛniə/ atau /ˌskɪtsoʊˈfriːniə/) adalah gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah.Keadaan ini pada umumnya dimanifestasikan dalam bentuk halusinasi, paranoid, keyakinan atau pikiran yang salah yang tidak sesuai dengan dunia nyata serta dibangun atas unsur yang tidak berdasarkan logika, dan disertai dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan. Faktor penyumbang penting yaitu genetik, lingkungan awal, neurobiologi, serta kondisi psikologis dan proses sosial; beberapa jenis obat resep dan rekreasional sepertinya dapat menjadi penyebab atau kondisi yang memperburuk gejala. Penelitian saat ini difokuskan pada peranan neurobiologi, walaupun tidak ada satupun penyebab organik khusus yang ditemukan. Berbagai kombinasi gejala yang mungkin terjadi telah memicu debat apakah suatu diagnosis mewakili satu kelainan atau beberapa gejala yang berbeda. Terlepas dari etimologi istilah yang berasal dari akar kata bahasa Yunaniskhizein (σχίζειν, "membelah") dan phrēn, phren- (φρήν, φρεν-; "ingatan"), skizofrenia tidak sama sebagai "ingatan terbelah" dan tidak sama dengan gangguan identitas disosiatif yang juga dikenal sebagai "gangguan kepribadian ganda" atau "kepribadian terbelah"—suatu kondisi yang sering tertukar menurut persepsi masyarakat luas. B. Defenisi Secara Umum Schizophrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah.

6

Schizophrenia merupakan gangguan jiwayang umum terjadi dengan karakteristik adanyakerusakan dan keanehan pada pikiran, persepsi,emosi, pergerakan dan perilaku.Skizofrenia didefinisikan sebagai penyakit mental dengan gangguan otak yang kompleks. C. Defenisi Menurut Ahli a.Menurut Eugene Bleuler, ahli psikiatri, mendefinisikanskizofrenia sebagai schizos yang berarti terbelah atau terpecah dan phrein yangberarti otak. b.Menurut Nevid dkk, (2002:110) skizofrenia adalah penyakit pervasifyang mempengaruhi lingkup yang luas dari proses psikologis mencakup kognisi,afek, dan perilaku. Mereka kehilangan jati diri dan mengalami kegagalan dalammenjalankan peran dan fungsinya di dalam masyarakat. Pikiran dan perasaanyang tidak seimbang menyebabkan penderita skizofrenia terputus dari realitas. 1. Menurut Docherty, Hall & Gordiner (1998) Skizofrenia adalah kelainan psikiatrik kronis, termasuk gangguan mental yang sangat berat. 2. Menurut Nancy Andreasen, (2008) dalam Broken Brain, The Biological Revolution in Psychiatry, bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan Skizofrenia ( Schizophrenia ) merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik (Yosep, 2010). 3.Melinda

Herman,

(2008)

yang

dikutip

dalam

buku

(Direja,

2011),

mendefinisikan Skizofrenia ( Schizophrenia ) sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya (Neurological disease that effects a persons perception, thinking, language, emotion, and social behavior) 4. Menurut Maramis, Skizofrenia ( Schizophrenia ) merupakan bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogennya sangat kurang (Maramis 2004).

7

2. Etiologi Skizofrenia ( Schizophrenia ) A. Secara Umum Berikut ini akan dipaparkan beberapa penyebab gangguan skizofrenia dari berbagai sudut pandang. a. Data Genetik 1.Studi Keluarga : Kerabat pasien skizofrenia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami skizofrenia. Risiko tersebut semakin tinggi bila hubungan kekerabatan semakin dekat 2.Studi Orang Kembar : Kembar identik cenderung memiliki risiko yang lebihtinggi untuk mengalami skizofrenia 3.Kembar identik memiliki gambaran struktur otak yang memiliki kemiripan. 4.Studi Adopsi : Menemukan bahwa keturunan atau faktor genetik untuk menurunkan gangguan skizofrenia B. Faktor Biokimia 1.Aktivitas Dopamin 2.Perbedaan struktur otak individu yang normal dan skizofrenia. Aktivitas neurotransmitter dopamin yang berlebihan. C. Faktor Sosial 1. Kelas Sosial dan Skizofrenia Beberapa orang percaya bahwa stresor yang berhubungan dengan kelas sosial rendah dapat menyebabkan atau berkontribusi terjadinya skizofrenia yaitu hipotesis sosiogenik. Stressor itu diantaranya : a)Perlakuan merendahkan yang diterima seseorang dari orang lain b)Tingkat pendidikan yang rendah c)Kurangnya penghargaan dari orang lain d)Rendahnya motivasi dan kurangnya kemampuan dalam menghadapi permasalahan yang ada 2.Keluarga dan Skizofrenia. Penyebab itu diantaranya adalah : a)Hubungan anak dan orangtua b)Komunikasi yang terjalin antara anak dan orangtua

8

D.Menurut Ahli Menurut

Marimis

(2004)

dikatakan

bahwa

penyebab

Skizofrenia

( Schizophrenia ) ada 7 berikut paparan ketujuh penyebab Skizofrenia ( Schizophrenia ) yaitu: 1.Keturunan Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %,bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia ( Schizophrenia ) 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % 2.Endokrin Teori

ini

dikemukakan

berhubungan

dengan

sering

timbulnya

Skizofrenia ( Schizophrenia ) pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan. 3.Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia ( Schizophrenia ) tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik. 4.Susunan saraf pusat Penyebab Skizofrenia ( Schizophrenia ) diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada di ensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan precipitati atau merupakan artefak pada waktu membuat sediaan. 5.Teori Adolf Meyer Skizofrenia ( Schizophrenia ) tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi

9

timbulnya Skizofrenia ( Schizophrenia ) . Menurut Meyer Skizofrenia ( Schizophrenia ) merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama-kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). 6.Teori Sigmund Freud Skizofrenia ( Schizophrenia ) terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun precipi (2) super ego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisme dan (3) kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin 7.Eugen Bleuler Penggunaan istilah Skizofrenia ( Schizophrenia ) menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah-belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia ( Schizophrenia ) menjadi 2 (dua) kelompok yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain). 3.Proses Terjadinya Skizofrenia ( Schizophrenia ) Di dalam otak terdapat milyaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat untuk meneruskanmaupun menerima pesan dari sambungan sel yang lain. Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang membawa pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke sambungan sel yang lain. Di dalam otak yang terserang Skizofrenia ( Schizophrenia ) , terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut. Bagi keluarga dengan penderita schizoprenia di dalamnya, akan mengerti dengan jelas apa yang dialami penderita schizoprenia dengan membandingkan otak dengan telepon. Pada orang normal, sistem switch pada otak bekerja dengan normal. Sinyal-sinyal persepsi yang datang dikirim kembali dengan sempurna tanpa ada gangguan sehingga menghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya melakukan tindakan sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak klien schizophrenia, sinyal-sinyal yang

10

dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel yang dituju. Skizofrenia ( Schizophrenia )

terbentuk secara bertahap dimana keluarga

maupun klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi Skizofrenia ( Schizophrenia )

yang tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul

secara perlahan-lahan ini bisa saja menjadi schizophrenia acute. Periode Skizofrenia ( Schizophrenia )

akut adalah gangguan yang singkat dan kuat, yang meliputi

halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikir. Kadang kala Skizofrenia ( Schizophrenia )

menyerang secara tiba-tiba.

Perubahan perilaku yang sangat dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Serangan yang mendadak selalu memicu terjadinya periode akut secara tepat. Beberapa penderita mengalami gangguan seumur hidup, tapi banyak juga bisa kembali hidup secara normal dalam periode akut tersebut. Kebanyakan didapati bahwa mereka dikucilkan, menderita depresi yang hebat, dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya orang normal dan lingkungannya. Dalam beberapa kasus, serangan dapat meningkat menjadi apa yang disebut Skizofrenia ( Schizophrenia ) kronis. Klien menjadi buas, kehilangan karakter sebagai manusia dalam kehidupan sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, dan tidak memiliki kepekaaan tentang perasaannya sendiri (Yosep, 2010). 4. Kriteria Schizophrenia Menurut Davison.dkk (2006) individu dengan gangguan skizofrenia memiliki karakteristik sebagai berikut : 1.Berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis 2.Persepsi dan perhatian yang keliru 3.Afek yang datar atau tidak sesuai 4.Aktivitas motorik yang bizarre 5.Menarik diri dari orang lain dan kenyataan 4. Simtom Schizophrenia a. Menurut Davison.dkk (2006) simtom yang dialami pasien skizofrenia mencakup gangguan dalam beberapa hal penting diantaranya :

11

a)Pikiran b)Persepsi c)Perhatian d)Perilaku motorik e)Afek atau emosi f)Keberfungsian hidup b.Simtom Umum Skizofrenia Simtom pada gangguan skizofrenia diantaranya meliputi : a)Simtom Positif Davison.dkk (2006) mengungkapkan bahwa simtom positif mencakup hal-hal yang berlebihan dan distorsi. Hal itu meliputi : 1. Delusi (Waham) : Keyakinan yang berlawanan dengan kenyataan. Antara lain: a)Waham curiga, b)Waham kebesaran c)Waham berdosa d)Waham cemburu. e)Waham Bizarre. Misalnya : 1.Pasien yakin bahwa pikiran yang bukan berasal dari dirinya dimasukkan ke

dalam pikiran oleh suatu sumber eksternal.

2.Pasien yakin bahwa pikiran mereka disiarkan dan ditransmisikan sehingga

orang lain mengetahui apa yang mereka pikirkan.

3.Pasien berpikir bahwa pikiran mereka telah dicuri secara tiba-tiba dan tanpa terduga oleh sesuatu kekuatan eksternal. 4.Pasien yakin bahwa perasaan atau perilaku mereka dikendalikan oleh sesuatu kekuatan eksternal. 2. Halusinasi : Suatu pengalaman indrawi tanpa adanya stimulasi dari lingkungan. Halusinasi tersebut meliputi : a)Halusinasi Visual b)Halusinasi Auditorik c)Halusinasi Olfaktori

12

3. Ilusi : Interpretasi yang salah terhadap suatu obyek yang dilihat. Seolah-olah seperti melihat seseorang jalan di atas gedung padahal tidak ada yang berjalan. b)Simtom Negatif 1. Avoilition : Kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan aktivitas rutin 2. Alogia : Ditunjukkan dari miskinnya isi percakapan 3. Anhedonia : Ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan 4. Afek Datar : Tidak ada stimulus yang dapat memunculkan respon emosional 5. Asosialitas : Mengalami ketidakmampuan parah dalam hubungan sosial c)Simtom Disorganisasi Mencakup disorganisasi pembicaraan dan perilaku aneh (bizarre). Disorganisasi pembicaraan merujuk pada masalah dalam mengorganisasi berbagai pemikiran dalam bicara. Disorganisasi pembicaraan meliputi : 1. Inkoherensi : Tidak ada saling keterkaitan satu sama lain dalam suatu percakapannya. 2. Asosiasi Longgar atau Derailment : Terlalu banyak ide atau pokok pikiran dalam suatu percakapan. Sulit fokus pada satu ide pokok pikiran. 3. Perilaku aneh d)Simtom Lain 1. Katatonia : Para pasien dapat melakukan suatu gerakan berulang kali, menggunakan urutan yang aneh. 2. Imobilitas Katatonia : Menunjukkan berbagai postur yang tidak biasa dan tetap dalam posisi demikian dalam waktu yang lama. 3. Afek yang tidak sesuai : Respon emosional yang tidak sesuai dengan kondisi yang dihadapi. 5. Tanda gejala Skizofrenia ( Schizophrenia ) Secara umum gejala serangan Skizofrenia ( Schizophrenia ) dibagi menjadi 2 (dua), yaitu gejala positif dan gejala negatif (Yosep, 2010) :

13

1.Gejala Positif Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu menginterpretasikan dan merespon pesan atau rangsangan yang datang. Klien Skizofrenia ( Schizophrenia ) mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucination, gejala yang biasanya timbul, yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri. Penyesatan

pikiran

(delusi)

adalah

kepercayaan

yang

kuat

dalam

menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan keyakinan. Misalnya, pada penderita Skizofrenia ( Schizophrenia ) , lampu trafik di jalan raya yang berwarna merah-kuning-hijau, berubah menjadi seorang paranoid. Mereka selalu merasa sedang diamat-amati, diintai, atau hendak diserang. Kegagalan berpikir mengarah kepada masalah dimana klien Skizofrenia ( Schizophrenia ) tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya. Kebanyakan klien tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika. Karena klien Skizofrenia ( Schizophrenia ) tidak mampu mengatur pikirannya membuat mereka berbicara

secara

serampangan

dan

tidak

bisa

ditangkap

secara

logika.

Ketidakmampuan mengendalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita Skizofrenia ( Schizophrenia ) tertawa atau berbicara sendiri dengan keras tanpa memedulikan sekelilingnya. Semua itu membuat penderita Skizofrenia ( Schizophrenia )

tidak bisa

memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia. Dia juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada, dan sebagainya. 2.Gejala negatif Klien Skizofrenia ( Schizophrenia )

kehilangan motivasi dan apatis berarti

kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas. Karena klien Skizofrenia ( Schizophrenia )

hanya memiliki energi yang

sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat emosi klien Skizofrenia ( Schizophrenia )

menjadi

14

datar. Klien Skizofrenia ( Schizophrenia ) tidak memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa klien Skizofrenia ( Schizophrenia ) tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka. Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian dari hidup klien Skizofrenia ( Schizophrenia ) . Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Perasaan depresi adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Di samping itu, perubahan otak secara biologis juga memberi andil dalam depresi. Depresi yang berkelanjutan akan membuat klien Skizofrenia ( Schizophrenia ) menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila sendirian. Dalam beberapa kasus, Skizofrenia ( Schizophrenia ) menyerang manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun, tetapi serangan kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Skizofrenia ( Schizophrenia )

bisa menyerang siapa saja tanpa

mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi. Diperkirakan penderita Skizofrenia ( Schizophrenia ) sebanyak 1% dari jumlah manusia yang ada di bumi. Gejala Schizophrenia Schizophrenia

lebih

sering

meliputi

halusinasi

dan/atau

delusi,

yang

mencerminkan distorsi dalam persepsi dan interpretasi tentang realitas. Hampir sepertiga dari mereka yang didiagnosis dengan schizophrenia akan mencoba bunuh diri. Sekitar 10 persen dari mereka yang didiagnosis dengan kelainan ini akan bunuh diri dalam waktu 20 tahun dari awal munculnya gangguan ini. Timbulnya schizophrenia pada kebanyakan muncul secara bertahap yang umumnya terjadi pada tahap dewasa awal - biasanya di awal 20-an. Kerabat dan teman sudah dapat melihat tanda-tanda peringatan dini jauh sebelum gejala utama schizophrenia terjadi pada pasien. Selama fase awal, seseorang mungkin terlihat tak memiliki tujuan hidup, menjadi semakin eksentrik dan tidak termotivasi. Mereka akan mengisolasi diri dan mulai menghindari keluarga dan teman-teman mereka. Klasifikasi saat ini menyatakan bahwa gejala psikosis harus telah hadir untuk setidaknya satu bulan dalam jangka waktu setidaknya enam bulan berfungsi terganggu.

15

Sebuah psikosis seperti schizophrenia durasi yang lebih singkat disebut gangguan schizophreniform. Remaja akhir dan dewasa awal adalah tahun puncak bagi timbulnya schizophrenia. Dalam 40% pria dan 23% perempuan didiagnosa menderita schizophrenia, kondisi timbul sebelum usia 19. Ini adalah periode penting dalam perkembangan dewasa muda sosial dan kejuruan, dan mereka dapat menjadi sangat terganggu. Untuk meminimalkan efek dari schizophrenia, banyak pekerjaan baru-baru ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengobati tahap (pra-onset) prodromal penyakit, yang telah terdeteksi sampai 30 bulan sebelum timbulnya gejala, tetapi mungkin ada lagi. Mereka yang terus mengembangkan schizophrenia mungkin mengalami gejala non-spesifik sosial, penarikan iritabilitas dan dysphoria pada periode prodromal, dan sementara atau membatasi diri gejala psikotik pada fase prodromal sebelum psikosis menjadi jelas.

Berikut

adalah

tanda-tanda

yang

menunjukkan

seseorang

mengalami

schizophrenia, seperti dilansir psychcentral.com: 1. Mengisolasi diri atau menarik diri dari pergaulan social. 2. Irasional, mengatakan atau meyakini sesuatu yang aneh atau ganjil . 3. Peningkatan paranoia atau mempertanyakan motivasi orang lain. 4. Mudah emosi. 5. Permusuhan atau kecurigaan. 6. Peningkatan ketergantungan pada obat-obatan atau alkohol (dalam upaya untuk mengobati diri). 7. Kurangnya motivasi. 8. Berbicara dengan cara yang aneh tidak seperti diri mereka sendiri. 9. Sering tertawa pada waktu yang tidak tepat. 10. Insomnia atau susah tidur. 11. Penurunan dalam penampilan pribadi dan kebersihan.

Meskipun tidak ada jaminan bahwa seseorang yang mengalami satu atau lebih gejala-gejala di atas menderita skizofrenia, sebelas tanda di atas bisa menjadi acuan untuk mengenali apakah ada gangguan yang diderita seseorang.

Adapun klasifikasi dari Psikiater Kurt Schneider (1887-1967) atau yang sering dikenal dengan Klasifikasi Schneiderian yang terdaftar bentuk gejala psikotik yang ia

16

berpikir skizofrenia dibedakan dari gangguan psikotik lainnya. Ini disebut pertama-peringkat gejala atau pertama-peringkat Schneider gejala, dan mereka termasuk delusi menjadi dikontrol oleh kekuatan eksternal; keyakinan bahwa pikiran sedang dimasukkan ke dalam atau ditarik dari pikiran sadar seseorang, keyakinan bahwa pikiran seseorang sedang disiarkan ke orang lain, dan suara-suara halusinasi pendengaran yang mengomentari pikiran seseorang atau tindakan atau yang melakukan percakapan dengan suara halusinasi lain. Meskipun mereka telah memberikan kontribusi untuk kriteria diagnostik saat ini, spesifisitas gejala peringkat pertama telah dipertanyakan. Sebuah tinjauan dari studi diagnostik yang dilakukan antara 1970 dan 2005 menemukan bahwa studi ini tidak memungkinkan suatu konfirmasi ulang atau penolakan

terhadap

klaim

Schneider,

dan

menyarankan

bahwa

peringkat

pertama-gejala menjadi de-ditekankan dalam revisi masa depan sistem diagnostik. Schizophrenia sering dijelaskan dalam hal positif dan negatif (atau defisit) gejala. Gejala-gejala positif merujuk pada gejala yang sebagian besar individu biasanya tidak pengalaman. Mereka termasuk delusi, halusinasi pendengaran, dan gangguan berpikir, dan biasanya dianggap sebagai manifestasi psikosis. Gejala negatif dinamakan demikian karena mereka dianggap sebagai kerugian atau tidak adanya sifat normal atau kemampuan, dan termasuk fitur seperti mempengaruhi datar atau tumpul dan emosi, kemiskinan berbicara (alogia), ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan (anhedonia), kurangnya keinginan untuk membentuk hubungan (asociality), dan kurangnya motivasi (avolition). Penelitian menunjukkan bahwa gejala negatif memberikan kontribusi lebih terhadap kualitas hidup yang buruk, cacat fungsional, dan beban pada orang lain daripada gejala positif. 6,.Penyebab Schizophrenia Tak seorang pun mampu menentukan satu Penyebab Schizophrenia. Para ahli percaya beberapa faktor umumnya terlibat sebagai penyebab timbulnya skizofrenia. Berikut daftar faktor-faktor yang diduga menjadi Penyebab Schizophrenia : 1. Gen Keluarga Penyebab Schizophrenia yang pertama adalah faktor Gen keluarga. Jika tidak ada riwayat schizophrenia dalam keluarga, maka resiko untuk menderita schizophrenia

17

hanya kurang dari 1%. Namun, risiko menderita schizophrenia akan naik 10% jika salah satu orangtua kita adalah penderita dari Schizophrenia. Sebuah penelitian di Swedia menemukan bahwa schizophrenia dan gangguan bipolar memiliki penyebab genetik yang sama. Peneliti utama Profesor Patrick Sullivan, dari Universitas Kedokteran North Carolina mengatakan bahwa penelitian tersebut memberikan gambaran jelas untuk memahami lebih lanjut tentang schizophrenia. Tujuannya adalah mencari cara menonaktifkan penyakit mental ini. 2. Ketidak-seimbangan kimia di otak Para ahli percaya bahwa ketidakseimbangan dopamin sangat berpengaruh sebagai penyebab timbulnya schizophrenia. Mereka juga percaya bahwa ketidakseimbangan ini kemungkinan besar disebabkan oleh gen yang membuat Anda rentan terhadap penyakit. Beberapa peneliti mengatakan lain kadar serotonin juga mungkin menjadi penyebabnya. Perubahan fungsi otak yang terkunci, seperti persepsi, emosi dan perilaku, membuat para ahli menyimpulkan bahwa otak adalah situs biologis schizophrenia. Schizophrenia dapat disebabkan oleh sinyal yang rusak di otak, menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Molecular Psychiatry. 3. Hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga Meskipun tidak ada bukti untuk membuktikan atau bahkan menunjukkan bahwa hubungan keluarga dapat menyebabkan schizophrenia, beberapa pasien dengan penyakit percaya bahwa ketegangan keluarga dapat memicu kekambuhan. 4. Lingkungan Sekitar. Schizophrenia sering ditemukan muncul didahului oleh stres. Sebelum gejala akut yang jelas, orang dengan schizophrenia dapat menjadi pemarah, pencemas, dan tidak fokus. Hal ini dapat memicu masalah hubungan, perceraian dan pengangguran. Faktor-faktor ini sering disalahkan atas timbulnya penyakit, meski yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu penyakitlah yang menyebabkannya. Oleh karena itu, sangat sulit

18

untuk mengetahui apakah schizophrenia disebabkan tekanan tertentu atau terjadi sebagai akibat dari tekanan tersebut. 5. Obat-Obatan Tertentu Ganja dan LSD diketahui dapat menyebabkan schiphrenia kambuh. Menurut Pemerintah Negara Bagian Victoria di Australia, untuk orang-orang yang memiliki schizophrenia, penggunaan ganja dapat memicu kekambuhan penyakit yang bisa menjadi kondisi yang melumpuhkan dan berlangsung selama sisa hidup mereka. Selain itu, beberapa obat yang diresepkan juga dapat menyebabkannya. Sebenarnya penyebab penyakit schizophrenia belum diketahui secara pasti oleh para ahli kesehatan. Namun ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh dalam pembentukan kondisi ini, di antaranya: a)

Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamine (zat neurotransmiter yang bertugas membawa pesan antar sel-sel otak).

b)

Bentuk struktur otak dan sistem saraf pusat yang tidak normal.

c)

Genetik yang diturunkan dari orangtua (penyakit keturunan).

d)

Kekurangan oksigen, kekurangan nutrisi, dan terpapar racun atau virus saat masih di dalam kandungan ibu.

e)

Lahir premature dan lahir dengan berat badan di bawah normal.

f)

Peningkatan aktivasi pada sistem kekebalan tubuh akibat penyakit autoimun dan peradangan.

g)

Penyalahgunaan obat-obatan terlarang, seperti amfetamin, kokain, dan ganja. Tiga penelitian besar menunjukkan bahwa remaja pecandu ganja yang masih berusia di bawah 15 tahun memiliki risiko empat kali lipat untuk terkena schizophrenia sebelum usia 26 tahun dibandingkan remaja seumuran yang tidak memakai ganja. Di sisi lain, penggunaan kokain dan amfetamin bisa menyebabkan kumatnya gejala schizophrenia pada penderita yang sudah sembuh dan memicu gejala psikosis. Psikosis bisa dikenali dari perubahan drastis pada perilaku penderita schizophrenia, misalnya tiba-tiba bingung, cemas, marah, atau curiga pada orang-orang di sekitar.

7. Pencegahan Schizophrenia

19

Pada data tahun 1985 dan 1997, disebutkan bahwa schizophrenia diderita oleh sekira lebih dari 1% penduduk di seluruh dunia. Akan tetapi, jumlah yang sesungguhnya diperkirakan jauh lebih besar. Angka tersebut diumpamakan seperti fenomena gunung es. Untuk menghindari hal tersebut, yang terpenting adalah upaya pencegahan. Pencegahan primer merupakan upaya yang paling strategis karena mencegah terjadinya kasus baru skizofrenia(Prof. Dr. dr. Tuti Wahmurti Arie Sapiie, SpKJ (K)). Prof. Dr. dr. Tuti Wahmurti Arie Sapiie, SpKJ (K) dalam orasi ilmiahnya yang berjudul

“Upaya Pencegahan Skizofrenia Melalui Pendekatan Biologik dan

Psikososial Secara Holistik”. Orasi tersebut dibacakan dalam acara Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Kedokteran Jiwa pada Fakultas Kedokteran Unpad di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Jumat (19/2). Menurut Prof. Tuti, terdapat 3 bentuk Pencegahan Primer: 1. Pencegahan Universal, ditujukan kepada populasi umum agar tidak terjadi faktor risiko. Caranya adalah mencegah komplikasi kehamilan dan persalinan. 2. Pencegahan Selektif, ditujukan kepada kelompok yang mempunyai risiko tinggi dengan cara, orang tua menciptakan keluarga yang harmonis, hangat, dan stabil. 3. Pencegahan

Terindikasi,

yaitu

mencegah

mereka

yang

baru

memperlihatkan tanda-tanda fase prodromal tidak menjadi schizophrenia yang nyata, dengan cara memberikan obat antipsikotik dan suasana keluarga yang kondusif. Schizophrenia sendiri merupakan gangguan jiwa yang paling berat, menyerang bagian yang sangat inti dari manusia yaitu persepsi, pikiran, emosi dan perilaku, sehingga gejalanya sangat kompleks dan bercampur baur. Pada penderita schizophrenia yang terganggu adalah sirkuit saraf otaknya, sehingga kadang-kadang disebut misconnection syndrome. Kemampuan berpikir dan merasakan yang tidak terorganisasi, tidak berkaitan atau salah mengaitkan, terjadi karena adanya gangguan pada sirkuit saraf pada iregion-regio otak terkait untuk mengirimkan dan menerima pesan secara efisien dan tepat.

20

8. Pengobatan Schizophrenia Dalam menangani schizophrenia, dokter akan mengombinasikan obat-obatan dengan terapi psikologis. Obat yang biasa diresepkan dalam kasus ini adalah antipsikotik. Antipsikotik bekerja dengan cara memengaruhi zat neurotransmiter di dalam otak (serotonoin dan dopamine). Pada penderita schizophrenia, obat ini bisa menurunkan agitasi dan rasa cemas, menurunkan atau mencegah halusinasi dan delusi, serta membantu menjaga kemampuan berpikir dan mengingat. Antipsikotik digunakan dalam dua cara, yaitu oral (umumnya bentuk pil) dan suntik. Pada pasien yang mudah diatur, dokter biasanya akan memberikan pil antipsikotik. Namun sebaliknya, pada pasien yang menolak diberikan obat, terpaksa harus disuntik. Untuk menenangkan pasien yang mengalami agitasi, dokter biasanya akan memberikan benzodiazepine terlebih dahulu sebelum menyuntikkan antipsikotik. Ada dua kelompok obat-obatan antipsikotik, yaitu antipsikotik generasi lama (misalnya fluphenazine, perphenazine, chlorpromazine dan haloperidol) dan generasi baru (misalnya clozapine , ziprasidone, quetiapine, olanzapine, risperidone, aripiprazole, dan paliperidone). Efek samping yang ada pada kedua kelompok antipsikotik ini adalah peningkatan berat badan, sembelit , mengantuk, pandangan kabur, mulut kering, dan berkurangnya gairah seks. Sedangkan efek samping yang hanya ada pada antipsikotik generasi lama adalah otot terasa berkedut, badan gemetar, dan kejang otot. Saat ini, antipsikotik generasi baru merupakan obat yang paling sering direkomendasikan oleh dokter karena terbukti memiliki risiko efek samping yang lebih rendah. Bagi penderita schizophrenia yang telah melewati episode akut, pemberian antipsikotik harus tetap dilakukan selama 1-2 tahun untuk mencegah kambuh. Namun selama periode akut belum reda, biasanya dokter akan menyarankan perawatan di rumah sakit jiwa agar kebersihan, nutrisi, kebutuhan istirahat, dan keamanan penderita terjamin. Setelah gejala schizophrenia reda, penderita membutuhkan terapi psikologis di samping harus tetap melanjutkan konsumsi obat. Di dalam terapi psikologis, penderita

21

akan diajari cara mengatasi stres dan mengendalikan penyakit mereka melalui identifikasi tanda-tanda kambuh. Selain itu, penderita juga akan diajari cara meningkatkan kemampuan komunikasi agar bisa tetap berinteraksi secara sosial. Terapi ini juga bermanfaat untuk kembali mengembangkan kemampuan penderita dalam bekerja.Terapi psikologis tidak hanya diperuntukkan bagi penderita. Ahli terapi juga perlu memberikan edukasi pada keluarga penderita tentang cara menghadapi schizophrenia. Sejak abad 20, psikiatri mengalami kemajuan yang pesat dengan ditemukannya obat antipsikotik pertama pada tahun 1950-an dan dapat dilakukannya pencitraan otak penderita skizofrenia dengan alat kedokteran yang canggih. “Perkembangan ini membawa harapan bagi penderita schizophrenia dan psikiatri menjadi disiplin ilmu kedokteran yang rentangnya dari fakta biologi molekuler yang sangat rinci sampai ke konsep abstrak tentang jiwa,” jelas Prof. Tuti yang hingga sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Penanggulangan AIDS Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. 9. Contoh kasus schizophrenia Contoh kasus yang digunakan adalah sebuah Film berjudul A BEAUTIFUL MIND. 1. Permasalahan Dalam film A Beautifull Mind, di ceritakan kisah seorang pria yang bernama John Nash, seorang jenius dari Virginia yang merupakan salah satu penerima beasiswa Carnegie. Sosok John Nash merupakan pribadi yang sadar akan ketidakmampuannya dalam bersosialisasi dan dia pun merasa orang lain juga tak menyukainya, namun dia menyukai keadaan tersebut. John Nash memiliki teman sekamar bernama Charles Herman yang cukup dekat dengannya saat kuliah dan kembali bertemu setelah bekerja, namun terakhir diketahui bahwa ternyata keberadaan Charles Herman hanyalah sesosok Khayalan yang dibuatnya. Awal permasalahan mulai muncul ketika John Nash berpikir bahwa dirinya di sewa oleh pemerintah melalui Wiliam Parcher untuk suatu pekerjaan rahasia karena kejeniusannya, dia melakukan pekerjaan layaknya seorang agen rahasia hingga dia mengalami suatu kejadian yang membuatnya ingin berhenti dari pekerjaannya tersebut, namun Wiliam Parcher justru melarangnya. Sehingga John Nash merasa

22

tertekan dan merasa selalu di ikuti, dia merasa dirinya dianggap penting sehingga tidak segera dibunuh.Dan terakhir pun diketahui bahwa William Parcher dan misi rahasia itu semua hanyalah khayalan yang dibuatnya sendiri. Istrinya, Alicia large yang merasakan kejanggalan perilaku suaminya yang menghubungi

seorang psikiater yang bernama Dr. Rozen untuk mengobati

suaminya. Pengobatan medis selama 10 minggu cukup mengembalikan kesehatan jiwanya, namun tidak lama penyakitnya tersebut kembali dan disinilah John Nash dibantu istrinya Alicia Large berjuang untuk melawan dan “mengabaikan” sosok khayalan yang terus berusaha mengusiknya. Meskipun sempat istrinya stress namun tetap bertahan demi sosok lelaki yang dinikahinya dan terus mendukung suaminya, Sehingga akhirnya dia mampu membedakan yang mana nyata dan yang mana delusi. Dan pada akhir cerita, dia mendapatkan nobel atas penelitiannya yang selama ini dia lakukan. 2.

Diagnosa

Somptom + a. Delusi (waham) - Waham

kebesaran (grandiose); subjek (john nash) memiliki keyakinan bahwa dia

memiliki hubungan khusus dengan orang terkenal. Dalam kasus ini john menganggap bahwa dirinya penting dan sangat berpengetahuan, karena ia mampu memecahkan kode sandi alami. Dalam kasus ini, john diminta untuk bekerja sama dengan pihak sipil untuk membantu mencari kode sandi rahasia dalam peledakan bom yang akan dilakukan di negara Amerika. Jika ia berhasil menemukan kode sandi tersebut, maka pengeboman yang direncanakan terhadap negara Amerika akan batal. Dalam artian bahwa pengeboman di wilayah Amerika tidak akan terjadi. - Waham

kejar; subjek merasa bahwa ia selalu diikuti oleh pihak sipil. Ia merasa

bahwa setiap gerak geriknya diawasi oleh pihak sipil. Ia merasa bahwa ia dimata-matai oleh pihak negara yang akan melakukan pengeboman terhadap Amerika. Ia merasa keberadaanya tidak aman, sehingga ia bermaksud untuk menolak kerja sama terhadap pihak sipil dalam upaya penyelamatan negara agar dirinya dapat selamat dari incaran teroris karena telah berusaha mencegah rencana pengeboman.

23

b. Halusinasi John nash selalu melihat dan mendengar suara-suara orang yang mengawasi setiap perilakunya. Orang-orang tersebut adalah tokoh yang dimunculkan dalam khayalannya, yaitu: Charles Herman William Parcher

teman sekamar saat di asrama pihak sipil, yang mengajaknya bekerja sama dalam

mencegah pngeboman. Mercee

keponakan

dari Charles Herman Simptom – a. Avolution/apati John mengalami kesuulitan dalam melakukan aktivitasnya di rumah, ia hanya selalu duduk terdiam di kursi tanpa jelas memikirkan apa. Ia tidak melakukan pekerjaan apa pun. Dalam rumahnya ia

hanya duduk dan merokok, mengurus anak, membersihkan

rumah, dan bahkan mencari pekerjaan pun tidak ia lakukan. b. Anhedonia Ia kurang tertarik dalam berbagai aktivitas rekreasional, ia kurang mampu dalam menjalin hubungan pribadi engan seorang wanita, dan ia pun tidak begitu tertarik dengan hubungan seks. c. Asosialitas John hanya memiliki tsedikit teman, karena ia kurang bergaul dengan lingkungan sosialnya dan bahkan kurang berminat untuk berkumpul dengan orang lain. Bahkan ia pun tidak berminat untuk keluar rumah dan berinteraksi dengan orang-orang disekitar tempat tinggalnya. Ia hanya sibuk dengan dirinya sendiri. d. Simtom disorganisasi Dalam hal ini subjek memiliki perilaku aneh (bizarre), ia selalu menuliskan ide-idenya di kaca jendela, dan ia selalu mengoleksi berbagai media massa seperti

24

koran, majallah dan mengguntingnya. Ia menganggap bahwa kesemuanya itu adalah sumber informasi baginya untuk memecahkan kode. Bahkan ia selalu mengirim surat rahasia kepada pemerintah mengenai rencana pengeboman tersebut, yang sebenarnya hanyalalah khayalannya. e. Diagnosis Diagnosis skizofrenia pada subjek adalah adanya waham/delusi.Dalam hal ini subjek mengalami waham kejar dan waham kebesaran. Kriteria skizofrenia dalam DSM-TR-IV Terdapat dua atau lebih simptom-simtom berikut dengan porsi waktu yang signifikan selama sekurang-kurangnya 1 bulan: waham, halusinasi, disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik, somtom-simtom negatif Keberfungsian sosial dan

pekerjaan menurun sejak timbulnya gangguan

Gejala-gejala gangguan terjadi selam sekurang-kurangnya 6 bulan; sekuranng-kurangnya 1 bulan untuk simtom-simtom pada poin pertama; selebihnya simtom-simtom negatif atau simtom lain pada poin pertama dalam bentuk ringan. Dalam kasus John Nash dalam film ‘’a beatiful mind’’, subjek mengalami simto-simtom negatif dan positif telah lebih dari 6 bulan. Bahkan telah bertahun-tahun. Berdasarkan pada DSM TR-IV, dengan berbagai simtom yang muncul pada subjek, maka subjek dapat diktegorikan menderita skizofrenia tipe Paranoid (Skizofrenia Paranoid) Penderita skizofrenia paranoid selalu cemas, marah, argumentatif, dan kadang kasar. Bahasa yang digunakan meskipun merujuk pada delusi, namun tidak mengalami disorganisasi. f. Diagnosa banding Simtom positif yang terdapat pada pasien skizofrenia seperti waham. Meskipun waham terjadi pada lebih dari separuh orang penderita skizofrenia namun juga terdapat pada pasien diagnosis lain seperti mania, depresi delusional, dan gangguan waham. 3. Pembahasan

25

Pendekatan psikologi yang digunakan dalam pembahasan ini adalah pendekatan Psikososial. Sullivan dalam Kaplan dan Sadock (2003) mengemukakan teori psikodinamika skizofrenia berdasarkan perjalanan-perjalanan klinik, di mana pusat dari psikopatologinya adalah gangguan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Lingkungan, terutama keluarga memegang peran penting dalam proses terjadinya skizofrenia. Pernyataan ini juga berlaku sebaliknya, lingkungan, terutama keluarga memegang peran penting dalam proses penyembuhan skizofrenia. Sebab, dikatakan oleh Sullivan bahwa skizofrenia merupakan hasil dari kumpulan pengalaman-pengalaman traumatis dalam hubungannya dengan lingkungan selama masa perkembangan individu (Akbar, 2008). Titik berat penelitian-penelitian tentang dukungan sosial keluarga dan gangguan psikotik terutama skizofrenia adalah pada efek yang menghapuskan hubungan traumatik sendiri seperti pernyataan emosi, rasa kebersamaan yang semu, mencari kambing hitam dan keterikatan ganda. Aspek-aspek dukungan sosial keluarga terdiri dari empat aspek yaitu aspek informatif, aspek emosional dan aspek penilaian atau penghargaan serta aspek instrumental, sebagaimana yang dikatakan oleh House dan Kahn (1995) tersebut di atas di titik beratkan pada besar dan padatnya jaringan kerja sosial, misalnya hubungan dengan keluarga dan sifat-sifat hubungan sebelumnya (Akbar,2008). Sama halnya dalam film A Beautifull Mind, dukungan sang istri dalam kesembuhan John Nash sangat besar dalam proses penyembuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa kuat lemahnya dukungan sosial keluarga terhadap penderita berpengaruh terhadap tingkat kesembuhan skizofrenia.Semakin kuat dukungan sosial keluarga terhadap penderita memungkinkan semakin cepat tingkat kesembuhan skizofrenia.Sebaliknya semakin lemah dukungan sosial keluarga terhadap penderita memungkinkan semakin lama tingkat kesembuhan skizofrenia.Demikian juga halnya dengan kekambuhan skizofrenia, terkait dengan kuat lemahnya dukungan sosial keluarga. Pemberian obat antipsikotik dapat mengurangi resiko kekambuhan, tetapi obat-obatan tersebut tidak dapat mengajarkan tentang kehidupan dan keterampilan meskipun dapat memperbaiki kualitas hidup penderita melalui penekanan gejala-gejala.Pengajaran kehidupan dan keterampilan sosial hanya mungkin didapat penderita melalui

26

dukungan sosial keluarga. Dari penelitian didapat bahwa 45% penderita skizofrenia yang mendapat pengobatan antipsikotik akan mengalami kekambuhan dalam waktu 1 tahun pasca rawat, sedangkan penderita yang diberi plasebo 70% kambuh (Akbar, 2008).

2. Depresi A.

Pengertian Depresi

Depresi adalah gangguan mental yang setiap orang berpeluang mengalaminya. Banyak dari kita kebingungan untuk membedakan antara depresi, stress dan kesedihan. Belum lagi membedakan beberapa jenis dari depresi, misalnya unipolar depression, biological depression, manic depression, seasonal affective disorder, dysthymia, dan lainnya. Ada begitu banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan tentang depresi. Depresi juga bisa dikatakan sebagai suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri. Depresi adalah masalah yang dialami banyak orang pada berbagai usia dan kelas sosial. Jumlah penderita depresi wanita dua kali lebih banyak dari pria, tetapi pria lebih berkecenderungan bunuh diri. Di Amerika Serikat, 17% orang pernah terkena depresi pada suatu saat dalam hidup mereka, dengan jumlah penderita saat ini lebih dari 19 juta orang. Sebagai penyakit serius yang mempengaruhi jiwa dan badan kita, depresi tidak boleh dianggap remeh. Penderita depresi berusia lanjut rawan terkena kepikunan, mudah bingung dan bahkan kematian karena serangan jantung. Namun demikian, kabar baiknya adalah bahwa depresi dapat dikelola dengan baik bila kita tahu tanda-tandanya.

Definisi Depresi Menurut Para Ahli: 1. Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.

27

2. Menurut Kusumanto (1981) depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma). 3. Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka ia disebut melankholi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang, muncul perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan¸ yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas.

B. Krakteristik Orang Depresi 1. Berdasarkan Dimensi Perkembangan Hasil integrasi Hammen dan Rudolph (2003), Shafii dan Shafii (1992), dan studi individual yang ditinjau oleh Weiss dan Garber (2003), perbedaan perkembangan pada gejala depresi : Infancy and Toddlerhood : menandai depresi saat anak benar-benar masih muda. Dapat termasuk keterlambatan atau kehilangan dari kesempurnaan perkembangan, seperti toilet training, kebiasaan tidur yang baik, dan pertumbuhan intelektual. Preschool : anak-anak preschool yang depresi tidak mungkin untuk memverbalisasikan perasaannya mengenai dysphoria dan keputusasaan, tetapi malah lebih cenderung untuk dikarakteristikan berdasarkan tampilan kesedihan. School Age : Sebagai anak yang mendekati usia sekolah, gambaran gejala-gejalanya lebih mirip dengan orang dewasa. Depressed mood menjadi jelas, seperti yang terungkap dari self-esteem yang rendah,

28

self-critism

dan

rasa

bersalah.

Kehilangan

motivasi

mungkin

mempengaruhi minat anak dalam partisipasinya pada sosial atau aktivitas relasi di sekolahnya. Adolescenence : Remaja lebih memungkinkan mengungkapkan dengan kata-kata secara langsung, perasaan sedih mereka dan penderitaannya. Gejala lain dari depersi pada remaja termasuk perubahan mood yang tajam dan secara negatif, sering membolos, berkelakuan buruk, dan mengalami penurunan pada prestasi akademik. 2. Berdasarkan Perbedaan Gender Depresi diasosiasikan dengan self-esteem yang rendah, khususnya pada anak perempuan. Yaitu ketika remaja perempuan menggambarkan diri mereka sebagai orang yang agresif dan tidak memiliki keahlian sosial. C. Gejala depresi Gejala dan juga pengaruh depresi berbeda-beda pada berbagai orang. Berikut ini adalah beberapa gejala psikologis yang muncul akibat depresi: 1. Kehilangan selera untuk menikmati hobi. 2. Merasa bersedih secara berkepanjangan. 3. Mudah merasa cemas. 4. Merasa hidup tidak ada harapan. 5. Mudah menangis. 6. Merasa sangat bersalah, tidak berharga, dan tidak berdaya. 7. Tidak percaya diri. 8. Menjadi sangat sensitif atau mudah marah terhadap orang di sekitar. 9. Tidak ada motivasi untuk melakukan apa pun. 10. Berpikir atau mencoba bunuh diri. Gejala fisik akibat depresi: 1. Badan

selalu merasa lelah.

2. Gangguan

pada pola tidur.

3. Merasakan 4. Tidak

berbagai rasa sakit.

berselera untuk melakukan hubungan seksual.

29

5. Bergerak

atau berbicara lebih lambat.

6. Merasa tidak

bisa beristirahat atau kesulitan untuk duduk diam.

7. Berat

badan berubah.

8. Sakit

kepala.

9. Mengalami 10.

kram.

Gangguan pencernaan tanpa sebab fisik yang jelas.

Tanpa penanganan dan pengobatan yang tepat, depresi bisa mengganggu hubungan dengan orang di sekitar Anda. Untuk depresi yang berat atau parah, depresi bisa berakibat pada hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri. Ketika merasakan beberapa gejala depresi yang dialami hampir seharian dan berlangsung setiap hari selama dua minggu, segera temui dokter agar proses pemulihan bisa dimulai dan dilakukan sepenuhnya. D. Penyebab Depresi Penyebab suatu kondisi depresi meliputi: 1)

Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin

2)

Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial

3)

Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya

Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika: A. Lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang; sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu. 1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).

30

2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain) 3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan) 4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari 5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat) 6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari 7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar(bisa merupakan delusi), dan mengganggap bahwa sumber dari setiap masalah adalah dirinya 8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain) 9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri Gejala-gejala tersebut juga harus menyebabkan gangguan jiwa yang cukup besar dan signifikan sehingga menyebabkan gangguan nyata dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau area penting dalam kehidupan seseorang. Tidak ada satu pun penyebab depresi secara spesifik. Depresi terpicu oleh kombinasi beberapa faktor, yaitu genetik, biologis, lingkungan dan faktor psikologis. Jika di dalam riwayat kesehatan keluarga Anda terdapat orang yang menderita depresi, maka terdapat kecenderungan bagi Anda untuk mengalaminya juga. Faktor lain yang bisa memicu terjadinya depresi antara lain: a.

Kejadian tragis atau signifikan seperti kehilangan seseorang atau pun pekerjaan.

b.

Kehamilan dan/atau melahirkan.

c.

Masalah keuangan.

31

d.

Terisolasi secara sosial.

e.

Trauma masa kecil.

f.

Ketergantungan terhadap narkoba dan/atau alkohol.

Selain hal-hal di atas, beberapa kondisi medis yang berlangsung lama dan mengancam hidup juga bisa memicu depresi pada penderitanya, seperti penyakit jantung koroner, atau kanker. Kelenjar tiroid yang kurang aktif, atau cedera kepala minor yang merusak kelenjar kecil basal otak (pituitary gland) bisa menimbulkan beberapa gejala seperti sangat kelelahan dan kehilangan libido, keadaan ini yang kemudian dapat menimbulkan depresi. Sedangkan menurut Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial. a. Faktor biologi Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala depresi. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA

32

merupakan aksis yang paling banyak diteliti (Landefeld et al, 2004). Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limpik atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH (Kaplan, 2010). Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld, 2004). Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin seperti MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan antioksidan juga merusak monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002). Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmiter. Sistem saraf pusat mengalami kehilangan secara selektif pada sel – sel saraf selama proses menua. Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh otak selama rentang hidup, degenerasi neuronal korteks dan kehilangan yang lebih besar pada sel-sel di dalam lokus seroleus, substansia nigra, serebelum dan bulbus olfaktorius (Lesler, 2001). Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan dengan umur tentang penurunan aktivitas dari noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dibandingkan dengan umur 60-an tahun (Kane dkk, 1999). b. Faktor Genetik Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot (Davies, 1999). Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan

33

kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik. c .Faktor Psikososial Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi.

34

meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999). Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010). Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi (hardywinoto, 1999). 1) Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010). 2) Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010). Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip Kaplan (2010) mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri sedangkan orang yang berkabung tidak demikian

35

3) Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip (Kaplan, 2010). 4) Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi (Kaplan, 2010 E.. Pencegahan Depresi Pencegahan Depresi: 1. Rutin mengikuti ceramah kerohanian/ ceramah agama. 2. Berfikir dan bertindak positif atas segala sesuatu. 3. Jangan mengurung/menutup diri. 4. Olah raga lah secara rutin. 5. Sering melakukan aktifitas outdoor dan terkena sinar matahari. 6. Tidur cukup (+- 6 jam) dan teratur. 7. Bersosialita (Berinteraksi dengan orang lain). 8. Makan dan minum yang cukup serta bermanfaat bagi tubuh. Penanganan depresi 1. Langsung tancap gas ke Psikolog terdekat 2. Melakukan pendekatan terhadap agama. Bisa konsultasi ke Ustadz, pendeta, atau sebagainya. 3. Mengubah pemikiran dari negative ke arah positive. 4. Minta dukungan dari orang-orang terdekat. 5. Banyak berkomunikasi dengan orang terdekat seperti teman, keluarga, kerabat

36

F. Pengobatan pada Depresi Teknik pengobatan dan perawatan depresi sangat tergantung kepada jenis dan penyebab dari depresi yang dialami. Terdapat berbagai jenis obat antidepresan yang penggunaannya diresepkan oleh dokter, dan beberapa penanganan yang bisa dilakukan sendiri. Perubahan hidup seperti sering berolahraga dan mengurangi konsumsi minuman beralkohol dapat memberikan keuntungan bagi penderita depresi. Anda juga bisa bergabung dengan kelompok-kelompok terapi untuk berbagi cerita dan saling memberi dukungan. Akibat dari depresi yang paling parah adalah kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Cobalah untuk selalu berbagi cerita kepada orang-orang terdekat Anda tentang masalah yang sedang dihadapi. Penderita juga sangat disarankan untuk menemui dokter, terutama jika depresi telah berlangsung lama atau parah. Makin dini penanganan depresi, kemungkinan pemulihan secara menyeluruh bisa didapatkan. a. Pengobatan(psikologikal) 1. Terapi kognitif Merupakan terapi aktif, langsung, dan time limited yang berfokus pada penanganan struktur mental seorang pasien. Struktur mental tersebut terdiri ; cognitive triad, cognitive schemas, dan cognitive errors (C. Daley, 2001). 2. Terapi prilaku Terapi yang digunakan pada pasien dengan gangguan depresi dengan cara membantu pasien untuk mengubah cara pikir dalam berinteraksi denga lingkungan sekitar dan orang-orang sekitar. Terapi perilaku dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, sekitar 12 minggu (Reus, V.I., 2004). 3. Terapi Interpersonal Terapi ini didasari oleh hal-hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal seorang individu, yang dapat memicu terjadinya gangguan mood (Barnett & Gotlib, 1998: Coyne, 1976). Terapi ini berfungsi untuk mengetahui stressor pada pasien yang mengalami

37

gangguan, dan para terapis dan pasien saling bekerja sama untuk menangani masalah interpersonal tersebut (Barlow, 1995). b. Penanganan Sendiri Jika depresi tergolong ringan, yaitu depresi dengan gejala-gejala yang tidak terlalu mengganggu rutinitas sehari-hari penderitanya, penanganan sendiri bisa cukup efektif. Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan sendiri untuk menangani depresi. Langkah-langkah yang bisa dijalankan sendiri adalah: 1)

Belajar tentang depresi. Memahami lebih jauh tentang penyakit yang dialami bisa membantu dan memotivasi Anda dalam menjalani pengobatan yang dilakukan. Agar keluarga memberikan dukungan sepenuhnya, mintalah mereka mempelajari tentang depresi.

2)

Berolahraga. Kegiatan ini bisa membantu mengurangi gejala depresi. Lakukan olahraga seperti berjalan, berenang, lari, berkebun atau aktivitas fisik lainnya. Fungsi utama berolahraga adalah meningkatkan rasa kepercayaan diri dan mengurangi perasaan cemas serta sedih. Selain itu, olahraga juga mampu meningkatkan kualitas tidur seseorang.

3)

Tidur secukupnya. Tidur yang cukup juga sangat penting bagi kesehatan mental dan juga fisik.

4)

Meditasi atau yoga. Kegiatan ini bisa membantu dalam hal relaksasi. Dengan belajar cara mengendalikan dan menenangkan pikiran, gejala depresi bisa menjadi lebih ringan.

5)

Menghindari minuman beralkohol dan narkoba. Rokok, minuman beralkohol, maupun narkoba pada awalnya mungkin terlihat membantu, sebenarnya ini hanya akan menambah masalah untuk jangka panjang.

6)

Komunitas pendukung. Membicarakan masalah Anda dengan sekelompok orang dengan pengalaman yang sama bisa mengurangi beban yang dirasakan. Anda bisa memulai dengan berbicara dengan teman atau keluarga terdekat. Cari tahu tentang kelompok pendukung di daerah Anda.

Ketika Anda mengalami depresi, usahakan untuk membicarakan apa pun yang Anda rasakan dengan orang dekat Anda. Setidaknya Anda bisa menjelaskan kepada dokter

38

yang menangani. Jangan pernah membuat keputusan apa pun saat Anda merasa sedih atau sedang mengalami gejala-gejala depresi. c. Psikoterapi Selain perubahan gaya hidup dan relaksasi, berikut ini adalah beberapa pilihan terapi yang umumnya digunakan untuk mengatasi depresi: 1. Cognitive Behavior Therapy (CBT) Diterapkan pada orang-orang yang tersandera oleh pola pikir tertentu yang merugikan mereka. Sebagai contoh, ada seorang wanita yang sangat tidak percaya diri dan tidak berani melakukan apa pun karena sejak kecil ibunya sering mengkritik. CBT akan membantunya untuk melepaskan diri dari pikiran dan perasaan negatif akibat hal tersebut dan menggantinya dengan respons positif seperti “saya wanita mandiri yang dapat mencapai apa pun yang saya inginkan.” 2. Problem-Solving Therapy (PST) PST bisa meningkatkan kemampuan penderita untuk menghadapi pengalaman yang membuatnya tertekan, khususnya bagi penderita depresi yang sudah tua. Penderita akan diminta untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan mendapatkan solusi-solusi realistis melalui proses yang bertahap. 3. Interpersonal Therapy (IPT) Prinsip dasar IPT adalah bahwa meningkatkan pola komunikasi dan interaksi dengan orang lain yang dapat membantu meringankan depresi. IPT membantu menganalisis penyebab konflik dengan orang lain seperti pertengkaran dengan anggota keluarga atau konflik dengan rekan kerja. 4. Terapi Psikodinamis Terapi ini membantu memahami bagaimana emosi memengaruhi perilaku pengidap depresi. Pasien akan dibantu untuk memahami dan mencari jalan keluar atas masalahnya.

39

5. Terapi Stimulasi Otak. Jika pemberian obat-obatan tidak mengurangi gejala-gejala depresi, maka dokter bisa melakukan terapi elektrokonvulsif (ECT) pada penderita. Berdasarkan hasil penelitian terakhir, ECT dapat membuat penderita depresi berat merasa lebih baik. Penderita tidak merasakan nyeri saat menjalani ECT, karena yang disalurkan pada otak adalah impuls elektrik, namun bisa menimbulkan efek samping seperti kebingungan, disorientasi dan hilang ingatan. Efek samping ini bisa hanya sebentar saja, atau bisa lebih lama. Terapi-terapi di atas umumnya dilakukan oleh psikiater, psikolog atau ahli terapis. d. Obat-obatan yang Dipakai Untuk Mengatasi Depresi Selain penanganan sendiri, depresi juga bisa ditangani dengan obat-obatan. Terutama untuk kasus depresi yang lebih parah, langkah-langkah di atas akan perlu ditunjang dengan obat-obatan berikut: 1.

Antidepresan. Obat ini digunakan untuk mengatasi gejala-gejala depresi. Ada banyak pilihan obat antidepresan. Obat ini diberikan sesuai resep dokter. Tingkat keberhasilan dan dampak dari obat antidepresan berbeda-beda pada tiap orang. Contoh obat antidepresan adalah fluoxetin, citalopram dan amitriptylin. Pemakaian obat antidepresan umumnya akan memerlukan pemantauan dokter secara teratur, terutama pada awal pemakaian. Biasanya, obat antidepresan membutuhkan waktu 2 hingga 4 minggu untuk bekerja dan mulai menghilangkan gejala yang dirasakan penderita.

2.

Lithium. Obat ini mungkin akan disarankan dokter jika antidepresan tidak cukup kuat untuk meredakan gejala depresi yang dirasakan. Lithium bisa berubah menjadi racun jika kadarnya terlalu tinggi di dalam darah. Oleh karena itu, penderita yang mengonsumsi lithium perlu melakukan tes secara teratur untuk mengawasi tingkat lithium dalam darah.

Penyakit depresi yang parah dan tidak ditangani dapat menyebabkan penderita kehilangan motivasi untuk hidup dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Usahakan untuk membicarakan masalah apa pun dengan orang-orang terdekat Anda atau dengan dokter. Kenali gejala-gejala depresi jika terjadi pada orang-orang di sekitar

40

Anda. Makin cepat penanganan dan pengobatan yang dilakukan, maka peluang kesembuhan secara menyeluruh menjadi lebih tinggi. G.Contoh kasus depresi Tuan A adalah seorang bapak berusia pertengahan 30-an. Ia datang berkonsultasi ke psikiater atas anjuran dari salah seorang rekannya. Saat datang untuk pertama kalinya, terlihat bahwa mimik wajahnya murung dan nampak tidak bersemangat.Ketika dilakukan wawancara dan pemeriksaan psikiatrik, suaranya pelan, gerak-geriknya minimal, dan ia sering menanyakan ulang pertanyaan yang ditanyakan oleh psikiater pemeriksa. Tuan A menceritakan bahwa ia sudah merasa sedih berkepanjangan di mana hampir tak ada satu haripun ia merasa bahagia selama 1 bulan terakhir dan aktivitasnya terbatas di dalam rumah saja. Satu bulan lalu ternyata ia baru saja di PHK dari pekerjaannya. Rasa sedihnya disertai dengan penurunan berat badan yang nyata sekitar 3-4 kg karena hilangnya nafsu makan, kehilangan semangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sulit untuk jatuh tidur atau kalau pun bisa ia mudah sekali terbangun dari tidurnya. Setelah beberapa saat kemudian, Tuan A bercerita bahwa perasaan sedihnya bertambah parah semenjak dua minggu terakhir, ia menjadi mudah menangis tanpa sebab-sebab yang jelas dan ia merasa pesimis dengan masa depannya serta keluarganya. Akhir-akhir ini, ia berpikir bahwa hidupnya tidak berharga dan lebih baik ia mati saja. Semenjak di PHK Tuan A juga tidak pernah lagi mencoba mencari pekerjaan baru karena merasa putus asa dengan hidupnya selain itu saat ini dia menjadi menarik diri dari pergaulan padahal dahulu ia dikenal sebagai orang yang aktif dalam kegiatan RT di lingkungannya. Rasa sedihnya menjadi bertambah parah karena Tuan A mulai kebingungan akan pembiayaan hidupnya sehari-hari beserta keluarganya. 1. FAKTOR PENYEBAB

41

Hal yang harus diperhatikan pada gangguan depresi seperti ini adalah seringnya kondisi ini disertai dengan ide-ide ataupun percobaan bunuh diri.Rata-rata angka kematian akibat bunuh diri pada pasien dengan gangguan depresi mayor adalah sekitar 15 persen.Gangguan depresi mayor merupakan faktor penyebab pada setidaknya setengah kasus percobaan bunuh diri.Terdapat fakta-fakta yang menyebutkan peningkatan angka bunuh diri terutama pada golongan manula. Pada seorang penderita depresi, umumnya ditemui gangguan pengaturan sistem hormonal di otak yang dikenal sebagai neurotransmitter.Neurotransmitter yang bermasalah berasal dari kelompok neurotransmitter mono amin yaitu serotonin, dopamin, dan nor epinefrin.Beberapa penyakit klinis juga diketahui dapat memicu munculnya depresi. Selain itu, umumnya didapatkan adanya riwayat gangguan yang sama dalam keluarga pada pasien penderita depresi. Depresi dapat muncul dengan stresor yang jelas ataupun tidak.Stresor adalah faktor pemicu munculnya gangguan jiwa, umumnya berupa suatu peristiwa yang membekas secara psikologis pada penderita. Terdapat beberapa faktor yang memperbesar risiko munculnya gangguan depresi mayor pada seseorang, di antaranya berjenis kelamin wanita, kulit putih dan berwarna (orang kulit hitam lebih jarang terkena), wanita yang single atau bercerai. Usia rata-rata penderita depresi mayor umumnya berkisar antara 20 hingga 50 tahun namun tidak menutup kemungkinan bahwa anak-anak, remaja, dan manula untuk dapat menderita gangguan ini. Pada anak-anak tidak didapati perbedaan yang mencolok antara anak laki-laki dan perempuan yang menderita depresi.Pada manula, keluhan fisik dan gangguan fungsi kognitif lebih menonjol dibandingkan suasana perasaan yang depresif sehingga perlu untuk lebih diwaspadai. 2. PENJELASAN Gejala-gejala yang dialami oleh Tuan A di atas merupakan bagian dari gangguan depresi mayor dan contoh kasus di atas merupakan salah satu contoh kasus yang ekstrim. Gangguan ini termasuk dalam kelompok gangguan jiwa dan merupakan salah satu jenis gangguan terkait suasana perasaan dan jenis berduka yang rumit karena sulit untuk menuju ke tahap berikutnya (tahap kedukaan normal) dan masa berkabung seolah tidak kunjung berakhir & mengancam hubungan dengan orang lain.

42

Depresi yang tidak diterapi dengan benar akan menyebabkan penderitaan serta disabilitas terutama dalam bidang sosial dan pekerjaan. Adanya suatu keadaan mood yang terdepresi baik yang dirasakan sendiri atau yang diamati oleh orang lain dan menghilangnya atau berkurangnya minat dan kesenangan pada hampir semua aktivitas yang dikerjakan. Kedua kondisi tersebut berlangsung hampir setiap hari selama sekurangnya dua minggu berturut-turut. Kedua kondisi tersebut diikuti dengan sekurangnya 3 dari kondisi berikut yang juga berlangsung selama sekurangnya dua minggu berturut-turut dan nyaris berlangsung tiap hari: 1. Berkurangnya berat badan secara dratis walaupun tidak sedang diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (kenaikan berat badan lebih dari 50% dalam satu bulan) akibat penurunan atau peningkatan nafsu makan. 2. Insomnia atau hipersomnia. 3. Agitasi atau retardasi psikomotor. 4. Merasa lesu atau hilang tenaga. 5. Merasa tidak berharga atau adanya rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kondisinya. 6. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi dan ketidakmampuan untuk memutuskan sesuatu. 7. Adanya pikiran berulang mengenai kematian, atau pikiran berulang mengenai ide-ide bunuh diri tanpa rencana yang spesifik, atau percobaaan bunuh diri, atau rencana bunuh diri yang spesifik. Gejala-gejala tersebut menyebabkan suatu penderitaan atau gangguan fungsi yang signifikan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang lain yang penting dalam fungsi hidup sehari-hari penderita. Gejala yang muncul juga bukan akibat langsung dari penggunaaan zat (obat dalam jangka waktu lama) atau kondisi medis tertentu (hipotiroid).Gejala yang muncul juga bukan reaksi yang muncul akibat suatu reaksi berduka akibat kehilangan orang yang dicintai. Dapat disimpulkan dari uraian kasus diatas yaitu Tuan A telah melalui :

43

a. Fase pengingkaran Dimana ia syok, tidak percaya, mengingkari kenyataan, murung, tidak bersemangat, suaranya pelan, gerak-geriknya minimal, sedih berkepanjangan disertai dengan penurunan berat badan, hilangnya nafsu makan, insomnia, lesu, tidak tahu harus berbuat apa. b. Fase marah Dimana ia menunjukkan rasa marah yang meningkat dengan diproyeksikan kepada dirinya sendiri, sehingga timbul respon fisik berupa kegelisahan, sulit untuk tidur, serta mudah menangis tanpa sebab. c. Fase depresi Dimana awalnya ia tidak mau bicara, tidak nyambung diajak berbicara, menyatakan putus asa(pesimis), perasaan tidak berharga, adanya pemikiran “lebih baik mati saja” keinginan bunuh diri, tidak pernah lagi mencoba mencari pekerjaan baru, menarik diri dari masyarakat. Tuan A tidak melewati fase tawar menawar, karena dilihat dari kasusu yang diterangkan, ia tidak mengungkapkan rasa marahnya secara intensif dengan memohon kemurahan Tuhan. 3. ANJURAN PENANGANAN Saat ini penatalaksanaan yang dilakukan untuk gangguan depresi mayor meliputi penanganan dengan farmakologi (obat-obatan) dan non farmakologi.Penanganan secara farmakologi dilakukan dengan pemberian obat-obat anti depresan sedangkan penanganan secara non farmokologis meliputi pemberian psikoterapi dan ECT.Hasil terbaik umumnya diperoleh dengan terapi kombinasi antara pemberian obat-obatan dengan psikoterapi. Penanganan terhadap gangguan depresi mayor yang sukses dapat dicapai dengan follow-up yang baik paska meredanya episode akut dari gangguan ini. Gangguan depresi mayor yang tidak diterapi dengan benar memiliki tingkat kemungkinan kekambuhan yang tinggi, sekitar 50-60% kasus dari episode tunggal bisa mengalami pengulangan di masa depan, sekitar 70% yang sudah mengalami kekambuhan ke-2

44

kali dapat mengalami kekambuhan lagi bila tidak diterapi, dan sekitar 90% yang sudah mengalami kekambuhan ke-3 kalinya dapat mengalami kekambuhan berikutnya. Dapat kita lihat bahwa kemungkinan kekambuhan semakin meningkat seiring dengan semakin seringnya seseorang mengalami gangguan ini. Seringkali walaupun gejala-gejala sudah mereda, terapi tetap akan dipertahankan selama sekitar 6 bulan sampai dengan 1 tahun untuk mencegah terjadinya kekambuhan gejala. Kekambuhan gejala dapat dicegah hingga 70-80% dengan terapi yang benar.Oleh sebab itu jika Anda atau keluarga Anda mengalami gejala-gejala gangguan depresi mayor, segeralah berkonsultasi dengan psikiater terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat secepatnya. 3. Gangguan Kepribadian A. pengertian Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. Ada banyak jenis spesifik gangguan kepribadian. Secara umum, memiliki gangguan kepribadian berarti memiliki kaku dan berpotensi merusak diri sendiri atau merendahkan diri-pola berpikir dan berperilaku tidak peduli pada situasinya. Hal ini menyebabkan stress dalam hidup atau gangguan dari kemampuan untuk beraktivitas rutin di tempat kerja, sekolah atau situasi sosial lain. Gangguan kepribadian dalam diri seseorang juga bisa menyebabkan masalah dalam lingkungan sosial. Tidak jarang hubungan antara penderita gangguan kepribadian dengan orang lain di lingkungan rumah, sekolah, bisnis, atau pekerjaan menjadi terbatas. Dalam beberapa kasus, kemungkinan penderita tidak menyadari bahwa mereka memiliki gangguan kepribadian karena cara berpikir dan berperilaku tampak alami bagi si penderita, dan penderita mungkin menyalahkan orang lain atas keadaannya. Kepribadian adalah kombinasi dari pikiran, emosi dan perilaku yang membuat seseorang unik, berbeda satu sama lain. Ini cara melihat, memahami dan berhubungan dengan dunia luar, dan juga bagaimana seseorang melihat diri sendiri. Bentuk kepribadian selama masa kanak-kanak, dibentuk melalui interaksi dari dua faktor:

45

1) Warisan kecenderungan atau gen. Ini adalah aspek kepribadian yang diturunkan kepada seseorag dari oleh orang tua, seperti rasa malu atau pandangan terhadap kebahagiaan. Hal ini kadang-kadang disebut temperamen bersifat "alami" dan merupakan bagian dari pola asuh dan "konflik". 2) Lingkungan, atau situasi kehidupan. Lingkungan tempat seseorang dibesarkan, hubungan dengan anggota keluarga dan orang lain juga turut berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Ini mencakup beberapa hal seperti jenis pola pengasuhan yang dialami seseorangapakah itu dengan penuh cinta atau kekerasan. B. Ciri-ciri umum gangguan kepribadian

1. Kepercayaan diri yang rendah Orang dengan gangguan kepribadian biasanya memiliki kepercayaan diri yang rendah. Akibatnya, mereka sering kali mengungkapkan pikiran atau perasaan mereka melalui amarah. Selain itu, orang dengan kepercayaan diri yang rendah juga sangat bergantung pada pujian dan persetujuan orang lain untuk menemukan jati diri mereka. 2. Cemas berlebihan Rasa cemas tentu dimiliki oleh setiap orang, namun pada orang yang memiliki gangguan kepribadian, rasa cemas sangat melelahkan karena disertai dengan perasaan gugup, tegang, dan panik. Akibatnya, perasaan tersebut membuatnya lebih sensitif terhadap tindakan orang lain. 3. Bersikap paranoid Setiap orang memiliki sikap paranoidnya masing-masing, namun orang dengan gangguan kepribadian, biasanya cenderung memiliki sikap paranoid yang berlebihan. 4. Suka menyendiri Lagi-lagi, adalah hal yang normal jika seseorang butuh waktu untuk sendiri. Namun, orang dengan gangguan kepribadian biasanya cenderung menyukai kesendirian. Salah satu tanda tersebut juga dimiliki oleh penderita gangguan kepribadian skizofrenia. Menurut Mayo Clinic, skizofrenia ditandai dengan kurangnya minat dalam hubungan

46

sosial atau pribadi. Seseorang dengan gangguan tersebut mungkin lebih suka menyendiri, dan mereka mungkin bahkan tidak memiliki kemampuan untuk merasakan kesenangan dalam sebagian besar kegiatan. Sederhananya, mereka bersikap dingin dan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar. 5. Kaku dan perfeksionis Memiliki teman yang menyukai segala keteraturan adalah hal yang baik. Namun, jika mereka merasa kesal atau marah ketika ada ketidakteraturan atau sesuatu yang rusak, itu bisa menjadi tanda adanya gangguan obsesif-kompulsif, atau lebih dikenal dengan nama OCD (obsessive-compulsive disorder). Obsesif-kompulsif adalah gejala gangguan kepribadian yang mencakup perfeksionisme ekstrim, mengakibatkan disfungsi dan kesusahan; keinginan untuk mengontrol orang lain; pengabaian teman dan kegiatan yang menyenangkan karena komitmen untuk bekerja atau proyek; dan tidak fleksibel tentang etika atau nilai-nilai. 6. Cenderung ingin menjadi pusat perhatian Seseorang yang kerap mencari perhatian dengan drama yang dibuatnya, bisa jadi merupakan tanda seseorang tersebut memiliki gangguan kepribadian. Tanda-tanda lainnya adalah, seseorang memiliki emosional yang berlebihan, bersikap dramatis, atau provokatif hanya untuk mendapatkan perhatian; berbicara secara dramatis dengan pendapat yang kuat; mudah dipengaruhi oleh orang lain; dangkal, cepat berubah emosi; merasa sangat akrab dan dekat dengan teman-teman daripada kenyataannya; dan perhatian yang berlebihan dengan penampilan fisik. 7. Selalu tampak kesal dan kewalahan Biasanya, setiap orang dengan gangguan kepribadian sering mengalami depresi, paranoid, dan obsesif dari waktu ke waktu. Tentunya, hal tersebut merupakan hal yang menyebalkan karena menyebabkan penderitaan yang luar biasa dan dapat membuat terganggunya hubungan sosial seseorang. Yang harus Anda ingat adalah, gangguan kepribadian mungkin sulit untuk disembuhkan, tapi hal tersebut tidak berarti bahwa segala upaya yang dilakukan untuk membuat segala hal lebih baik menjadi sia-sia.

47

C. Klasifikasi gangguan Beberapa perilaku dapat diklasifikasikan sebagai perilaku abnormal. Berdasarkan sifatnya, perilaku abnormal digolongkan menajdi 4 : a. Bersifat akut dan sementara, yang disebabkan oleh peristiwa yang penuh dengan stress. b. Bersifat kronis dan selama-lamanya. c. Disebabkan oleh penyait atau kerusakan pada sisten saraf. d. Merupakan akibat dari lingkunagn sosial yang tidak menguntungkan dan/atau pengalaman belajar yang keliru D. Jenis-jenis Gangguan Kepribadian dan Ciri-cirinya, penyebab, dan pengobatan Gangguan kepribadian ada beberapa jenis. Sebagian ditulis di ICD 10 dan DSM V, tapi sebagian lagi udah dihapus atau dipindahkan ke golongan gangguan kepribadian tertentu. Secara garis besar, gangguan kepribadian dibagi tiga kluster. Kluster A, B, dan C. Perlu diingat, kluster ini bukan tingkatan ya. Cuma pengelompokan aja. Jadi, apa aja sih gangguan kepribadian yang sudah tercatat? Kluster A: Curigaan dan menjauh dari lingkungan 1. Gangguan Kepribadian Skizotipal a. Definisi Gangguan Kepribadian Skizotipal Gangguan kepribadian skizotipal atau gangguan skizotipal adalah gangguan kejiwaan yang dicirikan dengan kecemasan sosial, sikap paranoid, dan bahkan kepercayaan terhadap sesuatu yang nggak masuk akal. Orang dengan gangguan ini nggak nyaman membangun hubungan dengan orang lain, terutama karena mereka berpikir bahwa hubungan dekat dengan orang lain punya dampak buruk. Jadinya, orang dengan gangguan kepribadian skizotipal memilih menghindari hubungan dekat.

48

Gaya bicara yang aneh dan cara berpakaian yang nyentrik sering jadi tanda-tanda dalam gangguan ini. Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal mungkin responnya akan aneh kalo diajak ngobrol, nggak merespon, atau bahkan malah menjawab dengan cara ngomong sendiri. Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya cuma punya sedikit teman, dan biasanya itu karena keinginannya sendiri. Ini karena orang dengan skizotipal ini biasanya nggak memandang hubungan sebagai sesuatu yang penting. Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal cenderung percaya banget dengan hal-hal paranormal dan takhayul. Jadi kalau ada situasi yang aneh sedikit langsung dihubungkan dengan takhayul atau ada hal-hal spiritual. Tapi belum tentu yang percaya takhayul itu gangguan kepribadian yaa. Di skizotipal, kepercayaan terhadap takhayul ini menjadi standarnya dalam menjalani hidup dan berteman. Jadi dia menganggap kalo teman tertentu, atau pakaian tertentu, bisa membawa sial. Jadi dia akan berusaha menjauhinya. Gitu-gitu deh. Gangguan kepribadian skizotipal biasanya cuma terjadi 3% dari populasi, dan seringnya terjadi pada laki-laki.

b. Ciri-ciri Orang dengan gangguan kepribadian harus punya tiga atau lebih dari ciri-ciri berikut: 

sulit membuat hubungan dekat dengan orang lain



berpikir dan mengekspresikan diri dengan cara yang dianggap aneh, menggunakan kata-kata atau kalimat yang nggak wajar.



berkelakuan yang dianggap aneh atau nyentik



merasa bisa membaca pikiran orang, dan ngerasa punya indera keenam



merasa gugup dan tegang kalo orang lain nggak sepaham dengannya



gugup dan parno dengan orang lain di situasi sosial. Kayak kelas, sekolah, atau tempat ramai lain

49

c.Penyebab gangguan skizotipal Penyebab gangguan kepribadian skizotipal belum diketahui secara pasti, namun besar kemungkinan gangguan ini muncul karena kesalahan fungsi otak dan faktor genetik. d.Cara penanganan gangguan skizotipal Gangguan kepribadian skizotipal sebaiknya ditangani dengan beberapa jenis psikoterapi. Orang dengan skizotipal memang punya pikiran-pikiran aneh. Tapi, terapis atau psikolog harus tetap ingat bahwa: tujuan terapi bukan untuk mengubah pikiran delusionaltersebut secara langsung. Yang paling penting adalah dukungan dan penerimaan untuk klien. Jadi, dalam terapi untuk skizotipal, kita nggak boleh bilang khayalannya aneh. Kita juga nggak boleh bilang, “kamu nggak punya indera keenam.” Yang penting, terima dan kasih dia dukungan sosial. Jadi temannya. Pengobatan mungkin saja dilakukan dengan kerjasama antara psikolog dan psikiater. 2. Gangguan Kepribadian Paranoid a.Definisi gangguan kepribadian paranoid Gangguan Kepribadian Paranoid adalah gangguan kejiwaan yang ciri khasnya adalah sikap parno, curigaan, dan nggak percaya sama semua orang. Individu dengan gangguan kepribadian ini biasanya sensitif, gampang tersinggung, dan menghubungkan segala sesuatunya dengan kemungkinan yang menakutkan. Orang dengan gangguan kepribadian paranoid selalu mengamati keadaan sekitar. Mereka berpikir bahwa mereka sedang dalam bahaya, selalu mencari tanda-tanda kemunculan bahaya tersebut, dan nggak percaya kalau dikasih tau bahwa bahaya itu nggak ada. Orang dengan gangguan ini selalu meminta perlindungan dan curigaan dan secara emosi hampir selalu terkekang. Kemampuan mereka dalam menciptakan hubungan

50

emosional dengan orang lain sudah hampir nggak ada, menyebabkan mereka sendiri merasa terasing selama hidupnya. Orang dengan gangguan paranoid pun suka mendendam, curigaan, tersinggungan, dan sering merasa bahwa apa-apa yang terjadi selalu ditujukan untuknya. Klien dengan gangguan ini pun bisa juga terkomplikasi dengan gangguan kepribadian lain. b. Ciri-ciri Dari PPDGJ, orang dengan gangguan kepribadian paranoid punya ciri-ciri sebagai berikut. 

Kepekaan berlebihan terhadap penolakan dan kegagalan



Cenderung mendendam, menolak memaafkan penghinaan, luka hati, atau masalah kecil



Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral sebagai bentuk penghinaan



Rasa bermusuhan dan ngotot menuntut hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada



Kecurigaan berulang tanpa dasar tentang kesetiaan pasangannya



Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang bermanifestsasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri



Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantif terhadap suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri sendiri maupun pada dunia

c. Penyebab gangguan kepribadian paranoid Gangguan Kepribadian Paranoid biasanya muncul di fase dewasa awal, alias sekitar umur 18-20 tahunan. Selain itu, gangguan ini lebih sering dialami laki-laki daripada perempuan. Untuk penyebab pastinya sendiri belum diketahui. Namun, peneliti meyakini bahwa gangguan ini disebabkan karena faktor genetik dan pengaruh lingkungan.

51

gangguan kepribadian paranoid Gangguan ini lebih sering muncul pada keluarga dengan sejarah skizofrenia dan gangguan delusional. Trauma masa kecil juga bisa jadi salah satu faktor. d. Cara penanganan gangguan kepribadian paranoid Penanganan gangguan ini sangat mungkin dilakukan. Tapi yang jadi masalah adalah pemilik gangguan paranoid biasanya nggak mau diterapi. Masuk akal, mengingat paranoid ini punya sifat curigaan. Namun kalau si pemilik gangguan ini mau menerima terapi, maka konseling dan psikoterapi ini bisa sangat membantu. Metode penanganan paranoid ini di antaranya: 

membantu individu belajar cara menerima gangguan tersebut



belajar komunikasi dengan orang lain tanpa curiga di tempat umum



membantu mengurangi rasa curigaan dan ketakutan

Pengobatan mungkin aja sih dilakukan, terutama kalau penderitanya terkomplikasi dengan depresi atau gangguan kecemasan. Pengobatan di antaranya dengan antidepresan dan benzodiazepin. Tetep perlu diingat, pengobatan butuh resep dari psikiater. Gabungan pengobatan dengan konseling atau psikoterapi akan mempercepat proses penanganan. 3. Gangguan Kepribadian Skizoid a. Definisi gangguan kepribadian skizoid Gangguan kepribadian skizoid adalah sebuah gangguan kejiwaan yang ciri utamanya adalah males berhubungan dengan orang lain. Ciri khas skizoid adalah selain nggak

52

mau berhubungan dengan siapapun, dia juga penuh rahasia, dingin, dan apatis sama orang lain. Orang yang memiliki gangguan skizoid tidak mampu menciptakan hubungan yang intim dengan orang lain. Kan manusia adalah makhluk sosial. Lalu, gimana orang skizoid memenuhi kebutuhan sosialnya? Dengan berkhayal. Untuk melampiaskan keinginannya bersosialisasi, orang skizoid menciptakan dunia khayalan yang detail, lengkap, dan eksklusif. Tapi bukan berarti semua yang penyendiri itu skizoid ya. Orang skizoid juga berbeda dengan introvert. Segimanapun orang introvert, mereka masih bisa dan mau berhubungan sama orang lain. Minimal chat lewat hape lah. Kalau orang skizoid, enggak. Mereka mungkin aja bisa, tapi mereka merasa nggak butuh ngomong sama orang. Skizoid juga masih berhubungan dengan skizotipal (yang udah kita omongin tadi) dan skizofrenia. Mirip tapi gak sama. Tapi, beberapa penelitian menyebut bahwa faktor genetik antara skizoid, skizotipal, dan skizofrenia punya kemiripan. Makanya, gangguan kepribadian skizoid disebut juga dengan gangguan spektrum skizofrenia. Lalu muncul pertanyaan: kan ada tuh orang-orang yang menyendiri dari kehidupan dunia, katakanlah untuk mengejar kehidupan yang lebih tinggi seperti nirwana. Apakah layak orang seperti itu disebut skizoid? Ada beberapa kritik yang bilang bahwa definisi skizoid ini bisa bentrok dengan budaya atau agama tertentu. Jika memang ada bentrokan semacam itu, perlu dilihat lagi bagaimana kualitas hidup orang tersebut. Perlu dilihat juga bagaimana orang tersebut memandang kehidupan sosial. Apakah dia menjauh atau menyepi karena kebutuhan agama (contoh: mau bertapa), atau apakah dia menjauh karena memang benci orang lain. Seseorang dengan gangguan skizoid akan memberikan dampak negatif, entah pada dirinya sendiri atau ke orang lain. Perlu dilihat juga kualitas hubungannya dengan orang lain, status sosialnya, dan bagaimana kesejahteraannya.

53

b. Ciri-ciri Gangguan Kepribadian Skizoid Ciri-ciri utama dari gangguan kepribadian skizoid, di antaranya: 

Nggak tertarik membentuk hubungan akrab sama orang lain, termasuk keluarga



Merasa bahwa orang lain hanya mengganggu



Lebih suka tenggelam dalam khayalan



Memilih hidup tanpa gangguan orang lain



Susah dibahagiakan



Kurang tertarik dengan hubungan intim dan seks



Dingin sama orang lain



Sulit mengekspresikan perasaan



Minim selera humor



Terlihat tidak punya motivasi dan tujuan hidup



Tidak bereaksi ketika dipuji ataupun dikritik orang lain

c. Penyebab Penyebab gangguan kepribadian skizoid masih belum pasti, namun peneliti meyakini bahwa faktor genetik dan pola asuh memainkan peranan. Faktor yang meningkatkan resiko munculnya gangguan ini, di antaranya adalah orang tua yang punya gangguan skizofrenia, skizotipal, atau skizoid. Atau waktu dalam pengasuhan dia diperlakukan dengan dingin. d. Penanganan Gangguan skizoid ini memang masih jarang dipelajari. Data klinisnya juga dikit, karena memang masalah ini jarang dihadapi di dunia klinis. Banyak, tapi jarang yang akhirnya datang ke psikolog atau psikiater. Karena jarang ini, penanganannya yang paling efektif masih belum diketahui. 4 Gangguan Kepribadian Antisosial/Dissosial

54

a. Definisi Gangguan Kepribadian Antisosial Gangguan kepribadian antisosial, atau dikenal juga dengan gangguan kepribadian disosial dan sosiopat, adalah sebuah gangguan kepribadian yang dicirikan dengan perilaku melawan atau melanggar hak-hak milik orang lain. Paling sering kelihatan di gangguan kepribadian ini adalah moralnya yang tak terlihat, punya sejarah berbuat kriminal, pernah melanggar hukum, serta perilaku yang agresif. Istilah gangguan kepribadian antisosial sendiri adalah nama yang ditulis di Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). Sementara, istilah ini di International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD) disebut sebagai Dissocial personality disorder (DPD) atau gangguan kepribadian dissosial. Namanya aja sih yang beda. Tapi secara umum, diagnosa untuk antisosial dan dissosial mirip-mirip. Namun di Indonesia sendiri lebih populer dengan antisosial, karena kita lebih sering pakai DSM dan PPDGJ. Baik Buku DSM maupun ICD, keduanya bilang bahwa psikopat dan sosiopat tergolong pada gangguan kepribadian antisosial. Namun ada juga beberapa peneliti yang membuat perbedaan konsep antara gangguan kepribadian antisosial dan psikopat. Mereka meyakini kalau psikopat adalah gangguan yang diagnosanya punya kesamaan dengan antisosial, tapi ada beberapa ciri-ciri psikopat yang nggak bisa dibilang antisosial. Salah satu alasannya adalah psikopat masih bisa berhubungan dengan dunia sosial, walaupun itu katakanlah hanya akting. Meskipun akting, tapi kan dia masih bisa?

55

Ini beda dengan sosiopat ataupun antisosial, yang udah fix nggak bisa berhubungan dengan masyarakat. Penjelasan lebih lengkap tentang psikopat ada di sini. b. Ciri-ciri Orang dengan gangguan kepribadian antisosial memiliki ciri-ciri: 

Membahayakan diri sendiri dalam situasi penuh resiko, seringkali tanpa mempertimbangkan akibatnya untuk diri maupun orang lain



Melakukan tindakan berbahaya dan seringkali ilegal



Melakukan tindakan yang buat orang lain nggak menyenangkan



Sangat mudah bosan, bertindak tanpa berpikir



Berperilaku agresif dan sering berkelahi



Melakukan apapun untuk mendapat yang diinginkan, seringkali dengan cara yang kasar



Punya catatan kriminal



Tidak merasa bersalah setelah menyakiti orang lain



Percaya pada yang terkuatlah yang akan berkuasa



Bakatnya sudah terlihat sejak sebelum 15 tahun

Untuk mendapat diagnosa antisosial, kamu minimal harus berusia 18 tahun. c. Penyebab Tidak ada penyebab pada gangguan kepribadian antisosial. Namun ilmuwan meyakini bahwa gangguan di struktur otak dan perilaku orang tua yang agresif menjadi faktor yang mempengaruhi. d. Penanganan Penanganan untuk gangguan kepribadian antisosial bisa dibilang sulit. Meskipun kita menyebutnya sebagai gangguan, namun yang paling terganggu adalah kita sebagai masyarakat. Orang yang memiliki gangguan itu sendiri malah merasa fine-fine aja. Ini menyebabkan penanganan sulit dilakukan.

56

Keadaan ini diperparah dengan orang itu sendiri yang memang tidak suka dengan orang lain. Namun jika ingin melakukan penanganan, psikoterapi dengan terapi bicara bisa dilakukan. Psikiater juga bisa meresepkan obat untuk mengurangi kecemasan dan depresi seperti prozac. Obat lain juga bisa diberikan, tergantung gejala perilaku apa yang muncul. 5 Gangguan Kepribadian Borderline (Ambang)

a. Definisi Gangguan Kepribadian Borderline Gangguan kepribadian borderline atau Borderline personality disorder (BPD), atau dikenal juga dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil, adalah sebuah gangguan kepribadian dengan pola perilaku nggak normal dengan hubungan yang kurang stabil dengan orang lain, emosi yang mudah naik turun, dan kurangnya pengendalian diri. Ciri utama orang borderline adalah emosinya yang cepat sekali berubah, dari senang riang gembira kayak selalu senyum, tertawa, berubah jadi nangis dan ngelempar barang-barang. Orang dengan gangguan borderline punya rasa ketakutan diabaikan yang besar. Terus juga sering melakukan perilaku yang mengancam nyawa, sering merasa kosong, dan kadang membahayakan orang lain. Orang yang mengalami gangguan kepribadian borderline ini bahkan moodnya bisa berubah pada kejadian yang biasa aja. Orang dengan gangguan kepribadian borderline juga beresiko minum-minum alkohol atau ngedrugs, depresi, dan makan berlebih. Borderline meningkatkan kemungkinan berperilaku membahayakan diri sendiri, dan 10% dari pemilik gangguan ini berakhir bunuh diri.

57

b. Ciri-ciri Orang dengan gangguan borderline punya ciri-ciri: 

takut ditinggalkan atau diabaikan, dan melakukan apapun biar itu nggak terjadi



emosi yang kuat namun naik turun dengan drastis karena perkara sepele. Jam 8 ceria bahagia, jam 8 lewat 5 udah nangis.



seperti nggak punya pendirian, perilaku berubah total tergantung dia lagi sama siapa



sulit membangun dan mempertahankan hubungan



bertindak tanpa berpikir, dan seringkali tindakannya berbahaya. misalnya makan berlebih, ngedrugs, atau ngebut di jalanan sempit



punya keinginan bunuh diri atau melukai diri



merasa sendiri dan kosong



gampang sekali marah, dan jika marah nggak bisa dikontrol

Jika sedang stres, pemilik gangguan borderline cenderung merasakan: 

perasaan paranoid



berhalusinasi, kayak mendengar atau melihat sesuatu tapi orang lain nggak dengar/lihat



mati rasa atau sering melakukan sesuatu sambil ngelamun



sering lupa kalau dia habis melakukan sesuatu c. Penyebab

Biasanya gangguan ini muncul di fase dewasa awal, atau habis masa remaja. Penyebab gangguan kepribadian borderline ini masih belum jelas. Tapi kayaknya sih kombinasi dari faktor genetik, kelainan di otak, pengaruh lingkungan, dan salah gaul. Penelitian juga bilang bahwa kemungkinan mengalami gangguan borderline lima kali lipat lebih besar jika punya kerabat dekat dengan gangguan serupa. Ada juga yang bilang gangguan borderline bisa dipicu tumpukan kejadian yang traumatis. Namun, kita nggak bisa asal menyatakan seseorang kena gangguan borderline. Diagnosa ini harus melalui uji medis lebih dulu. Soalnya, gangguan ini punya beberapa

58

kriteria yang mirip sama gangguan identitas atau gangguan penyahgunaan alkohol, dan banyak kemungkinan lain. Jadi walaupun ada seseorang di dekatmu punya ciri-ciri kayak di atas, sebaiknya jangan langsung bilang dia borderline ya. d. Penanganan Borderline Ada beberapa penanganan yang bisa dilakukan untuk gangguan borderline. Bisa dengan psikoterapi, bisa dengan kombinasi obat. Beberapa psikoterapi yang bisa dilakukan adalah: 

Dialectical behavior therapy (DBT). DBT adalah jenis terapi psikologis yang didesain khusus untuk menangani gangguan kepribadian borderline. DBT isinya kayak seperangkat teknik melatih diri, di antaranya teknik mengelola emosi, menahan stres, dan teknik meningkatkan hubungan dengan orang lain. Terapi ini bisa individu, bisa kelompok.



Schema-focused therapy. Terapi terfokus skema ini membantu kamu dalam memahami kebutuhan-kebutuhan yang nggak pernah terpenuhi, yang membawa kamu terjerumus dalam pola hidup negatif. Terapi ini membantu kamu memahami kebutuhan terpendammu dan memenuhinya dengan cara yang sehat, untuk mengubah pola hidup negatif ini jadi positif. Bisa dilakukan sendiri ataupun kelompok.



Mentalization-based therapy (MBT). Terapi berbasis mentalisasi adalah jenis terapi bicara yang membantu kamu mengenali pikiran dan perasaan dengan cepat, dan dengan segera menciptakan persepsi berbeda terhadap situasi tersebut.Misalnya kamu dihadapkan pada situasi yang bikin bad mood. Nah, MBT membantu kamu untuk segera mengubah pikiran jadi positive thinking, jadi bad mood kamu bisa ditahan. MBT ini memfokuskan pada “mikir dulu baru ngomong”.

59



Systems training for emotional predictability and problem-solving (STEPPS). STEPPS adalah terapi 20 minggu yang melibatkan kamu untuk bekerja dalam kelompok. Biasanya anggota keluarga, pasangan, atau temen juga diikutkan di terapi ini.Biasanya terapi yang ini adalah terapi tambahan selain terapi-terapi tadi. Ibarat makan, terapi ini kerupuknya gitu deh.



Transference-focused psychotherapy (TFP). Juga disebut terapi psikodinamika. TFP membantu kamu memahami emosi dan masalahmu dengan cara mengembangkan hubungan dengan psikolog.Transference meminta kamu menyebutkan apapun yang terpikir olehmu. Apapun. Kemudian, kamu dan psikolog akan bersama-sama menerjemahkan pola yang muncul, dan nanti akan menemukan akar masalahnya.

e. Pengobatan Walaupun nggak ada obat yang khusus untuk menangani borderline, tapi ada sih obat-obatan tertentu yang membantu mengurangi gejala yang muncul kayak depresi, impulsif, agresi, atau kecemasan. Obat yang diberikan di antaranya antidepresan, antipsikotik, atau obat yang menstabilkan mood. Obat semacam ini nggak bisa dibeli sembarangan, harus ada resep dari psikiater.

f. Rawat inap Kalau sudah membahayakan orang lain, penanganan ini akan dilakukan di rumah sakit. Jadi pasien dirawat inap. Pilihan rawat inap ini akan melindungi pasien dari menyakiti orang lain, juga menjaga pasien dari pikiran dan tindakan bunuh diri. 6 Gangguan Kepribadian Histrionik

60

a. Definisi Gangguan Kepribadian Histrionik Gangguan Kepribadian Histrionik adalah gangguan kepribadian yang dicirikan oleh tindakan mencari perhatian yang berlebih. Gangguan kepribadian ini mulai muncul di fase dewasa awal. Termasuk dalam gangguan kepribadian ini adalah perilaku menggoda yang nggak pantes, dan kebutuhan berlebih untuk diterima orang lain. Orang histrionik sendiri punya karakter ceria, lebay, antusias, dan genit. Gangguan kepribadian histrionik terjadi empat kali lebih sering pada perempuan. Untuk presentasinya, sekitar 2-3% dari populasi. Meski demikian, hanya 10% dari pemilik gangguan histrionik yang kemudian menjalani penanganan medis. Gangguan histrionik masuk di kluster B, alias kluster untuk gangguan cemas dan lebay. Karakter utama dari gangguan ini adalah keinginan untuk jadi pusat perhatian. Mereka berpenampilan yang mencolok dan seringkali nggak pantes, berlebihan dalam berperilaku dan menunjukkan emosi, dan haus stimulasi seksual.

61

Orang dengan gangguan kepribadian histrionik menunjukkan perilaku yang provokatif secara seksual. Mereka juga menunjukkan emosi dengan cara meniru-niru tokoh, entah itu tokoh betulan atau tokoh film, dan juga mereka gampang dipengaruhi orang lain. Karakter lain yang juga muncul adalah sifat egois, merasa bahwa semesta berputar untuk dirinya, selalu ingin dipuji, dan dalam memenuhi kebutuhan mereka berani memanipulasi orang lain. b. Apa bedanya narsisistik dengan histrionik? Sampai sini kamu mungkin bertanya: bukannya suka mencari perhatian itu karakternya orang narsisistik? Ya, memang betul keduanya punya kesamaan di situ. Orang narsisistik dan histrionik sama-sama suka jadi pusat perhatian. Tapi, hal yang perlu digarisbawahi adalah gangguan histrionik menggapainya dengan cara bersikap lebay. Bersikap lebay yang kayak gimana? Misalnya dalam menanggapi sesuatu yang mengagetkan, dia pura-pura pingsan (misalnya lo ya). Kalau dia marah misalnya, dia berakting dengan berteriak-teriak memarahi orang lain di muka umum, sampai semua orang ngeliat. Apakah orang narsisistik bersikap begitu? No. Narsisistik memang mencari perhatian, namun secara spesifik yang ia inginkan adalah pujian dan perasaan bahwa dirinya penting. Ini akan kami bahas sebentar lagi. c. Ciri-ciri Orang dengan gangguan kepribadian histrionik punya ciri-ciri 

merasa tidak nyaman jika tidak diperhatikan



merasa ingin selalu menjadi “sumber hiburan” orang lain



genit



bersikap provokatif untuk memastikan dirinya jadi pusat perhatian



terkenal drama dan overacting



kalau melakukan apa-apa selalu khawatir pendapat orang lain



gampang dipengaruhi



bersikap intim bahkan pada teman biasa

62



punya gaya bicara yang meniru-niru tokoh nyata atau tokoh dalam film



menggunakan fisiknya untuk menarik perhatian

d. Penyebab Penyebab pasti gangguan kepribadian histrionik masih belum diketahui. Namun, ilmuwan yakin bahwa gangguan histrionik adalah hasil bentukan lingkungan dan genetik. Ada juga kasus di mana dua orang dengan histrionik masih punya hubungan darah yang dekat. Ini menciptakan dugaan bahwa histrionik sebagian dibentuk dari genetik. Di sisi lain, anak yang orang tuanya histrionik bisa memunculkan perilaku meniru orang tuanya. Adalagi dugaan lain: histrionik muncul dari kedisiplinan yang kurang dibentuk dan perilaku lebay yang dituruti oleh orang sekitar. Anak bisa saja menciptakan perilaku histrionik, karena mungkin itulah satu-satunya cara mendapatkan perhatian dari orang tuanya. e. Penanganan Histrionik Penanganan histrionik termasuk sulit, soalnya pemilik gangguan ini tidak menganggap histrionik sebagai gangguan. Selain itu proses penanganannya juga tidak menyenangkan. Namun jika si pemilik gangguan ini memutuskan untuk berubah, ada beberapa terapi dan pengobatan yang bisa digunakan. Psikoterapi adalah penanganan yang paling sering dan paling efektif. Penanganannya melibatkan seorang psikolog, ngomongin perasaan dan pengalaman di masa lalu. Kalau kamu mengalami depresi dan kecemasan, psikologmu mungkin akan merujukmu ke psikiater, untuk mendapatkan resep obat antidepresan. 7 Gangguan Kepribadian Narsisistik

63

a. Definisi Gangguan Kepribadian Narsisistik Gangguan kepribadian narsisistik dicirikan dengan pola perilaku yang menganggap dirinya paling penting, kebutuhan dipuji yang berlebihan, dan tidak mampu memahami perasaan orang lain. Orang yang memiliki gangguan narsisistik seringkali menghabiskan waktu memikirkan gimana caranya mendapatkan kekuasaan atau kesuksesan, atau memikirkan tentang penampilan mereka. Orang narsisistik sering juga memanfaatkan orang-orang di sekitar untuk keuntungan mereka sendiri. Perilaku semacam ini udah muncul di fase dewasa awal, dan terjadi di berbagai macam situasi. Narsisistik diambil dari mitologi Yunani tentang seorang bernama Narcissus, jomblo yang mencari cinta sejati. Namun walaupun banyak cewek suka sama dia, Narcissus menolak. Malah, cewek yang datang ditolaknya. Sampai suatu hari, Narcissus melihat sesosok indah di pantulan air. Narcissus terpana, jantungnya berdebar. Sosok di pantulan air inilah “belahan jiwa” yang selama ini dia cari. Karena jatuh cinta dengan sosok itu, maka Narcissus menceburkan diri ke dalam kolam. Akhirnya karena nggak mau keluar dari air, Narcissus mati di dalam kolam. Sebenarnya, siapa sosok di pantulan air? Mukanya sendiri. Walaupun mungkin nggak seperti Narcissus, namun ciri utama narsisistik adalah mencintai dirinya sendiri, secara berlebihan.

64

b. Grandiose dan Anxiety Beberapa ilmuwan membagi narsisistik jadi dua: narsisistik grandiose dan narsisistik anxiety. Grandiose adalah narsisistik yang selama ini kita bayangkan. Ya mereka menggembar-gemborkan kelebihan mereka sendiri, ingin diperlakukan spesial, ingin dipuji, dan lain sebagainya. Mereka ingin hal itu, dan dengan terang-terangan melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya. Sementara, narsisistik anxiety adalah versi “mengkerut” dari grandiose. Seperti grandiose, mereka juga ingin diperlakukan spesial, mau dipuji, dsb dsb. Bedanya, mereka nggak melakukan apa-apa untuk mendapatkannya. Yaaa mereka kelihatannya biasa aja, namun dalam hati mereka marah ketika nggak diperlakukan istimewa. Makanya narsisistik anxiety sering terlihat marah besar untuk sebab yang kadang kita sendiri anggap sepele. c. Ciri-ciri Gangguan Kepribadian Narsisistik Ciri-ciri orang narsisistik di antaranya: 

percaya bahwa dia punya sesuatu yang spesial, unik, beda, pokoknya lebih baik dari orang lain



punya self-esteem yang rapuh, menghargai dirinya berdasarkan seberapa besar orang menyukainya



marah jika orang di sekitar cuek dan nggak ngasih apa yang dia inginkan



iri dengan kesuksesan orang lain



meletakkan kebutuhan mereka di atas kebutuhan orang lain, dan ingin orang lain memakluminya



biasanya sudah terkenal egois



punya kebiasaan memanfaatkan orang lain d. Penyebab

Penyebab narsisistik sendiri belum diketahui. Namun seperti gangguan kepribadian yang sebelumnya udah kita bahas, faktor genetik dan lingkungan punya peranan.

65

Narsisistik juga dicurigai muncul karena perlakuan istimewa sejak kecil, namun pendapat ini dianggap masih kurang kuat. Untuk menyebut seseorang mengalami narsisistik, perlu diagnosa dari psikolog atau psikiater dulu. Jadi walaupun katakanlah ada temenmu yang punya ciri-ciri di atas, jangan langsung bilang dia narsisistik ya. e. Penanganan Narsisistik Penanganan narsisistik sendiri bisa dikatakan sulit. Ini karena orang narsis nggak menganggap narsisnya sebagai masalah. Bahkan kalau orang di sekitar terganggu pun, orang di sekitarnyalah yang dia anggap bermasalah. Kalau akhirnya si narsis ini mau bekerjasama, terapi yang digunakan biasanya terapi psikoanalisa dan terapi CBT. Kalau si narsisistik ini punya kecenderungan membahayakan orang lain, dia berkesempatan menginap di rumah sakit. Ini supaya proses terapi bisa dijalankan lebih intens. Tapi jarang sih yang rawat inap. Obat khusus untuk narsisistik nggak ada, tapi psikiater mungkin akan meresepkan obat kalau dia depresi, cemas, atau mengalami gangguan mood lain.

A. Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian

A. Faktor genetik Faktor yang terbaik bahwa faktor genetika berperan terhadap timbulnya gangguan kepribadian berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.

B. Faktor tempramental

66

Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Disfungsi sistem syaraf pusat pada masa anak-anak berhubungan dengan tanda neurologis lunak dan paling sering ditemukan pada gangguan kepribadian anti sosial dan ambang. Anak-anak dengan cidera otak yang minimal berada dalam resiko mengalami gangguan

kepribadian

antisosial.

Contohnya,

anak-anak

yang

secara

tempramental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.

C. Faktor biologis 1. Hormon Orang yang menunjukkan sifat impulsif seringkali juga menunjukkan peningkatan kadar testosteron, 17 esterodiol dan estrone, pada primata bukan manusia adrigen meningkatkan kemungkinan agresi dan perilaku seksual, tetapi peranan testosteron pada agresi manusia adalah tidak jelas, hasil tersebut adalah abnormal pada beberapa pasien gangguan kepribadian ambang dengan gejala depresif. 2. Neurotransmitter Penelitian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik menyatakan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut. Kadar 5-hydroxyindoleacetic acid (S-HIAA), suatu metabolit serotonin, adalah rendah pada orang yang berusaha bunuh diri dan pada pasien yang impulsive dan agresif. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine (prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas, dan perenungan pada banyak orang dan dapat menghasilkan perasaan kesehatan umum. Meningkatnya kadar dopamine di dalam system saraf pusat, dihasilkan oleh psikostimulan tertentu, misalnya amphetamine dapat menginduksi euphoria. Efek neurotransmitter pada sifat kepribadian elah menciptakan minat dan kontroversi tentang apakah sifat kepribadian dibawa sejak lahir atau didapat. 3. Elektrofisiologi Perubahan konduktansi elektrik pada elektro ensefalogram (EEG)

telah

ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering

67

pada tipe antisosial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.

D. Faktor psikoanalitik Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Contoh suatu karakter oral adalah pasif dan dipenden karena terfiksasi pada stadium oral, dimana pada ketergantungan pada orang lain untuk asupan makanan adalah menonjol. Karakter anal adalah keras kepala, kikir dan sangat teliti karena perjuangan disekitar latihan toilet selama periode anal.

B. Manifestasi Klinis Menurut mansjoer (2001) gangguan ini mencakup keadaan yang tidak disebabkan langsung oleh kerusakan atau penyakit otak berat atau gangguan jiwa lain tetapi memenuhi kriteria berikut ini : 1. Sikap dan perilaku yang amat tidak serasi yang biasanya meliputi beberapa bidang fungsi misalnya efek, kesadaran, pengendalian impuls, cara memandang dan berfikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain. 2. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa. 3. Pola perilaku abnormalnya pervasif dan jelek, maladaptif terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas 4. Manifestasi di otak selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut pada usia dewasa. 5. Gangguan menjurus pada pasien pribadi yang berarti, tetapi hal ini mungkin hanya menjadi nyata kemudian dalam perjalanan penyakitnya. 6. Gangguan biasanya tetap, tidak selalu berhubungan secara bermakna dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial.

C. Klasifikasi Gangguan Kepribadian a) Kepribadian paranoid 1. Defenisi

68

Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian yang dimanifestasikan dengan kecurigaan dan ketidakpercayaan yang kuat kepada orang lain.

2. Etiologi Gangguan kepribadian ini dapat disebabkan oleh pengalaman masa kecil yang buruk ditambah dengan keadaan lingkungan yang dirasa mengancam. Pola asuh dari orang tua yang cenderung tidak menumbuhkan rasa percaya antara anak dengan orang lain juga dapat menjadi penyebab dari berkembangnya gangguan ini.

3. Kriteria diagnostik Kriteria diagnostik gangguan kepribadian paranoid menurut PPGDJ III dalam Maslim (2003) yaitu : a. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan. b. Kecendrungan untuk tetap menyimpan dendam. c. Kecurigaan yang mendalam dengan menyalahkan-artikan tindakan orang lain. d. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi. e. Kecurigaan yang berulang. f. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan g. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan bersengkokol dan tidak substantif dari suatu peristiwa.

4. Terapi a. Psikoterapi Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus diingat bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Ahli terapi yang terlalu banyak menggunakan interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang dalam, masalah seksual

dan

keinginan

ketidakpercayaan pasien.

untuk

keintiman

dapat

meningkatkan

69

b. Farmakoterapi Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus, obat antiansietas seperti diazepam (Valium) dapat digunakan. Atau mungkin perlu untuk menggunakan anti psikotik, seperti thioridazine (Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik pimozide (Orap) bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid.

b) Kepribadian schizoid 1. Defenisi Kepribadian skizoid adalah suatu gangguan kepribadian yang menunjukkan pola penarikan sosial yang lama, orang dengan gangguan kepribadian skizoid sering di pandang orang lain sebagai eksentrik, terisolasi atau kesepian.

2. Etiologi Para ahli teori psikoanalisa berpendapat bahwa gangguan skozoid dibangun melalui hubungan ibu dan anak yang terganggu, dimana anak tidak pernah belajar memberi dan menerima kasih sayang, anak tersebut akan menunjukkan hubungan dan emosi-emosi sebagai hal yang berbahaya.

3. Kriteria diagnostik Kriteria diagnostik dari kepribadian scizoid menurut Maslim (2011) yaitu : a. Sedikit aktivitas yang memberikan kesenangan b. Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli c. Kurang

mampu

mengekspresikan

kehangatan,

kelembutan

atau

kemarahan terhadap orang lain. d. Tampak nyata ketidak pedulian baik terdapat pujian maupun kecaman e. Hampir memilih aktivitas yang dilakukan sendiri f. Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku g. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab.

70

4. Terapi a. Psikoterapi Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadian skizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu waktu mereka akan ikut terlibat. Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok lain mengingat kecenderungan mereka akan ketenangan. Dengan berjalannya waktu, anggota kelompok menjadi penting bagi pasien skizoid dan dapat memberikan kontak sosial.

b. Farmakoterapi Dengan antipsikotik dosis kecil, antidepresan dan psikostimulan dapat digunakan dan efektif pada beberapa pasien.

c) Kepribadian skizotipal 1. Defenisi Kepribadian

skizotipal

adalah

gangguan

kepribadian

yang

ditunjukkan dengan kepercayaan, pikiran dan pembicara yang sangat aneh atau asing, walaupun bagi orang awam.

2. Etiologi Adanyanya kecenderungan bahwa mereka percaya jika mereka memiliki kekuatan pikiran yang khusus. Mereka mungkin mengakui bahwa mereka memiliki ilusi perseptual atau mikropsia atau orang terlihat oleh mereka sebagai kayu atau jadi-jadian.

3. Kriteria diagnostik Gangguan ini memiliki ciri-ciri khas sebagai berikut : a. Suka menyendiri dan menghindari orang lain b. Egosentrik c. Dihantui oleh pikiran-pikiran austistik yaitu pikiran yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain. d. Amat perasa e. Sering bertahayul

71

4. Terapi a. Psikoterapi Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan kepribadian skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan, praktek religius yang aneh dan okultis. Ahli terapi tidak

boleh

menertawakan

aktivitas

tersebut

atau

mengadili

kepercayaan atau aktivitas mereka.

b.

Farmakoterapi Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalam menghadapi gagasan mengenai diri sendiri, waham dan gejala lain dari gangguan dan

dapat

digunakan

bersama-sama

psikoterapi.

Penggunaan

holoperidol dilaporkan memberikan hasil positif pada beberapa kasus, dan antidepresan digunakan jika ditemukan suatu komponen depresif dari kepribadian.

d) Kepribadian antisosial 1. Defenisi Kepribadian antisosial adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh tindakan antisosial atau kriminal yang harus menerus, akan tetapi bukan merupakan kriminalitas.

2. Etiologi Penyebab gangguan ini berkaitan dengan peran keluarga. Selain itu, juga disebabkan oleh tidak konsistennya orang tua dalam mendisiplinkan anak dan dalam mengajarkan tanggung jawab terhadap orang lain. Orang tua yang sering melakukan kekerasan fisik terhadap anaknya dapat menyebabkan gangguan ini. Gangguan ini juga dapat disebakan oleh kehilangan orang tua.

3. Kriteria diagnostik a. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain b. Sikap yang amat sangat tidak bertanggung jawab dan tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial

72

c. Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama d. Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk kekerasan e. Tidakan mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari hukuman. f. Sangat cenderung menyalahkan orang lain

4. Terapi a. Psikoterapi Jika pasien merasa bahwa mereka berada diantara teman-teman sebayanya, tidak adanya motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan karena hal itulah kelompok yang menolong diri sendiri (selfhelp group) akan lebih berguna dibandingkan di penjara dalam menghilangkan gangguan. Tetapi, ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman, ahli terapi harus menggagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain.

b. Farmakoterapi. Farmakoterapi

digunakan

untuk

menghadapi

gejala

yang

diperkirakan akan timbul, seperti kecemasan, penyerangan dan depresi. Tetapi, karena pasien seringkali merupakan penyalahguna zat, obat harus

digunakan

bukti-bukti

secara

adanya

bijaksana.

gangguan

Jika

pasien

defisit-atensi

/

menunjukkan hiperaktivitas,

psikostimulan seperti methylphenidate (Ritalin), bisa digunakan.

e) Kepribadian histrionik 1. Defenisi Kepribadian histrionik digunakan untuk individu yang terlalu dramatis dan selalu menarik perhatian kepada dirinya sendiri. Pola ini dimulai pada awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks.

2. Manifestasi klinis

73

Adapun ciri gangguan ini yaitu : a. Individu dengan gangguan ini tidak nyaman atau merasa tidak dihargai ketika tidak menjadi pusat perhatian b. Penampilan dan perilaku sering melakukan profokasi secara seksual (menggoda) c. Ekspresi emosional yang dangkal dan cepat berubah d. Secara konsiten menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian e. Memiliki gaya bicara yang impresionistik f. Dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi berlebihan dari emosi g. Memiliki tingkat sugestifitas yang tinggi h. Menganggap hubungan lebih intim dari realita

3. Terapi a. Psikoterapi Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari perasaan mereka yang sesungguhnya; dengan demikian penjelasan dalam (inner feeling) mereka adalah suatu proses yang penting. Psikoterapi berorientasi psikoanalisis, baik dalam kelompok atau individual, adalah terapi yang terpilih untuk gangguan kepribadian histrionik.

b. Farmakoterapi Farmakoterapi dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya, seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat antiansietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.

f) Kepribadian narsistik 1. Defenisi Gangguan narsistik mempunyai pandangan yang berlebihan tentang kemampuan dan keunikan diri sendiri. Mereka asyik dengan fantasi mereka tentang kesuksesan dan kebutuhan akan kekaguman dan perhatian dari orang lain.

74

2. Manisfestasi klinis a. Merasa dirinya penting dan haus akan perhatian orang lain b. Selalu menuntut perhatian dan perlakuan istimewa dari orang lain c. Sangat peka pada pandangan orang lain terhadap dirinya d. Bersikap

eksploitatif

(mementingkan

kepentingan

diri

sendiri,

mengabaikan hak dan perasaan orang lain).

3. Terapi a. Psikoterapi Mengobati gangguan kepribadian narsistik sukar, karena pasien harus meninggalkan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan. Dokter psikiatrik seperti Otto Kernberg dan Heiz Kohut menganjurkan pemakaian pendekatan psikoanalitik untuk mendapatkan perubahan.

b. Farmakoterapi Lithium (Eskalith) digunakan pada pasien yang memiliki pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap depresi, maka antidepresan juga dapat digunakan.

g) Kepribadian menghindar 1. Defenisi Gangguan kepribadian menghindar adalah gangguan kepribadian yang menunjukkan kepekaan yang ekstrim terhadap penolakan, yang dapat menyebabkan penarikan kehidupan dari sosial.

2. Etiologi Biasanya penderita memiliki sejarah fobia sosial atau malahan menjadi fobia sosial dakam perjalanan gangguannya.

3. Manifestasi klinis a. Perasaan tegang dan takut menetap b. Merasa dirinya tak mampu

75

c. Preokupasi (kebingungan) yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial d. Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akn disukai e. Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan dalam keamanan diri f. Menghindari aktivitas sosial karena takut dikritik, ditolak, dan tidak didukung.

4. Terapi a. Psikoterapi Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan kegagalan. Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih keterampilan sosial yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang telah buruk. Terapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka.

b. Farmakoterapi Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, khususnya jika mereka menghadapi situasi yang menakutkan.

h) Kepribadian dependen 1. Defenisi Kepribadian dependen adalah gangguan kepribadian yang menempatkan kebutuhan mereka sendiri dibawah kebutuhan orang lain, meminta orang lain untuk mengambil tanggung jawab untuk masalah besar dalam kehidupan mereka, tidak memiliki kepercayaan diri.

76

2. Manifestasi klinis a. Membiarkan orang lain mengambil sebagian besar keputusan untuk dirinya b. Meletakkan kebutuhan dirinya lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia bergantung, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka c. Kengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana ia bergantung d. Perasaan tidak enak dan tidak berdaya dan tidak berdaya jika sendirian e. Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.

3. Terapi a. Psikoterapi Terapi gangguan kepribadian dependen seringkali berhasil, yaitu dengan proses kognitif-behavioral, dengan menciptakan kemandirian pada pasien, melatih ketegasan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Terapi perilaku, terapi keluarga dan terapi kelompok semuanya telah digunakan dengan keberhasilan pada banyak kasus.

b. Farmakoterapi Pasien yang mengalami serangan panik atau memiliki tingkat kecemasan perpisahan yang tinggi mungkin tertolong oleh imipramine (Tofranil). Benzodiazepine dan obat serotonergik dapat berguna.

i) Kepribadian obsesif kompulsif 1.

Defenisi Gangguan kepribadian obsesif atau konpulsif adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh penyempitan emosional, ketertiban, kekerasan hati, sikap keras kepala, dan kebimbangan, gambaran penting dari gangguan ini adalah pola perfeksionisme dan infleksibilitas yang pervasif.

77

2.

Manifestasi klinis a. Perfeksionisme b. Keteraturan c. Kaku dan kurang hangat dalam pergaulan dan kehidupan d. Pemalu e. Pengawasan diri yang tinggi

3.

Terapi a. Psikoterapi Tidak seperti gangguan kepribadian lainnya, pasien gangguan kepribadian obsesif-kompulsif seringkali tahu bahwa mereka sakit dan mencari pengobatan atas kemauan sendiri. Asosiasi bebas dan terapi yang tidak terlalu mengarahkan sangat dihargai oleh pasien gangguan ini. Terapi kelompok dan terapi perilaku biasanya memberikan manfaat tertentu. Pada kedua konteks, mudah untuk memutuskan pasien ditengah-tengah interaksi atau penjelasan maladaptif mereka. Melengkapi perilaku kebiasaan mereka mencegah meningkatkan kecemasan pasien dan menyebabkan mereka mudah mempelajari strategi baru.

b. Farmakoterapi Clonazepam (Klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan antikonvulsan, pemakaian obat ini untuk menurunkan gejala pada pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif parah. Clomipramine (Anafranil) dan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-kompulsif timbul.

D. Terapi Gangguan Kepribadian Beberapa penanganan (treatment) yang tersedia untuk gangguan kepribadian, termasuk : 1. Psikoterapi 2. Obat

78

3. Rawat Inap Keberhasilan pengobatan tergantung pada partisipasi aktif Anda dalam perawatan Anda. 1. Psikoterapi Psikoterapi adalah cara utama untuk mengobati gangguan kepribadian. Psikoterapi adalah istilah umum untuk proses mengobati gangguan kepribadian dengan berbicara tentang kondisi Anda dan isu-isu terkait dengan penyedia kesehatan mental. Selama psikoterapi, Anda belajar tentang kondisi Anda dan suasana hati, perasaan, pikiran dan perilaku anda. Dengan menggunakan wawasan dan pengetahuan yang Anda dapatkan dalam psikoterapi, Anda dapat mempelajari cara-cara sehat untuk mengelola gejala. Jenis psikoterapi yang digunakan untuk mengobati gangguan kepribadian meliputi: a. Terapi perilaku kognitif. Ini menggabungkan fitur dari terapi kognitif dan terapi perilaku untuk membantu Anda mengidentifikasi keyakinan dan perilaku negatif yang tidak sehat dan menggantinya dengan keyakinan dan perilaku sehat, yang positif.

b. Terapi perilaku dialektis. Ini adalah jenis terapi perilaku kognitif yang mengajarkan keterampilan perilaku untuk membantu Anda mentolerir stres, mengatur emosi Anda dan meningkatkan hubungan Anda dengan orang lain.

c. Psikoterapi Psikodinamik. Terapi ini berfokus pada peningkatan kesadaran Anda dari pikiran bawah sadar dan perilaku, mengembangkan wawasan baru ke dalam motivasi Anda, dan menyelesaikan konflik untuk hidup lebih bahagia. d. Psychoeducation. Terapi ini mengajarkan Anda – dan kadang-kadang keluarga dan teman – tentang penyakit Anda, termasuk perawatan, menguasai strategi dan kemampuan memecahkan masalah.

79

Psikoterapi dapat diberikan dalam sesi individu, terapi kelompok atau dalam sesi yang mencakup keluarga atau bahkan teman. Jenis psikoterapi yang tepat untuk Anda tergantung pada situasi individu Anda.

2. Obat Tidak ada obat khusus yang disetujui oleh Badan Administrasi Makanan dan Obat (FDA) untuk mengobati gangguan kepribadian. Namun, beberapa jenis obat-obatan psikiatri dapat membantu dengan gejala gangguan kepribadian yang beragam, yaitu : a.

Obat Antidepressant. Antidepresan mungkin berguna jika Anda memiliki suasana hati, amarah depresi, impulsif, mudah marah atau putus asa, yang mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian.

b. Obat untuk menstabilkan suasana hati. Sebagaimana namanya, stabilisator suasana hati dapat membantu bahkan keluar perubahan suasana hati atau mengurangi lekas marah, impulsif dan agresi.

c. Obat Anti-kecemasan. Ini dapat membantu jika Anda memiliki kecemasan, agitasi atau insomnia. Namun dalam beberapa kasus, obat anti kecemasan dapat meningkatkan perilaku impulsif.

d. Obat Antipsikotik. Juga disebut neuroleptik, ini mungkin dapat membantu jika gejala termasuk kehilangan sentuhan dengan kenyataan (psikosis) atau dalam beberapa kasus jika Anda memiliki kecemasan atau masalah kemarahan.

3.

Rawat inap dan program perawatan perumahan Dalam beberapa kasus, gangguan kepribadian mungkin begitu parah sehingga Anda memerlukan rawat inap kejiwaan. Rawat inap psikiatri umumnya direkomendasikan hanya bila Anda tidak dapat merawat diri sendiri dengan benar atau ketika Anda sedang dalam bahaya langsung merugikan diri sendiri atau orang lain. Pilihan rawat inap psikiatri termasuk 24-jam perawatan rawat inap, rawat inap sebagian atau hari, atau perawatan perumahan, yang menawarkan tempat yang mendukung untuk hidup.

80

Berpartisipasi dalam perawatan Anda sendiri : Cobalah untuk menjadi peserta aktif dalam perawatan Anda. Bekerja sama, Anda dan dokter atau terapis dapat memutuskan mana pilihan pengobatan yang terbaik untuk situasi Anda, tergantung pada jenis gangguan kepribadian, gejala dan keparahan , preferensi pribadi Anda, asuransi, keterjangkauan, efek samping pengobatan, dan faktor lainnya. Dalam beberapa kasus, gangguan kepribadian mungkin begitu parah sehingga dokter, kekasih atau wali mungkin perlu untuk membimbing perawatan Anda sampai Anda cukup baik untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

E. Contoh kasus gangguan kepribadian Alexis berusia 24 tahun, mengikuti terapi karena mencuci tangan secara kompulsif yang mengancam akan menghancurkan hidupnya. Dia baru saja diterima di sekolah hukum, tapi Ia takut tidak mampu duduk diam di kelas atau belajar dengan baik karena dorongan untuk mencuci tangan yang muncul setiap kali Ia berpikir telah menyentuh sesuatu yang kotor. Setiap hari tampaknya ada begitu banyak benda kotor yang disentuhnya, dan yang paling kotor biasanya berhubungan dengan toilet. Dia berdalih hal ini karena hal yang berhubungan dengan toilet dipenuhi oleh mikroba yang menurutnya tergolong paling najis. Alexis tahu bahwa memang tidak ada alasan atau sebab untuk paksaan (dorongannya) tersebut. Dia cuci tangan untuk membersihkan dirinya dari sesuatu yang telah tercemar. Penyebab OCD yang dialami Alexis ini diduga karena trauma basal. Tindakan mencuci tangan yang dilakukannya berfungsi sebagai solusi palsu untuk membersihkan apa yang seharusnya harus dibersihkan, tetapi mungkin dalam hal ini bukan tangannya. Langkah pertama adalah menemukan trauma yang menyebabkan gangguan OCD ini. Akhirnya ditemukanlah bahwa kakeknya pernah melakukan penyiksaan seksual ketika dia berusia enam tahun dengan cara menembus dan membuat Alexis mencium bau anusnya.

81

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Perilaku abnormal itun memiliki banyak pembagian, antara lain adalah Schizophrenia, Depresi dan Gangguan Kepribadian. Schizophrenia adalah

suatu

penyakit

otak persisten dan serius

yang

mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah Depresi bisa adikatakan sebagai suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Gangguan Kepribadian adalah suatu jenis penyakit mental di mana cara berpikir,

82

memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. Dan harus ditangani dengan tepat agar tidak menimbulkan efek yang lebih buruk dimasa yang akan datang. B. Saran Untuk Pengembangan lebih lanjut, maka penulis meminta saran yang sangat bermanfaat dan bersifat membangun. Karna penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Related Documents


More Documents from "Adityo Mulyono"