1. Laporan Kompos.docx

  • Uploaded by: asifa anwar
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1. Laporan Kompos.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 869
  • Pages: 7
LAPORAN PRAKTIKUM PTPSP PEMBUATAN KOMPOS

Disusun Oleh : KELOMPOK 4 1.

Dinan Fadiati

NIM : P07133318002

2.

Rahmad Suhendra

NIM : P07133318004

3.

Asep Susanto

NIM : P07133318006

4.

Zurorotul Munashifah

NIM : P07133318010

5.

Kurnia Isa

NIM : P07133318017

SARJANA TERAPAN (ALIH JENJANG) SANITASI LINGKUNGAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2018/2019

A. Latar Belakang Sampah adalah bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah, penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas manusia lainnya. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai.. Berawal dari keberadaan sampah tersebut maka estetika akan berkurang nilainya jika sampah dibiarkan ada dimana-mana. Semua riset mengatakan bahwa pertambahan jumlah sampah sama dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga, semakin banyak penduduk yang menghuni bumi maka jumlah sampah juga akan semakin bertambah. Kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan teratur perlu terus ditumbuhkan, salah satunya dalam penanganan sampah dari skala rumah tangga karena sampah juga merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengelola sampah perlu upaya yang dimulai secara individual di setiap rumah. Untuk menjaga lingkungan bersih bebas dari sampah salah satu solusinya mengubah kebiasaan membuang sampah untuk mengolah sampah menjadi kompos dimulai dari sampah rumah tangga. Karena sebagian sampah yang dihasilkan merupakan sampah organik (sampah basah), yaitu mencapai 60-70% dari total volume sampah, yang berasal dari dapur dan halaman. Sampah organik ini, jika pengelolaannya tidak secara benar maka akan memberikan bau busuk (H2S dan FeS) dan akan menjadi sumber lalat, bahkan dapat menjadi sumber lebih dari 25 jenis penyakit. Pupuk Kompos sering didefinisikan sebagai suatu proses penguraian yang terjadi secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu didalam atau wadah tempat pengomposan berlangsung. Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi

masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.

B. Rumusan Masalah Bagaimana cara pembuatan kompos dari bahan sampah organik?

C. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui cara pengolahan sampah sederhana melalui pembuatan kompos dari sampah organik 2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan sampah menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan yaitu proses pengomposan sebagai pupuk bagi tanaman.

D. Alat 1. Mesin pencacah daun 2. Karung 3. Komposter 4. Pengaduk 5. Ember Kecil 6. Pisau

E. Bahan 1. Daun Hijau 2. Daun kering 3. Serbuk kayu 4. kotoran sapi kering 5. Kapur tohor 6. EM4

F. Cara Kerja 1. Siapkan alat dan bahan 2. Siapkan daun kering dan daun hijau

3. Potong atau cacah daun menjadi bagian-bagian kecil dengan mesin pencacah secara bergantian 4. Jika daun kering kurang dapat diganti dengan serbuk kayu 5. Campur daun dengan perbandingan 30:1 dan aduk sampai merata 6. Masukkan campuran daun ke komposter yang setebal 15 cm 7. Percikkan EM4 secara merata diatas campuran tersebut 8. Tambahkan kotoran sapi diatas campuran setebal 15 cm 9. Tambahkan kapur tohor secukupnya hingga merata 10. Selanjutnya ulangi langkah ke 6 sampai 9 sampai komposter penuh 11. Kemudian tambahkan parlon diatas komposter untuk sirkulasi udara 12. Lakukan pengecekan kompos secara berkali (setiap 7 hari) dan dilakukan pengadukan. Apabila terlalu kering dapat ditambah air dan diamkan sampai menjadi kompos.

G. Hasil dan Pembahasan Minggu Ke-

PH

Suhu

Kelembaban

Fisik

1

6,9

200C

20%

kecoklatan, kering, tidak berbau

6,8

200C

20%

Hitam kecoklatan, kering, tidak

2

3

4

berbau 6,2

220C

22%

Hitam kecoklatan, kering, tidak berbau

6,8

230C

30%

Hitam kecoklatan, kering, tidak berbau

Kelembaban (Moisture content) Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. Kelembaban 40 – 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. Apabila kompos terlalu kering atau kelembaban rendah maka kompos ditambahkan air secukupnya.

Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 – 600C menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 600C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. Apabila pH kompos terlalu asam maka tambahkan kapur tohor secukupnya. Pengecekan kompos dilakukan seminggu sekali dan dilakukan pengadukan kompos agar bahan-bahan kompos tercampur merata. Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.

DOKUMENTASI

Related Documents

Laporan 1
May 2020 39
Laporan Elektro 1.docx
October 2019 7
Laporan Mandiri 1.docx
December 2019 13
Laporan Eksperimen 1.docx
November 2019 20

More Documents from "Anas Novianty"