Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara Periode April-Mei 2018
Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan Bidang Farmasi
Oleh:
Adite Nur Alifa Trisnajati P2.31.39.0.15.006
JURUSAN FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II 2018
ii
iii
iv
ABSTRAK Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara Periode April-Mei 2018 Oleh Adite Nur Alifa Trisnajati P2.31.39.0.15.006 Pendahuluan: Hipertensi disebut sebagai the silent disease karena tidak terdapat tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar, perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan jumlah Prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia sebesar 25,8 % dan 63,2% kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Berdasarkan Profil Kesehatan DKI Jakarta tahun 2016 pada umur ≥18 tahun ada sebanyak 527.391 atau 41,97% orang yang menderita hipertensi. Di Puskesmas Kecamatan Cilincing sendiri, ada 33.335 orang yang menderita hipertensi. Data ini menunjukan hipertensi adalah penyakit terbesar pertama untuk pasien diatas 55 tahun (Lansia), sedangkan untuk pasien dibawah 55 tahun (Umum) merupakan penyakit terbesar kedua setelah ISPA. Tujuan: Mengetahui dan mempelajari tentang gambaran penatalaksanaan hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara periode April – Mei 2018. Metode: Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 148 orang, melalui pendekatan cross sectional dan pengambilan data dilakukan melalui wawancara dengan beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner. Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan responden berumur 45–54 tahun sebanyak 49 orang (33,1%), jenis kelamin perempuan sebanyak 109 orang (73,6%), Obat yang paling banyak diresepkan adalah Amlodipin sebanyak 54 responden (36,5%), mendapatkan satu obat sebanyak 75 orang (50,7 %), Dukungan keluarga: tidak ditemani saat kunjungan ke Puskesmas 81 orang (54,7 %); tidak diingatkan untuk minum obat sebanyak 117 orang (79,1 %); tidak dibantu saat hendak minum obat sebanyak 119 orang ( 80.4%), tidak membatasi konsumsi garam sebanyak 119 orang (80,4%), rutin berolahraga sebanyak 98 orang ( 66,2% ), waktu tidur tidak cukup sebanyak 75 orang (50,7%). Kata Kunci: Penatalaksanaan, Hipertensi, Puskesmas
ABSTRACT
v
Description of Management of Hypertension in Outpatients in Puskesmas Kecamatan Cilincing North Jakarta Period April-May 2018
By Adite Nur Alifa Trisnajati P2.31.39.0.15.006
Introduction: Hypertension ntroduction: Hypertension is called the silent disease because there are no visible signs on the outside, the development of hypertension goes slowly but potentially very dangerous. Results of Basic Health Research (Riskesdas) in 2013 showed the number of hypertension prevalence at age ≥18 years in Indonesia by 25.8% and 63.2% of cases of hypertension in the community undiagnosed. Based on the Health Profile of DKI Jakarta in 2016 there were 527,391 or 41,97% people suffering from hypertension. For Puskesmas Kecamatan Cilincing itself, there were 33,335 people suffering from hypertension. These data show that hypertension is the first largest disease for patients over 55 years old (elderly), while for patients under 55 years (General) is the second largest disease after ARI. Objective: To know and learn about the description of the management of hypertension in outpatients at Puskesmas Kecamatan Cilincing North Jakarta period April - May 2018. Method: This research uses quantitative descriptive survey method with purposive sampling technique with 148 respondents, cross-sectional approach and data retrieval is done through the interview with some questions in the form of a questionnaire. Results and Conclusions: The results showed most respondents were 45-54 years old as many as 49 people (33.1%), female gender of 109 people (73.6%), the most widely prescribed drug Amlodipine as much as 54 respondents (36.5%), received one drug as much as 75 people (50.7%), Family Support: unaccompanied during visit to Puskesmas 81 people (54.7%); not reminded to take medication as many as 117 people (79.1%); not limiting the consumption of salt as much as 119 people (80.4%), exercise routine as much as 98 people (66.2%), sleep time is not enough as many as 75 people (50, 7%).
Keywords: Management, Hypertension, Puskesmas
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
vi
“Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara Periode April- Mei tahun 2018”. Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya farmasi. Penulis menyadari banyaknya bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dari awal kuliah sampai penyusunan karya tulis ilmiah ini selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Junaedi, S.Si, M.Farm, Apt. selaku Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II.
2.
Ibu Dra.Sarma, M.Farm, Apt. selaku pembimbing pertama yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan, nasihat, kritik dan saran selama penyusunan KTI ini.
3.
Bapak Adin Hakim Kurniawan, M.Farm, Apt. selaku pembimbing kedua dan pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI ini.
4.
Ibu Drg. Leny Ariyani, MKM. Selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara yang telah bersedia menerima penulis dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di Puskesmas Kecamatan Cilincing.
5.
Ibu Dr. Aprilia Maya Putri S selaku Kepala Satuan Pelaksana Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara yang telah bersedia menerima penulis dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di Puskesmas Kecamatan Cilincing.
6.
Ibu Nur Rahmawati selaku Kepala Bagian Tata Usaha Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara yang telah bersedia menerima penulis dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di Puskesmas Kecamatan Cilincing.
7.
Ibu Rachmawati, S.Farm, Apt. selaku Koordinator Farmasi Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara yang telah bersedia menerima penulis, membantu penulis, menemani penulis, membimbing penulis dan memberi arahan penulis dalam melaksanakan penelitian di Puskesmas Kecamatan Cilincing.
vii
8.
Ibu Luvi Selviatul H, S. Farm, Apt. selaku Penanggung Jawab Apotek Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara yang telah bersedia menerima penulis, membantu penulis, menemani penulis, membimbing penulis dan memberi arahan penulis dalam melaksanakan penelitian di Puskesmas Kecamatan Cilincing.
9.
Kak Eka Ayu Safira, Amd.Far dan Kak Maya Novita Sari, Amd.Far selaku Asisten Apoteker di Apotek Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara yang telah bersedia menerima penulis, membantu penulis, menemani penulis, membimbing penulis dan memberi arahan penulis dalam melaksanakan penelitian di Puskesmas Kecamatan Cilincing.
10. Bapak Dr. Pangestu, Bapak Dr. Faris, Ibu Meini, S.Kep, Ibu Dr. Veronika, Bapak Dr. Dicky, Bapak Dr. Aulia yang telah bersedia menerima penulis, membantu penulis, menemani penulis dalam melaksanakan penelitian di Puskesmas Kecamatan Cilincing. 11. Seluruh dosen dan staf karyawan Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II yang telah memberikan ilmu, pengalaman serta bimbingan selama ini. 12. Kedua orang tua, Bapak Juwadi dan Ibu Tentrem yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, doa dan kasih sayang, serta saudara tercinta Nur Yauma Albaarik, Dzakwan Nur Aqli dan keluarga yang telah memberikan semangat maupun bantuan kepada penulis selama penyusunan KTI ini. 13. Achmad Maftuchin, Ade Irma, Akbar Darmawan selaku sahabat penulis yang telah membantu penulis, memberikan semangat, doa dan menemani penulis selama penyusunan KTI ini. 14. Kak Fitri Amalia, Kak Tika Yulinda, Kak Yayuk Sri Rahayu, kak Ega Utami dan Kak Novel Firmansyah, Sahabat BEM Pusat angkatan 2016 dan 2017, Shabrina Aufar, Sandika, Shofi Mujahidah Karimah, Mega Sukmawati Ilham, Luthfiyanan Afifah dan Apprellyan Visi, Melinda Arsanty Putri, Gemalita Dewi Raharjo, Ros Meilani Piharom, Diantika Putri, Rosa Dwi Putri, Erna Tri, Nadhifah Pratiwi, Taqiyah Fitri Ningrum dan Sekar Hayuning Ratri yang senantiasa mendukung, Menyemangati, Membatu selama proses perkuliahan mulai dari PPSM hingga tingkat akhir.
viii
15. Seluruh teman-teman angkatan 2015 termasuk Tim survei yang telah bekerja sama dan saling membantu serta menyemangati satu sama lain dalam mengerjakan KTI ini. 16. Serta teman-teman lainnya yang turut berkontribusi, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, doa dan semangat serta bantuan yang tidak dapat di nilai harganya. Jakarta, Juni 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................... ....................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ..................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................ .iv ABSTRAK ............................................................................................................. v KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4 1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 4 1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 4 1.4.1 Penulis ...................................................................................................... 4 1.4.2 Akademik ................................................................................................. 4 1.4.3 Masyarakat ............................................................................................... 5 1.4.4 Puskesmas ............................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6 2.1 Tekanan Darah ................................................................................................... 6 2.2 Hipertensi ......................................................................................................... 7 2.2.1 Klasifikasi Hipertensi ...................................................................................... 7 2.3 Tanda dan Gejala Hipertensi ............................................................................. 8 2.4 Faktor-faktor Hipertensi ................................................................................... 9 2.5 Penatalaksanaan Hipertensi ............................................................................ 13 2.5.1 Penatalaksanaan Nonfarmakologis ........................................................ 13 2.5.2 Penatalaksanaan Farmakologis .............................................................. 17
x
2.6 Definisi Operasional......................................................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 22 3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................... 22 3.2 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data ............................................................. 22 3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 22 3.4 Cara Pengumpulan Data ................................................................................. 23 3.5 Cara Pengolahan Data ..................................................................................... 23 3.6 Analisis Data ................................................................................................... 24
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENGAMBILAN DATA ................. 25 4.1 Keadaan Geografis ......................................................................................... 25 4.1.1 Luas Wilayah ........................................................................................ 25 4.1.2 Batas Wilayah ....................................................................................... 25 4.2 Keadaan Demografis ...................................................................................... 25 4.3 Profil Puskesmas ............................................................................................ 26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 29 5.1 Hasil ................................................................................................................ 29 5.2 Pembahasan ..................................................................................................... 31
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 38 6.1 Kesimpulan .................................................................................................... 38 6.2 Saran ................................................................................................................ 39 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40 LAMPIRAN .......................................................................................................... 43 DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah ....................................................................7 Tabel 2.2 Definisi Operasional............................................................................20 Tabel 5.1 Persentase Umur dan Jenis Kelamin Responden ............................ .28 Tabel 5.2 Presentase Pemilihan Obat dan Jumlah Obat Yang Diresepkan ............................................................................... 29
xi
Tabel 5.3.1 Persentase Dukungan Keluarga Menemani Responden Saat Kunjungan Ke Dokter ........................................................... 29 Tabel 5.3.2 Persentase Dukungan Keluarga Mengingatkan Responden Untuk Minum Obat ....................................................................... 30 Tabel 5.3.3 Persentase Dukungan Keluarga Membantu Responden Saat Hendak Minum Obat ........................................................... .30 Tabel 5.4 Persentase Pembatasan Konsumsi Garam ....................................... .30 Tabel 5.5 Persentase Pola Olahraga .................................................................. 31 Tabel 5.6 PersentasePola Waktu Tidur ............................................................. 31 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Pengambilan Data ......................................................... 43
Lampiran 2
Surat Persetujuan Pengambilan Data............................................. 44
Lampiran 3
Surat Persetujuan Etik ................................................................... 46
Lampiran 4
Naskah Penjelasan ......................................................................... 47
Lampiran 5
Lembar Persetujuan Responden ................................................... 49
Lampiran 6
Lembar Kuesioner ......................................................................... 50
Lampiran 7
Data Responden ............................................................................. 55
Lampiran 8
Data Hasil SPSS ............................................................................ 59
xii
DAFTAR SINGKATAN
PTM ARI
: Penyakit Tidak Menular : Acute Respiratory Infection
WHO
: World Health Organization
Riskesdas
: Riset Kesehatan Dasar
NHANES
: National Health and Nutrition Examination Survey
TD
: Tekanan darah
JNC
: Joint National Committee
IMT
: Indeks Masa Tubuh
DASH
: Dietary Approach to Stop Hypertension
KK
: Kepala Keluarga
UPT
: Unit Pelaksana Teknis
P2M
: Pelayanan Pemberantasan Penyakit Menular
PPSM
: Peningkatan Peran Serta Masyarakat
HDL
: High Density Lipoprotein
LDL : Low Density Lipoprotein ACE Inhibitor : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor ARB
: Angiotensin Reseptor Blocker
CCB
: Calcium Channel Blockers
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit, dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Urbanisasi, modernisasi dan globalisasi yang terjadi memicu gaya hidup menjadi tidak sehat dan menyebabkan terjadinya peningkatan prevalensi PTM. Bertambahnya usia harapan hidup juga membawa konsekuensi peningkatan penyakit degeneratif. Salah satu contoh penyakit degeneratif di indonesia adalah hipertensi atau darah tinggi.1
Hipertensi juga disebut sebagai the silent disease karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar, sehingga banyak orang yang menderita hipertensi tapi tidak terdiagnosis. Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya.2, tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab gangguan jantung, maupun penyakit serebrovaskular.3
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, sekitar satu milyar orang didunia menderita hipertensi, dua pertiga diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang. Prevalensi Hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena Hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar delapan juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang sepertiga populasinya menderita Hipertensi.1 Di Indonesia hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar ketiga setelah stroke dan tuberkolusis, yakni mencapai angka 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur di indonesia.4 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan jumlah Prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia sebesar 25,8 % dan sebanyak 63,2% kasus hipertensi di masyarakat tidak
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
2 1 terdiagnosis oleh tenaga kesehatan.5 Penyakit hipertensi di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari waktu ke waktu, dilihat dari hasil Riskesdas tahun 2007 dan 2013, tampak adanya kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi. Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut.6 Pada beberapa kelompok usia, risiko penyakit kardiovaskular meningkat dua kali lipat untuk setiap peningkatan 20/10 mmHg tekanan darah.7
Menurut data Profil Kesehatan DKI Jakarta pada ahun 2016, berdasarkan Pengukuran tekanan darah pada penduduk usia ≥ 18 tahun tercatat bahwa ada sebanyak 527.391 atau 41,97% orang dengan hipertensi.8 Untuk Puskesmas Kecamatan Cilincing sendiri, berdasarkan data laporan tahunan Puskesmas pada tahun 2017, didapatkan data sebanyak 33.335 orang yang menderita hipertensi. Data tersebut menunjukan bahwa hipertensi merupakan 10 penyakit terbesar urutan pertama untuk pasien dari poli lansia (≥55 tahun) dan urutan terbesar kedua untuk pasien dari poli umum (<55 tahun) setelah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.9
Faktor risiko tekanan darah tinggi terdapat dua macam, yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Tekanan darah tinggi dapat dikontrol agar tetap normal dengan menghindari faktor risiko yang dapat diubah. Beberapa contoh faktornya adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, stresss, penggunaan estrogen, kurang olahraga dan kurang tidur dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan kondisi medis lainnya.10
Penatalaksanaan hipertensi baik farmakologis dan nonfarmakologis merupakan upaya dalam penanganan hipertensi. Penatalaksanaan ini dilakukan guna tercapainya penurunan tekanan darah atau ketergantungan pasien terhadap penggunaan obat-obatan hipertensi. Penatalaksanaan non farmakologis dilakukan dengan memodifikasi gaya hidup pasien, sedangkan penatalaksanaan farmakologis dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan hipertensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan.1 Dalam penatalaksanaan hipertensi peran keluarga sangatlah diperlukan, Adanya keterlibatan anggota keluarga secara langsung untuk membantu pasien Poltekkes Kemenkes Jakarta II
3 hipertensi merupakan salah satu wujud dalam bentuk dukungan agar penatalaksanaan perawatan hipertensi dapat berjalan dengan baik.11
Upaya penatalaksanaan hipertensi sudah banyak diterapkan, namun pada kenyataannya tata laksana hipertensi masih jauh dari berhasil. Data NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) 2005-2008 di Amerika Serikat menunjukkan dari semua penderita hipertensi, hanya 79,6% sadar telah menderita hipertensi; namun hanya 47,8% yang berusaha mencari terapi. Dan dari 70,9% pasien yang menjalani terapi, 52,2% tidak mencapai kontrol tekanan darah target.12 Maka dari itu penulis ingin mengambil judul “Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi pada Pasien Rawat Ralan di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara periode April – Mei 2018” ini. Karena penatalaksanaan Hipertensi yang benar sangat penting untuk responden dan semoga bahasan yang diteliti oleh penulis ini dapat bermanfaat untuk responden hipertensi di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penatalaksanaan hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara periode April – Mei 2018 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan mempelajari tentang gambaran penatalaksanaan hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara periode April – Mei 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui dan mempelajari tentang gambaran penatalaksanaan hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara periode April – Mei 2018, berdasarkan : Poltekkes Kemenkes Jakarta II
4 1.
Umur dan Jenis kelamin
2.
Pemilihan obat dan jumlah obat yang diresepkan
3.
Faktor dukungan keluarga
4.
Pembatasan konsumsi garam
5.
Pola olahraga
6.
Pola waktu tidur
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Penulis
Menambah pengetahuan, wawasan dan gambaran untuk penulis mengenai penatalaksanaan hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara periode April – Mei 2018.
1.4.2 Akademik
Menambah pustaka dan informasi bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi sebagai referensi mengenai penyakit hipertensi, khususnya tentang penelitian gambaran penatalaksanaan hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara periode April – Mei 2018.
1.4.3 Masyarakat
Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya penatalaksanaan penyakit hipertensi dengan benar, khususnya bagi responden di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara periode April – Mei 2018.
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
5 1.4.4 Puskesmas
Memberikan pengetahuan mengenai penatalaksanaan penyakit hipertensi dan menjadi acuan untuk peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cilincing.
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tekanan Darah Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang
berkontraksi seperti pompa, untuk mendorong agar darah terus mengalir keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Tekanan darah ini diperlukan agar darah terus mengalir dan mampu melawan gravitasi, serta hambatan dalam pembuluh darah. Tanpa adanya kekuatan memompa secara terus menerus seperti ini dalam sistem peredaran darah, darah segar tidak dapat terbawa ke otak dan seluruh jaringan tubuh.13 istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik didalam tubuh manusia.14 Tekanan darah dibedakan menjadi dua, antara lain : 1)
Tekanan darah sistolik (systolicnblood pressure): tekanan darah yang tingkatnya tinggi dan terjadi segera sesudah jantung berdenyut ketika darah dipaksa melalui sistem atau tekanan darah pada waktu jantung menguncup.14
2)
Tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure): tekanan darah yang tingkatnya rendah dan terjadi segera sebelum jantung berdenyut atau tekanan darah pada saat jantung mengendur kembali.14 Tekanan darah seseorang biasanya berubah setiap saat, dalam kurun waktu
24 jam tekanan darah dalam pembuluh darah arteri mengalami fluktuasi alami selama 24 jam. Tekanan darah tertinggi biasanya terjadi pada pagi hari saat bangun tidur dan saat melakukan aktivitas. Setelah itu,tekanan darah menjadi stabil sepanjang hari. Pada malam hari tekanan darah mulai menurun. Tekanan darah akan mencapai titik terendah saat kita tertidur.15
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
7 6 2.2
Hipertensi Hipertensi atau darah tinggi secara umum merupakan suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.1 2.2.1 Klasifikasi Hipertensi 1.
Berdasarkan Tingginya Tekanan darah (TD) The Eight Joint National Committee (JNC VIII) membagi tekanan darah
pada orang dewasa sebagai berikut: Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Karakteristik Pasien Karakteristik Pasien
Umur
Tekanan Darah
JNC VIII 2014.16 Penyakit Ginjal Kronis dan/ Semua Umur < 140/90 mmHg tanpa Diabetes Diabetes tanpa Penyakit Ginjal Semua Umur < 140/90 mmHg Kronis Tanpa Diabetes dan Penyakit Ginjal Kronis
≥ 60 tahun < 60 tahun
2.
< 150/90 mmHg < 140/90 mmHg
Berdasarkan Etiologi Klasifikasi berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi hipertensi
essensial atau primer dan hipertensi sekunder. a. Hipertensi Primer atau Essensial Hipertensi primer adalah penyakit yang tidak langsung disebabkan oleh penyebab yang telah diketahui. Dalam bahasa sederhana orang awam adalah hipertensi yang penyebabnya tidak atau belum diketahui. Mereka yang menderita hipertensi primer, tidak menunjukan gejala apapun.17 Para pakar menunjuk stress sebagai penyebab utama,setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan hubungan riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dapat menyebabkan hipertensi pada keluarga turunannya.18 Pada umumnya, penyakit hipertensi primer baru diketahui pada waktu memeriksakan Poltekkes Kemenkes Jakarta II
8 kesehatan ke dokter.17 Hampir 90 % pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial, sedangkan 10 % nya tergolong dalam hipertensi sekunder. Penderita hipertensi primer harus menghindari beberapa faktor risiko penyebab naiknya tekanan darah misalnya makanan yang mengandung garam tinggi, alkohol,obesitas, merokok, dan lain-lain.2,19 b. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang telah diketahui penyebabnya. hampir 10 % pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi sekunder, sedangkan 90 % nya tergolong dalam hipertensi primer. Timbulnya penyakit hipertensi sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan seseorang. Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder adalah sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi hal-hal berikut17,19 : a)
Penyakit atau gangguan ginjal
b)
Cidera kepala atau pendarahan diotak yang berat
c)
Gangguan hormonal
d)
Penyakit jantung dan pembuluh darah
e)
Tumor kelenjar adrenal (paling jarang terjadi)
2.3
Tanda dan Gejala Hipertensi Kebanyakan orang yang menderita hipertensi memang tidak menampakkan
gejala-gejala khusus. Karena sering tidak menimbulkan gejala khusus, hipertensi sering tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun. Biasanya, gejala baru dapat dirasakan ketika sudah terjadi gangguan pada jantung, otak atau ginjal. Oleh karena itu seringkali hipertensi disebut silent killer.
Gejala hipertensi adalah sebagai berikut13: a)
Terasa nyeri di kepala berulang-ulang.
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
9 b)
Jantung berdebar-debar ketika badan bergerak atau melakukan pekerjaan yang agak berat.
c)
Perasaan lemah dan agak pusing.
d)
Kadang-kadang terasa nyeri pada dada dan bahu kiri.
e)
Sesak napas di tengah dada yang dapat menyebar sampai leher dan rahang, pundak kiri atau kanan, dan lengan, bahkan sampai terasa tembus ke punggung.
f)
Pada kondisi yang parah, sering menyebabkan kehilangan kesadaran.
2.4
Faktor-Faktor Hipertensi Penyakit hipertensi termasuk penyakit yang banyak diderita orang tanpa
mereka sendiri mengetahuinya. Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa.17 Adapun beberapa faktor risiko hipertensi yaitu: 1) Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a)
Umur Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan), sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, hal ini disebabkan karena adanya perubahan struktur pada pembuluh darah menjadi lebih besar, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lebih sempit dan kaku, akibatnya tekanan darah sistolik meningkat.1,18 Berikut kategori umur menurut Riskesdas tahun 20135: 1. 15-24 tahun Poltekkes Kemenkes Jakarta II
10 2. 25-34 tahun 3. 35-44 tahun 4. 45-54 tahun 5. 55-64 tahun 6. 65-74 tahun 7. ≥75 tahun
b)
Gender atau Jenis Kelamin Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih
banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita.1,18 c)
Keturunan atau Genetik Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi juga mempertinggi risiko
terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial). Keluarga yang memiliki bawaan hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 25 kali lipat.21 Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktorfaktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anakanaknya.1,18 2)
Risiko Yang Dapat Diubah
a)
Kegemukan atau obesitas Kegemukan adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam
Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan Poltekkes Kemenkes Jakarta II
11 indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20 -33% memiliki berat badan lebih (overweight).1,18 b)
Stress Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam,
rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis, dan sosial) yang ada pada diri seseorang. Peningkatan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi. Dalam penelitian Yusida pada tahun 2001 menyatakan bahwa bagi wanita berusia 45-64 tahun, sejumlah faktor psikososial seperti keadaan tegangan, ketidakcocokan perkawinan, tekanan ekonomi, stress harian, mobilitas pekerjaan, gejala ansietas dan kemarahan terpendam didapatkan bahwa hal tersebut berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.1,18 c) Merokok Merokok memiliki hubungan yang kuat dengan peningkatan risiko hipertensi. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh penderita hipertensi maka semakin meningkat pula risiko hipertensi yang akan terjadi. Zat-zat kimia beracun seperti, nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, yang mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Merokok meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pernbuluh darah arteri.1,18 d)
Olahraga
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
12 Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan olah raga yang teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan turun. Apabila seseorang jarang melakukan aktivitas fisik maka dapat menyebabkan kelebihan berat badan, sehingga berisiko terhadap peningkatan tekanan darah. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.1,18 e)
Alkohol Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya. Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya. Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi di kelompok usia ini.1,18 f)
Konsumsi Garam Berlebih Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah ratarata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar.7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.1,18
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
13 2.4 Penatalaksanaan Hipertensi Morbiditas dan mortalitas sangat erat kaitannya dengan adanya hipertensi, sehingga tujuan utama pengobatan hipertensi adalah penurunan mortalitas dan morbiditas dari hipertensi itu sendiri. Untuk itu diperlukan adanya penatalaksanaan yang baik terhadap penyakit ini, ada dua jenis penatalaksanaan yaitu penatalaksanaan non farmakologis dan penatalaksanaan farmakologis, dimana penatalaksanaan non farmakologis sebaiknya dilakukan oleh semua penderita hipertensi dengan tujuan mengendalikan tekanan darah agar tetap dalam kondisi normal dan menghindari faktor-faktor yang berisiko menimbulkan hipertensi.1
2.5.1 Penatalaksanaan Nonfarmakologis 1)
Mengkonsumsi makanan sehat Peningkatan tekanan darah dapat dikurangi dengan pengaturan menu yang
m mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja.3,20 Dibawah ini adalah pola pembatasan makanan yang dianjurkan oleh pakar gizi untuk penderita hipertensi, yaitu20: a)
Pembatasan Konsumsi Makanan Berlemak tinggi Mengendalikan konsumsi lemak dalam tubuh diperlukan agar kadar
kolesterol dalam darah tidak tinggi sehingga tidak terjadi penyumbatan pada aliran darah yang akan menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi . Asupan lemak yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah 27 % dari total energi dan < 6 % lemak jenuh. b)
Pembatasan Mengkonsumsi Natrium/ Sodium Hasil penelitian menjelaskan bahwa individu yang berusia ≥ 45 tahun
dengan mengonsumsi makanan rendah natrium akan mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 2,2 – 6,3 mmHg. Asupan natrium yang berlebihan menyebabkan tubuh meretensi cairan sehingga volume darah meningkat. Selain itu juga dapat natrium yang tinggi dapat mengecilkan pembuluh darah arteri sehingga jantung
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
14 harus memompa darah lebih kuat. Kecukupan natrium yang dianjurkan oleh ahli gizi untuk penderita hipertensi dalam sehari adalah ± 2400 mg. c)
Pembatasan Konsumsi Kopi Di kota besar seperti DKI Jakarta yang mempunyai produktivitas tinggi,
tentunya masyarakat dituntut untuk selalu produktif, apalagi kalau pekerjaan sedang menumpuk dan kita dituntut untuk menyelesaikannya sampai larut malam. Kopi menjadi minuman favorit untuk menjaga tubuh agar tetap terjaga dan berstamina selama beraktivitas. Tetapi, kadungan kafein dalam kopi memiliki efek yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah. Karena kopi merupakan antinutrisi yang menguras sebagian mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan menyebabkan peningkatan keasaman usus yang berdampak menghambat serapan elektrolit yang diperlukan tubuh untuk mengatur tekanan darah.
2)
Stop Kebiasaan Merokok kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi.20 Dengan merokok dua batang saja, tekanan darah sistolik dan diastolik akan meningkat sebesar 10 mmHg. Peningkatan tekanan darah akan menetap selama 30 menit setelah selesai merokok. Saat efek nikotin perlahan menghilang, tekanan darah pun akan menurun perlahan. Namun, pada perokok berat tekanan darah akan menetap pada kadar yang tinggi. 3)
Pengontrolan berat badan Hubungan berat badan dengan hipertensi sangat erat kaitannya, makin besar
massa tubuh maka makin banyak pula darah yang dibutuhkan untuk menyampaikan oksigen dan makanan ke seluruh jaringan tubuh. Artinya volume darah yang berdar di pembuluh darah bertambah, sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding pembuluh darah arteri. Penelitian menjelaskan bahwa penderita hipertensi berbadan gemuk yang melakukan penurunan berat badan, tidak memerlukan pengobatan hipertensi selama 4-6 bulan. Penurunan tekanan darah dapat terjadi karena adanya penurunan berat badan, oleh karena itu pasien hipertensi dianjurkan untuk diet rendah energi dan melakukan olahraga rutin. Poltekkes Kemenkes Jakarta II
15 4)
Manajemen Stress Stress
yang berkepanjangan
akan
menyebabkan
ketegangan
dan
kekhawatiran yang terus-menerus. Tubuh kita merespon dengan melepaskan hormon stress yang diproduksi oleh ginjal. Hormon adrenalin dan kortisol yang dilepaskan menyebabkan ginjal menguras cadangan elektrolis yang disimpannya untuk disekresikan keluar dari tubuh bersama urin. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit sehingga memacu jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat yang menyebabkan tekanan darah kita meningkat.21,22
5)
Berolahraga Olahraga yang teratur dapat melatih otot jantung kita untuk beradaptasi pada
saat jantung harus melakukan pekerjaan yang berat karena suatu kondisi tertentu.19 Olahraga selain dapat menurunkan tenanan darah juga berguna untuk menciptakan tubuh yang bugar, dengan begitu olahraga dapat melancarkan peredaran darah ke seluruh sistem tubuh. Olahraga juga dapat membuat otot lebih fleksibel sehingga dapat menciptakan keseimbangan sistem biologis yang bekerja dalam tubuh dan mengatur tekanan darah dalm tubuh. Namun harus diperhatikan, kebutuhan olahraga harus disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing, jangan memaksakan diri dan pilih olahraga yang sesuai.18,19 6)
Kualitas tidur yang baik Apabila tidur mengalami gangguan dan tidak terjadi penurunan tekanan
darah saat tidur, maka akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi yang berujung kepada penyakit kardiovaskular. Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berlainan, tergantung pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas pekerjaan, usia dan kondisi kesehatan. Waktu tidur yang cukup untuk usia ≥18 – 60 tahun adalah 7-8 jam/ hari, sedangkan untuk usia >60 tahun adalah 6 jam/ hari. Setiap 5% penurunan normal yang seharusnya terjadi dan tidak dialami oleh seseorang, maka kemungkinan 20% akan terjadi peningkatan tekanan darah. Selain itu salah satu faktor dari kualitas tidur yang buruk yaitu kebiasaan durasi tidur yang pendek juga dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah.21,22
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
16 7)
Dukungan dari keluarga Kepatuhan berobat merupakan aspek utama dalam proses kesembuhan.
Agar proses kesembuhan tersebut dapat terwujud, tentu membutuhkan kerjasama antara penderita hipertensi dengan keluarga. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Trianni (2013) menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada penderita hipertensi. Keluarga merupakan orang terdekat yang dapat berperan aktif dalam tercapainya tingkat kepatuhan dan keberhasilan pengobatan pada penderita hipertensi. Apabila peran keluarga tidak dilaksanakan dengan baik maka akan terjadi ketidakpatuhan yang dapat menyebabkan komplikasi pada penderita hipertensi. Sarafino (1990) menyatakan bahwa individu yang menerima dukungan dari keluarga biasanya cenderung lebih mudah menerima nasehat medis daripada individu yang tidak menerima dukungan. Artinya, begitu penting dukungan sosial keluarga dalam menangani masalah kesehatan. Dengan adanya dukungan yang diberikan keluarga tentu akan memberikan dampak positif bagi anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan dalam menjalankan pengobatan. Begitu pula bagi penderita hipertensi yang menerima dukungan dari keluarga tentu akan mampu mempengaruhi kepatuhan berobatnya.23
2.5.2 Penatalaksanaan Farmakologis Penanganan hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan, komplikasi dan kematian akibat hipertensi. Terapi farmakologis hipertensi dapat dilakukan di pelayanan strata pertama/ Puskesmas. Beberapa penelitian klinik mengatakan bahwa obat antihipertensi yang diberikan tepat waktu dapat menurunkan kejadian stroke 35-40 %, infark miokard 20-25% dan gagal jantung lebih dari 50%. Pemilihan obat hipertensi yang digunakan bergantung pada tingkat keparahan hipertensi yang diderita pasien dan respon pasien terhadap obat.1 Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim digunakan untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu: Diuretik, Calcium Channel Blockers (CCB), ßBlocker, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE Inhibitor), Angiotensin Reseptor Blocker (ARB).24 1)
Diuretik
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
17 Diurektik meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga voume darah dan tekanan darah menurun. Disamping itu ada pengaruh langsung terhadap dinding pembuluh, yakni penurunan kadar Na membuat dinding lebih kebal terhadap nor adrenalin, hingga daya tahan berkurang. Efek hipotensifnya ringan dan tidak meningkat dengan memperbesar dosis. Golongan diuretik memiliki tiga jenis obat diantaranya Thiazide, Diuretik Kuat dan Diuretik Hemat Kalsium. Diuretik thiazida dianggap sebagai obat hipertensi pilihan utama untuk mengobati
hipertensi.
Penelitian-penelitian
membuktikan
efek
proteksi
kardiovaskular diuretik belum terkalahkan oleh obat lain sehingga diuretik dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang.25 Obat golongan ini memiliki beberapa efek samping, misalnya hipokalemia apabila digunakan pada dosis tinggi dan menyebabkan hiperurisemia.24 2)
Calcium Channel Blockers Calcium Channel Blockers (CCB) Bekerja dengan menghambat kalsium
memasuki sel pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi arteri koroner dan juga arteri perifer.1 Tekanan darah menjadi normal kembali karena aliran darah terbuka dan mengalir dengan lancar. Dibandingkan dengan anti hipertensi yang lain obat ini paling sering menimbulkan efek beberapa diantaranya adalah pusing, rasa panas dimuka dan udem pergelangan kaki.25 3)
ß-Blocker Mekanisme obat ini adalah melalui penurunan laju nadi dan daya pompa
jantung. Obat golongan ß-Blocker dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas pasien hipertensi lanjut usia, menurunkan risiko penyakit jantung koroner, prevensi terhadap serangan infark miokard ulangan dan gagal jantung.1 Penggunaan obat ini dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti gangguan tidur, rasa lesu, gangguan lambung-usus, dll.25 4)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor atau ACE Inhibitor mempunyai
mekanisme menghambat kerja ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (Vasokontriktor) terganggu dan mempunyai efek vasodilatasi sehingga dapat meringankan kerja jantung.1 Obat ini dianggap sebagai terapi lini kedua setelah diuretik pada kebanyakan pasien dengan hipertensi. Penggunaan ACE Poltekkes Kemenkes Jakarta II
18 Inhibitor efektif untuk hipertensi ringan, sedang maupun berat. Pada studi dengan lansia, ACEI sama efektifnya dengan diuretik dan penyekat beta, dan pada studi yang lain ACEI malah lebih efektif. 3,24 5)
Angiotensin Reseptor Blocker Angiotensin Reseptor Blocker (ARB) mempunyai mekanisme menghalangi
ikatan zat angiotensin II pada reseptornya. Pemberian ARB menurunkan tekanan darah tanpa mempengaruhi frekuensi denyut jantung, obat ini juga memiliki efek vasodilatasi. ARB sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang tinggi seperti hipertensi genetik. Pada pemberian jangka panjang tidak menimbulkan lipid dan glukosa dalam darah.24
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
19
2.5 Definisi Operasional Tabel 2.2 Definisi Operasional No. Variabel
Definisi operasional
Alat Ukur Hasil Ukur
1.
Umur
Satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan dari suatu benda atau makhluk baik yang hidup maupun yang mati
Kuesioner
1. 2. 3. 4. 5. 6.
2.
Jenis Kelamin
Identitas diri atau seksual seseorang sejak ia dilahirkan Pemilihan dan Pemilihan obat jumlah obat hipertensi yang hipertensi diresepkan oleh dokter.
Kuesioner
1. Perempuan 2. Laki – laki
Nominal
Kuesioner
1. 2. 3. 4.
Nominal
4.
Jumlah obat hipertensi yang didapatkan
Kuesioner
5.
Faktor dukungan keluarga
6.
Pembatasan konsumsi garam
3.
Jumlah obat hipertensi yang didapatkan responden baik tunggal maupun kombinasi Mendapatkan dukungan keluarga : a. Menemani saat kunjungan ke Puskesmas b. Mengingatkan untuk minum obat c. Membantu responden saat hendak minum obat Pola pembatasan konsumsi garam yang dilakukan pasien.
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun 65-74 tahun ≥75 tahun
Hidrochlortiazid Captopril Amlodipin Amlodipin dan Captopril 5. Hidrochlortiazid dan Amlodipin 6. Hidrochlortiazid dan Captopril 1. satu obat 2. dua obat
Skala Ukur Nominal
Nominal
Kuesioner
1.Mendapat dukungan Nominal 2.Tidak mendapatkan dukungan
Kuesioner
1. Mengurangi Konsumsi garam 2. Tidak
Nominal
20
7.
8.
Pola olahraga Aktivitas olahraga Kuesioner yang dilakukan responden Pola Waktu Kecukupan lama waktu Kuesioner Tidur tidur responden
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
mengurangi konsumsi garam 1. Rutin 2. Tidak rutin 1. Cukup 2. Tidak cukup
Nominal
Nominal
21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian menggunakan metode survey deskriptif kuantitatif yang tujuan utamanya untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan penyakit hipertensi secara objektif.
3.2
Lokasi dan Waktu pengambilan data
Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Waktu penelitian dilakukan pada 05 April-1 Mei tahun 2018.
3.3
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing yang mengidap hipertensi. Populasi sampel di Puskesmas Kecamatan Cilincing ada sebanyak 234 orang.7 Teknik sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling dengan pendekatan secara cross sectional. Perhitungan jumlah sampel dengan populasi yang telah diketahui dengan rumus sebagai berikut: Menggunakan rumus Slovin26 :
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
n = jumlah sampel minimal N = jumlah populasi e = error level / derajat penyimpangan (5 %)
22
148 adalah jumlah responden yang akan di survey Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek penelitian/ populasi agar dapat diikutsertakan dalam penelitian. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi : a.
Pasien yang telah didiagnosa dokter mengidap hipertensi di Puskesmas tersebut
b.
Bersedia menjadi Responden
c.
Pasien dengan umur ≥18 tahun
2. Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah : a.
Tidak ditempat pada saat pelaksanaan penelitian
b.
Pasien yang keluar atau meninggal
c.
Tidak bersedia menjadi responden
3.4
Cara Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan cara membuat beberapa pertanyaan yang akan diajukan dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara. 3.5
Cara Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan komputer
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
23 menggunakan aplikasi statistik, dan adapun cara pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut27:
24
a.
Editing Sebelum melakukan pengolahan data, data harus dikoreksi terlebih dahulu.
Data atau informasi yang telah dikumpulkan dari kuesioner perlu diperiksa kembali dan diperbaiki jika masih terdapat kesalahan, contohnya kelengkapan jawaban dan keterbacaan tulisan.
b.
Coding Data yang telah diperoleh dari kuesioner yang berbentuk huruf diubah
menjadi bentuk angka untuk memudahkan pengolahan/ analisis data di komputer. Misalnya seperti jenis kelamin laki-laki diubah menjadi angka 1 dan perempuan menjadi angka 2.
c.
Entry Data yang telah melalui proses editing dan coding di ketik ke dalam program
pengolahan data di komputer sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.
d.
Cleaning Pengoreksian kembali hasil dari entry data pada komputer untuk memastikan
data sudah sesuai dan siap untuk dianalisa.
3.6
Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat, yaitu analisis yang dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Pada Umumnya, dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel.
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENGAMBILAN DATA 4.1 Keadaan Geografis 4.1.1 Luas wilayah
Puskesmas Kecamatan Cilincing terletak di Jalan Sungai Landak No.26, RT 11/ RW 08, kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Wilayah Kecamatan Cilincing Jakarta Utara memiliki luas 3.969,96 Ha, terbagi dalam 7 kelurahan, 88 RW dan 1031 RT.7 4.1.2 Batas Wilayah Batas wilayah Kecamatan Cilincing adalah sebagai berikut7 : a.
Sebelah Utara
: Laut Jawa dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
b.
Sebelah Selatan
: Kecamatan Cakung
c.
Sebelah Barat
: Kecamatan Koja dan Kelapa Gading
d.
Sebelah Timur
: Kota Administrasi Bekasi
4.2 Keadaan Demografis Demografi penduduk di wilayah Kecamatan Cilincing adalah sebagai berikut7 : Jumlah Penduduk
: 416.665 Jiwa
Kepala Keluarga (KK)
: 81.899
Laki-laki
: 205.282
Perempuan
: 211.383
Kepadatan Penduduk
: 1,05 jiwa/Km2
25 Poltekkes Kemenkes Jakarta II 26
4.3 Profil Puskesmas Kecamatan Cilincing
Puskesmas Kecamatan Cilincing adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas Kecamatan Cilincing memiliki fungsi sebagai
pusat
penggerak
pembangunan
berwawasan
kesehatan,
pusat
pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab melakukan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.7 Struktur organisasi Puskesmas Kecamatan Cilincing pada tahun 2017 menggunakan Peraturan Gubernur Nomor 386 tahun 2016 yaitu dengan dua satuan pelaksana UKP, UKM dan satu Tata Usaha yang berperan dalam pelaksanaan pelayanan kepada pasien.7 Berikut satuan pelaksanaan pelayanan di Puskesmas Kecamatan 1.
Cilincing7:
Satuan Pelaksana UKM Satuan pelaksana UKM yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Cilincing meliputi kegiatan :
a.
Pelayanan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
b.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyakit Tidak Menular (PTM)
c.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Penyehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja
d.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Gizi Komunitas dan Peningkatan Peran Serta Masyarakat (PPSM)
e.
Pelayanan Kesehatan Promosi Kesehatan
2.
Satuan Pelaksana UKP Pelayanan kesehatan dalam gedung yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kecamatan Cilincing meliputi :
a.
Pelayanan Kesehatan 1.
Layanan Umum
2. Layanan Gigi Poltekkes Kemenkes Jakarta II
27
b.
c.
3.
Layanan 24 jam
4.
Layanan MTBS
5.
Layanan PKPR
6.
Layanan Lansia
7.
Layanan TB dan Kusta
8.
Layanan IMS/ HIV/ KTS/ ARV (Sinta)
9.
Layanan KIA/ KB
10.
Layanan Tindakan
Pelayanan Kesehatan Penunjang Medik 1.
Laboratorium
2.
Ambulance
3.
Klinik Gizi
4.
Kefarmasian
Pelayanan Kesehatan Rawat Inap 1.
d.
Pelayanan Kesehatan Lain-Lain 1.
e.
Rumah Bersalin
Klinik Konseling Jiwa dan NAPZA
Pelayanan Kesehatan Gadar Bencana 1.
Gadar Banjir
2.
Gadar Kebakaran
3.
Gadar Hari Besar
f.
Pelayanan Rekam Medik
3.
Sub Bagian Tata Usaha
a.
Kepegawaian dan Surat Menyurat
b.
Keuangan
c.
Verifikasi
d.
Pemegang/ Pengurus dan Pemeliharaan Barang Inventaris
e.
Pengadaan Barang dan Jasa
f.
Pendidikan dan pelatihan
g.
Perencanaan
h.
SIP dan Pengelolaan Data
i.
PPTK
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Berdasarkan
hasil
pengamatan
yang
penulis
lakukan
tentang
penatalaksanaan hipertensi pada pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing pada periode April - Mei 2018, didapatkan data sebanyak 148 responden dan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5.1 Persentase Umur dan Jenis Kelamin Responden No
Umur
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
%
1 2 3 4 5 6 Total
45-54 55-64 35-44 65-74 25-34 ≥75
39 36 20 13 1 0 109 (73,6%)
10 12 5 11 0 1 39 (26,4%)
49 48 25 24 1 1 148
33,1 32,4 16,9 16,2 0,7 0,7 100
Umur responden hipertensi di Puskesmas Kecamatan Cilincing yaitu, 45-54 tahun (33,1%), 55-64 tahun (32,4%), 35-44 tahun (16.9%), 65-74 tahun (16,2%), 25-34 tahun (0,7%) dan ≥ 75 tahun (0,7%). Jenis kelamin responden lebih banyak perempuan yaitu sejumlah 109 orang (73,6%), sedangkan laki- laki sejumlah 39 orang (26,4%).
28 Poltekkes Kemenkes Jakarta II
29 Tabel 5.2 Presentase Pemilihan Obat dan Jumlah Obat Yang Diresepkan No
Obat
Jumlah
Satu Obat
% 75
50.7
1 2
Hidrochlortiazid Captopril
14 7
9,5 4,7
3
Amlodipin
54
36,5
Dua Obat
73
49,3
4 5
Amlodipin dan Captopril Hidrochlortiazid dan Amlodipin
10 47
6,8 31,8
6
Hidrochlortiazid dan Captopril
16
10,8
148
100
Total
Obat yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah Amlodipin sebanyak 54 responden ( 36,5% ), kombinasi obat Hidroclortiazid dan Amlodipin sebanyak 47 responden (31,8%), kombinasi obat Hidrochlortiazid dan Captopril sebanyak 16 responden (10,8%), obat Hidrochlortiazid sebanyak 14 responden ( 9,5% ), kombinasi obat Captopril dan Amlodipin sebanyak 10 orang (6,8%), obat Captopril sebanyak 7 responden (4,7%). Responden yang mendapatkan satu obat sebanyak 75 orang (50,7 %) dan yang mendapatkan dua obat sebanyak 73 orang (49,3 %).
Tabel 5.3.1 Persentase Dukungan Keluarga Menemani Saat Kunjungan Ke Puskesmas No 1 2
Ditemani Tidak Ditemani Ditemani Total
Jumlah 81 67 148
% 54,7 45,3 100
Responden lebih banyak tidak ditemani saat kunjungan ke Puskesmas yaitu sebanyak 81 orang (54,7 %), sedangkan yang ditemani sebanyak 67 orang (45,3%).
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
30
Tabel 5.3.2 Persentase Dukungan Keluarga Mengingatkan Untuk Minum Obat No 1 2
Diingatkan Tidak Diingatkan Diingatkan Total
Jumlah 117 31 148
% 79,1 20,9 100
Responden lebih banyak tidak diingatkan untuk minum obat yaitu sebanyak 117 orang (79,1 %), sedangkan yang diingatkan minum obat sebanyak 31 orang (20,9%).
Tabel 5.3.3 Persentase Dukungan Keluarga Membantu Saat Hendak Minum Obat No 1 2
Dibantu Tidak Dibantu Dibantu Total
Jumlah 119 29 148
% 80,4 19,6 100
Responden lebih banyak yang tidak dibantu saat hendak minum obat yaitu sebanyak 119 orang (80.4%), sedangkan yang dibantu saat hendak minum obat yaitu sebanyak 29 orang (19.6%).
Tabel 5.4 Persentase Pembatasan Konsumsi Garam No 1 2
Konsumsi Garam Tidak Membatasi Garam Membatasi Garam Total
Jumlah 119 29 148
% 80,4 19,6 100
Pada umumnya responden tidak membatasi konsumsi garam yaitu sebanyak 119 orang (80,4%), sedangkan yang membatasi konsumsi garam sebanyak 29 responden (19.6%).
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
31
Tabel 5.5 Persentase Olahraga No 1 2
Olahraga Rutin Tidak Rutin Total
Jumlah 98 50
% 66,2 33,8
148
100 ak 98 orang Responden pada umumnya rutin berolahraga yaitu sebany ebanyak 50 (66,2%), sedangkan responden yang tidak rutin berolahraga yaitu s orang (33,8%).
No 1 2
Tabel 5.6 Persentase Pola Waktu Tidur Waktu Tidur Jumlah Tidak Cukup 75 Cukup 73 Total 148
% 50,7 49,3 100
Responden yang waktu tidurnya tidak cukup sedikit lebih banyak yaitu sejumlah 75 orang (50,7%), sedangkan responden yang waktu tidurnya cukup yaitu sejumlah 73 orang (49,3%).
5.2
Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara yang tertinggi adalah pasien yang memasuki usia 45–54 tahun sebanyak 49 responden (33,1%). Pada usia tersebut prevalensi hipertensi cenderung meningkat karena orang pada usia produktif jarang memperhatikan kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang kurang sehat, misalnya merokok. Peningkatan usia menyebabkan adanya perubahan struktur pada pembuluh darah, dinding arteri akan mengalami penebalan yang diakibatkan oleh penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga menjadi lebih besar dan membuat dinding pembuluh darah menjadi lebih sempit dan kaku, akibatnya
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
32
tekanan darah sistolik pun meningkat.
19,28
Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Muniroh, Wirjatmadi & Kuntoro (2007), pada saat terjadi penambahan usia sampai mencapai tua, terjadi pula risiko peningkatan penyakit yang meliputi kelainan syaraf/ kejiwaan, kelainan jantung dan pembuluh darah serta berkurangnya fungsi panca indera dan kelainan metabolisme pada tubuh.28 Jenis Kelamin pasien hipertensi yang ada di Puskesmas Kecamatan Cilincing di dominasi oleh perempuan, khususnya yang lanjut usia, pasien hipertensi berjenis kelamin perempuan sebanyak 109 responden (73,6%). Sedangkan laki-laki sebanyak 39 orang (26,4%). Perempuan akan mengalami peningkatan risiko tekanan darah tinggi setelah memasuki masa menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan yang belum menopouse dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Apabila kadar kolesterol HDL rendah dan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) menjadi tinggi dapat mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah tinggi, Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.29,19 Berdasarkan data tabel 5.2 menunjukan obat yang diresepken oleh dokter di Puskesmas Kecamatan Cilincing paling banyak adalah obat amlodipin sebanyak 54 responden (36,5 %). Amlodipin yang tersedia di Apotek Puskesmas Kecamatan Cilincing terdiri dari dua kekuatan sediaan yaitu 5 mg dan 10 mg. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada dokter di Puskesmas tersebut, kekuatan obat Amlodipin yang didapatkan pasien disesuaikan dengan kadar tekanan darah yang dimiliki oleh pasien pada saat kunjungan, semakin tinggi tekanan darah maka semakin tinggi pula kekuatan sediaan obat yang diberikan. Obat Amlodipin banyak diresepkan karena pasien hipertensi di Puskesmas kebanyakan merasa cocok dengan obat tersebut, dibandingkan obat hipertensi yang lain. Dari hasil wawancara peneliti kepada responden, banyak responden yang mengeluhkan merasa tidak nyaman dalam penggunaan obat Captopril karena efek samping batuk kering yang ditimbulkan dari obat tersebut.24 Sama halnya dengan obat golongan Diuretik, meskipun obat ini adalah pilihan utama untuk diberikan kepada pasien hipertensi, namun pasien juga banyak yang mengeluhkan ketidaknyamanan karena efek
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
33
seringnya buang air kecil yang timbul akibat mengkonsumsi Hidrochlortiazid. Selain itu, obat ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan Trigliserida.24 Jumlah obat hipertensi yang didapat oleh responden tidak memiliki perbedaan yang jauh. Jumlah obat yang didapatkan pasien disesuaikan dengan kondisi pasien setelah diperiksa oleh dokter. Berdasarkan data pada tabel 5.2 pasien lebih banyak yang mendapatkan satu jenis obat yaitu sebanyak 75 orang (50,7%). Sedangkan dua jenis obat sebanyak 73 orang (49,3%). Puskesmas Kecamatan Cilincing memiliki ketentuan sendiri dalam memberikan obat kepada pasien. Obat sengaja diatur untuk dikonsumsi selama dua minggu saja, biasanya setiap pasien mendapatkan 15 tablet untuk satu jenis obat. Peraturan pemberian obat ini dimaksudkan agar obat dapat habis dalam waktu dua minggu dan pasien datang kembali untuk kontrol rutin setiap obat akan habis, sehingga diharapkan tekanan darah dari pasien dapat terkontrol dengan baik oleh dokter di Puskesmas Kecamatan Cilincing. Dukungan keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam menangani masalah kesehatan. Dengan adanya dukungan yang diberikan keluarga tentu akan memberikan dampak positif bagi anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan dalam menjalankan pengobatan.21 Berdasarkan tabel 5.3.1 didapatkan hasil bahwa responden lebih banyak yang tidak ditemani saat kunjungan ke Puskesmas yaitu sebanyak 81 orang (54,7%), kebanyakan responden berdomisili di sekitar Puskesmas, sehingga mereka terbiasa datang sendiri untuk kontrol tanpa diantar oleh keluarga responden, selain itu alasan lainnya adalah keluarga mereka banyak yang bekerja sehingga responden harus datang ke Puskesmas sendirian. Sedangkan responden yang ditemani saat kunjungan ke Puskesmas sebanyak 67 orang (45,3%). Untuk responden yang ditemani kontrol biasanya karena kondisi responden yang tidak memungkinkan untuk datang sendiri ke Puskesmas, misalnya karena responden mengalami katarak, atau sudah tidak bisa berjalan dengan baik. Berdasarkan tabel 5.3.2 tentang dukungan keluarga dalam mengingatkan responden untuk minum obat yang telah diberikan dokter didapatkan hasil bahwa responden lebih banyak yang tidak diingatkan untuk minum obat sebanyak 117 orang (79,1%), kebanyakan dari responden adalah pasien yang sudah
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
34
mengkonsumsi obat hipertensi selama bertahun-tahun, sehingga sudah menjadi kebiasaan bagi pasien dan tidak perlu diingatkan lagi dan ada pula keluarga responden yang sibuk bekerja dan sudah menikah sehingga tidak tinggal dalam satu rumah lagi, tetapi beberapa responden sudah ingat sendiri karena sadar akan kondisi kesehatan mereka dan ingin kondisi tubuh segera membaik. Sedangkan yang diingatkan untuk minum obat sebanyak 31 orang (20,9%). Responden yang masih diingatkan oleh keluarga untuk minum obat biasanya adalah responden yang sudah memasuki masa manula atau >65 tahun karena banyak yang sudah mengalami kepikunan, namun ada juga yang diingatkan oleh keluarga sebagai bentuk kasih sayang anak kepada orang tua atau biasanya responden masih memiliki keluarga yang belum bekerja dan belum menikah sehingga masih ada keluarga yang dapat mengingatkan responden untuk minum obat. Berdasarkan tabel 5.3.3 tentang dukungan keluarga dalam membantu responden saat hendak minum obat adalah responden lebih banyak yang tidak dibantu saat hendak minum obat yaitu sebanyak 119 orang (80.4%). Pada umumnya responden masih bisa meminum obat sendiri dan tidak perlu bantuan keluarga, ada pula yang sudah meletakkan obat di samping tempat tidur untuk memudahkan responden meminum obat dan ingat untuk selalu minum obat. Sedangkan yang dibantu saat hendak minum obat yaitu sebanyak 29 orang (19.6%), pasien yang perlu dibantu untuk minum obat biasanya adalah pasien yang sudah memasuki masa manula >65 tahun, hal ini dikarenakan ada responden yang fungsi alat geraknya sudah tidak maksimal seperti saat masih muda dulu, seperti tremor pada tangan sehingga responden perlu bantuan saat hendak meminum obat hipertensi. Adanya keterlibatan anggota keluarga secara langsung untuk membantu pasien hipertensi merupakan salah satu wujud dukungan agar penatalaksanaan perawatan hipertensi dapat berjalan dengan baik. Penatalaksanaan hipertensi yang dilakukan dengan baik diharapkan pasien hipertensi dapat menjaga tekanan darahnya dengan normal.11 Berdasarkan tabel 5.4 tentang pola pembatasan konsumsi garam pada Responden. Ada sebanyak 119 orang (80,4%) responden yang masih belum bisa membatasi konsumsi garam untuk makanan sehari-hari seperti lauk pauk, alasannya karena belum bisa makan makanan yang rasanya hambar dan kurang enak.
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
35
Sedangkan yang tidak mengonsumsi garam hanya ada sebanyak 29 responden (19.6%). Responden mengurangi konsumsi garam karena sadar akan hal yang harus dihindari oleh penderita hipertensi. Secara umum pengendalian konsumsi garam pada pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Cilincing memang masih sulit. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah pasien masih tetap tinggi meskipun sudah meminum obat hipertensi. Konsumsi garam berlebihan terbukti memiliki pengaruh terhadap hipertensi, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Febby Anggara dan Nanang di Puskesmas Telaga Murni pada tahun 2012, yang menunjukan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak diderita oleh responden yang asupan natriumnya sering (61,3%) daripada responden yang asupan natriumnya tidak sering (9,1%).28 Asupan natrium yang berlebihan menyebabkan tubuh meretensi cairan sehingga volume darah meningkat dan dapat mengecilkan pembuluh darah arteri, maka jantung harus memompa darah lebih kuat dan tekanan darah pun meningkat.18,11 Salah satu anjuran dari DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) untuk menurunkan tekanan darah adalah melakukan diet rendah natrium. Keuntungan dari diet natrium ini adalah tekanan darah sistolik pada pasien mengalami penurunaan yang signifikan.3 Dalam kehidupan sehari-hari olahraga memiliki peran yang sangat baik bagi tubuh. Pasien hipertensi sangat dianjurkan untuk berolahraga karena dapat membuat tubuh menjadi bugar, selain itu olahraga juga dapat membuat otot lebih fleksibel. Berdasarkan tabel 5.5 tentang pola olahraga responden didapatkan hasil bahwa responden yang olahraga secara rutin ada sebanyak 98 orang (66,2%), pada umumnya responden sudah sadar tentang pentingnya melakukan olahraga bagi kesehatan tubuh dan mereka merasa keadaan tubuh akan lebih ringan dan bugar setelah melakukan olahraga. Kebanyakan dari responden memilih olahraga jalan sehat di pagi hari karena olahraga ini tidak terlalu berat khususnya untuk responden yang sudah berusia lanjut, namun ada beberapa responden yang melakukan olahraga seperti, bersepeda, badminton, fitnes, senam dan berenang. Sedangkan responden yang tidak rutin berolahraga yaitu sebanyak 50 orang (33,8%), hal ini disebabkan karena responden masih aktif bekerja, sulit meluangkan waktu dan masih banyak yang malas untuk berolahraga. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Febby Anggara dan Nanang di Puskesmas
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
36
Telaga Murni pada tahun 2012, yaitu tidak teratur olah raga terbukti adanya hubungan yang bermakna dengan hipertensi. Orang yang tidak teratur berolah raga memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 44,1 kali dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan olahraga teratur. Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.28 Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30-60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Untuk pasien yang tidak memiliki waktu berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka.24 Berdasarkan tabel 5.6 tentang kecukupan waktu tidur responden, didapatkan hasil yang tidak terlalu jauh berbeda yaitu, responden dengan waktu tidur tidak cukup sejumlah 75 orang (50,7%), kecukupan waktu tidur responden disesuaikan dengan waktu tidur manusia berdasarkan umurnya. sedangkan responden yang waktu tidurnya cukup yaitu sejumlah 73 orang (49,3%), kurangnya waktu tidur responden disebabkan oleh beberapa hal misalnya responden susah untuk tidur lebih cepat, sengaja tidur lebih larut dan beberapa responden berprofesi sebagai pedagang sehingga mereka harus bangun dini hari ke pasar untuk belanja bahan dagangan mereka. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang diharapkan dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Durasi dan kualitas tidur yang kurang baik akan lebih banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan menimbulkan stressor fisik, psikologis dan kebiasaan durasi tidur yang pendek juga berkaitan dengan peningkatan tekanan darah.21,28 Dalam penelitian yang dilakukan oleh fadhil (2016) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Pola Tidur Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Martapura Provinsi Kalimantan Selatan. Saing (2005) menyatakan bahwa hipertensi esensial dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah faktor perilaku yaitu pola tidur, dimana pola istirahat/tidur juga sangat erat kaitannya dengan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara pola tidur dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
37
intermiten (tidak menentu). Pola tidur yang kurang teratur dan sering tidur terlalu malam dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Penelitian tersebut juga diperkuat oleh pendapat Gangwisch (2006) dalam Zharfan (2013) menjelaskan bahwa tidur akan membuat denyut jantung menjadi lambat dan menurunkan tekanan darah secara signifikan. Sehingga seseorang yang durasi tidurnya tergolong kurang akan membuat sistem kardiovaskuler bekerja pada tekanan tinggi dan membuat tekanan darah dan denyut jantung naik.30
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Umur responden yang paling banyak adalah 45–54 tahun sebanyak 49 orang (33,1%), jenis kelamin responden yang paling banyak yaitu perempuan sebanyak 109 orang (73,6%).
2.
Obat yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah Amlodipin sebanyak 54 responden (36,5%) dan umumnya mendapatkan satu jenis obat sebanyak 75 orang (50,7%).
3.
Dukungan keluarga : a.
Responden lebih banyak yang tidak ditemani saat kunjungan ke Puskesmas yaitu sebanyak 81 orang (54,7% ).
b.
Responden lebih banyak yang tidak diingatkan untuk minum obat yaitu sebanyak 117 orang (79,1%).
c.
Responden lebih banyak yang tidak dibantu saat hendak minum obat yaitu sebanyak 119 orang (80.4%).
4.
Pada umumnya responden tidak membatasi konsumsi garam yaitu sebanyak 119 orang (80,4%).
5.
Sebagian besar responden rutin berolahraga yaitu sebanyak 98 orang (66,2%).
6.
Responden umumnya memiliki yang waktu tidur yang kurang cukup yaitu sebanyak 75 orang (50,7%).
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
39
38 6.2 1.
Saran Sebaiknya dilakukan pengembangan penelitian menjadi gambaran penatalaksanaan hipertensi komplikasi, seperti hipertensi dengan penyakit diabetes dan ginjal kronis.
2.
Sebaiknya dilakukan pengembangan dari tujuan penelitian misalnya tentang pola konsumsi kopi, merokok dan pembatasan konsumsi makanan berlemak.
3.
Sebaiknya peneliti melengkapi data responden dengan menambahkan pertanyaan tentang pekerjaan, pendidikan terakhir dan tekanan darah responden.
4.
Sebaiknya dukungan keluarga yang diteliti bisa mencakup empat macam dukungan
keluarga
yaitu, dukungan
instrumental,
penilaian/ penghargaan, emosional dan informasional.
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
DAFTAR PUSTAKA 1. Kementrian Kesehatan RI-Direktorat Pengendalian PTM. Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana Hipertensi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013. 2. Dalimartha, Setiawan. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus; 2008. 3. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2006. 4. Kementrian Kesehatahn RI. Rilis Berita tentang Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2010. 5. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2013. 6. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan RI tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2017. 7. WHO. Global Health Observatory Data. http://www.who.int/gho/ncd/risk _factors/blood_pressure_prevalence_text/en/. Diakses pada hari Jumat, 16 Maret 2018. 8. Bidang Perencanaan dan Pembiayaan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Profil Kesehatan DKI Jakarta tahun 2016. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta; 2017 9. Puskesmas Kecamatan Cilincing, Laporan tahunan Puskesmas Cilincing tahun 2017, Jakarta: Puskesmas Kecaamatan Cilincing; 2018 10. Kementrian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Hipertensi tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014. 11. Rachmawati YA, Sudaryanto A, Kartinah. Dukungan Keluarga Dalam Penatalaksanaan Hipertensi di Puskesmas Candirejo Magetan [Skripsi]. Magetan: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2013.
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
41 12. Tedjakusuma P. Tatalaksana Hipertensi. Jakarta; RS Premier Jatinegara: 2012. 13. Khasanah N. Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan. Jakarta: Laksana; 2012
40 14. Lany G. Hipertensi Tekanan darah Tinggi. Jakarta: Kanisius; 2001. 15. Junaedi E, Yuliyanti s, Rinata MG. Hipertensi Kandas Berkah Herbal, ed.1. Jakarta: Fmedia; 2013. 16. Muhadi. JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa. Jakarta: Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo; 2016. 17. Bangun AP. Terapi Jus dan Ramuan Tradisional Untuk Hipertensi. Jakarta: Argo Media Pustaka; 2002. 18. Departemen Kesehatan RI-Ditjen PP & PL. Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Hipertensi. Jakarta: Depkes RI; 2006 19. Sustrani L, Alam S, Hadibroto I. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2006 20. Ramayulis R. Menu dan Resep Untuk Penderita Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus; 2010. 21. Havisa R, Sugiyanto. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Usia Lanjut Di Posyandu Lansia Dusun Sindumartani Ngemplak Sleman Yogyakarta [Skripsi]. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogakarta; 2014. 22. Kementrian
Kesehatan
RI.
Kebutuhan
Tidur Sesuai Usia.
http://promkes.depkes.go.id/wpcontent/uploads/pdf/publikasi_materi_pro m osi/Informasi%20CERDIK/6.%20Istirahat%20Cukup_285x285mm.pdf. Diakses pada Jumat, 9 Februari 2018. 23. Utami RS, Raudatussalamah. Hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi di Puskesmas Tualang [Skripsi] Riau: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim; 2016 Poltekkes Kemenkes Jakarta II
24. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta; Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
43 25. Tjai T Tohan. KR Obat-Obat Penting. Edisi 6. Jakarta: PT Gramedia; 2007. 26. Noor J, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah, Jakarta: Prenadamedia Group; 2011. 27. Supardi S, Surahman. Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Farmasi. Jakarta; Trans Info Media; 2014. 28. Anggara F, Prayitno N. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni[Skripsi].Cikarang Barat tahun 2012, Jurnal Ilmu Kesehatan. Bekasi: STIkes MH.Thamrin; 2013. 29. Novitaningtyas T, Hubungan Karakteristik (umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan) dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah Pada Lansia di Kelurahan
Makamhaji
Kecamatan
Kartasura
Kabupaten
Sukoharjo[Skripsi].Surakarta: Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014. 30. Mahdi FA. Hubungan Pola Tidur Terhadap Tekanan Darah pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha
Sejahtera
Martapura
Provinsi
Kalimantan
Selatan[Skripsi].Banjarmasin: STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin; 2016.
Lampiran 1
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
44 Surat Izin Pengambilan Data
Lampiran 2 Surat Persetujuan Pengambilan Data
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
45
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
46
Lampiran 3
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
47 Surat Persetujuan Etik
Lampiran 4 NASKAH PENJELASAN
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
48
PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KECAMATAN CILINCING JAKARTA UTARA PERIODE APRIL-MEI 2018
Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, Saya Adite Nur Alifa Trisnajati mahasiswi dari Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi akan melakukan penelitiaan karya tulis ilmiah di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai gambaran penatalaksanaan hipertensi berdasarkan umur dan jenis kelamin, pemilihan golongan obat yang diresepkan, jenis obat hipertensi lain yang didapatkan, faktor dukungan keluarga, pembatasan konsumsi garam, pola olahraga dan pola waktu tidur pasien. Karya tulis ini berjudul “Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara periode April-Mei 2018”. Dilakukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III kesehatan di bidang farmasi. Pada penelitian ini kami akan meminta ketersediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang diberikan. Partisipasi responden bersifat suka rela tanpa paksaan dan bila tidak berkenan dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun. Jika anda menyetujui untuk menjadi responden, anda akan diwawancara oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner dan sebagai tanda terima kasih anda akan diberikan cenderamata atau souvenir berupa “centong nasi” atas waktu yang telah anda sediakan. Hasil kuesioner akan dijaga
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
49 kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk pengembangan kebijakan program kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Semua data tidak dihubungkan dengan identitas responden yang bersangkutan. Apabila dalam proses pengambilan data, anda merasa tidak nyaman yang berlanjut ke gejala fisik seperti pusing atau cedera, peneliti bersedia mengantarkan anda ke dokter yang ada di Puskesmas Kecamatan Cilincing. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, anda dapat menghubungi 089635324407 (Adite Nur Alifa Trisnajati)/ Jl. Marunda Tiram No.36 RT10/ RW 02, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Atas kerjasamanya, saya mengucapkan terimakasih.
Lampiran 5
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
50
Lampiran 6
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
51
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
52
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
53
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
54
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
55
Lampiran 7 Data Responden
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
56 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Nama Ny. Lnyt Ny. Pyh Ny.Lsbd Ny. Mnk Ny. Tryh Ny. Mt Ny. St Ny. Nrl Ny. Lyl Ny. Mnh Ny. Erh Ny. Ymn Ny. Tt Ny. Mslmh Ny. Wlndr Ny. Rh Ny. Mswt Bpk Snn Ny. Nnd Ny. Ysmn Ny. Ismti Bpk Pgst Bpk Sn Ny. Ml Bpk Hr Bpk Bd Ny. Rs Bpk Jr Ny. Dl Bpk Indr Ny. Lstr Bpk Nnd Ny. Ern Ny. Rhy Ny. Apr Ny. Ssnt Ny. Anns Bpk Bmbng Ny. Erh Ny. Nrbn Bpk Nrdn Bpk Afrzl
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
57 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
Bpk Ysf Bpk Frs Bpk Tfn Ny. Ylnd Ny. Mrz Ny. Nd Ny. Shnty Ny. Mg Bpk Eryn Ny. Wtr Ny. Mkt Bpk Ilhm Ny. Ells Ny. Ln Bpk Hndr Ny. Mnjh Ny. Jryh Ny. Anjs Bpk Tfq Ny. Ernyt Ny. Rt Ny. Umt Ny. Ttn Ny. Um Ny. Ll Yhrnni Ny. Srtn Ny. Trmnh Ny. St Hfsh Ny. Nsh Bpk Slrt Ny. Slsh Ny. Srph Ny. Indryn Ny. Rnh Ny. Amtn Ny. Estr Ny. Sph Ny. Hrtn Ny. Ys Ny. Dt Ny. Lls Bpk Indr Ny. Indh Apsr
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
58 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128
Ny. Wdy Indrn Bpk Snts Ny. Erln Bpk Sls Bpk Antn Snts Bpk Gmn Ny. Wstn Bpk Lrs Ny. Mnk Abdlh Ny. Dn Sr Ny. Irwt Ny. Srtm Ny. Wrst Ny. Ln Ny. Skym Ny. Rdh Ny. Sgrt Astt Ny. Rstn Bpk Hsndn Ny. St Mrph Bpk Rbrt Pngbn Bpk Mhmmd Slh Ny. Als Ny. Nk Bpk A Ymn Ny. Rhyt Ny. Ls Aprln Bpk Ilhm Ngrh Ny. Wndy Rmdhn Bpk Afrzl Indr Bpk Atrck Prtm Bpk Andr Prtm Ny. Yn Nk Ny. Rn Atty Ny. Ns Umrh Ny. Krtn Ny. Lsnwt Ny. Sdrm Bpk Mhmmd Ysf Rhmn Ny. Rst Ny. Sr Jnnh Ny. St Sr Ny. An Mlyn
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
59 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148
Ny. Sryn Ny. Cpt Ksrn Ny. Syrfh Bpk Erwn Pngst Ny. Sf Lt Ny. Dnwt Ny. Rhy Wnrn Ny. Sryn Ny. Scpsr Ny. Rsk Arln Bpk Abrhm Ny. Nnk Hrwt Bpk Jy Snts Bpk Strsn Ny. Chrstn Ny. Prtw Ny. Rhy Bpk. Jm Ny. Lnd Ny. Ant
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
60
Lampiran 8 Data Hasil SPSS Umur
Valid 25-34 35-44 45-54 55-64
Frequency Percent 1 . 7
Cumulative Percent
Valid Percent .7
.7
25 16.9
16.9
17.6
≥75
49 33.1
33.1
50.7
Total
48 32.4
32.4
83.1
24 16.2
16.2
99.3
65-74
1
.7
100.0
. 7 148 100.0
100.0
Jenis Kelamin Frequency Valid
LK
Percent
39
Valid Percent 26.4
26.4
73.6
100.0
26.
PR 4
Total 109
73. 6 148 100.0
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Cumulative Percent
100.0
61
Obat
Valid
Frequency Percent Valid Percent Hidrochlortiazid 14 9.5 9.5 Captopril Amlodipin Captopril & Amlodipin Hidrochlortiazid &Amlodipin Hidrochlortiazid & Captopril
7
4.7
4.7
54
36.5
36.5
10
6.8
6.8
47
31.8
31.8
Cumulative Percent 9.5 14.2 50.7 57.4 89.2 100.0
16
10.8
10.8
148
100.0
100.0
Total
Jumlah Obat Yang Didapatkan
Valid
1 obat
Frequency 75
Percent
Valid Percent 50.7
Cumulative Percent 50.7
49.3
100.0
50.
2 obat
7
Total
73 49. 3 148
100.0 100. 0
Dukungan Keluarga Ditemani Saat Kunjungan Ke Dokter/ Puskesmas
Valid
Ya
Frequency 67 81
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Percent Valid Percent 45.3 45.3 54.7
54.7
Cumulative Percent 45.3 100.0
62 tidak Total
148
100.0
100.0
Diingatkan Untuk Minum Obat Frequency Valid
Ya Tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
31
20.9
20.9
20.9
117
79.1
79.1
100.0
148
100.0
100.0
Total
Dibantu Saat Hendak Minum Obat
Valid
ya tidak Total
Frequency 29
Percent
Valid Percent 19.6
Cumulative Percent 19.6
19. 6 119
80.4
100.0
80. 4 148 100.0
100.0
Membatasi Konsumsi Garam
Valid tidak membatasi membatasi
Frequency 119
Percent 80.4
29
19.6
148
100.0
80.4
80.4
19.6
100.0
100.
Total 0
Olahraga
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Cumulative Percent
Valid Percent
63
Valid rutin tidak
Frequency 98
Percent Valid Percent 66.2 66.2
rutin
50
33.8
33.8
Total
148
100.0
100.0
Cumulative Percent 66.2 100.0
Waktu tidur Frequency Percent Valid cukup tidak 73 49.3 cukup Total
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Cumulative Percent
Valid Percent 49.3
49.3
75 50.7
50.7
100.0
148 100.0
100.0