150522 Kel 2 - Kebersihan Mulut & Skaling Polishing.docx

  • Uploaded by: Tria Yha
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 150522 Kel 2 - Kebersihan Mulut & Skaling Polishing.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,777
  • Pages: 18
MAKALAH DENTAL HYGIENIST III KEBERSIHAN MULUT, SCALING, DAN POLISHING

Disusun oleh Kelompok 2 Nailul Manshuroh

(9222)

Amrina Rachmawati W

(9253)

Vita Wahyu Hidayani

(9227)

Nurul Arina Dewi

(9257)

Risqi Ayu Damayanti

(9232)

Dian Ayu Permatasari

(9260)

Tiara Budi Eka L

(9233)

Nungky Sabila A

(9261)

Nur Afiati

(9234)

Puput Retno P.

(9268)

Eka Indah

(9235)

Yuliafiani Miranti

(9271)

Menikha Maulida

(9236)

Ratna Mareta Arina

(9272)

Novi Puspitasari

(9247)

Rizki Nurul Fatimah

(9274)

Ghulam Muhammad N.

(9251)

Claudy Ichsani Sadd AZ

(9277)

Rizky Indah R.

(9252)

Hempi Bachtiar

(9278)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015

1

PENDAHULUAN Kesehatan dan kebersihan gigi serta mulut merupakan hal yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan tubuh. Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara urnum (Malik, 2008).

Kesehatan gigi dan mulut sangat mempengaruhi kulitas hidup, termasuk fungsi bicara, pengunyahan, dan rasa percaya diri. Gangguan kesehatan mulut akan berdampak pada kinerja sesorang (Putri dkk, 2012). Tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain perilaku masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut yang kurang akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan gigi dan mulut. Sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan gigi dan mulut adalah dengan mengukur status kebersihan gigi dan mulut. Melalui pengukuran status kebersihan gigi dan mulut yang menggunakan indeks, maka akan diketahui kondisi kesehatan gigi dan mulut seseorang. Selain itu juga dapat merencanakan tindakan selanjutnya yang diperlukan dalam mencegah berkembangnya gangguan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hal di atas, maka sngat perlu pemahaman mengenai cara pengukuran kebersihan gigi dan mulut dengan menggunakan indeks. Selain itu juga perlu pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana cara melakukan tindakan scaling untuk menghilangkan plak, kalkulus, serta kotoran lainnya yang ada di dalam rongga mulut.

2

PEMBAHASAN A. Kebersihan Mulut Umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu indeks Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S), aslinya adalah Oral Hygiene Index (OHI) dari Greene dan Vermiliion (1960). Indeks ini menilai kebersihan mulut individu atau grup secara kuantitatif. Semenjak diperkenalkan, indeks ini dikatakan sebagai indeks yang sensitif dan mempunyai metode sederhana untuk menilai kebersihan mulut. Indeks ini juga telah dibuktikan sebagai alat yang berguna dalam epidemiologi dental serta evaluasi program kesehatan gigi (Sriyono, 2011). Meskipun sensitif, sederhana dan berguna, tetapi pemakai OHI tetap memerlukan kecermatan yang lebih untuk membuat keputusan-keputusan serta memerlukan waktu yang lama untuk menilai dan menarik kesimpulan kebersihan mulut individu atau grup. Maka dari itu, diusahakan untuk mengembangkan indeks lain yang sensitif yang setara dengan OHI, untuk mengurangi waktu pemeriksaan tetapi tetap cermat untuk membuat keputusan dalam menilai kebersihan mulut individu atau grup (Sriyono, 2011). Berdasarkan trial dan error, dikembangkan indeks lain oleh Greene dan Vermillion (1964), yang dinamakan The Simplified Oral Hygiene Index atau Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari Greene dan Vermillion. Menurut Sriyono (2011), perbedaan dan persamaan OHI-S dengan OHI yang original adalah: 1. Jumlah gigi yang diperiksa untuk OHI 12 buah, menjadi 6 buah untuk OHIS. 2. Metode memilih permukaan gigi untuk dinilai berbeda, dan nilai yang sama dapat dicapai berbeda. 3. Sama-sama mempunyai 2 komponen yang dinilai yaitu debris dan kalkulus. 4. Kriteria yang digunakan untuk menilai permukaan sama. Pemeriksaan OHI-S dilakukan dengan menggunakan gigi indeks. Menurut Depkes RI (1995), gigi indeks yang digunakan dalam pemeriksaan OHI-S adalah: 3

- Rahang atas

: Gigi 6 kanan dan kiri permukaan bukal Gigi 1 kanan permukaan labial

- Rahang bawah : Gigi 6 kanan dan kiri permukaan lingual Gigi 1 kiri permukaan labial Ketentuan dan kriterian gigi indeks OHI-S (Sriyono, 2011): - Gigi tetap - Hanya gigi yang sudah erupsi penuh yang diperiksa. - Gigi asli dengan restorasi full crown tidak digunakan sebagai gigi indeks. - Permukaan gigi yang berkurang tingginya karena karies atau trauma tidak digunakan sebagai gigi indeks. - Paling tidak, sedikitnya ada 2 dari 6 gigi indeks yang diperiksa untuk tiap individu. - Menurut Depkes RI (1995), bila gigi-gigi indeks tidak ada maka yang diperiksa adalah gigi pengganti yang ada di sebelah mesial. Nilai OHI-S diperoleh dengan menjumlahkan indeks debris dan indeks kalkulus (Depkes RI, 1995). Adapun criteria OHI-S menurut standar WHO adalah sebagai berikut: - 0,0-1,2 = baik - 1,3-3,0 = sedang - 3,1-6,0 = buruk

1. Indeks Debris Menurut Depkes RI (1995), debris index atau indeks debris adalah skor (nilai) dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi indeks.

4

Kriteria penilaian indeks debris menurut Depkes RI (1995) adalah: Kriteria Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak dan tidak ada pewarnaan ekstrinsik

Nilai 0

Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas sepertiga permukaan atau kurang dari sepertiga permukaan gingival Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris yang lunak,

1

akan tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi gigi sebagian atau seluruhnya Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan tersebut, seluas lebih dari sepertiga, tetapi

2

kurang dari tepi gingiva/gusi Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari dua pertiga permukaan gigi

3

dari tepi

Cara pemeriksaan:

Gambar 1. Cara pemeriksaan indeks debris Keterangan: a. Pemeriksaan dimulai dari bagian A3, jika terdapat debris pada sonde diberi skor 3. b. Jika bagian A3 bersih pindahlah ke A2, jika terdapat debris diberi skor 2. 5

c. Jika bagian A2 bersih pindahlah ke A1, jika terdapat debris dieri skor 1. d. Jika bagian A1 bersih, maka diberi nilai 0 Indeks debris dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah nilai debris

DI = Jumlah gigi yang diperiksa

2. Indeks Kalkulus Menurut Herijulianti (2001), indeks kalkulus adalah skor atau nilai dari endapan keras yang terjadi karena debris mengalami pengapuran yang melekat pada gigi. Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid lainnya di dalam rongga mulut (Putri dkk, 2012). Kalkulus terbagi menjadi 2 jenis yaitu: a. Kalkulus supragingiva Merupakan kalkulus yang elekat erat pada permukaan mahkota gigi ulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih kekuning-kuningan, konsistensinya keras seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan skeler (Putri dkk, 2012). b. Kalkulus subgingiva Merupakan kalkulus yang berada di bawah batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan probing. Biasanya kalkulus ini berwarna coklat tua atau hijau kehitam-hitaman dan melekat erat ke permukaan gigi (Putri dkk, 2012).

6

Kriteria penilaian indeks kalkulus menurut Depkes RI (1995): Kriteria

Nilai

Tidak ada karang gigi Pada permukaan gigi yang ada karang gigi supra gingival yang menutupi gigi tidak lebih dari sepertiga permukaan dari tepi gusi. Pada pemukaan gigi yang terlihat ada karang supragingiva,

0

kurang dari dua pertiga permukaan dari tepi gingiva. Sekitar bagian servikal gigi terdapat sedikit karang gigi

1

2

subgingiva . Pada permukaan gigi yang diperiksa ada karang gigi supragingiva yang menutupi permukaan gigi lebih dari dua pertiga permukaan dari tepi gingiva.

3

Sekitar bagian servikal gigi ada karang gigi subgingiva yang menutupi dan melingkari seluruh bagian servikal.

Cara pemeriksaan: Pemeriksaan dimulai dari bagian incisal gig dan untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Penilaian indeks kalkulus

Keterangan: (1)Permukaan gigi bersih, nilai = 0 (2)Kurang dari sepertiga permukaan gigi (dihitung dari batas gusi) tertutup dengan karang gigi, nilai = 1 7

(3)Lebih dari sepertiga tetapi kurang dari dua pertiga permukaan gigi (dihitung dari batas gusi) tertutup dengan karang gigi, nilai = 2 (4)Lebih dari dua pertiga permukaan gigi (dihitung dari batas gusi) tertutup dengan karang gigi, nilai =3 (5) Permukaan gigi bersih tetapi pada bagian servikal ada bercak-bercak karang gigi, nilai = 2 (6)Permukaan gigi bersih tetapi pada bagian servikal karang gigi yang melingkari gigi seperti sebuah pita, nilai = 3 Indeks kalkulus dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah nilai kalkulus

CI = Jumlah gigi yang diperiksa

3. Etiologi dan Mekanisme Terjadinya Kalkulus Pembentukan kalkulus dapat terjadi akibat kebersihan rongga mulut yang buruk. Dengan buruknya pemeliharaan kebersihan rongga mulut ini akan mengakibatkan bakteri bertumbuh dengan baik di dalam rongga mulut sehingga memudahkan proses terjadinya plak yang kemudian akan termineralisasi menjadi kalkulus (Herijulianti, 2001). Kalkulus terbentuk dari plak gigi yang mengeras pada gigi dan menetap dalam waktu yang lama. Proses terjadinya kalkulus mencakup pengikatan ion-ion kalsium ke senyawa karbohidrat-protein dari matriks organik, dan pengendapan kristal-kristal garam kalsium fosfat. Kristal terbentuk pertama sekali pada matriks interseluler dan pada permukaan bakteri, dan akhirnya di antara bakteri . Saliva merupakan sumber mineralisasi untuk kalkulus supragingiva, dimana serum transudat menyediakan

kalsium

yang disebut

untuk

kalkulus

cairan

gingival

subgingiva.

Plak

crevicular memiliki

kemampuan untuk mengkonsentrasikan kalsium 2-20 kali level yang ada pada saliva. Kalsifikasi kalkulus dimulai sepanjang permukaan plak

8

supragingival (dan pada komponen melekat dari plak supragingiva) yang berbatasan dengan gigi membentuk fokus-fokus yang terpisah. Fokus-fokus tersebut kemudian membesar dan menyatu membentuk massa kalkulus yang padat. Kalkulus dibentuk lapis demi lapis, dimana setiap lapis sering dipisahkan oleh kutikula yang tipis yang kemudian tertanam dalam kalkulus dengan berlangsungnya kalsifikasi (Newman, 2006).

B. Scaling dan Polishing Skeling (scaling) adalah proses menghilangkan kalkulus dan plak dari permukaan gigi, baik supragingiva maupun subgingiva (Putri, dkk, 2012). Menghilangkan kalkulus dan plak yang berada koronal dari krista tepi gingiva dinamakan pensklerean supragingival, sedangkan menghilangkan kalkulus dan plak yang berada apikal dari krista tepi gingiva dinamakan penskeleran subgingival. Tujuan utama scaling adalah untuk mengembalikan kesehatan gingiva dengan jalan menghilangkan semua elemen yang menyebabkan radang gingiva dari permukaan gigi, seperti plak, kalkulus dan sementum yang tercemar (Putri, dkk, 2012). Adapun teknik-teknik scaling adalah sebagai berikut: 1. Skeling manual Menurut Putri dkk (2012) alat yang digunakan untuk skeling manual terdiri dari: a. Sickle scaler Sickle scaler mempunyai bentuk seperti bulan sabit. Working endnya mempunyai permukaan yang datar dan dua sisi potong yang mengerucut dan membentuk sudut lancip pada ujungnya. Sickle scaler digunakan untuk mengambil kalkulus supragingiva atau subgingiva pada permukaan proksimal gigi anterior dan posterior.

9

Gambar 3. Sickle scaler b. Kuret Kuret adalah alat yang mempunyai bentuk seperti sendok dan digunakan untuk mengambil kalkulus subgingiva, menghaluskan permukaan akar dari jaringan sementum yang nekrotik, dan mengkuret jaringan lunak nekrotik pada dinding poket. Kuret mempunyai dua sisi potong yang bertemu pada ujung alat dengan bentuk membulat. Ada dua jenis dasar kuret, yaitu kuret universal dan kuret area spesifik (Gracey). Kuret universal memiliki sisi potong yang dapat dimasukkan pada sebagian besar area gigi geligi dengan cara mengubah dan mengadaptasikan jari-jari, fulkrum, dan posisi tangan operator. Kuret Gracey adalah satu set kuret yang terdiri dari beberapa instrumen yang didesain dan diberi lekukan untuk dapat beradaptasi pada area anatomis tertentu pada gigi geligi. Kuret Gracey terdiri dari berbagai nomor yaitu: Gracey 1-2 dan 3-4 : gigi anterior Gracey 5-6

: gigi anterior dan premolar

Gracey 7-8 dan 9-10 : gigi posterior bagian bukal dan lingual Gracey 11-12

: gigi posterior bagian mesial

Gracey 13-14

: gigi posterior bagian distal.

10

Gambar 4. Kuret universal

Gambar 5. Kuret Gracey

Gambar 6. Perbedaan antara sisi potong kuret universal dan kuret gracey, A kuret universal lurus, B kuret gracey melengkung c. Hoe scaler Merupakan skeler yang mempunyai bentuk seperti cangkul. Digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan akar sehingga bebas dari sisa-sisa kalkulus.

11

Gambar 7. Hoe scaler d. File scaler File scaler mempunyai bentuk seperti kikir. Fungsi utamanya dalah untuk menghancurkan kalkulus

yang besar.

File scaler dapat

menyebabkan permukaan akar menjadi kasar jika penggunaanya tidak tepat. Dengan demikian, alat ini tidak tepat digunakan untuk melakukan skaling yang halus atau menghaluskan permukaan akar.

Gambar 8. File scaler e. Chisel scaler Chisel scaler didesain untuk bagian proksimal gigi-gigi anterior. Skeler ini mempunyai bentuk seperti pahat.

Gambar 9. Chisel scaler

12

Menurut Putri (2012) teknik skeling manual supragingiva adalah sebagai berikut: a. Alat dipegang dengan teknik modified pen grasp. b. Sandaran jari yang kokoh dilakukan pada gigi tetangga atau tempat bertumpu lainnya. c. Sisi pemotong dari mata pisau alat ditempatkan pada tepi apikal dari kalkulus lalu mata pisau diadaptasikan dengan baik ke permukaan gigi dengan membentuk angulasi 45 -90°. d. Dengan tekanan lateral yang kuat dilakukan serangkaian sapuan penskeleran yang pendek, bertumpang tindih ke koronal dalam arah vertikal atau oblik. Tekanan lateral berangsur-angsur dikurangi sampai sedang, sampai secara visual dan sensasi taktil permukaan gigi terbebas dari kalkulus. Sedangkan teknik skeling manual subgingiva adalah: a. Alat dipegang dengan teknik modified pen grasp. b. Sandaran jari yang kokoh dilakukan pada gigi tetangga atau tempat bertumpu lainnya. c. Pilih sisi pemotong mana yang sesuai. d. Sisi pemotong diadaptasi ke permukaan gigi dengan angulasi 0°, diselipkan dengan hati-hati ke epitel penyatu. e. Setelah sisi pemotong mencapai dasar saku dibentuk angulasi 45°-90°. Dengan tekanan lateral yang kuat, dilakukan serangkaian sapuan skeling yang pendek secara terkontrol, bertumpang tindih dalam arah vertikal dan oblik. f. Instrumentasi dianjurkan dengan serangkaian sapuan penyerutan akar yang panjang bertumpang tindih dimulai dengan tekanan lateral sedang dan diakhiri dengan tekanan lateral ringan. g. Instrumentasi pada permukaan proksimal di bawah daerah kontak harus dilakukan dengan cara mengatur bagian bawah kuret sejajar dengan aksis gigi.

13

2. Skeling ultrasonik Menurut Newman et al (2012), skeling ultrasonik memiliki indikasi dan kontraindikasi sebagai berikut: a. Indikasi 1) Menghilangkan kalkulus supragingiva dan stain extrinsic. 2) Menghilangkan kalkulus subgingiva, oral biofilm, dan permukaan akar. 3) Menghilangkan sisa semen ortodontik. 4) Untuk intervensi bedah. 5) Menghilangkan tambalan amalgam yang berlebih. b. Kontraindikasi 1) Pasien dengan gangguan paru-paru kronis, seperti asma, emphysema, pneumonia. 2) Pasien dengan gangguan kardiovaskular. 3) Pasien dengan kesulitan menelan (dysphagia). Menurut Newman et al (2012), keuntungan penggunaan skaler ultrasonik adalah: 1) Meningkatkan efisiensi 2) Permukaan tip yang bervariasi sehingga mampu menghilangkan deposit. 3) Tidak membutuhkan penajaman. 4) Mengurangi terjadinya kemungkinan cidera yang berulang. 5) Mengurangi tekanan lateral. 6) Dilengkapi dengan fungsi irigasi.

Gambar 10. Ultrasonic scaler

14

Skeling dengan menggunakan skeler ultrasonik/sonik dilakukan sebagai berikut : a. Alat diatur sedemikian rupa sehingga semburan air cukup memadai dan vibrasi tidak melebihi yang dibutuhkan untuk penyingkiran kalkulus. b. Instrumen dipegang dengan teknik modified pen grasp. c. Sandaran jari dibuat sebagai mana pada penskeleran manual d. Alat dihidupkan dengan menginjak pedal kaki atau menyetel pada handpiece, tergantung tipe alatnya e. Tip atau ujung alat yang telah bergetar digerakkan dengan sapuan vertikal pendek-pendek dengan tekanan ringan melintasi deposit yang hendak disingkirkan. Tekanan latera1 yang kuat tidak dibutuhkan. karena yang melepaskan deposit adalah vibrasi dari alat. f. Tip harus senantiasa bergerak, dan bagian ujungnya tidak boleh diarahkan tegak lurus ke permukaan gigi untuk menghindari terjadinya guratan-guratan pada permukaan gigi. Setelah scalling selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah polishing. Alat poles adalah alat yang dipergunakan untuk memoles permukaan gigi yang telah dilakukan skeling. Tujuan polishing adalah untuk mendapatkan permukaan gigi yang betul-betul halus untuk mencegah terbentuknya kalkulus kembali. Macam-macam alat poles menurut Putri dkk (2012) yaitu: 1. Rubber cups Rubber cups merupakan alat poles yang terbuat dari bahan karet berbrntuk seperti mangkok. Rubber cups terpasang pada contra angle dan setiap kali setelah pemakaian harus disterilkan. Pada penggunaannya dapat disertai pasta poles yang mengandung fluoride dan usahakan tetap lembab untuk mengurangi panas yang terjadi ketika cups berputar. Lakukan pemolesan tanpa tekanan karena penggunaan cups disertai bahan abarasif yang terlalu menekan akan menghilangkan lapisan pelindung sementum, karena lapisan ini menipis di bagian servikal gigi.

15

Gambar 11. Rubber cups 2. Bristle brush Bristle brush tersedia dalam bentuk seperti roda dan seperti mangkok. Brush dipasang pada contra angle dan digunakan dengan pasta poles. Karena bulunya kaku, penggunaan brush terbatas pada mahkota untuk menghindari luka pada sementum dan gingiva.

Gambar 12. Bristle brush

3. Dental tape (pita poles) Dental tape dengan pasta poles dipakai untuk memoles permukaan proksimal yang tidak tercapai oleh alat poles lainnya. Pita dimasukkan ke daerah interproksimal dengan arah sejajar dengan sumbu aksis gigi dan digerakkan dalam arah labio-lingual. Hindari menyebabkan luka pada gingiva. Setelah dipoles, daerah tersebut dibersihkan dengan air hangat untuk menghilangkan sisa-sisa bahan dan pasta.

16

KESIMPULAN Kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Salah satu indeks yang bisa digunakan untuk menilai kebersihan gigi dan mulut adalah indeks Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). Melalui indeks OHI-S, status kebersihan gigi dan mulut seseorang dapat diketui. Jika pada pemeriksaan OHI-S didapatkan kondisi gigi dengan kalkulus, maka disarankan untuk melakukan tindakan scalling untuk menghilangkan plak dan kalkulus. Tindakan scalling diakhiri dengan polishing.

17

DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Tata Cara Kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, Jakarta. Herijulianti, E., Indriani, T.S., Artini, S., 2001, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta. Malik, I., 2008, Kesehatan Gigi dan Mulut, Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Bandung. Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2011, Caranza’s Clinical Periodontology, 11th ed, Saunders Elsevier, Missouri. Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2006, Caranza’s Clinical Periodontology, 10th ed, Saunders Elsevier, Missouri. Putri, M.H., Herijulianti, E, Nurjannah, N. 2012, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, EGC, Jakarta.

18

Related Documents


More Documents from "Dicky Lesmana"