AUDITING DAN ATESTASI AUDITING DAN MASALAH RESIKO
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Auditing dan Atestasi
DISUSUN OLEH : Eria Latifalia Erzha Isyrohil Muyassaroh
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017
JENIS-JENIS AUDITING Audit adalah “Suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Sukrisno (2012:4), auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independent, terhadap laporan keuangan yang disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan buktibukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran Laporan Keuangan tersebut. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten. Jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kuno yang tercakup dalam definisi auditing. Jenis-jenis auditing tersebut, yaitu: a.
Audit laporan keuangan (financial statement audit) adalah audit yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan wajar sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti kreditor, pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.
b.
Audit kepatuhan (compliance audit). Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu . Kriteria- kriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Contohnya ia mungkin bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedur-prosedur pengendalian internal. Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit internal, karena oleh pegawai perusahaan. Laporan audit kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari (1) ringkasan temuan atau (2) pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria tersebut.
c.
Audit operasional (operational audit) merupakan penelahaan secara sistematik aktivitas operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis yang komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu. Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Audit operasional disebut juga audit kinerja atau audit manajemen.
Tabel 1.1 Ikhtisar komparatif jenis-jenis audit Jenis Audit Laporan Keuangan
Sifat Asersi Data Keuangan.
Kepatuhan
Laporan
Kriteria yang ditetapkan Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kebijakan manajemen, hukum, peraturan, atau persyaratan lain pihak ketiga.
Klaim atau data berkenaan dengan kepatuhan kepada kebijakan, perundangan, peraturan dan sebagainya. Operasional Data operasional atau Menetapkan tujuan, kinerja. misalnya yang dilakukan oleh manajemen atau pihak yang berwenang.
Sifat Laporan Auditor Pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Ringkasan temuan atau keyakinan tentang derajat kepatuhan.
Efisiensi dan efektivitas yang diamati; rekomendasi untuk peningkatan.
Sedangkan menurut Sukrisno (2012:10), auditing terdiri dari beberapa kategori yang dibedakan berdasarkan atas: 1.
Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas; a. Pemeriksaan Umum; Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. b. Pemeriksaan Khusus; Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2.
Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas; a. Management Audite; Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi, dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
b. Pemeriksaan Ketaatan; Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak eksternal. c. Pemeriksaan Intern; Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. d. Computer Audit; Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) System. Masalah Asersi dan Kriteria dalam Auditing Dalam Tuanakotta (2012:147), ISA 315 Alinea 4a mendefinisikan Asersi sebagai representasi oleh manajemen, secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun implisit (tersirat) yang terkandung dalam laporan keuangan. Representasi ini digunakan oleh auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan yang mungkin terjadi. Adapun asersi-asersi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Halim, 2001:135): 1.
Keberadaan atau keterjadian Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan degan apakah aktiva atau utang suatu perusahaan benar-benar ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang tercatat benar-benar terjadi selama periode tertentu. Asersi keberadaan berkaitan dengan akun-akun riil yang tercantum pada neraca. Akun-akun riil tersebut dapat digolongkan menjadi akun aktiva, akun utang, dan aku modal. Asersi keterjadian juga berkaitan dengan akun-akun nominal yang tercantum pada laporan rugi laba.
2.
Kelengkapan Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun (rekening) yang semestinya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan. Auditor memperhatikan asersi ini terutama berkaitan dengan kemungkinan adanya understatement dalam komponen laporan keuangan yang sengaja dilakukuan klien. Adanya understatement dapat diartikan juga sebagai adanya transaksi atau akun, yang semestinya dimasukkan dalam komponen laporan keuangan, ternyata tidak dimasukkan dalam laporan keuangan.
3.
Hak dan kewajiban Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan dua hal, yaitu :
a) Apakah aktiva yang tercantum dalam laporan keuangan benar-benar merupakan hak perusahaan pada tanggal tertentu b) Apakah utang yang tercantum dalam laporan keuangan benar-benar merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. 4.
Penilaian atau pengalokasian Asersi tentang penilaian atau pengalokasian berhubungan dengan apakah komponenkomponen aktiva, utang, pendapatan dan biaya sudah dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Dengan demikian, asersi penilaian berkaitan dengan akunakun riil yang tercantum pada neraca. Asersi penilaian berkaitan dengan apakah harta, utang dan modal telah dicantumkan pada neraca dengan jumlah yang semestinya. Asersi pengalokasian berkaitan dengan apakah akun-akun nominal, yaitu pendapatan dan biaya, telah dicantumkan pada laporan rugi laba dengan jumlah yang semestinya.
5.
Penyajian dan pengungkapan Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponenkomponen tertentu dalam laporan keuangan sudah diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan secara semestinya. Asersi penyajian dan pengungkapan tidak hanya menyangkut penyajian dan pengungkapan dalam neraca atau laporan rugi laba. Asersi ini juga menyangkut pengungkapan lainnya, termasuk catatan atas laporan keuangan.
6.
Ketepatan administrasi Clerical accuracy merupakan salah satu tujuan khusus auditing. Ketepatan klerikal atau ketepatan administrasi merupakan suatu keadaan berjalannya kegiatan klerikal secara tepat sesuai sistem yag telah ditentukan. Prosedur auditing meliputi studi dan evaluasi terhadap struktur pengendalian internal klien termasuk sistem akuntansi. Adapun contoh-contoh asersi sebagai berikut: a. b. c. d. e. f.
Semua aset dalam laporan keuangan benar-benar ada (exist) Semua transaksi penjualan telah dicatat dalam periode terjadinya Persediaan dicantumkan dengan nilai yang tepat Utang merupakan kewajiban entitas Semua transaksi yang dicatat, terjadi dalam periode berjalan Semua jumlah (amounts) disajikan dengan tepat (properly presented) dan diungkapkan (dengan penjelasan yang memadai) dalam laporan keuangan.