108294_133465_tugas Pak Adi Fix You.docx

  • Uploaded by: Arim ff8
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 108294_133465_tugas Pak Adi Fix You.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,224
  • Pages: 34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius yang paling umum pada masa kanak-kanak, glomerulonefritis akut memengaruhi glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan air, serta hipertensi. Biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi streptokokus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang pada system ginjal. (Kathhleen, 2008) Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada anak perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi yang biasa diberikan mencakup pemberian antibiotic, antihipertensi, dan diuretic juga restriksi diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal jantung kongestif, dan penyakit ginjal tahap akhir. Di Indonesia tahun 1980, Glomerulonefritis menempati urutan pertama sebagai penyebab penyakit ginjal tahap akhir dan meliputi 55% penderita yang mengalami hemodialisis. (Kathhleen, 2008). Insidens tidak dapat diketahui dengan tepat, diperkirakan jauh lebih tinggi dari data statistik yang dilaporkan oleh karena banyaknya pasien yang tidak menunjukkan gejala sehingga tidak terdeteksi. Kaplan memperkirakan separuh pasien glomerulonefritis akut pascastreptokok pada suatu epidemi tidak terdeteksi. Glomerulonefritis akut pascastreptokok terutama menyerang anak pada masa awal usia sekolah dan jarang menyerang anak di bawah usia 3 tahun. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Hasil penelitian multicentre di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan terdapat 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di

1

Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%) dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak pada usia antara 6-8 tahun (40,6%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada musim dingin dan puncaknya pada musim semi. Maka sesuai dengan peran dan fungsi perawat adalah sebagai pelaksana Asuhan keperawatan mencakup aspek preventif, promotif dan rehabilitatif ingin berpartisipasi melakukan asuhan keperawatan sehingga penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada An. Dengan GNA”.

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Glomerulonefritis akut ? 2. Bagaimana etiologi Glomerulonefritis akut? 3. Bagaimana patofisiologi Glomerulonefritis akut? 4. Bagaimana manifestasi klinis Glomerulonefritis akut? 5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Glomerulonefritis akut? 6. Bagaimana penatalaksanaan Glomerulonefritis akut? 7. Bagaimana konsep tumbuh kembang anak prasekolah ? 8. Bagaimana konsep hospitalisasi anak usia prasekolah ? 9. Apa saja komplikasi dari Glomerulonefritis akut ? 10. Apa prognosis dari Glomerulonefritis akut ? 11. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada klien Glomerulonefritis ?

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk memahami tentang penyakit glomerulonephritis dan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan glomerulonephritis.

2

2. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui Glomerulonefritis akut. 2) Untuk mengetahui etiologi Glomerulonefritis akut. 3) Untuk mengetahui patofisiologi Glomerulonefritis akut 4) Untuk mengetahui manifestasi klinis Glemerulonefritis akut. 5) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Glomerulonefritis akut 6) Untuk mengetahui penatalaksanaan Glomerulonefritis akut 7) Untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak prasekolah 8) Untuk mengetahui konsep hospitalisasi anak usia prasekolah 9) Untuk mengetahui komplikasi dari Glomerulonefritis akut 10) Untuk mengetahui prognosis dari Glomerulonefritis akut 11) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Glomerulonefritis

3

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Medis 1. Pengertian Glomerulonefritis akut merupakan penyakit ginjal noninfeksius yang paling

umum

pada

masa

kanak-kanak,

glomerulonefritis

akut

memengaruhi glomerulus dan laju filtrasi ginjal, yang menyebabkan retensi natrium dan air, serta hipertensi. Biasanya disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi streptokokus, penyakit ini jarang memiliki efek jangka panjang pada system ginjal. (Kathhleen, 2008). Glomerulonefritis akut memengaruhi anak laki-laki lebih sering daripada anak perempuan, dan biasanya terjadi pada usia sekitar 6 tahun. Terapi

yang

biasa

diberikan

mencakup

pemberian

antibiotic,

antihipertensi, dan diuretic juga restriksi diet. Komplikasi potensial meliputi hipertensi, gagal jantung kongestif, dan penyakit ginjal tahap akhir. GNA adalah suatu reaksi imunnologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering ialah infeksi karna kuman streptococcus. Data ini sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering mengenai anak pria dibanding anak perempuan. GNA didahului oleh adanya infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas atau kulit oleh kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A, tipe 12, 4, 16, 25, dan 40. Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa:

4

1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina 2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A 3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien. Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah istilah yang secara luas digunakan yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus. (Brunner & Suddarth, 2001). Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah bentuk nefritis yang paling sering pada masa kanak-kanak dimana yang menjadi penyebab spesifik adalah infeksi streptokokus. (Sacharin, Rosa M, 1999). GNA adalah reaksi imunologi pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun. (Kapita Selecta, 2000) Kesimpulan, Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis ginjal terhadap bakteri / virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun.

2. Etiologi Hubungan antara GNA dan infeksi streptococcus ini ditemukan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa: 1. Timbulnya GNA setelah terjadinya infeksi skarlatina 2. Diisolasinya kuman streptococcus beta hemolyticus golongan A 3. Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum pasien. Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat masa laten selama lebih kurang 10 hari. Dari tipe-tipe tersebut diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada yang lain. Mengapa tipe yang satu lebih bersifat nefritogen daripada yang lainnya belum diketahui dengan jelas. Mungkin faktor iklim atau alergi yang mempengaruhi terjadinya GNA

5

setelah infeksi dengan kuman Streptococcus. GNA juga dapat disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam tridion), penyakit amiloid, thrombosis vena renalis, purpur anafilaktoid, dan lupus erimatosis. 3. Patofisiologi Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebutan lekosit dan proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, lekosit dan protein plasma dalam ruang Bowman. Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai suatu respon imunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan antibodi dengan mikroorganisme yaitu streptokokus A. Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan kerusakan dinding kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah menjadi mengecil yang mana akan menurunkan filtrasi glomerulus, insuffisiensi renal dan perubahan permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar seperti protein dieskresikan dalam urine (proteinuria). a. Pathogenesis Menurut penyelidikan klinik-imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab. Beberapa penyelidik menunjukkan hipotesis sebagai berikut: 1) Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrane basalis glomerulus dan kemudian merusaknya 2) Proses autoimun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus 3) Streptococcus nefritogen dan membrane basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang berlangsung merusak membrane basalis ginjal. b. Patologi

6

Makroskopis ginjal tampak agak membesar, pucat dan terdapat titik-titik perdarahan pada korteks. Mikroskopik tampak hamper semua glomerulus terkena sehingga dapat disebut glomerulus difus. Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang keras sehingga mengakibatkan lumen kapiler dan ruang simpai Bowman menutup. Disamping itu terdapat pula infiltrasi sel epitel kapsul, infiltrasi sel polimorfonukleus dan monosit. Pada pemerksaan mikroskop electron akan tampak membrane basalis menebal tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di subepitelium yang mungkin dibentuk oleh globulin-gama, komplemenbdan antigen streptokokus.

4. Menifestasi klinis a. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan) b. Proteinuria (protein dalam urine) c. Oliguria (keluaran urine berkurang) d. Nyeri panggul e. Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari, kemudian menyebar ke abdomen dan ekstremitas di siang hari (edema sedang mungkin tidak terlihat oleh seorang yang tidak mengenal anak dengan baik). f. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi tinggi sekali pada hari pertama. g. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari pertama dan akan kembali normal pada akhir minggu pertama juga. Namun jika terdapat kerusakan jaringan ginjal, tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen jika keadaan penyakitnya menjadi kronik.

7

h. Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu makan, dan diare. i. Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala, kejang dan kesadaran menurun. j. Fatigue (keletihan atau kelelahan).

5. Pemeriksaan Diagnostik a. Laju Endap Darah (LED) meningkat b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air) c. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin darah meningkat bila fungsi ginjal mulai menurun. d. Jumlah urine berkurang e. Berat jenis meninggi f. Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 % pasien. g. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit dan hialin. h. Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya meningkat jika ditemukan infeksi tenggorok, kecuali kalau infeksi streptokokus yang mendahului hanya mengenai kulit saja. i. Kultur sampel atau asupan alat pernapasan bagian atas untuk identifikasi mikroorganisme. j. Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan adalah meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus dan tonjolan subepitel yang mengandung imunoglobulin dan komplemen.

8

6. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan medis Tidak ada pengobatan yag khusus yang memengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus. 1) Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dahulu dianjurkan selama 6-8 minggu. Tetapi penyelidikan terakhir dengan hanya istirahat 3-4 minggu tidak berakibat buruk bagi perjalanan penyakitnya. 2) Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotic ini tidak memengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi streptococcuk yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian profilaksi yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoretis anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman neritogen lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil. 3) Makanan pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kg BB/hari) dan rendah garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada pasien dengan tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi seperti ada gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi. 4) Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedative untuk menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kg BB secara intramuscular. Bila terjadi dieresis 5-10 jam

9

kemudian, selanjutnya pemberian sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena member efek toksis. 5) Bila anuria berlangsung lama (5-7hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialysis, hemodialisisi, tranfusi tukar dan sebagainya. 6) Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir ini pemberian furosamid (Lasix) secara intravena (1mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus. 7) Bila timbul gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum dan oksigen b. Penatalaksanaan keperawatan Pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah penyakit menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat tekanan darah tinggi, jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan keluarga sanggup setra mengerti boleh dirawat diruah di bawah pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet, gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. Gangguan faal ginjal. Ginjal diketahui sebagai alat yang salah satu dari fungsinya adalah mengeluarkan sisa metabolism terutama protein sebagai ureum, juga kalium, fosfat, asam urat, dan sebagainya. Karena terjadi kerusakan pada glumerolus (yang merupakan reaksi autoimun

terhadap

adanya

infeksi

streptococcus

ekstrarenal)

menyebabkan gangguan filtrasi glomerulus dan mengakibatkan sisa-sia metabolism tidak dapat diekskresikan maka di dalam darah terdapat

10

ureum, dan lainnya lagi yang disebutkan di atass meninggi. Tetapi tubulus karena tidak terganggu maka terjadi penyerapan kembali air dan ion natrium yang mengakibatkan banyaknya urine berkurang, dan terjadilah oliguria sampai anuria. Untuk mengetahui keadaan ginjal, pasien GNA perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk fungsi ginjal, laju endp darah (LED), urine, dan foto radiologi ginjal. Urine perlu ditampung selama 24 jam, diukur banyaknya dan berat jenisnya (BJ) dicatat pada catatan khusus (catatan pemasukan/pengeluaran cairan). Bila dalam 24 jam jumlah urine kurang dari 400 ml supaya memberitahukan dokter. Tempat penampung urine sebaiknya tidak dibawah tempat tidur pasien karena selain tidak sedap dipandang juga menyebabkan bau urine didalam ruangan. Penampung urine harus ada tutpnya yang cocok, diberi etiket selain “nama” juga jam dan tanggal mulai urine ditampung. Hati-hati jika ada nama yang sama jangan tertukar; tuliskan juga nomor tempat tidur atau nomor register pasien. Tempat penampung urine harus dicuci bersih setiap hari; bila terdapat endapan yang sukar digosok pergunakan asam cuka, caranya merendamkan dahulu beberapa saat baru kemudian digosok pakai sikat. Untuk mebantu lancarnya dieresis di samping obat-obatan pasin diberikan minum air putih dan dianjurkan agar anak banyak minum (ad libitum) kecuali jika banyaknya urine kurang dari 200 ml. berapa banyak pasien dapat menghabiskan minum air supaya dicatat pada catatan khusus dan dijimlahkan selama 24 jam. Kepada pasien yang sudah mengerti sbelum mulai pencatatan pengeluaran/pemasukan cairan tersebut harus diterangkaan dahulu mengapa ia harus banyak minum air putih dan mengapa air kemih harus ditampung. Jika anak akan buang air besar supaya sebelumnya berkemih dahulu ditempat

11

penampungan urine baru ke WC atau sebelumnya gunakan pot lainnya. Dengan demikian bahwa banyaknya urine adalah benar-benar dari keseluruhan urine pada hari itu. Resiko terjadi komplikasi. Akibat fungsi ginjal tidak fisiologis menyebabkan produksi urine berkurang, sisa metabolisme tidak dapat dikeluarkan sehingga terjadi uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia, hidremia, dan sebagainya. Keadaan ini akan menjadi penyebab gagal ginjal akut atau kronik (GGA/GGK) jika tidak secepatnya mendapatkan pertolongan. Karena adanya rretensi air dan natrium dapat menyebabkan kongesti sirkulasi yang kemudian menyebabkan terjadinya efusi ke dalam perikard dan menjadikan pembesaran jantung. Jika keadaan tersebut berlanjut akan terjadi gagal jantung. Keadaan uremia yang makin menngkat akan menimbulkan keracunan pada otak yang biasanya ditandai dengan adanya gejala hipertensif ensefalopati, yaitu pasien merasa pusing, mual, muntah, kesadaran menurun atau bahkan lebih parah atau untuk mengenal gejala komplikasi sedini mungkin pasien memerlukan: 1) Istirahat 2) Pengawasan tanda-tanda vital bila terdapat keluhan pusing 3) Jika mendadak terjadi penurunan haluaran urine periksalah dahulu apakah pasien berkemih di tempat lain dan keadaan umumnya. 4) Jika pasien mendapat obat-obatan berikanlah pada waktunya dan tunggu sampai obat tersebut betul-betul telah diminum (sering terjadi obat tidak diminum dan disimpan di bawah bantal pasien). Jika hal itu terjadi penyembuhan tidak seperti yang diharapkan. 5) Diet. Bila ureum darah melebihi 60 mg % di berikan protein 1 g/kg BB/hari dan garam 1 g/hari (rendah garam). Bila ureum antara 4060 mg% protein diberikan 2 g/kg BB/hari dan masih rendah garam.

12

Jika pasien tidak mau makan karena merasa mual atau ingin muntah atau muntah-muntah segera hubungi dokter, siapkan keperluan infuse dengan cairan yang biasa dipergunakan ialah glukosa 5-10% dan selanjutnya atas petunjuk dokter. Jika infuse diberikan pada pasien yang tersangka ada kelainan jantung atau tekanan darahnya tinggi, perhatikan agar tetesan tidak melebihi yang telah dipergunakan dokter, bahayanya memperberat kerja jantung. 6) Gangguan rasa aman dan nyaman. Untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien disarankan agar sering

kontak

dan

berkomunikasi

dengan

pasien

akan

menyenangkan pasien.. agar pasien tidak bosan pasien dibolehkan duduk dan melakukan kegiatan ringan misalnya membaca buku (anak yang sudah sekolah), melihat buku gambar atau bermain dengan teman yang telah dapat berjalan. Sebagai perawat kita juga harus mendampingi/mengajak bermain dengan pasien yang memerlukan hiburan agar tidak bosan. 7) Kuarng pengetahuan orang tua mengenai penyakit Penjelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua pasien adalah: a) Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa sakit menelan atau batuk dan demam tinggi hendaknya berobat ke dokter/pelayanan

kesehatan

supaya

anak

mendapatkan

pengobatan yang tepat dan cepat. b) Jika anak sudah terlanjur menderita GNA selama dirawat dirumah sakit, orang tua diharapkan dapat membantu usaha pengobatannya misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan, sering memerlukan biaya yang cukup banyak sedangkan rumah sakit tidak tersedia keperluan tersebut. (sebelumnya orang tua diberi penjelasan mengenai perlunya pengumpulan urine dan

13

mencatat minum anak selama 24 jam, untuk keperluan pengamatan perkembangan penyakit anaknya) c) Bila pasien sudah boleh pulang, dirumah masih harus istirahat cukup. Walaupun anak sudah diperbolehkan sekolah tetapi belum boleh mengikuti kegiatan olahraga. Makanan, garam masih perlu dikurangi sampai keadaan urine benar-benar normal kembali (kelainan urine, adanya eritrosit dan sedikit protein akanmasih diketemukan kira-kira 4 bulan lamanya). Jika makanan dan istirahatnya tidak diperhatikan ada kemungkinan penyakit kambuh kembali. Hindarkan terjadinya infeksi saluran pernapasan terutama mengenai tenggorokan untuk mencegah penyakit berulang. Kebersihan lingkungan perlu

dianjurkan

agar

selalu

diperhatikan

khususnya

streptococcus yang menjadi penyebab timbulnya GNA. Pasien harus control secara teratur untuk mencegah timbulnya komplikasi yang mungkin terjadi seperti glomerulus kronik atau bahkan sudah terjadi gagal ginjal akut. Juga petunjuk mengenai kegiatan anak yang telah boleh dilakukan.

7.

Konsep Tumbuh Kembang Anak Prasekolah Secara ilmiah, setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perkembangan. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan anak bervariasi dari satu anak dengan anak lainnya bergantung pada beberapa hal yang mempengaruhinya, sedangkan pendekatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan sangat bergantung pada tahapan perkembangan mana yang sedang dilalui anak pada saat itu.

14

Setiap individu berbeda dalam proses pertumbuhan dan perkembangan karena pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa factor baik secara herediter maupun lingkunagan (Wong, 2000). Terdapat berbagai pandangan teori pertumbuhan dan perkembangan anak. a. Perkembangan Psikoseksual (Freud) Fase falik (3 – 6 tahun) selama fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki – laki dengan mengetahui adanya perbedaan jenis kelamin. Sering kali anak sangat penasaran dengan pertanyaan yang diajukannya berkaitan dengan perbedaan ini. Orang tua harus bijak dalam memberi penjelasan tentang hal ini sesuai dengan

kemampuan

perkembangan

kognitifnya

agar

anak

mendapatkan pemahaman yang benar. Selain itu, untuk memahami identitas gender, anak sering meniru ibu dan bapaknya, misalnya dengan menggunakan pakaian ayah dan ibu. Secara, psikologis pada fase ini mulai berkembang superego, yaitu anak mulai berkurang sifat egosentris. b. Perkembangan Psikososial ( Erikson ) Inisiatif versus rasa bersalah ( 3 – 6tahun ) perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan indranya. Anak mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada disekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai.

15

c. Perkembanagan Kognitif ( Piaget ) Praoperasional ( 3 – 6 Tahun ) karakteristik utama perkembangan intelektual pada tahapan praoperasional didasari oleh sifat egosentris. Ketidakmampuan untuk menempatkan diri. Pemikiran didominasi oleh apa yang mereka lihat dan rasakan dengan pengalaman lainnya. Pada anak usia 2 – 3 tahun, anak berada diantara sensori – motori dan praoperasional, yaitu anak mulai mengembangkan sebab akibat, trial and error, dan menginterpretasi benda atau kejadian. Anak prasekolah ( 3 – 6 tahun ) mempunyai tugas untuk menyiapkan diri memasuki dunia sekolah. Anak

prasekolah

berada

pada

fase

peralihan

antara

preconceptual dan intuitive thought. Pada fase preconceptual, anak sering menggunakan satu istilah untuk beberapa orang yang mempunyai ciri yang sama, misalnya menyebut nenek untuk setiap wanita tua, sudah bongkok, dan memakai tongkat. Sedangkan pada fase intuitive thought, anak sudah bisa memberi alasan pada tindakan yang dilakukannya. Satu hal yang harus di ingat bahwa anak prasekolah berasumsi bahwa orang lain berpikirseperti mereka sehingga perlu menggali pengertian mereka dengan pendekatan nonverbal.

8.

Konsep Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. a. Reaksi anak terhadap hospitalisasi Masa prasekolah ( 3 – 6 tahun ) perawatan anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkunagan yang dirasakan aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan yaitu lingkungan rumah, permainan

16

dan teman sepermainannya. Reaksi trerhadap perpisahan yang ditunjukan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap pertugas kesehatan. Perawatan dirumah sakit juga membuat anak kehilangan control terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anakingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan dirumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata – kata marah, tidak mau berkerja sama dengan perawat dan ketergantungan pada orang tua. b. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak tetapi juga bagi orang tua. Reaksi orang tua terhadap perawatan anak di rumah sakit dan latarbelakang yang menyebabkannya, yaitu : 1) Perasaan cemas dan takut. Perasaan tersebut akan muncul pada saat orang tua mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infuse dan prosedur invasive lainnya. 2) Perasaan sedih Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua mengetahui tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. 3) Perasaan frustrasi

17

Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi. c. Reaksi Saudara Kandung Terhadap Perawatan Anak Di Rumah Sakit Reaksi yang sering muncul pada saudara kandung ( Sibling ) terhadap kondisi ini adalah marah, cemburu, benci, takut, cemas dan rasa bersalah. Rasa bersalah muncul karena jengkel tehadap orang tua yang dinilai tidak memperhatikannya. Cemburu atau iri timbul karena dirasakan orang tuanya lebih mementingkan saudaranya yang sedang ada dirumah sakit, dan ia tidak dapat memahami kondisi ini dengan baik. Perasaan benci juga timbul tidak hanya pada saudaranya tetapi juga pada situasi yang dinilainya sangat tidak menyenagankan. Selain perasaan tersebut, rasa bersalah, takut dan bcemas juga dapat muncul karena anak berpikir mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya serta perasaan cemas dan takut tentang keberadaan saudaranya yang sedang dirawat yang sering kali muncul karena ketidaktahuan tentang kondisi saudaranya. Perasaan sepi dan sendiri muncul karena situasi dirumah yang dirasakan tidak seperti biasanya ketika anggota keluarga lengkap berada di rumah, dalam situasi penuh kehangatan, bercengkerama dengan orang tua dan saudaranya. 9.

Komplikasi Komplikasi glomerulonefritis akut: a. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan

18

hidremia. Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis (bila perlu). b. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak. c. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium. d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis eritropoietik yang menurun. e. Gagal Ginjal Akut (GGA)

10. Prognosis Gajala fisik menghilang dalan minggu ke-2 atau minggu ke-3 dan tekanan darah umumnya menurun dalam waktu 1 minggu. Kimia darah menjadi normal pada minggu ke-2. Hematuria mikroskopik dan makroskopik dapat menetap selama 4-6 minggu. Hitung Addis menunjukan kenaikan jumlah eritrosit untuk 4 bulan atau lebih, dan LED meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan. Protein sedikit dalam urine dan menetap untuk beberapa bulan. Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi akut selama fase penyembuhan, tetapi umumnya tidak mengubah proses penyakitnya. Pasien tetap mennjukan kelainan urine salama 1 tahun dianggap menderita glomerulonefritis kronik, walaupun dapat terjadi penyembuhan sempurna.

19

Laju endap darah (LED) digunakan untuk mengukur progresivitas penyakit ini karena umumnya tetap meninggi pada kasus-kasus yang menjadi kronik. Diperkirakan 95%akan sembuh sempurna, 2% meninggal selama fase akut dari penyakit ini dan 2% menjadi glomerulonefritis kronik.

B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian a. Genitourinaria 1) Urine berwarna coklat keruh 2) Proteinuria 3) Peningkatan berat jenis urine 4) Penurunan haluaran urine 5) Hematuria b. Kardiovaskular Hipertensi ringan c. Neurologis 1) Letargi 2) Iritabilitas 3) Kejang d. Gastro Intestinal 1) Anoreksia 2) Muntah 3) Diare e. Mata, Telinga, hidung dan tenggorokan Edema periorbital sedang f. Hematologis 1) Anemia sementara 2) Azotemia

20

3) Hiperkalemia g. Integumen 1) Pucat 2) Edema menyeluruh

2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi air dan hipernatremia b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan oliguria c. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia d. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan e. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas dan edema f. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan rawat inapo anak dirumah sakit g. Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman intruksi perawatan dirumah

3. Intervensi Keperawatan a. Diagnosa 1: Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi air dan hipernatremia Hasil yang diharapkan: anak memiliki perfusi jaringan normal yang ditandai oleh TD normal, penurunan retensi cairan, dan tidak ada tanda hipernatremia. Intervensi: 1) Pantau dan catat TD anak setiap 1-2 jam selama fase akut

21

Rasional: pemantauan sering memungkinkan deteksi dini, dan penanganan segera terhadap TD anak 2) Lakukan tindakan kewaqspadaan berikut ini bila terjadi kejang: a) Pertahankan jalan napas melalui mulut dan letakkan peralatan penghisap disisi tempat tidur anak b) Sematkan tanda diatas tempat tidur anak dan pada pintu, berisi peringatan tentang status kejang anak yang ditujukan untuk petugas kesehatan. Rasional: melakukan tindak kewaspadaan bila terjadi kejang dapat mencegah cedera selama episode serangan kejang. Kendati tidak umum pada glomerulusnefritis akut, kejang dapat terjadi akibat kurang perfusi oksigen ke otak. 3) Beri obat anti-hipetensi, misalnya hidralazin hidroksida (Aprisonilene) sesuai program. Pantau anak untuk adanya efek samping. Rasional: pemberian obat anti hipertensi dapat diprogramkan, karena hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Kendati penyebab persis hipertensi tidak diketahui, hipertensi mungkin berhubungan dengan kelebihan beban cairan didalam system sirkulasi. 4) Pantau status volume cairan anak setiap 1-2 jam. Pantau haluaran urine; haluaran harus 1-2ml/kg/jam. Rasional: pemantauan sangat penting dilakukan, karena penambahan volume lebih lanjut akan meningkatkan TD. 5) Kaji status neurologis anak ( tingkat kesadaran, reflek dan respon pupil) setiap 8 jam. Beritahu dokter segera setiap ada perubahan signifikan pada status anak

22

Rasional: pengkajian yang sering memungkinkan deteksi dini dan terapi yang memadai untuk setiap perubahan status neurologi anak. 6) Beri obat diuretic misalnya hidroklorotiazi (Esidrix) atau puromesid (lasix) sesuai program. Rasional: diuretic meningkatkan ekskresi cairan. b. Diagnosa 2: Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan oliguria Hasil yang diharapkan: anak dapat mempertahankan volume cairan normal yang ditandai oleh haluaran urin rata-rata sebanyak 1-2 ml/kg/jam intervensi: 1) Timbang berat badan anak setiap hari, dan pantau haluaran urine setiap 4 jam. Rasional: menimbang berat badan setiap hari dan pemantauan haluaran urine yang sering, memungkinkan deteksi dini dan terapi yang tepat terhadap perubahan yang terjadi pada status cairan anak. Kenaikan berat badan yang cepat mengindikasikan retensi cairan. Penurunan haluaran urin dapat mengindikasikan ancaman gagal ginjal. 2) Kaji anak untuk deteksi edema, ukur lingkar abdomen setiap 8 jam, dan (untuk anak laki-laki periksa pembengkakan pada skrotum. Rasional:

pengkajian

dan

pengukuran

yang

sering,

memungkinkan deteksi dini dan pemberian terapi yang tepat terhadap setiap perubahan kondisi anak. Lingkar abdomen yang bertambah

dan

pembengkakan

pada

skrotum

biasanya

mengindikasikan asites.

23

3) Pantau anak dengan cermat untuk melihat efek samping pemberian terapi diuretic, khususnya ketika menggunakan hidroklorotizid atau furosemid. Rasional: obat-obatan diuretic dapat menyebabkan hipokalemia sehingga membutuhkan pemberian suplemen kalium per intravena. 4) Pantau dan catat asupan cairan anak. R/: anak membutuhkan pembatasan asupan cairan akibat retensi cairan dan penurunan laju filtrasi glomerulus; ia juga membutuhkan retriksi asupan natrium. 5) Kaji warna, konsistensi dan berat jenis urine anak. Rasional: urine yang berbusa mengindikasikan peningkatan deplesi protein, suatu tanda kerusakan fungsi ginjal. 6) Pantau semua hasil uji laboratorium yang di programkan. Rasional: peningkatan kadar nitrogen urea darah dan kreatinin dapat mengindikasikan kerusakan fungsi ginjal. c. Diagnosa 3: Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia Hasil yang diharapkan: anak akan mengalami peningkatan asupan nutrisi yang ditandai oleh makan sekuran-kurangnya 80% porsi setiap kali makan. Intervensi: 1) Beri diet tinggi karbohiodrat. Rasional: diet tinggi karbihidrat biasanya terasa lebih lesat dan member kalori esensial bagi anak. 2) Beri makanan porsi kecil dalam frekuensi sering, yang mencakup beberapa makanan favorit anak.

24

Rasional: menyediakan makanan dalam porsi yang lebih kecil, untuk satu kali makan tidak akan membebani anak sehingga mendorongnya makan lebih banyak setiap kali anak duduk. Dengan member anak makanan favoritnya, akan memastikan ia mengkonsumsi setiap porsi makanan lebih banyak. 3) Batasi asupan natrium dan protein anak sesuai program. Rasional: karena natrium dapat menyebabkan retensi cairan, biasanya natrium dibatasi dengan gangguan ini. Pada kasuskasus berat, ginjal tidak mampu memetabolisasi protein sehingga membutuhkan retriksi protein. d. Diagnosa 4: Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan Hasil yang diharapkan: anak akan mengalami peningkatan toleransi beraktivitas yang ditandai oleh kemampuan bermain dalam waktu yang lama. Intervensi: 1) Jadwalkan periode istirahat untuk setiap kali beraktivitas. Rasional: periode istirahat yang sering dapat menyimpan energy dan mengurangi produksi sisa metabolic yang dapat membebani kerja ginjal lebih lanjut. 2) Sediakan permainan yang tenang, menantang dan sesuai usia. Rasional: permainan yang demikian dapat menyimpan energy tetapi mencegah kebosanan. 3) Kelompokan asuhan keperawatan anak untuk memungkinkan anak tidur tanpa gangguan dimalam hari. Rasional: mengelompokkan pemberian asuhan keperawatan, membantu anak tidur sesuai dengan kebutuhan. e. Diagnosa 5: Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas dan edema.

25

Hasil yang diharapkan: anak akan mempertahankan integritas kulit normal, yang ditandai oleh warna kulit kemerah mudaan, dan tidak ada kemerahan, edema, serta kerusakan kulit. Intervensi: 1) Beri matras busa berlekuk sebagai tempat tidur anak. Rasional: matras busa berlekuk mengatasi bagian-bagian tulang yang menonjol sehingga mengurangi resiko kerusakan kulit. 2) Bantu anak mengubah posisi setiap 2 jam. Rasional: mengganti posisi dengan sering dapat mengurangi tekanan pada area kapiler dan meningkatkan sirkulasi sehingga mengurangi resiko kerusakan kulit. 3) Mandikan anak setiap hari, menggunakan sabun yang mengandung lemak tinggi Rasional: deodorant dan sabun yang mengandung parfum dapat mengeringkan kulit sehingga mengakibatkan kerusakan kulit. 4) Topang dan tinggikan ekstremitas yang mengalami edema. Rasional: menopang dan meninggikan ekstremitas dapat meningkatkan aliran balik vena dan dapat mengurangi pembengkakan. 5) Pada anak laki-laki, letakkan bantalan sekitar skrotumnya. Rasional: pemberian bantalan dapat mencegah kerusakan kulit. f. Diagnosa 6: Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan rawat inap anak dirumah sakit Hasil yang diharapkan: orang tua akan mengalami penurunan rasa cemasyang ditandai oleh pengungkapan ketakutan mereka, dan pemahaman tentang kondisi anak. Intervensi: 1) Dengarkan setiap kekhawatiran orang tua.

26

Rasional: mendengar dapat member dukungan selama stress. 2) Jelaskan semua prosedur kepada orang tua, dan libatkan mereka dalam diskusi tentang perawatan anak. Rasional: dengan terus mempertahankan orang tua agar tetap memperoleh informasi, dan melibatkan mereka dalam diskusi tentang perawatan anak, dapat mengembangkan kemampuan control sehingga mengurangi kecemasan. 3) Rujuk orang tua ke kelompok pendukung yang tepat, jika dibutuhkan. Rasional: kelompok pendukung memberi wacana bagi orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran. g. Diagnosa 7:

Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan

pemahaman intruksi perawatan dirumah. Hasil yang diharapkan: orang tua akan mengekspresikan pemahaman tentang instruksi perawatan dirumah. Intervensi: 1) Jelaskan kepada orang tua tentang patofisiologi penyakit. Rasional: penjelasan yang demikian membantu orang tua memahami penyakit dan pentingnya melanjutkan terapi dirumah. 2) Yakinkan kembali orang tua bahwa penyakit tersebut jarang menyebabkan efek jangka panjang. Rasional: orang tua biasanya kuatir tentang efek penyakit, khususnya jika menjalani dialisis. Selama fase akut penyakit. 3) Jelaskan kepada orang tua tentang pentingnya mempertahankan anak pada restriksi diet natrium, sampai edema mereda dan fungsi ginjal kembali normal.

27

Rasional: diet restriksi natrium diperlukan karena asupan natrium yang berlebihan dapat menghalangi eksresi air. 4) Instruksikan orang tua untuk membatasi aktivitas anak sampai dokter menyetujui bahwa anak dapat melakukan aktivitas seperti sedia kala. Rasional: restriksi aktivitas diperlukan untuk mencegah stress pada ginjal yang dapat menyebabkan kekambuhan penyakit. 5) Ajarkan orang tua tentang tanda dan gejala infeksi pernapasan atas, seperti meningkatnya suhu tubuh, nyeri tenggorokan dan batuk; juga ajarkan mereka tentang tanda dan gejala gagal ginjal misalnya penurunan haluaran urine, kenaikan berat badan dan edema. Rasional: dengan mengetahui tanda dan gejala infeksi berulang serta gagal ginjal mendorong orang tua mencari bantuan medis saat diperlukan. 6) Anjurkan orang tua untuk menepati semua perjanjian tindak lanjut itu Rasional: suatu kujungan tindak lanjut sangat diperlukan untuk menentukan resolusi penyakit dan mendeteksi komplikasi.

4. Implemantasi Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prisip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, tehnik komunikasi teraupetik serta

28

penjelasan untuk setiap tindakan yang di berikan kepada klien. Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.

Dalam melakukan tindakan keperawatan mengunakan tiga tahap yaitu independent, dependent, dan interdependent, tindakan keperawatan secara independent adalah suatu tindakan yang di lakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lain nya dependent adalah tindakan yang sehubungan dengan pelaksanaan rencana. Tindakan medis. Interdependent adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lain nya, misalnya tenaga social, ahli gizi, dan dokter, ketrampilan yang harus di punya perawat dalam melaksana kan tindakan keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomotor.

5. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses kerawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah

evaluasi yang

dilakukan pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan. Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan:

29

a. Anak memiliki perfusi jaringan normal yang ditandai oleh TD normal, penurunan retensi cairan, dan tidak ada tanda hipernatremia. b. Anak dapat mempertahankan volume cairan normal yang ditandai oleh haluaran urin rata-rata sebanyak 1-2 ml/kg/jam c. Anak akan mengalami peningkatan asupan nutrisi yang ditandai oleh makan sekuran-kurangnya 80% porsi setiap kali makan. d. Anak akan mengalami peningkatan toleransi beraktivitas yang ditandai oleh kemampuan bermain dalam waktu yang lama. e. Anak akan mempertahankan integritas kulit normal, yang ditandai oleh warna kulit kemerah mudaan, dan tidak ada kemerahan, edema, serta kerusakan kulit. f. Orang tua akan mengalami penurunan rasa cemasyang ditandai oleh pengungkapan ketakutan mereka, dan pemahaman tentang kondisi anak. g. Orang tua akan mengekspresikan pemahaman tentang instruksi perawatan dirumah.

30

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari penulisan makalah di atas, maka kami selaku penulis menarik kesimpulan Kesimpulan, Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis ginjal terhadap bakteri / virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus, sering ditemukan pada usia 3-7 tahun.

Masalah keperawatan yang muncul adalah

Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan retensi air dan hipernatremia Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan oliguria, Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan, Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas dan edema, Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan rawat inapo anak dirumah sakit, Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman intruksi perawatan dirumah. Pasien GNA perlu dirawat dirumah sakit karena memerlukan pengobatan/pengawasan perkembangan penyakitnya untuk mencegah penyakit menjadi lebih buruk. Hanya pasien GNA yang tidak terdapat tekanan darah tinggi, jumlah urine satu hari paling sedikit 400ml dan keluarga sanggup setra mengerti boleh dirawat diruah di bawah pengawasan dokter. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah gangguan faal ginjal, resiko terjadi komplikasi, diet, gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

31

B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Untuk klien dan keluarga Orang tua diharapkan dapat membantu usaha pengobatannya misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan, sering memerlukan biaya yang cukup banyak sedangkan rumah sakit tidak tersedia keperluan tersebut. (sebelumnya orang tua diberi penjelasan mengenai perlunya pengumpulan urine dan mencatat minum anak selama 24 jam, untuk keperluan pengamatan perkembangan penyakit anaknya) 2. Untuk perawat Perawat diharapkan dapat meningkatkan kwalitas asuhan keperawatan dan pendokumentasian keperawatan yang lebih akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan klien guna mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kepuasan klien. Pentingnya memberikan edukasi kepada klien untuk menambah pengetahuan Penjelasan yang perlu disampaikan kepada orang tua pasien adalah: Bila ada anak yang sakit demam tinggi disertai rasa sakit menelan atau

batuk

dan

demam

tinggi

hendaknya

berobat

ke

dokter/pelayanan kesehatan supaya anak mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat. Jika anak sudah terlanjur menderita GNA selama dirawat dirumah sakit, orang tua diharapkan dapat membantu usaha pengobatannya misalnya untuk pemeriksaan atau tindakan, sering memerlukan biaya yang cukup banyak sedangkan rumah sakit tidak tersedia keperluan tersebut. (sebelumnya orang tua diberi penjelasan mengenai perlunya pengumpulan urine dan mencatat minum anak

32

selama 24 jam, untuk keperluan pengamatan perkembangan penyakit anaknya). Bila pasien sudah boleh pulang, dirumah masih harus istirahat cukup. Walaupun anak sudah diperbolehkan sekolah tetapi belum boleh mengikuti kegiatan olahraga. Makanan, garam masih perlu dikurangi sampai keadaan urine benar-benar normal kembali (kelainan urine, adanya eritrosit dan sedikit protein akanmasih diketemukan kira-kira 4 bulan lamanya). Jika makanan dan istirahatnya tidak diperhatikan ada kemungkinan penyakit kambuh kembali. Hindarkan terjadinya infeksi saluran pernapasan terutama mengenai tenggorokan untuk mencegah penyakit berulang. Kebersihan lingkungan perlu dianjurkan agar selalu diperhatikan khususnya streptococcus yang menjadi penyebab timbulnya GNA. Pasien harus control secara teratur untuk mencegah timbulnya komplikasi yang mungkin terjadi seperti glomerulus kronik atau bahkan sudah terjadi gagal ginjal akut. Juga petunjuk mengenai kegiatan anak yang telah boleh dilakukan.

3. Untuk mahasiswa a. Mahasiswa diharapkan lebih memahami teori tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Glomerulo Nefritis Akut sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Glomerulo Nefritis Akut sehingga secara khomprehensif. b. Mahasiswa meningkatkan komunikasi terapeutik sehingga terjadi trust antara klien dan mahasiswa guna tercapai tujuan asuhan keperawatan.

33

DAFTAR PUSTAKA Betz, Cecily L. 2002. “Buku Saku Keperawatan Pediatri”. Jakarta: EGC. Harnowo, Sapto. 2001. “Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan”. Jakarta: Widya Medika. Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. St. Louis Missouri: Mosby INC. Mansjoer, Arif M. 2000.”Kapita Selekta Kedokteran”, ed 3, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. Mc. Closkey, cjuane, dkk. 1996. NIC. St.Louis missouri: Mosby INC. Morgan Speer, Kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan klinikal pathways. Jakarta: EGC Ngastiyah. 2005.” Perawatan Anak Sakit”. Jakarta: EGC. Sacharin, Rosa M. 1999. “Prinsip Keperawatan Pediatrik”. Jakarta: ECG. Santosa Budi. 2006. “Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006”: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC. Suriadi, dkk. 2001.” Asuhan Keperawatan Anak”. Jakarta: PT. Fajar Luterpratama.

34

Related Documents

Pak Adi Kuncoro 2.docx
December 2019 1
Adi
May 2020 34
Adi
December 2019 35

More Documents from "Ima kris"