000 Bab 1-3 Bismillah Sudah Revisi.docx

  • Uploaded by: Kahfi Aulia Rahman
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 000 Bab 1-3 Bismillah Sudah Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,397
  • Pages: 25
1

Proposal Penelitian Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu Periode X Tahun 2019

Oleh:

Annisa Aulia Rahmawati P2.31.39.0.16.005

JURUSAN FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II 2019

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gaya hidup yang serba praktis dan instan cenderung malas beraktivitas fisik dan gemar mengkonsumsi makanan instan, yang memiliki kandungan lemak dan natrium yang tinggi. Selain itu, gaya hidup modern tidak jarang membuat manusia tertekan dengan segala rutinitas harian sehingga dapat menimbulkan stress, kebiasaan merokok, serta kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan kafein yang berlebih membawa dampak buruk bagi kesehatan. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya peningkatan penyakit degeneratif. Salah satu contoh penyakit degeneratif adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi.1 Hipertensi disebut juga penyakit “silent killer” karena seseorang yang mengidap hipertensi seringkali tidak menyadari sampai terjadi komplikasi seperti kerusakan organ sasaran target atau organ vital yang cukup berat.1 Banyak penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya mengidap hipertensi hingga ia memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan setelah timbul penyakit lain.2 Tekanan darah tinggi yang tidak terjaga dapat memicu penyakit lain, seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik.3 Hipertensi juga disebut sebagai “Heterogenus group of diseases” karena kompleksnya faktor-faktor yang menyebabkannya.4 Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) 2011 memperkirakan hampir satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

3

mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita hipertensi.5 Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi penderita hipertensi di Jawa Barat menduduki peringkat ke-4 terbanyak setelah Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%) dan Kalimantan Timur (29,6%) Prevalensi hipertensi rata-rata di Jawa Barat yang didapat melalui kuesioner yang sudah terdiagnosis tenaga kesehatan mengalami hipertensi atau (D) sebesar 10,5%, dan yang belum didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang meminum obat atau (D/O) sebesar 10,6%. Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur.6 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amalia Putri Izzati pada tahun 2015 tentang gambaran penatalaksanaan hipertensi di masyarakat rw 003 kelurahan pondok ranji kecamatan ciputat timur, tangerang selatan diperoleh data penderita hipertensi yang tidak membatasi penggunaan garam sebanyak 72,5%, yang tidak melakukan diet penurunan berat badan sebanyak 77,5% dan jarang melakukan olahraga sebanyak 62,5%.7 Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan penulis mengenai cara pengobatan hipertensi yang dilakukan terhadap 10 orang responden hipertensi warga RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur. Didapatkan hasil dari 10 orang tersebut, 7 orang mengonsumsi obat kimia saja tanpa mengunakan obat tradisional untuk menormalkan tekanan darah, namun pada kenyataannya mereka tidak rutin meminumnya setiap hari tetapi hanya sesekali saja ketika pusing atau saat tengkuk leher terasa tegang, seharusnya konsumsi obat hipertensi harus rutin dilakukan agar tekanan darah terkendali dan juga untuk menghindari peningkatan tekanan darah kembali, 2 orang hanya mengonsumsi obat tradisional saja untuk menormalkan tekanan darah, dan 1 orang menggunakan obat kombinasi obat kimia dan obat tradisional. Penderita hipertensi perlu penanganan khusus agar dapat melakukan penatalaksanaan hipertensi secara benar dan tepat. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi pada Masyarkat RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu Pada X 2019.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

4

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi pada Masyarakat RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu Pada X 2019. 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum

Penulis ingin mengetahui Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi pada Masyarkat RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu Pada X 2019.

1.3.2

Tujuan Khusus

Mengetahui Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi pada Masyarkat RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu pada X 2019, berdasarkan : 1. Jenis kelamin 2. Cara pengobatan 3. Obat kimia yang digunakan 4. Obat tradisional yang digunakan 5. Cara tradisional yang digunakan 6. Asupan garam 7. Asupan makanan berserat 8. Olahraga

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1

Manfaat Penulis

Penulis mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi pada Masyarkat RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu. Penulis juga dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan di kampus Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi.

1.4.2

Manfaat Akademik

Sebagai bahan bacaan di Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi dalam penambahan pengetahuan tentang Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi pada Masyarkat RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu.

1.4.3

Manfaat Masyarakat Memberikan wawasan mengenai pentingnya penatalaksanaan penyakit

hipertensi dengan benar, khususnya bagi responden hipertensi di RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode X 2019.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya (atau dorongan) darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh.8 Ketika jantung berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa menuju dan melalui arteri.9Hasil pengukuran tekanan darah berupa dua angka, yang menunjukan tekanan darah sistolik dan diastolik. 1. Tekanan Sistolik, tekanan yang terjadi bila otot jantung berdenyut atau berkontraksi memompa untuk mendorong darah keluar melalui arteri. Angka tersebut menunjukkan seberapa kuat jantung memompa untuk mendorong darah melalui pembuluh darah.10 2. Tekanan diastolik, saat otot jantung beristirahat atau relaksasi membiarkan darah kembali masuk ke jantung. Angka tersebut menunjukkan berapa besar hambatan dari pembuluh darah terhadap aliran darah balik ke jantung.10 Pada umumnya, tekanan darah dapat berubah sesuai dengan aktivitas fisik dan emosi seseorang. Besarnya tekanan yang dibutuhkan akan sesuai dengan mekanisme tubuh jika tidak ada gangguan. Namun, tekanan akan meningkat jika terjadi hambatan atau gangguan dalam proses tersebut.2 Tekanan darah juga mengalami fluktuasi alami selama 24 jam. Tekanan darah tertinggi biasanya terjadi pada pagi hari saat bangun tidur dan saat melakukan aktivitas. Setelah itu, tekanan darah menjadi stabil sepanjang hari. Pada malam hari tekanan darah mulai menurun. Tekanan darah akan mencapai titik terendah saat kita tertidur.10

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

7

2.1.1 Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri yang bersifat sistemik atau berlangsung terus menerus untuk jangka waktu lama.2,11 Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi jika pemeriksaan tekanan darah menunjukkan hasil diatas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat, dengan dua kali pemeriksaan, dan selang waktu lima menit. Dalam hal ini 140 atau nilai atas menunjukkan tekanan sistolik sedangkan 90 atau nilai bawah menunjukkan tekanan diastolik. 2 Klasifikasi Hipertensi berdasarkan JNC VII Joint National Committee (JNC) pada tahun 2003 mengeluarkan klasifikasi hipertensi sebagaimana tertera dalam tabel berikut. 2 2.1 Tabel Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi

Tekanan

Tekanan

Sistolik

Tekanan

Darah

(mmHg)

(mmHg)

Normal

<120

<80

Prehipertensi

120-139

80-90

Hipertensi Tingkat I

140-159

90-99

Hipertensi Tingkat II

>160

>100

Diastolik

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

8

2.1.2 Jenis Hipertensi

1. Berdasarkan penyebabnya Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :

a.

Hipertensi esensial atau hipertensi primer/idiopatik

Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya.2 Stress diduga sebagai faktor utama, dan faktor lain dapat mempengaruhinya. Faktor lain tersebut adalah faktor genetik, lingkungan, kelainan metabolisme intra seluler dan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, merokok, dan kelainan darah (polisitemia).10 b.

Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui.10 Hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal, atau penggunaan obat tertentu.2,3

2. Berdasarkan bentuknya Berdasarkan bentuknya hipertensi dapat dikelompokkan menjadi :

a.

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)

Hipertensi ini disebut hipertensi diastolik karena terjadi peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti oleh peningkatan tekanan sistolik. Merupakan hipertensi yang biasa ditemukan pada anak-anak atau dewasa muda.2 Diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun untuk kemudian menurun lagi.10

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

9

b.

Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)

Adalah terjadinya peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peningkatan tekanan diastolik.2 Prevalensi hipertensi sistolik ini paling banyak terjadi pada lansia akibat proses penuaan, akumulasi kolagen, kalsium, serta degradasi elastin pada arteri.10,12 c.

Hipertensi campuran

Adalah peningkatan darah pada tekanan diastolik dan sistolik. 2

2.1.3 Gejala Hipertensi

Hipertensi tidak memiliki gejala yang spesifik dan menyerupai keluhan kesehatan pada umumnya. Sehingga, penderita hipertensi sering tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun dan baru mengetahui bahwa dirinya terserang hipertensi setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah, atau setelah timbul penyakit lain.2,3 Gejala umum yang terjadi pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut2,10: a) Jantung Berdebar b) Penglihatan kabur c) Sakit kepala disertai rasa berat pada tengkuk d) Telinga berdenging(tinnitus) e) Vertigo f) Gelisah g) Rasa sakit di dada h) Mudah lelah, wajah mudah memerah dan mimisan i) Pada hipertensi berat terjadi gangguan penglihatan,saraf,jantung,dll

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

10

2.1.4 Faktor Penyebab Hipertensi

Faktor-faktor penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. 1. Faktor yang tidak dapat diubah a. Faktor keturunan Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya memiliki riwayat hipertensi.2 Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel.12 b. Usia Pertambahan usia akan meningkatkan resiko hipertensi pada seseorang. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.2 c. Jenis Kelamin Pria memiliki kecenderungan hipertensi lebih besar daripada wanita karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah.12 Namun setelah memasuki usia 55 tahun, wanita lebih beresiko menderita hipertensi dibandingkan dengan pria. Hal ini terjadi karena adanya perubahan hormonal yang berperan besar dalam terjadinya hipertensi di kalangan wanita usia lanjut.10,11 2. Faktor yang dapat diubah a. Stres Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara dengan cara kerja akibat pelepasan adrenalin dan kortisol yang memicu jantung berdetak lebih kencang sehingga memicu peningkatan tekanan darah.2 Jika stress berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga dapat menyebabkan hipertensi.13

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

11

b. Garam Konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan Hipertensi dikarenakan garam (NaCl) mengandung natrium yang dapat menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan sehingga menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Hal inilah yang membuat peningkatan volume dan tekanan darah.2 c. Obesitas Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak berlebih dalam tubuh. Obesitas dapat memicu terjadinya hipertensi akibat terganggunya aliran darah. Orang dengan obesitas biasanya mengalami peningkatan kadar lemak dalam darah (hyperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis). Penyempitan terjadi akibat penumpukan plak ateromosa yang berasal dari lemak. Penyempitan tersebut memicu tekanan darah meningkat.2 d. Merokok Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok akan memasuki sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, zat tersebut mengakibatkan proses arterosklerosis pada seluruh pembuluh darah.12 Merokok juga dapat menyebabkan hipertensi karena dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot jantung mengalami peningkatan sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat.2 e. Konsumsi alkohol berlebih Alkohol dapat menyebabkan hipertensi karena adanya peningkatan kadar kortisol, peningkatan voume sel darah merah, dan kekentalan darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.2

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

12

2.1.5 Pencegahan Hipertensi 1.Melakukan kontrol teratur Sangat dianjurkan untuk melakukan kontrol tekanan darah secara berkala. Hal ini dilakukan untuk mencegah hipertensi karena hipertensi sering kali tidak memberikan gejala dan hebatnya resiko untuk jangka panjang.14 2. Menerapkan pola hidup sehat Merubah pola hidup menjadi pola hidup sehat merupakan faktor yang berperan besar dalam menurunkan tekanan darah tinggi, sambil meningkatkan efek anti hipertensinya Langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengubah pola hidup penderita hipertensi adalah3 : a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal. b. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya(disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol. c. Melakukan olahraga aerobik yang tidak begitu berat d. Berhenti merokok 3.Gizi untuk penderita hipertensi Penyakit hipertensi sering dikaitkan dengan pola makan yang tidak sehat. Pola makan tidak teratur dengan menu rendah buah dan sayur merupakan faktor penyebab hipertensi. Tentunya, untuk menghindari penyakit tersebut, haruslah mengikuti pola makan sehat. Pola makan yang dianjurkan untuk menghindari terserang penyakit hipertensi yaitu dengan rajin mengkonsumsi buah-buahan, sayur, karbohidrat jenis kompleks, vitamin dan mineral.3

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

13

4.Mengurangi asupan garam Menguangi asupan garam merupakan hal yang dapat meurunkan hipertensi. Dengan cara mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya(disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).3 Mengurangi makanan berlemak dapat mencegah penyakit hipertensi.13 2.2 Penatalaksanaan Hipertensi

2.2.1

Penatalaksanaan Farmakologis

Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim digunakan untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (βblocker), penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE inhibitor), penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), antagonis kalsium. Pada JNC VII, penyekat reseptor alfa adrenergik (α-blocker) tidak dimasukkan kedalam kelompok lini pertama.15 1. Diuretik Mekanisme aksi diuretika yaitu meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Diuretik dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang. Berdasarkan cara kerjanya terdapat beberapa jenis diuretik yaitu tiazid, loop diuretik, diuretik hemat kalium. Pada golongan diuretik ini yang paling sering diresepkan untuk mengontrol hipertensi ringan yaitu tiazid. Diuretika thiazida merupakan agen diuretik yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah, digunakan sebagai terapi awal bagi kebanyakan penderita tekanan darah tinggi, dan digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi golongan lain, yang meningkatkan efektivitasnya. Contoh

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

14

obat

gologan

diuretik

:

Hidroklorotiazid,

Indapamid,

Furosemid,

Spironolakton.15,16 2. Penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker) Golongan obat ini memiliki mekanisme kerja menurunkan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung, menghambat sekresi renin di sel-sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan produksi angiotensin II, dan efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis. Penggunaan obat golongan ini digunakan sebagai tahap pertama pada hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner, pasien dengan aritmia supraventrikel, dan ventrikel tanpa kelainan konduksi, pasien muda dengan sirkulasi hiperdinamik, dan pada pasien yang memerlukan antidepresan trisiklik atau antipsikotik. Termasuk dalam kelompok ini adalah propanolol, bisoprolol, atenolol, metoprolol.15 3. Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE-inhibitor) Pada golongan ini bekerja merintangi enzim ACE (angiotensin-converting enzyme) yang mengubah angiostensin 1 menjadi angiostensi II. Efek peniadaan pembentukan angiostensi II adalah vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan berkurangnya retensi garam dan air sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Golongan ini dapat digunakan untuk pasien hipertensi dengan gagal jantung kongesti, diabetes, dyslipidemia, dan obesitas. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah kaptopril, lisinopril, ramipril, imidapril.15 4. Penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB) Golongan

ini

termasuk

dalam

zat

penghambat

RAAS

(Renin-

AngiotensinAldosteron). Pada golongan ini bekerja dengan menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi daya-tahan pembuluh perifer dan vasodilatasi. Pada ARB ini bekerjanya dengan memblok reseptor-AT II dengan efek vasodilatasi. Contoh obatnya yaitu losartan, valsartan, irbesartan, candesartan.15

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

15

5. Antagonis kalsium Pada golongan ini mekanisme kerja menurunkan tekanan darah dengan menghambat influks kalsium memblokade kanal kalsium sehingga pembuluh darah melebar dan tekanan pembuluh darah menurun. Contoh dari obat ini yaitu amlodipin, verapamil, diltiazem, dan nifedipin.15

2.2.2

Penatalaksanaan non Farmakologis

1. Diet rendah garam Penggunaan garam yang perlu dibatasi adalah garam natrium yang terdapat dalam garam dapur, soda kue, baking powder, dan vetsin. Natrium dalam tubuh sangat berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Kelebihan asupan natrium dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. WHO menganjurkan pembatasan konsumsi garam hingga 6 gram. Untuk penderita hipertensi, penggunaan garam dapur tidak dianjurkan atau tidak lebih dari 1 sendok teh dalam sehari.2 Penurunan penggunaan garam pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8 mmHg.17 2. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) DASH adalah rencana makan yang fleksibel dan seimbang yang membantu menciptakan gaya makan yang sehat untuk jantung seumur hidup. Rencana makan DASH tidak memerlukan makanan khusus dan menyediakan tujuan nutrisi harian dan mingguan. Diet DASH merekomendasikan lebih banyak mengkonsumsi buah, sayur-sayuran, dan produk susu rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh dan total lebih sedikit, kaya potassium dan kalsium.17 Kegiatan melakukan diet DASH dapat menurunkan tekanan darah sebesar 8-14mmHg.18 3. Aktivitas fisik dengan berolahraga Aktivitas fisik dengan berolahraga diperlukan untuk menjaga dan memperbaiki metabolisme tubuh, termasuk memperlancar peredaran darah, serta membuat

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

16

tubuh menjadi bugar. Olahraga yang dilakukan secara rutin juga dapat menjaga agar tidak terjadi kelebihan berat badan akibat kurangnya aktivitas fisik dan asupan berlebih. Olahraga juga dapat mengurangi hormon kortisol yang dapat memicu timbulnya stress. Penderita hipertensi dianjurkan untuk melakukan olahraga seperti jalan santai, jogging, bersepeda, atau aerobik yang dilakukan rutin 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi 30-45 menit secara teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi.2 Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 4-9 mmHg.17 4. Menghentikan kebiasaan buruk Merokok, bermalas-malasan dan meminum alkohol merupakan kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok akan memasuki sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, zat tersebut mengakibatkan proses arterosklerosis pada seluruh pembuluh darah.12 Alkohol dapat menyebabkan hipertensi karena adanya peningkatan kadar kortisol, peningkatan voume sel darah merah, dan kekentalan darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.2 Mengurangi Alkohol pada penderita hipertensi yang terbiasa meminum alkohol, akan menurunkan tekanan darah sebesar 24mmHg.18 5. Penurunan berat badan Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20 mmHg/penurunan 10kg. Rekomendasi ukuran pinggang <94cm untuk pria dan <80cm untuk wanita, indeks massa tubuh <25kg/m2 . Rekomendasi penurunan berat badan meliputi nasihat mengurangi asupan kalori dan juga meningkatkan aktivitas fisik.17

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

17

2.3 Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.19 Obat tradisional yang memiliki khasiat untuk menurunkan tekanan darah tinggi yaitu: 1. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Mengkudu termasuk dalam Famili Rubiaceae yang sangat dikenal luas sebagai obat tradisional dengan berbagai manfaat. Bagian yang dimanfaatkan pada tumbuhan ini yaitu buah yang sudah masak.20 Buah mengkudu mengandung zat spocoletin yang bekerja mengikat serotonin, zat penyebab terjadinya kontraksi pembuluh darah atau hipertensi. Untuk tujuan pengobatan, takaran yang diberikan adalah 15ml/50kgBB sebanyak 2 kali sehari, pagi dan malam hari.Untuk menajaga tekanan darah tetap normal, diberikan 1 kali sehari.13 2. Seledri (Apium graveolens L.) Semua bagian tanaman seledri berbau khas, dan bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan herbanya. Herba seledri mengandung flavonoid, kumarin, manitol serta minyak atsiri. Flavonoid apigenin dalam herba seledri dapat menurunkan tekanan darah. Sedangkan rebusan daun seledri dapat digunakan untuk memperlancar pengeluaran air seni.20 Untuk menurunkan tekanan darah dianjurkan mengonsumsi 4 helai seledri sehari.13 3. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Bagian tanaman yang digunakan untuk pengobatan tradisional hipertensi adalah biji. Biji buncis mengandung Glucoprotein, hemagglutinine, tripsin inhibitor, stigmasterol, sitosterol, lectins, allantoin, dan inositol. Biji buncis dapat

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

18

digunakan untuk pengobatan busung air, beri-beri, kencing manis (diabetes mellitus) dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi (Hipertensi).21 4. Mentimun (Curcumis sativus L.) Pada mentimun bagian yang dimanfaatkan adalah buah. Pada buah ini tekandung sedikit saponin, rutin, isoquercitrin, cucurbitacin A, B, C, D, enzim pencernaan, glutathione, protein, lemak, karbohidrat, kalium, kalsium, fosfor, besi, karoten, vitamin (B1, B2, C, niacin), dan beberapa asam amino. Mentimun bermanfaat sebagai tekanan darah tinggi, dapat juga sebagai sariawan, demam, jerawat, diare, sakit tenggorokan.21 5. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi. L) Bagian pada belimbing wuluh yang digunakan yaitu daun, bunga, dan buah. Belimbing wuluh mengandung seponin, tannin, glucosidase, kalsium oksalat, sulfur, asam format, dan peroksidase yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara kerja yaitu sebagai peluruh seni.21 Untuk pengobatan dianjurkan untuk mengkonsumsi 3 buah belimbing wuluh yang direbus dengan 3 gelas air untuk menurunkan tekanan darah.2 6. Bawang Putih (Allium sativum L.) Bawang putih dapat menurunkan tekanan darahkarena mengandung adenosin, yang dapat merilekskan otot. Dianjurkan untuk mengonsumsi 1-2 siung bawang putih, atau suplemen yang mengandung 400 miligram bawang putih sehari 3 kali.13

2.4 Cara Terapi

Pengobatan komplementer alternatif adalah pengobatan non konvesional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

19

dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik yang belum diterima dalam kedokteran konvesional.22 Contoh pengobatan alternatif yaitu seperti pijat/refleksi, akupuntur dan bekam. 2.5 Definisi Operasional No.

Variabel

Definisi

Alat Ukur

1

Jenis Kelamin

Kuesioner

1. Perempuan 2. Laki-laki

Nominal

2

Cara Pengobatan

Identitas diri atau seksual seseorang sejak ia dilahirkan Obat yang dikonsumsi atau tindakan responden untuk menurunkan tekanan darah

Kuesioner

Nominal

3

Obat kimia yang digunakan

Golongan obat Kuesioner antihipertensi yang saat ini/pernah dikonsumsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi

4

Obat tradisional yang digunakan

Obat tradisional yang digunakan oleh responden untuk menurunkan tekanan darah

1. Mengkonsumsi obat kimia 2. Mengkonsumsi obat tradisional 3. Cara/terapi tradisional 4. Lainnya 1. Obat-obatan golongan diuretik 2. Obat-obatan golongan βblocker 3. Obat-obatan golongan ACEInhibitor 4. Obat-obatan golongan ARB 5. Obat-obatan golongan antagonis kalsium 6. Lainnya 1. Jus/parutan Mentimun 2. Jus/parutan belimbing wuluh 3. Jus/parutan mengkudu 4. Lainnya

Kuesioner

Hasil Ukur

Skala

Nominal

Nominal

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

20

5

Cara tradisional yang digunakan

Terapi tradisional yang digunakan responden untuk menurunkan tekanan darah Diet garam yang dilakukan responden untuk menurunkan tekanan darah

Kuesioner

1. 2. 3. 4.

Pijat Refleksi Akupuntur Lainnya

Nominal

6

Asupan garam

Kuesioner

Nominal

Asupan makanan berserat

Konsumsi makanan berserat yang dilakukan responden untuk menurunkan tekanan darah

Kuesioner

1. Tetap mengkonsumsi garam 2. Mengurangi konsumsi garam 3. Tidak mengkonsumsi garam 1. Rutin mengkonsumsi makanan berserat 2. Jarang mengkonsumsi makanan berserat 3. Tidak mengkonsumsi makanan berserat

7

8

Olahraga

Olahraga yang dilakukan responden untuk menurunkan tekanan darah

Kuesioner

1. Tidak

Nominal

Nominal

berolahraga 2. Berolahraga 30-45 menit 3-4kali seminggu17 3. Berolahraga 1-2kali dalam sebulan

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian menggunakan metode survey deskriptif kuantitatif yang tujuan utamanya untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan, dan laporan.23 3.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal di RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu yang telah didiagnosa dokter atau petugas kesehatan telah mengidap hipertensi. Teknik sampel dalam penelitian ini diambil secara Total Sampling. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut23 : 1. Kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek penelitian/populasi agar dapat diikutsertakan dalam penelitian.23 Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi : a. Masyarakat yang memiliki ktp di wilayah tersebut. b. Masyarakat yang telah didiagnosa dokter atau petugas kesehatan telah mengidap hipertensi 2. Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian.23 Kriteria eksklusi penelitian ini adalah : a. Masyarakat yang menderita hipertensi namun bukan didiagnosa oleh dokter atau petugas kesehatan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

22

b. Masyarakat yang sedang tidak berada di lingkungan RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu pada saat pengambilan data.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di lingkungan masyarkat RW 011 Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Rawalumbu. Waktu penelitian dilakukan pada X 2019. 3.4 Cara Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara membuat beberapa pertanyaan yang akan diajukan dengan menggunakan kuesioner sekaligus wawancara. 3.5 Cara Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan komputer menggunakan aplikasi statistik, dan ada cara pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut23 : 1.

Editing Sebelum dilakukan pengolahan data, data diperiksa terlebih dahulu. Data atau

informasi yang telah dikumpulkan dari kuesioner perlu diperiksa sekali lagi dan diperbaiki jika masih terdapat hal-hal yang salah atau masih ragu-ragu, seperti lengkapnya pengisian jawaban. 2.

Coding Jawaban atau hasil yang diperoleh diklasifikasikan menurut jenisnya

kedalam bentuk yang lebih ringkas setelah diberi skor atau menggunakan kodekode tertentu sebelum diolah dengan komputer.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

23

3.

Entry Proses memasukkan data-data yang telah mengalami proses editing dan

coding kedalam alat pengolahan data (komputer) atau program pengolahan data tertentu . 4.

Cleaning Mengkoreksi kembali data yang sudah diklasifikasikan untuk memastikan

bahwa data tersebut sudah baik dan benar serta siap untuk dianalisa. 3.6 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.23

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

24

DAFTAR PUSTAKA

1.

Interna Publishing. Ilmu Penyakit Dalam. VI. Setiati S, Alwi I, W.Sudoyo A, K. MS, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: Interna Publishing; 2014.

2.

Tim Bumi Medika. Berdamai dengan Hipertensi. Sari YNI, editor. Jakarta: Tim Bumi Medika; 2017.

3.

Shadine M. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke dan Serangan Jantung. Keenbooks; 2010.

4.

Dalimantha S, T.Purnama B, Sutarina N, Mahendra B, Darmawan R. Care your self hipertensi. Indriani H, editor. Jakarta: Penebar Plus; 2008.

5.

WHO. Hypertension Fact sheet. World Health Organization; 2011.

6.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar. 2013.

7.

Izzati AP. Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi di Masyarakat RW 003 Kelurahan Pondok Ranji Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan Tahun 2015. Jakarta; 2015.

8.

Palmer A, Williams B. Tekanan Darah Tinggi. Astikawati R, Safitri A, editors. Jakarta Pusat: Erlangga; 2007.

9.

Robert E. Kowalski. Terapi Hipertensi Program 8 Minggu. Astuti R, editor. Bandung: Qanita; 2010.

10.

Sustrani L, Alam S, Hadibroto I. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2006.

11.

Lanny L. Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Nixon T, editor. Jakarta: PT Argomedia Pustaka; 2012.

12.

Kementrian Kesehatan RI-Direktorat Pengendalian PTM. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

25

13.

Junaidi I. Hipertensi. Tandung D, editor. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer; 2010.

14.

Tjay TH, Rahardjo K. Obat-Obat Penting. VII. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2015.

15.

Departemen Farmakolgi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran - Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi. VI. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016.

16.

Sukandar EY, Andrajati R, Sigit JI, Adnyana I ketut, Prayitno AS, Kusnandar. ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI Penerbitan; 2008.

17.

Muhadi. ANALISIS JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa. 2016.

18.

Garnadi Y. Hidup Nyaman dengan Hipertensi. Oktaviani P, editor. Jakarta: PT Argomedia Pustaka; 2012.

19.

Kementrian Kesehatan RI. Permenkes No. 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional. Jakarta: Kemenkes; 2012.

20.

Kementrian Kesehatan RI. 100 Top Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI- Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional; 2011.

21.

Dalimartha S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. 5th ed. Dahlianti R, editor. Jakarta: Pustaka bunda; 2008.

22.

Kementrian Kesehatan RI. Permenkes No. 1109 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta; 2007.

23.

Sudibyo S, Surahman. Metodologi Penelitian untuk Mahasiswa Farmasi. Jakarta: Trans Info Media; 2014.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Related Documents

Bismillah Bab 2.docx
December 2019 12
Bismillah Bab 2.docx
June 2020 8
Bab 3 Bismillah New.docx
December 2019 8
Bab 1 Bismillah A.docx
December 2019 13
Bismillah Bab 2.docx
June 2020 9

More Documents from "shinta ayu lestari"