9 Paper Distosia.docx

  • Uploaded by: Ndah M
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 9 Paper Distosia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,497
  • Pages: 16
A. Definisi Distosia adalah persalinan yangsulit yang ditandai dengan danya hambatan kemajuan dalam persalinan. Persalinan yang normal (eutocia) ialah persalinan normal dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan dalam 18jam. Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan (American College of Obstretician and Gynaecologist)

B. Etiologi -

Usia kehamilan

-

Anensefalus

-

Multiparitas

-

Riwayat persalinan bokong

-

Kehamilan multipel

-

Anomali uterus

-

Hidramnion

-

Tumor pelvis

-

Oligohidramnion

-

Plasenta previa

-

Hidrosefalus

C. Klasifikasi Penyebab distosia dapat dibagi dalam 3golongan besar 1. Distosia karena kekuatan-kekuatan mendorong anak tidak memadai, yaitu: a. Kelainan his merupakan penyebab terpenting dan tersering dari distosia. b. Kekuatan mengedan kurang kuat, misalnya kelainan dinding perut, seperti luka parut baru pada dinding perut, ditase muskulus rektus abdominis; atau kelainan keadaan umum ibu seperti sesak napas atau adanya kelelahan ibu. 2. Distosia karena adanya kelainan letak janin Misalnya presentasi bahu, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi bokong, anak besar, hidrosefalus, dan monstrum.

Distosia

Page 1

3. Distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir Baik adanya bagian keras (tulang), seperti adanya panggul sempit, kelainan bawaan pada panggul maupun bagian yang lunak seperti adanya tumor baik pada genitelia interna maupun pada visera lain didaerah panggul yang menghalangi jalur.

D. Jenis-jenis Distosia 1. Distosia karena kelainan His Baik tidaknya his dapat dinilai dari : 1) Kemajuan persalinan 2) Sifat-sifat his; frekuensi, kekuatan, dan lamanya his.kekuatan his dapat sinilai dengan cara menekan dinding rahim pada puncak kontraksi (Acme). 3) Besarnya caput succedaneum Kemajuan persalinan dinilai dari kemajuan pembukaan serviks, kemajuan turunnya bagian terendah janin, dan bila janin sudah sampai dibidang Hodge III atau lebih rendah diniai dari ada atau tidaknya adanya putaran paksi dalam. Penialaian kekuatan his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni menilai secara manual sifat-sifat His dengan palpasi ataubantuan CTG (cardio tocograph). Kekauatan his tidak boleh dinilai dari perasaan nyeri penderita. His dikatakan kuarang kuat jika : 1) Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak His. 2) Terlalu pendek yang dinilai dari lamanya kontraksi. 3) Terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara 2 His. Dalampemantauan kemajuan persalinan, ketiga sifat diatas perludinilai secaraobjektif dengan melakukan penilaian secara manual, yaitu melakukan palapasi abdomen sekurang-kurangnya 10menit.

Distosia

Page 2

Menurut WHO (The Parthograph, WHO 1988) his dinyatakan memadai bila terdapat his yang kuat sekurang-kurangnya 3 kali dalam kurun waktu 10menit dan masing-masing lamanya >40detik. Interpal His yang terlampau pendek dan/ atau lamanya >50detik dapat membahayakan kesejahteraan janin. His yang terjadi tanpa masa istirahat dapat disebut Tetania Uteri. Distosia kelainan His karena inersia uteri Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang dari His normal. Pembagian inersia yang sekarang berlaku ialah: a. Inersia uteri Hipotinis : kontraksi terkoordinasi, tetap lemah. Dengan CTG, terlihat tekanan yang kurang dari 15mmHg. Dengan palpasi, His jarang dan puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan kedalam. His disebut baik apabila tekanan intrauterin mencapai 50-60mmHg. Biasanya terjadi dalam fase akati atau kala II. Oleh karena itu, dinamakan juga kelemahan His skunder. b. Inersia uterihipertonis : kontraksi tidak terkoordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Inersia uteri ini sifatnya hipertonis, sering disebut inersia spastis. Pasien biasanya sangat kesakitan. Inersia uteri hipertonis terjadi dalam fase laten. Oleh karena itu dinamakan inersia uteri primer. Garis besar Perbedaan inersia uteri hipotonis dan hipertonis Kejadian Saat terjadinya Nyeri Fetal distres Reaksi terhadap oksitosin Pengaruh sedatif

Distosia

Hipotonis 4% dari persalinan Fase aktif Tidak nyeri Lambat terjadi Baik

Hipertonis 1% persalinan Fase laten Nyeri berlebihan Cepat Tidak baik

Sedikit

Besar

Page 3

Bahaya bagi anak meninggi karena oksigenasi kurang sebagai akibat kontraksi rahim yang terlalu kuat; mungkinjuga bayi mengalami trauma karena lahir sebelum ada persiapan yang cukup, misalnya jatuh kelantai. Terapi Berusaha mengurangi His dengan sedatif

2. Distosia karena kelaian presentasi, posisi ataukelainan janin a. Kelainan janin (positio occipito posterior persistens) Pada kebanyakan persalinan dengan posisi oksipito posterior, kepala akan mengalami putaran paksi sehingga anak lahir dengan oksiput dibawah simfisis, namun karena sudut pemutaran besar (umumnya 135), kala II biasanya sedikit lebih lama. Putaran paksi ini baru terjadi di Hodge III+bahkan kadang-kadang baru terjadi di Hodge IV. Jika pada posisi oksipito posterior ubun-ubun kecil berputar kebelakang, kita sebut posisi oksipito posterior pesisten. Penyebab tidak terjadinya putaran paksi ialah panggul antropoid, panggul android, kesempitan bidang tengah panggul, ketuban pecah sebelum waktunya, fleksi kepala kurang dan inersia uteri. Adakalanya oksiput berputar kebelakang dan anak lahir dengan muka dibawah simfisis. Ini terutama terjadi jika fleksi kepala kurang. Untuk menhindari ruptura perinei totalis, episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini perineumdiregang oleh sirkum ferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil (4%) dari posisi oksipito posterior yang memerlukan pertolongan pembelahan.

Distosia

Page 4

Terapi Umumnya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi, dapat dipilih antara ekstraksi vakum atau forseps Etraksi dengan forseps 1. Anak dilahirkan dengan oksiput tetap dibelakang : terutama dilakukan jika ada faktor-faktor yang menyukarkan rotasi kedepan, seperti panggul antrophoid atau android. 2. Anak dilahirkan dengan oksiput sebelah depan : dilakukan jika tidak ada faktor-faktor yang menghalangi rotasi. Ektraksi dengan vakum Pada ektraksi dengan vakum ekstraktor kita ikuti arah putaran ubun-ubun kecil dan hanya dilakukan penarikan kepala kebawah dengan arah tarikan yang disesuaikan dengan tingkat turunnya kepala. b. Kelainan presentasi Letak defeksi terdiri dari : presentasi muka, presentasi dahi, dan presentasi puncak kepala (indeferen) Presentasi muka Adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput mengenai punggung dan muka terarah kebawah (kuadal terhadap ibu). Punggung terdapat dalam lordosis dan biasanya terdapat dibelakang. Diagnosis. Distosia

Page 5

Dalam kehamilan : letak muka kadang-kadang dapat di curigai dalam kehamilan jika : 1) Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan antara belakang kepala dan punggung teraba sudut yang runcing (sudut fabre); tonjolan kepala ini juga bertentangan dengan pihak bagian-bagian kecil 2) Bunyi jantung anak terdengar pada pihak bagian-bagian terkecil Diagnosis diatas dapat diperkuat dengan foto rontgen pelvis anteroposterior dan lateral atau dengan ultrasonografi. Dalam persalinan : dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu. Karena muka agak lunak harus dibedakan dengan bokong.

Gambar. a)letak puncakkepala b)letak dahi c)letak muka Penyebab terpenting ialah panggul sempit dan anak yang besar. Secara lengkap dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu: 1) Letak muka primer : disebabkan oleh adanya kelainan pada anak dan tak dapat diperbaiki, seperti struma kongenitalis, kelainan tulang leher, lilitan tali pusat yang banyak dileher, meningokel,anensefal, dan anak lahir besar.

Distosia

Page 6

2) Letak muka skunder : anak normal, namun ada kelainan, seperti panggul picak, sinding perut kendor hingga rahim jatuh kedepan, bagian-bagian yang menumbung dan hidramnion. Letak defleksi mungkin juga dapat terjadi karena tonus otot-otot ekstensor anak lebih kuat dari tonus otot flrksor.

Terapi Jika menemukan letak muka,sebaiknya diperiksa apakah tidak ada kelainan panggul. Apabila tidak ada kelainan panggul, pengelolaan persalinan bersifat konservatif mengingat bahwa letak muka anak masih dapat dilahirkan spontan. Juga jika dagu terdapat disebelah belakang masih ada kemungkinan bahwa dagu memutar kedepan dan persalinan berlangsung spontan. Akan tetapi, sebagai bagian dari upaya menurunkan angka kematian perinatal maka kala II tidak boleh lebih dari 1jam. Jika ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan, forseps dipergunakan dengan syarat-syarat berikut : 1. Kepala sudah sampai di Hodge IV 2. Dagu terdapat sebelah depan

Distosia

Page 7

Jika dagu tetap dibelakang (posisi mento posterior persisten),[ersalinan tidak dapat berlangsung spontan karena untuk menyesuaikan diri dengan lengkung panggul anak harus menambahkan defleksinya. Hal ini tidak mungkin terjadi karena defleksi kepala sudah maksimal. Pngelolaan masalah ini ialah: 1) Seksio sesarea jika anak masih hidup 2) Perforasi jika anak sudah mati Letak dahi Adalah letak kepala dengan defleksi yang sedang hingga dahi menjadi bagian yang terendah. Biasanya letak dahi bersifat sementara dan dengan majunya persalinan menjadi letak belakang kepala. Letak dahi yang menetap agak jarang terjadi. Penyebab letak dahi kiara-kira sama dengan letak muka. c. Letak Sungsang Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri. Macam –Macam Letak Sungsang : 1) Letak bokong murni ( frank breech ) 2) Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas. 3) Letak sungsang sempurna (complete breech) Kedua kaki ada disamping bokong dan letak bokong kaki sempurna. 4) Letak sungsang tidak sempurna ( incomplete breech ) Selain bokong sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut.

Distosia

Page 8

d. Letak lintang Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu. Bila sumbu memanjang tersebut membentuk sumbu lancip, disebut letak lintang oblik, yang biasanya sementara karena akan berubah menjadi posisi longitudinal pada persalinan. Bila ketuban belum pecah disebut tali pusat terdepan. Pada keadaan prolaps tali pusat ( tali pusat menumbung ) timbul bahaya besar, tali pusat terjepit pada waktu bagian janin turun dalam panggul sehingga menyebabkan asfiksia pada janin.

3. Distosia kelainan jalan lahir Klasifikasi kelainan bentuk janin a. Distosia kepala : hidrosefalus, kepala besar dan higroma koli atau tumor di leher. b. Distosia bahu : bahu janin lebar seperti anak kingkong. c. Distosia perut : hidropos fetalis, asites, akardiakus d. Distosia bokong : meningokel, spinal bifida, dan tumor pada bokong janin. e. Kembar siam/ double monster Kelainan pertumbuhan janin yang berlebihan Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%. Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000 - 5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya. Pada janin besar, faktor keturunan memegang peranan penting.

Distosia

Page 9

E. Patofisiologi His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya +10 mmHg Incoordinate uterin action yaitu sifat his yang berubah. Tonus otot uterus meningkat juga di luar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya Tidak adanya koordinasi antara kontraksi atas, tengah dan bawah menyebabkan tidak efisien dalam mengadakan pembukaan Disamping itu tonus otot yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga disebut sebagai incoordinate hipertonic uterin contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uterin pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui degan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.

F. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik pada Ibu : 1. Gelisah 2. Letih 3. Suhu tubuh meningkat 4. Nadi dan pernafasan cepat 5. Edema pada vulva dan servik 6. Bisa jadi ketuban berbau Manifestasi klinik pada Janin

Distosia

Page 10

1. DJJ cepat dan tidak teratu

G. Komplikasi 1. Komplikasi maternal a. Perdarahan pasca persalinan b. Fistula Rectovaginal c. Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy” d. Robekan perineum derajat III atau IV e. Rupture Uteri 2.

Komplikasi fetal a. Brachial plexus palsy b. Fraktura Clavicle c. Kematian janin d. Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen e. Fraktura humerus

H. Pemeriksaan penunjang 1. Foto rontgen 2. MRI 3. USG 4. X-ray

I. Penatalaksanaan medis 1. Penanganan Umum a. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin b. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ c. kolaborasi dalam pemberian : -

Infus RL dan larutan NaCL isotonik (IV)

-

Berikan analgesik berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg (IM)

Distosia

Page 11

d. Perbaiki keadaan umum -

Berikan dukungan emosional dan perubahan posisi

-

Berikan cairan

2. Penanganan Khusus a. Kelainan His 1) TD diukur tiap 4 jam 2) DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II 3) Pemeriksaan dalam 4) Kolaborasi : Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV), berikan analgetik seperti petidin, morfin dan pemberian oksitosin untuk memperbaiki his b. Kelainan janin 1) Pemeriksaan dalam 2) Pemeriksaan luar 3) MRI (Magnetic Resonance Imaging) 4) Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria baik primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan c. Kelainan jalan lahir 1) Dilakukan eksisi sebisa mungkin sehingga persalinan berjalan lancar 2) Jika sulit dan terlalu lebar, dianjurkan untuk melakukan SC

J. Asuhan keperawatan 1. NYERI AKUT NANDA

NOC

NIC

Domain 12 :

Domain 4 : pengetahuan

Domain 1 : fisiologis dasar

kenyamanan

tentang kesehatan dan

Kelas E : peningkatan

Kelas 1 :

perilaku

kenyamanan fisik

kenyamanan fisik Kelas Q : perilaku sehat

Distosia

1400 : manajemen nyeri

Page 12

00132 : nyeri

1605 : control nyeri

akut

Setelah dilakukan

nyeri, komprehensif,

tindakan keperawatan

yang meliputi lokasi,

selama 1 jam, criteria

karakteristik,

hasil yang diharapkan

onset/durasi, frekuensi,

-

160510 :

kualitas,

menggunakan

intensitas/beratya nyeri

tindakan

dan factor pencetus

pengurangan

-

-

Lakukan pengkajian

Gali bersama pasien

(nyeri) tanpa

faktor2 yang dapat

analgetik

menurunkan/memperbera

160501 :

t nyeri

menggambarkan

-

-

-

Dukung istirahat/tidur

factor penyebab

yang adekuat untuk

160503 :

membantu penurunan

menggunakan

nyeri

tindakan pencegahan -

Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dengan pementauan yang tepat

-

Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri yang dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur

-

Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam(missal:

Distosia

Page 13

farmakologi, nonfarmakologi,interpers onal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan

2. RESIKO INFEKSI NANDA

NOC

NIC

Domain 11 :

Domain 2 : kesehatan

Domain 2 : fisiologi komplek

perlindungan/ke

fisiologi

Kelas L : Management

amanan

Kelas H : Respon imun

kulit/luka

Kelas 1 : infeksi 0703 : keparahan

3590 : pengecekan kulit  Periksa kulit” dan selaput

00004 : resiko

infeksi

infeksi

Setelah dilakukan

lender terlihat dengan

tindakan keperawatan

adanya

selama 16-30

kemerahan,kehangatan,ek

menit,criteria hasil yang

strem, edema, atau

diharapkan

drainase

 070301 : kemerahan  Amati warna  070307 : demam ,kehangatan, palpasi,  070333 : nyeri tekstur, edema, dan ulserasi pada ekstermitas  Monitor kulit u/ adanya ruam dan lecet  Monitor kulit u/ adanya kekuningan yang berlebihan dan kelembapan

Distosia

Page 14

3. ANSIETAS Domain 9 :

setelah dilakukan

Domain 3: perilaku

koping /

tindakan keperawatan

Class T : Psikologis promosi

toleransi stress

anxiety reduction

kenyamanan

Class 2 :

selama 31-45 menit

I5820 :

responkoping

ansietas teratasi

pengurangankecemasan

Diagnosa :

sebagian dengan

-

Ansietas(00146)

kriteria hasil : domain III :

Gunakan pendekatan agar pasien tenang

-

Berusaha untuk

kesehatanfisiologis

memahami perspektif

class O-kontroldiri

penderita dari situasi

 14021

stress

kontrolkecemmasan

-

Tetap dengan pasien

diri

untuk mempromosikan

 140201

keamanan dan kurangi takut

memonitoring intensitas

-

tinggal dengan pasien

kecemasan (2-3)  140202 Menghilangkan precusor

Dorong keluarga untuk

yang sesuai -

Identifikasi ketika tingkat kecemasan

kecemasan(2-3)  140203 Mengurangi rangsangan lingkungan ketika cemas(2-3)  140204 Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan(2-3)

Distosia

Page 15

 140205 Merencanakan strategis coping untuk situasi stress(2-3)

Distosia

Page 16

Related Documents

9 Paper Distosia.docx
May 2020 14
Sample Paper 9
November 2019 7
Sample Paper 9
December 2019 8
Paper 9 Ok
November 2019 10

More Documents from "Danish Akbar"