Bismillah Bab 2.docx

  • Uploaded by: shinta ayu lestari
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bismillah Bab 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,922
  • Pages: 16
Bibliography Asdi. (2017). ANALISIS PERILAKU WISATAWAN DALAM MEMILIH . Jurnal manajemen ide dan Inspirasi, 75-76. Asdi. (2017). Analisis Perilaku wisatawan dalam Memilih Obyek-Obyek Wisata di Kabupaten Gowa. Jurnal Manajemen Ide dan Inspirasi, 75. Asdi. (2017). Analisis Prilaku Wisatawan dalam Memilih Objek-Objek Wisata di Kabupaten Gowa. Jurnal Manajemen Ide dan Inspirasi, 74. Barnes, J. (n.d.). PERCEPTION IN TOURISM & HOSPITALITY: A META ANALYSIS. file:///C:/Users/Sinta%20Ayu%20Lestari/Downloads/KERJAIN%20SINTAAA/Dow nload/Tourist%20perpection/2227-4638-1-SM.pdf, 89-92. Rajesh, R. ( 2013). Impact of Tourist Perceptions, Destination Image and Tourist Satisfaction on Destination Loyalty: A Conceptual Model . Revista de Turismo y Patrimonio Cultural, 68. Rajesh, R. (2013). Impact of Tourist Perceptions, Destination Image and Tourist Satisfaction on Destination Loyalty: A Conceptual Model. Impact of Tourist Perceptions, 68-69. Rajesh, R. (2013). Impact of Tourist Perceptions, Destination Image and Tourist Satisfaction on Destination Loyalty: A Conceptual Model . Revista de Turismo y Patrimonio Cultural , 69-71. Sugiama, A. G. (2011). ANALISIS DISKRIMINAN PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN KEPARIWISATAAN DI KAWASANA WISATA AGRO . Industrial Research Workshop and National Seminar, 208-209. Wibowo, S. F., Sajali, A., & Ripai P, A. K. (2016). THE INFLUENCE OF DESTINATION IMAGE AND TOURIST SATISFACTION TOWARD REVISIT INTENTION OF SETU BABAKAN BETAWI CULTURAL VILLAGE . Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia , 140.

BAB II TUJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1

Tourism Marketing Pemasaran dapat diartikan sebagaimana konsumen dapat tertarik dengan

barang dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan dalam waktu dan jumlah yang sangat tepat, serta dengan harga yang layak. Pemasaran Pariwisata merupakan proses manajemen dimana institusi kepariwisataan bersama dengan perusahaan industri pariwisata dapat menentukan permintaan jasa pariwisata baik aktual dan potensial, serta dengan mengadakan komunikasi dapat menentukan dan mempengaruhi keinginan, kebutuhan, motivasi dan kepuasan pada lokasi obyek-obyek wisata terntentu. Sedangkan Menurut Wahab (1997:34) Pemasaran Pariwisata merupakan permintaan yang nyata ataupun yang masih berpotensi dalam sesuatu produk wisata tertentu dan didasarkan pada sesuatu motivasi perjalanan.

didalam bidang kepariwisataan, dan pemasaran juga dapat ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada sekelompok konsumen.

2.2

Consumer Behavior In Tourism Untuk bisa mengenal suatu konsumen perlu memahami dan perlu

mengetahui prilaku konsumen tertentu sebagai perwujudan dari semua aktivitas jiwa manusia. Sedangkan

Menurut

Laudon

dalam

Mangku

negara

(2002:3)

mengemukakan bahwa suatu perilaku konsumen dapat diartikan sebagai suatu proses dalam pengambilan keputusan untuk aktivitas individu secara fisik dan dilibatkan dalam mengevaluasikannya, memperolehnya, menggunakannya, serta dapat menggunakan barang dan jasa tersebut. Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa suatu perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang dapat dilakukan oleh individu serta kelompok dan organisasi untuk bisa mendapatkan, menggunakan suatu barang ataupun jasa yang dapat dipengaruhi oleh suatu lingkungan.

2.2.1

Karakteristik Perilaku Konsumen Wisatawan Menurut Kotler dan Armstrong (2001:196) mengatakan bahwa pembelian

konsumen secara kuat dapat dipengaruhi oleh suatu karakteristik budaya, sosial, pribadi dan psikologis untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Budaya

Sosial

Pribadi

Psikologi

• Kebudayaan

• Kelompok Acuan

• Umur dan tahap siklus hidup • Pekerjaan • Situasi • Motivasi

Gambar 2.1 : Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Sumber : Kotler dan Armstrong (2001:197)

1. Faktor Budaya Perilaku manusia dapat menunjukkan tingkat kebudayaan yang tercermin dari cara hidup, kebiasaan serta tradisi didalam

usaha untuk

memenuhi

kebutuhan serta keinginannya. Berdasarkan Stanton (1984 : 131) telah mendefinisikan kebudayaan merupakan simbol dan fakta yang kompleks, dan diciptakan oleh manusia untuk masyarakat. Sedangkan Menurut Kotler (1997 : 153) menyatakan bahwa budaya merupakan suatu penentu dalam keinginan dan perilaku yang mendasar. Selain itu dinyatakan bahwa penggolongan subbudaya terdiri atas bangsa, agama, kelompok ras, maupun daerah geografis.

2. Faktor Keluarga Faktor Keluarga dapat diartikan sebagai suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan untuk membeli barang dan jasa. Sementara Menurut Kotler (1997:158) menyatakan bahwa keluarga merupakan suatu organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari keluarga orientasi yang terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang, sedangkan keluarga prokreasi yaitu pasangan dan anak-anak seseorang. Serta Peran yang dilakukan anggota keluarga dapat berubah-ubah, suatu saat sebagai pengambil keputusan dan saat yang lain berperan sebagai pelaku pembelian. 3. Faktor Usia Dan Tahap Siklus Hidup Faktor Usia dan tahap siklus hidup merupakan suatu keadaan yang menggambarkan riwayat manusia sejak awal tahun kehidupannya sampai akhir

hayatnya, dengan kata lain riwayat manusia sejak masa bayi sampai dengan masa tua. Sedangkan Menurut Kotler (1997 : 159) orang membeli jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya, artinya tingkatan usia dan tahap siklus hidup seseorang akan berpengaruh terhadap selera seseorang terhadap konsumsi barang dan jasa tersebut. 4.

Faktor Pengetahuan Pengetahuan Merupakan suatu perubahan yang dapat diakibatkan oleh

proses belajar. Sedangkan Menurut Kotler (1997 : 165) menyatakan bahwa pembelajaran meliputi perubahan dalam suatu perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman itu sendiri.

. 2.3

Tourist Percepcion Menurut akademik persepsi melibatkan suatu proses sensasi, interpretasi

serta memori, tetapi menghilangkan suatu pemahaman, Namun pembaca akademik lainnya mungkin tidak setuju dengan istilah tersebut. Persepsi memerlukan bagian dari proses yaitu fisiologis dengan apa yang diberikan dan diambil kekuasaan sepenuh. Beberapa orang lain mungkin mengatakan bahwa pemahaman melibatkan proses tambahan di luar hanya mengamati sesuatu.

2.4

Components Representing Perpection Sebagai konsep, kualitas layanan telah diterima berbagai pihak dan sangat

populer sejak 1980-an hingga sekarang. Kualitas layanan dijadikan sebagai andalan dalam berkompetisi (Prayag, 2007:494). Demikian pula dengan pengembangan kualitas kawasan wisata. Setiap destinasi harus disiapkan berbagai fasilitas yang berkualitas untuk melayani wisatawan.

Ada 4 komponen kepariwisataan (tourism components) yang harus disediakan di sebuah destinasi sebagaimana dalam Gambar 1 (Cooper dkk, 1993:81, MacLaurin dan Wolstenholme, 2008:320-331, Wargenau dan Deborah, 2006:45-60): 1. Attraction yakni objek yang memiliki daya tarik bagi seseorang untuk menikmati atau menyaksikannya baik berupa atrakasi alam, budaya, maupun atraksi minat khusus lainnya. 2. Access mencakup prasarana dan sarana trasnportasi bagi wisatawan terutama fasilitas local transport, dan transport terminals. 3. Amenities meliputi beragam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi terutama penyediaan makanan dan minuman, serta penginapan bagi wisatawan. 4. Ancillary services, yakni dukungan berbagai organisasi untuk memfasilitasi dan mendorong kepariwisataan di destinasi bersangkutan antara lain pihak pemerintah, asosiasi kepariwisataan, dan lembaga swadaya masyarakat. Keseluruhan komponen tersebut dipadukan secara sinergis, sehingga ada keterkaitan antar satu komponen dengan komponen lainnya. Di sisi lain, perlu upaya terus-menerus guna menjamin keberlanjutan pengembangan destinasi bersangkutan (Ayres, 2000:114-133). Atraksi Wisata

Ansilarasi

Komponen Kepariwisataan

Aksesibilitas

Ameniti

Gambar 1 Komponen Kepariwisataan Sebuah Destinasi Wisata

(Altinay dan Kaship, 2005., Cooper dkk, 1993, Mc David dan Diaram, 2003, MacLaurin, Donald J dan Steve Wolstenholmes, 2008., Harrison dkk., 2003, Sinclair, 2003, Joppe, 2003, Watson dan Denise, 2002., Wargenau dan Deborah, 2006:45-60, Ibrahim dan Jacqueline Gill 2005) Berlandaskan teori tentang komponen destinasi wisata, dan kualitas layanan, serta berkenaan dengan kualitas layanan sebuah destinasi, dapat diidentifikasi variabel laten Kualitas Komponen destinasi wisata yang mencakup: 1) Kualitas Komponen Atraksi Wisata, 2) Kualitas Komponen Aksesibilitas, 3) Kualitas Komponen Ameniti, 4) Kualitas Komponen Ansilari (Altinay dan Kaship, 2005., Cooper dkk, 1993, Mc David dan Diaram, 2003, MacLaurin, Donald J dan Steve Wolstenholmes, 2008., Harrison dkk., 2003, Sinclair, 2003, Joppe, 2003, Watson dan Denise, 2002., Wargenau dan Deborah, 2006:45-60., Parasuraman dalam Birdogan, 2009:108). Berdasarkan paparan di atas, berikut ini konklusi mengenai komponen kepariwisataan di sebuah destinasi sebagaimana dicerminkan dalam Tabel 1. Pada tabel tersebut ditunjukkan beragam layanan untuk masing-masing komponen yang menjadi alternatif bagi para pelaku dalam industri kepariwisataan. Tabel 1 Komponen Kepariwisataan dalam Destinasi Wisata

Komponen Kepariwisataan 1. Atraksi Wisatawan

Ragam Layanan  Atraksi Alam  Atraksi Budaya  Atraksi Minat Khusus

2. Aksesibilitas

 Melalui darat  Melalui Laut  Melalui Udara

3. Ameniti

 Akomodasi  Transfer di destinasi

(Local Transfort) 4. Ansilarasi

 Pemerintah  Perusahaan Swasta  Asosiasi Kepariwisataan

Sumber: Disintesis dari: Altinay dan Kaship, 2005., Cooper dkk, 1993, Mc David dan Diaram, 2003, MacLaurin, Donald J dan Steve Wolstenholmes (2008), Harrison dkk., 2003, Sinclair, 2003, Joppe, 2003, Watson dan Denise, 2002., Wargenau dan Deborah, 2006:45-60, Ibrahim (2005:172)

2.5

Destination Image destination image merupakan keputusan suatu perjalanan dari pemikiran

individu berupa pengetahuan, perasaan, dan persepsi menjadi keseluruhan pemikiran tujuan dari pengalaman yang didasarkan tingkat kepuasan pengunjung terhadap destinasi yang dikunjungi. telah menjadi salah satu bidang utama penelitian pariwisata selama lebih dari empat dekade (Svetlana & Juline, 2010). didefinisikan sebagai "perasaan orang terhadap apa pun yang mereka sadari" (Boulding, 1956). didefinisikan sebagai "orang memegang adalah cara mengatur rangsangan yang berbeda yang diterima setiap hari dan membantu memahami dunia di mana kita hidup" (Mayo, 1973) tujuan didefinisikan sebagai "ekspresi pengetahuan, kesan, prasangka, imajinasi dan pemikiran emosional yang dimiliki seseorang dari tempat tertentu" (Lawson dan Baud Bovy, 1977) lebih lanjut didefinisikan sebagai "jumlah kepercayaan, kesan, ide dan persepsi yang dimiliki orang tentang benda, perilaku dan peristiwa" (Crompton, 1979). didefinisikan sebagai "persepsi keseluruhan dari tujuan yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber dari waktu ke waktu" (Assael, 1984). Ide atau persepsi yang dimiliki secara individu atau kolektif tentang tujuan oleh orang-orang (Embacher & Buttle, 1989).

didefinisikan "sebagai jumlah kepercayaan, sikap, kesan yang dimiliki seseorang atau kelompok terhadap suatu objek dan kesan mungkin benar atau salah, nyata atau dibayangkan" (Barich dan Kotler 1991) didefinisikan sebagai "pemahaman yang diinternalisasi, dikonseptualisasikan dan dipersonalisasi dari apa yang orang tahu" (Ahmed, 1996) didefinisikan sebagai "persepsi kelompok orang" (Jenkins, 1999). “Persepsi atau kesan dari suatu tujuan yang dipegang oleh wisatawan sehubungan dengan manfaat yang diharapkan atau nilai konsumsi” (Tapachai & Waryszak, 2000). Totalitas tayangan, kepercayaan, ide,dan perasaan terakumulasi ke suatu tempat dari waktu ke waktu oleh individu atau sekelompok orang ”(Kim & Richardson, 2003). tujuan adalah sistem interaktif pikiran, pendapat, perasaan, visualisasi, dan niat menuju tujuan" (Tasci et al., 2007).

2.5.1

Components of Destination Image

terdiri dari dua komponen gambar, komponennya adalah gambar organik dan gambar yang diinduksi. Gambar organik dibentuk oleh individu sendiri melalui pengalaman masa lalu dengan tujuan dan sumber informasi yang tidak memihak (yaitu berita, laporan, artikel surat kabar dan film). Gambar yang diinduksi dibuat melalui informasi yang diterima dari sumber eksternal, termasuk iklan dan promosi tujuan (Gunn, 1972). Gambar tujuan hanya mencakup komponen gambar kognitif. Citra kognitif mengacu pada kepercayaan, kesan, ide, persepsi, dan pengetahuan yang dimiliki orang pada benda (Crompton, 1979). Keseluruhan atau totalitas gambar atau kesan berdasarkan atribut individu dan juga mengungkapkan hubungan antara atribut kognitif dan citra keseluruhan (Keown et al, 1984). Totalitas gambar tergantung pada evaluasi berbagai produk dan layanan (Mazursky, D & Jacoby, J, 1986). Persepsi wisatawan tentang atribut tujuan dari berbagai kegiatan dan atraksi dalam suatu daerah akan berinteraksi untuk membentuk citra keseluruhan (Gartner, 1986). Gambar-gambar dibentuk oleh penilaian kognitif dan afektif, penilaian afektif berdasarkan perasaan dan emosi individu terhadap suatu objek (Baloglu et al, 1997; Walmsley, 1998 & Baloglu & Mangaloglu 2001). Dann (1996) menyarankan citra tujuan diciptakan oleh kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif terdiri dari jumlah kepercayaan, kesan, ide, dan persepsi yang dimiliki orang terhadap suatu objek. Komponen afektif berkaitan dengan bagaimana perasaan seseorang tentang benda-benda tersebut. Persepsi wisatawan tentang atribut tujuan dari berbagai kegiatan dan atraksi dalam suatu daerah akan berinteraksi untuk membentuk citra keseluruhan (Gartner, 1986). Gambar-gambar dibentuk oleh penilaian

kognitif dan afektif, penilaian afektif berdasarkan perasaan dan emosi individu terhadap suatu objek (Baloglu et al, 1997; Walmsley, 1998 & Baloglu & Mangaloglu 2001). Dann (1996) menyarankan citra tujuan diciptakan oleh kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif terdiri dari jumlah kepercayaan, kesan, ide, dan persepsi yang dimiliki orang terhadap suatu objek. Komponen afektif berkaitan dengan bagaimana perasaan seseorang tentang benda-benda tersebut. Persepsi wisatawan tentang atribut tujuan dari berbagai kegiatan dan atraksi dalam suatu daerah akan berinteraksi untuk membentuk citra keseluruhan (Gartner, 1986). Gambar-gambar dibentuk oleh penilaian kognitif dan afektif, penilaian afektif berdasarkan perasaan dan emosi individu terhadap suatu objek (Baloglu et al, 1997; Walmsley, 1998 & Baloglu & Mangaloglu 2001). Dann (1996) menyarankan citra tujuan diciptakan oleh kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif terdiri dari jumlah kepercayaan, kesan, ide, dan persepsi yang dimiliki orang terhadap suatu objek. Komponen afektif berkaitan dengan bagaimana perasaan seseorang tentang benda-benda tersebut. penilaian afektif berdasarkan perasaan dan emosi individu terhadap suatu objek (Baloglu et al, 1997; Walmsley, 1998 & Baloglu & Mangaloglu 2001). Dann (1996) menyarankan citra tujuan diciptakan oleh kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif terdiri dari jumlah kepercayaan, kesan, ide, dan persepsi yang dimiliki orang terhadap suatu objek. Komponen afektif berkaitan dengan bagaimana perasaan seseorang tentang benda-benda tersebut. penilaian afektif berdasarkan perasaan dan emosi individu terhadap suatu objek (Baloglu et al, 1997; Walmsley, 1998 & Baloglu & Mangaloglu 2001). Dann (1996) menyarankan citra tujuan diciptakan oleh kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif terdiri dari jumlah kepercayaan, kesan, ide, dan persepsi yang dimiliki orang terhadap suatu objek. Komponen afektif berkaitan dengan bagaimana perasaan seseorang tentang bendabenda tersebut. 2.5.2

Attributes of Destination Image

Charlotte dan Ritchie (1991) gambar tujuan peneliti digunakan atribut berikut untuk mengukur gambar tujuan, atribut adalah pemandangan atau wisata alam, tingkat biaya atau harga, iklim, lokasi atau kegiatan wisata, kehidupan malam dan hiburan, fasilitas olahraga atau kegiatan, taman nasional atau kegiatan hutan belantara, infrastruktur lokal, transportasi, arsitektur atau bangunan, situs bersejarah, museum, pantai, fasilitas perbelanjaan, fasilitas akomodasi, pameran kota, pameran, festival, fasilitas PASOS. Revista de Turismo y Patrimonio Cultural, 11 Nº 3. Edisi Khusus. Julio 2013 ISSN 1695-7121 R. Rajesh 69 untuk informasi dan wisata, kepadatan, kebersihan, keselamatan pribadi, pengembangan ekonomi atau kemakmuran, aksesibilitas, tingkat urbanisasi, tingkat

komersialisasi, stabilitas politik, keramahan atau keramahan atau penerimaan, berbagai kebiasaan atau budaya, masakan atau makanan dan minuman yang berbeda, tenang atau santai, suasana, kesempatan untuk berpetualang, kesempatan untuk menambah pengetahuan, berorientasi keluarga atau orang dewasa, kualitas layanan dan ketenaran atau reputasi. Sonmez S. & Sriakaya E. (2002) menggunakan atribut ini untuk mengukur gambar tujuan, gaya arsitektur, festival lokal, harta arkeologi, keindahan pemandangan alam, kota, museum & galeri seni, petualangan, cuaca, warisan budaya, banyak tempat untuk mendapatkan jauh dari keramaian, orang-orang lokal ramah, restoran berkualitas baik, hotel mudah ditemukan, tempat yang tenang dan santai untuk dikunjungi, makanan, gaya hidup dan adat istiadat, standar hidup, pakaian, kondisi jalan, kebersihan dan kebersihan, keselamatan dan keamanan, budaya, fasilitas perbelanjaan, pelestarian alam dan daerah hutan belantara, informasi wisata, ketersediaan tur, peluang bermain ski, taman nasional, harga dan nilai terbaik untuk uang. Beerli dan Martin (2004) mengkategorikan atribut ke dalam sembilan dimensi: (1) sumber daya alam (yaitu cuaca, suhu, curah hujan, jam sinar matahari, pantai, kualitas air laut, panjang pantai, kepadatan pantai, kekayaan pedesaan, cagar alam yang dilindungi , danau, gunung, gurun, variasi dan keunikan flora dan fauna); (2) rekreasi dan rekreasi wisatawan (yaitu akomodasi, jumlah tempat tidur, kategori, kualitas, jumlah restoran, kualitas, bar, diskotik dan klub, hotel dan katering mandiri, kemudahan akses, kunjungan di tempat tujuan, pusat wisata dan jaringan informasi wisatawan); (3) lingkungan alam (yaitu keindahan pemandangan, daya tarik, kebersihan, kepadatan penduduk, polusi udara dan kebisingan, dan kemacetan lalu lintas); (4) infrastruktur umum (yaitu pengembangan dan kualitas jalan, bandara dan pelabuhan, fasilitas transportasi publik dan swasta, pengembangan layanan kesehatan, pengembangan telekomunikasi, pengembangan infrastruktur komersial, perluasan pembangunan gedung); (5) budaya, sejarah, dan seni (yaitu festival, konser, kerajinan tangan, keahlian memasak, cerita rakyat, agama, museum, bangunan bersejarah, monumen, adat istiadat, dan cara hidup); (6) lingkungan sosial (yaitu kualitas hidup, kurang mampu dan kemiskinan, hambatan bahasa, keramahan dan keramahan penduduk setempat); (7) infrastruktur wisata (i. e. akomodasi, jumlah tempat tidur, kategori, kualitas, jumlah restoran, kualitas, bar, diskotik dan klub, hotel dan katering mandiri, kemudahan akses, kunjungan di tujuan, pusat wisata, jaringan informasi wisata); (8) faktor politik dan ekonomi (yaitu stabilitas politik, kecenderungan politik, serangan teroris, keselamatan, tingkat kejahatan, perkembangan ekonomi dan harga); dan (9) Kenyamanan dan rekreasi (yaitu golf, memancing, berburu, bermain ski, kegiatan hiburan dan olahraga, selam scuba, trekking, kegiatan petualangan, taman hiburan, taman air, kebun binatang, kasino, kehidupan malam dan belanja). Chi, CGQing, & Qu, H. (2008) mengklasifikasikan atribut ke dalam sembilan aspek, (1) lingkungan perjalanan (yaitu lingkungan yang aman dan terlindungi, lingkungan yang bersih dan rapi, orangorang lokal yang ramah dan suka menolong, suasana yang tenang & tenang dan cuaca yang menyenangkan); (2) wisata alam (yaitu gunung & lembah berpemandangan indah,

pemandangan & atraksi alam, kebun & mata air, perjalanan wisata, taman, danau, sungai, margasatwa, gua, dan formasi bawah tanah); (3) hiburan & acara (yaitu pertunjukan atau pameran, acara & festival budaya, kualitas, kesenangan, musik barat, kehidupan malam dan hiburan); (4) atraksi bersejarah (yaitu sejarah & warisan dan bangunan Vintage); (5) infrastruktur (yaitu restoran, masakan, fasilitas toko, dan akomodasi); (6) aksesibilitas (yaitu arus lalu lintas dan informasi parkir, fasilitas parkir, akses ke area tersebut dan sistem troli yang terjangkau); (7) relaksasi (yaitu spa, menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh, peremajaan spiritual); (8) kegiatan di luar ruangan (yaitu berperahu, memancing, hiking, piknik, berkemah dan berburu, rekreasi luar ruangan dan bermain golf) dan (9) harga dan nilai (yaitu makanan, akomodasi, nilai terbaik untuk uang, atraksi dan kegiatan dan belanja murah) . satwa liar, gua, dan formasi bawah tanah); (3) hiburan & acara (yaitu pertunjukan atau pameran, acara & festival budaya, kualitas, kesenangan, musik barat, kehidupan malam dan hiburan); (4) atraksi bersejarah (yaitu sejarah & warisan dan bangunan Vintage); (5) infrastruktur (yaitu restoran, masakan, fasilitas toko, dan akomodasi); (6) aksesibilitas (yaitu arus lalu lintas dan informasi parkir, fasilitas parkir, akses ke area tersebut dan sistem troli yang terjangkau); (7) relaksasi (yaitu spa, menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh, peremajaan spiritual); (8) kegiatan di luar ruangan (yaitu berperahu, memancing, hiking, piknik, berkemah dan berburu, rekreasi luar ruangan dan bermain golf) dan (9) harga dan nilai (yaitu makanan, akomodasi, nilai terbaik untuk uang, atraksi dan kegiatan dan belanja murah) . satwa liar, gua, dan formasi bawah tanah); (3) hiburan & acara (yaitu pertunjukan atau pameran, acara & festival budaya, kualitas, kesenangan, musik barat, kehidupan malam dan hiburan); (4) atraksi bersejarah (yaitu sejarah & warisan dan bangunan Vintage); (5) infrastruktur (yaitu restoran, masakan, fasilitas toko, dan akomodasi); (6) aksesibilitas (yaitu arus lalu lintas dan informasi parkir, fasilitas parkir, akses ke area tersebut dan sistem troli yang terjangkau); (7) relaksasi (yaitu spa, menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh, peremajaan spiritual); (8) kegiatan di luar ruangan (yaitu berperahu, memancing, hiking, piknik, berkemah dan berburu, rekreasi luar ruangan dan bermain golf) dan (9) harga dan nilai (yaitu makanan, akomodasi, nilai terbaik untuk uang, atraksi dan kegiatan dan belanja murah) . gua dan formasi bawah tanah); (3) hiburan & acara (yaitu pertunjukan atau pameran, acara & festival budaya, kualitas, kesenangan, musik barat, kehidupan malam dan hiburan); (4) atraksi bersejarah (yaitu sejarah & warisan dan bangunan Vintage); (5) infrastruktur (yaitu restoran, masakan, fasilitas toko, dan akomodasi); (6) aksesibilitas (yaitu arus lalu lintas dan informasi parkir, fasilitas parkir, akses ke area tersebut dan sistem troli yang terjangkau); (7) relaksasi (yaitu spa, menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh, peremajaan spiritual); (8) kegiatan di luar ruangan (yaitu berperahu, memancing, hiking, piknik, berkemah dan berburu, rekreasi luar ruangan dan bermain golf) dan (9) harga dan nilai (yaitu makanan, akomodasi, nilai terbaik untuk uang, atraksi dan kegiatan dan belanja murah) . gua dan formasi bawah tanah); (3) hiburan & acara (yaitu pertunjukan atau pameran, acara & festival budaya, kualitas,

kesenangan, musik barat, kehidupan malam dan hiburan); (4) atraksi bersejarah (yaitu sejarah & warisan dan bangunan Vintage); (5) infrastruktur (yaitu restoran, masakan, fasilitas toko, dan akomodasi); (6) aksesibilitas (yaitu arus lalu lintas dan informasi parkir, fasilitas parkir, akses ke area tersebut dan sistem troli yang terjangkau); (7) relaksasi (yaitu spa, menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh, peremajaan spiritual); (8) kegiatan di luar ruangan (yaitu berperahu, memancing, hiking, piknik, berkemah dan berburu, rekreasi luar ruangan dan bermain golf) dan (9) harga dan nilai (yaitu makanan, akomodasi, nilai terbaik untuk uang, atraksi dan kegiatan dan belanja murah) . (3) hiburan & acara (yaitu pertunjukan atau pameran, acara & festival budaya, kualitas, kesenangan, musik barat, kehidupan malam dan hiburan); (4) atraksi bersejarah (yaitu sejarah & warisan dan bangunan Vintage); (5) infrastruktur (yaitu restoran, masakan, fasilitas toko, dan akomodasi); (6) aksesibilitas (yaitu arus lalu lintas dan informasi parkir, fasilitas parkir, akses ke area tersebut dan sistem troli yang terjangkau); (7) relaksasi (yaitu spa, menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh, peremajaan spiritual); (8) kegiatan di luar ruangan (yaitu berperahu, memancing, hiking, piknik, berkemah dan berburu, rekreasi luar ruangan dan bermain golf) dan (9) harga dan nilai (yaitu makanan, akomodasi, nilai terbaik untuk uang, atraksi dan kegiatan dan belanja murah) . (3) hiburan & acara (yaitu pertunjukan atau pameran, acara & festival budaya, kualitas, kesenangan, musik barat, kehidupan malam dan hiburan); (4) atraksi bersejarah (yaitu sejarah & warisan dan bangunan Vintage); (5) infrastruktur (yaitu restoran, masakan, fasilitas toko, dan akomodasi); (6) aksesibilitas (yaitu arus lalu lintas dan informasi parkir, fasilitas parkir, akses ke area tersebut dan sistem troli yang terjangkau); (7) relaksasi (yaitu spa, menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh, peremajaan spiritual); (8) kegiatan di luar ruangan (yaitu berperahu, memancing, hiking, piknik, berkemah dan berburu, rekreasi luar ruangan dan bermain golf) dan (9) harga dan nilai (yaitu makanan, akomodasi, nilai terbaik untuk uang, atraksi dan kegiatan dan belanja murah) . kualitas, kesenangan, musik barat, kehidupan malam dan hiburan); (4) atraksi bersejarah (yaitu sejarah & warisan dan bangunan Vintage); (5) infrastruktur (yaitu restoran, masakan, fasilitas toko, dan akomodasi); (6) aksesibilitas (yaitu arus lalu lintas dan informasi parkir, fasilitas parkir, akses ke area tersebut dan sistem troli yang terjangkau); (7) relaksasi (yaitu spa, menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh, peremajaan spiritual); (8) kegiatan di luar ruangan (yaitu berperahu, memancing, hiking, piknik, berkemah dan berburu, rekreasi luar ruangan dan bermain golf) dan (9) harga dan nilai (yaitu makanan, akomodasi, nilai terbaik untuk uang, atraksi dan kegiatan dan belanja murah) . kualitas, kesenangan, musik barat, kehidupan malam dan hiburan); (4) atraksi bersejarah (yaitu sejarah & warisan dan bangunan Vintage); (5) infrastruktur (yaitu restoran, masakan, fasilitas toko, dan akomodasi); (6) aksesibilitas (yaitu arus lalu lintas dan informasi parkir, fasilitas parkir, akses ke area tersebut dan sistem troli yang terjangkau); (7) relaksasi (yaitu spa, menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh, peremajaan spiritual); (8) kegiatan di luar ruangan (yaitu berperahu, memancing, hiking, piknik, berkemah dan berburu, rekreasi luar ruangan dan bermain golf) dan (9) harga

dan nilai (yaitu makanan, akomodasi, nilai terbaik untuk uang, atraksi dan kegiatan dan belanja murah) . restoran, masakan, fasilitas toko dan akomodasi); (6) aksesibilitas (yaitu arus lalu lintas dan informasi parkir, fasilitas parkir, akses ke area tersebut dan sistem troli yang terjangkau); (7) relaksasi (yaitu spa, menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh, peremajaan spiritual); (8) kegiatan di luar ruangan (yaitu berperahu, memancing, hiking, piknik, berkemah dan berburu, rekreasi luar ruangan dan bermain golf) dan (9) harga dan nilai (yaitu makanan, akomodasi, nilai terbaik untuk uang, atraksi dan kegiatan dan belanja murah) . restoran, masakan, fasilitas toko dan akomodasi); (6) aksesibilitas (yaitu arus lalu lintas dan informasi parkir, fasilitas parkir, akses ke area tersebut dan sistem troli yang terjangkau); (7) relaksasi (yaitu spa, menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh, peremajaan spiritual); (8) kegiatan di luar ruangan (yaitu berperahu, memancing, hiking, piknik, berkemah dan berburu, rekreasi luar ruangan dan bermain golf) dan (9) harga dan nilai (yaitu makanan, akomodasi, nilai terbaik untuk uang, atraksi dan kegiatan dan belanja murah) .

2.6

Factors Influencing Destination Image

Baloglu dan McCleary (1999) mengidentifikasi dua kekuatan utama yang mempengaruhi pembentukan gambar; kekuatan adalah faktor stimulus dan faktor pribadi. Gartner (1993) mengklasifikasikan pembentukan gambar menjadi lima bagian; secara terbuka diinduksi, diinduksi secara terselubung, otonom, organik dan mengunjungi tujuan. Um dan Crompton (1990) faktor pribadi mempengaruhi pembentukan citra tujuan. Beerli dan Martin (2004) mengklasifikasikan faktor pribadi menjadi dua bagian; karakteristik sosio-demografis dan karakteristik psikologis. Karakteristik sosio-demografis termasuk Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, kehidupan keluarga, Kelas sosial, Tempat Tinggal, Pekerjaan, Pendapatan, status Perkawinan Dan gatra asal (Sergio Dominique Ferreira Lopesi, (2011);. Asli DA Tasci (2007); Beerli & Martin (2004); Chen & Kerstetter, (1999); Baloglu & McCleary, (1999); Baloglu, (1997); Stabler, PASOS. Revista de Turismo y Patrimonio Cultural, 11 Nº 3. Edisi Khusus. Julio 2013 ISSN 1695-7121 70 Dampak Persepsi Wisatawan…, (1995); Stern & Krakover, (1993) Walmsley & Jenkins, (1993) .Um & Crompton, (1990); Woodside & Lysonsky, (1989); dan Calantone, Di Benetton, Hakam & Bojanic, (1989)). Faktor psikologis termasuk motivasi, nilai-nilai, kepribadian, gaya hidup, kebutuhan,

pengalaman masa lalu, pengetahuan sebelumnya, preferensi dan kepuasan (Schreyer, R., Lime, DW & Williams, DR, (1984); Woodside, A., dan S. Lysonsky, (1989); Asli DA Tasci., (2007) & Sergio Dominique Ferreira Lopesi, (2011)).

Related Documents

Bismillah Bab 2.docx
December 2019 12
Bismillah Bab 2.docx
June 2020 8
Bab 3 Bismillah New.docx
December 2019 8
Bab 1 Bismillah A.docx
December 2019 13
Bismillah Bab 2.docx
June 2020 9
Bismillah Bab 1.docx
June 2020 5

More Documents from "mas el ul"

Bismillah Bab 2.docx
June 2020 9
Kebakaran.docx
June 2020 14
Pm.docx
October 2019 26
Tugas Bioteknologi.docx
October 2019 26