Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi di Masyartakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016
Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Kesehatan Bidang Farmasi
Oleh : Octa Putra Pandawa P2.31.39.0.13.082
JURUSAN FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II 2016
ii
iii
iv
ABSTRAK Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi di Masyarakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016 Oleh : Octa Putra Pandawa P2.31.39.0.13.082
Pendahuluan: Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Prevalensi di seluruh dunia diperkirakan antara 15-20% Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung, selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal dan penyakit lainnya. Hipertensi merupakan penyebab kematian ketiga di indonesia. Tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi nasional sebesar 25,8 %. Tujuan umum penulis adalah mengetahui dan mempelajari gambaran penatalaksanaan hipertensi di masyarakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016. Metode : Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Total Sampling dan didapatkan responden sejumlah 37 orang. Pengumpulan data dikumpulkan berdasarkan data primer berupa kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan responden menggunakan obat kimia sejumlah 22 orang (59,5%), rutin mengkonsumsi makanan berserat sejumlah 23 orang (62,2%), rutin berolahraga sejumlah 17 orang (45,9%), mengurangi mengkonsumsi garam sejumlah 19 orang (51,4%), dan tidak mengkonsumsi kopi sejumlah 26 orang (70,3%). Kesimpulan : Gambaran penatalaksanaan hipertensi di masyarakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur cukup baik. Kata Kunci : Gambaran, Hipertensi, Masyarakat
v
ABSTRACT Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Description of Public Hypertension Management in RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur in April-May 2016 By: Octa Putra Pandawa P2.31.39.0.13.082
Introduction: Hypertension is widely known as cardiovascular disease. Estimated to have caused 4.5% of the global disease, and its prevalence is nearly as large in developing countries and indeveloped countries. Worldwide prevalence estimated to be between 15-20%. Hypertension is one of major factors of heart problems, besides can effect in heart failure, hypertension can caused kidney failure and other diseases. Hypertension is the third leading cause of death in Indonesia. In 2013 showed a national prevalence of hypertension of 25.8%. The purpose of this study is to discover and learn the Description of Public Hypertension Management in RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur in April-May 2016. Methods: The sampling technique using total sampling and obtained a number of respondents are 37 people. The collection of data is collected based on primary data in the form of a questionnaire. Analysis of the data used is the univariate analysis. Results: The results showed, most respondents are 22 people (59.5%) use chemical drugs, 23 people (62.2%) consumed fibrous foods regularly, 17 people (45.9%) regular exercise, 19 people (51.4%) reducing the amount of salt consumed, and 26 people (70.3%) do not consume coffee. Conclusion: Description of Public Hypertension Management in RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur in April-May 2016 is good. Keywords: Description, Hypertension, Public
vi
KATA PENGANTAR
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Tiada kata yang lebih indah selain puji syukur kehadirat ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala atas segala nikmat yang telah diberikan sehingga penulis mampu
menyelesaikan
Karya
Tulis
Ilmiah
yang
berjudul
“Gambaran
Penatalaksanaan Hipertensi di Masyarakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016. Tak lupa Sholawat serta salam selalu tercurahkan keharibaan Agung Sayyidina Muhammad SAW kepada para keluarganya, para sahabatnya dan umatnya hingga hari kiamat nanti. Penulis menyadari dari awal pengerjaan sampai selesai penyusunan karya tulis ilmiah ini, banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik materil maupun non materil. Maka dari itu, dengan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H.Junaedi, S.Si, M.Farm, Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Jakarta II; 2. Bapak Surahman, S.Pd, M.Kes, selaku dosen Pembimbing pertama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, masukan dan bimbingannya sehingga penulis mampu menyelesaikan KTI ini; 3. Bapak Benbasyar Eliyanoor, M.Farm, Apt selaku dosen Pembingbing kedua yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, masukan dan bimbingannya sehingga penulis mampu menyelesaikan KTI ini; 4. Ibu Wardiyah, M.Si, Apt selaku dosen Pembimbing Akademik yang sudah meluangkan waktunya untuk membimbing segala urusan perkuliahan dari awal kuliah sampai akhir; 5. Bapak Suwondo selaku Ketua RW 021 yang telah memberikan izin sehingga penulis mampu mengambil data di daerah lingkungan RW 021; 6. Ayah dan Ibu, Abang, Bangput, Bang Akbar,Kak dimas,Saudara dan keluarga
besar
penulis
yang vii
telah
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
memberikan semua doa dan dukungan sehingga penulis bisa menyelesaikan KTI ini; 7. Warga Majelis Nahdhotussyabaab semua yang selalu memberikan dukungannya selama pengerjaan KTI ini; 8. Kak Khairunnisa, Kak Nurul fitriani juga yang selalu meluangkan waktunya dalam memberikan saran dari awal sampai akhir dan Saudaraku Nanda terima kasih atas laptopnya sehingga bisa menyelasaikan KTI ini; 9. Bang Rino yang telah membantu selama proses pencetakan dalam penyusunan KTI; 10. Teman-Teman BPH Koor fosti Mustika, Fauzan, Rizal, Ria, Fauziyah, Fatih, Hasna, Anggi, Tri; 11. Teman teman kelompok tak terpisahkan juga Nurrizky Safitri, Qibtiah Hasnah Hijriani, dan Rabiah Lurusati; 12. Teman-teman kitakitata Hazar, Ulfah, Tri, Mira, Fatih, Ayu sekar, Bibit, Rima, Desy, Disty; 13. Teman-teman Ikhwan Fosti dan Angkatan Bagus, Fauzan, Akbar, Bibit, Rizal, Reza Kurniawan, Rahmat Fahreza, Cahyo, Panggah, Ridwan, Rizky, Yoan, Dimas, Danny, Raden; 14. Teman teman Survey Hazar, Rizal, Anggi, Puri, Akbar, Astrid, Ardini, Ayu sekar, Disty, Mira, Padwani, Kustina, Reza Kurniawan, Risma, Nurhakii; 15. Seluruh teman-teman angkatan 2013 dan adik kelas yang tidak saya sebutkan satu-satu namun tanpa mengurangi rasa terima kasih saya kepada kalian semua karena telah memberikan semangat dan dukungannya selama pengerjaan KTI ini. Akhir kata, Penulis berharap ALLAH SWT membalas segala kebaikan segala pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta, Juni 2016
Penulis
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
viii
DAFTAR ISI
Lembar Perngesahan KTI ...................................................................................... i Lembar Pernyataan Orisinalitas ............................................................................ ii Lembar Pengesahan ............................................................................................. iii Lembar Persetujuan Publikasi Tugas Akhir .......................................................... iv Abstrak……….…. .................................................................................................. v Kata Pengantar .................................................................................................... vii Daftar isi ............................................................................................................... ix Daftar Tabel ......................................................................................................... xi Daftar Gambar ...................................................................................................... xii Daftar Lampiran .................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3 1.3 Tujuan
........................................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 3 1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 3 1.4 Manfaat
....................................................................................................... 3
1.4.1 Bagi Peneliti ............................................................................................. 3 1.4.2 Bagi Akademik......................................................................................... 4 1.4.3 Bagi Masyarakat .......................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5 2.1 Tekanan Darah ................................................................................................. 5 2.2 Hipertensi ........................................................................................................ 5 2.3 Identifikasi Tanda dan Gejala Hipertensi .......................................................... 7 2.4 Jenis Hipertensi dan Faktor-faktor Penyebab Hipertensi ................................. 7 2.4.1 Hipertensi Primer .................................................................................... 7
ix
2.4.2 Hipertensi Sekunder ................................................................................. 9
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
2.5 Pengobatan Hipertensi .................................................................................... 9 2.5.1 Pengobatan secara non farmakologis ..................................................... 10 2.5.1 Pengobatan secara farmakologis ........................................................... 12 2.6 Obat Tradisional ............................................................................................ 14 2.7 Definisi Operasional ....................................................................................... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................18 3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................18 3.2 Lokasi dan Waktu pengambilan data ............................................................. 18 3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 18 3.4 Cara Pengumpulan Data ................................................................................. 19 3.5 Cara Pengolahan Data .................................................................................... 19 3.6 Analisis Data .................................................................................................. 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................21 4.1 Keadaan Geografis ......................................................................................... 21 4.2 Batas Wilayah ................................................................................................ 21 4.3 Keadaan Demografis ...................................................................................... 21 4.3 Hasil
....................................................................................................... 21
4.4 Pembahasan .................................................................................................... 25
BAB V PENUTUP ...............................................................................................28 5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 28 5.2 Saran
....................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Tabel 1.1
Tekanan Darah ............................................................................... 6
xi
DAFTAR GAMBAR
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Gambar 4.1
Persentase Cara pengobatan yang dilakukan ............................... 22
Gambar 4.2
Persentase Konsumsi makanan berserat ...................................... 23
Gambar 4.3
Persentase Olahraga yang dilakukan ........................................... 23
Gambar 4.4
Persentase Pembatasan asupan garam ......................................... 24
Gambar 4.5
Persentase Kebiasaan minum kopi .............................................. 24
xii
DAFTAR LAMPIRAN Poltekkes Kemenkes Jakarta II
Lampiran 1
Surat izin pengambilan data
Lampiran 2
Lembar persetujuan responden
Lampiran 3
Kuesioner
Lampiran 4
Hasil olah data dengan spss
xiii
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang Kehidupan modern telah berdampak kepada setiap orang untuk masuk
dalam kehidupan yang tak sehat. Pergeseran dari masyarakat yang tradisional yang hidup misalkan sebagai petani menjadi pekerja kantor atau sektor lain yang tidak membutuhkan aktivitas fisik, telah menurunkan status kesehatan fisik dan mental. Masyarakat modern semakin jarang menggerakkan badan. Selain itu semakin banyak kemudahan yang ditawarkan dalam transportasi membuat malas untuk jalan kaki. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan jantung tidak terlatih, pembuluh darah kaku, sirkulasi darah tidak mengalir dengan lancar dan faktor inilah yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi.1,2 Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. diperkirakan telah menyebabkan 4,5 % dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Prevalensi di seluruh dunia diperkirakan antara 15-20%. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung, selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal dan penyakit lainnya.3,4 Hipertensi merupakan penyebab kematian ketiga di indonesia, jumlahnya mencapai 6,8 % dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. Tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi nasional sebesar 25,8 %. Pada penderita hipertensi tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat menggangu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal.5 Tahun 2013 prevalensi hipertensi di Jawa Barat menempati posisi keempat di Indonesia, dan didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 29,4 %. Prevalensi hipertensi rata-rata di Jawa Barat yang didapat melalui kuesioner yang sudah terdiagnosis tenaga kesehatan mengalami hipertensi atau (D)
1
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
2
sebesar 10,5 %, dan yang belum didiagnosis menderita hipertensi namun saat diwawancara sedang minum obat untuk mengobati hipertensi (minum obat sendiri) atau (D/O) sebesar 10,6 %. Pada Kota Bekasi prevalensi (D) sebesar 11,6 % dan prevalensi (D/O) sebesar 11,7 %. Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya umur.6 Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), penyakit jantung koroner, dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Dan pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol jumlahnya terus meningkat.7 Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan penulis mengenai cara pengobatan yang dilakukan dan asupan garamnya terhadap 10 orang responden hipertensi warga RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur. Didapatkan hasil bahwa 10 orang tersebut, obat yang dikonsumsi 7 orang diantaranya dengan mengkonsumsi obat kimia saja tanpa obat tradisional untuk menormalkan tekanan darah, namun pada kenyataannya mereka tidak rutin meminumnya setiap hari tetapi hanya sesekali saja ketika pusing atau saat tekanan darah naik, seharusnya konsumsi obat pada responden harus rutin dilakukan agar tekanan darah terkendali dan juga untuk menghindari peningkatan tekanan darah kembali karena penghentian konsumsi obat kimia, 2 orang hanya mengkonsumsi obat tradisional saja untuk menormalkan tekanan darah, dan 1 orang kombinasi dengan antara obat kimia dan obat tradisional. Lima orang tetap konsumsi garam, dan 5 orang mengurangi konsumsi garam. Dari beberapa orang yang ditanyakan tersebut masih terdapat beberapa orang yang tetap konsumsi garam tanpa menghiraukannya, seharusnya responden memperhatikan seberapa banyak konsumsi garam yang diterimanya agar tekanan darahnya terkendali karena konsumsi garam secara berlebih bagi responden dapat meningkatkan tekanan darah. Maka dari itu penulis ingin mengambil penelitian yang berjudul “Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi di Masyarakat
RW 021 Kelurahan
Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016” ini. Karena penatalaksanaan hipertensi yang benar sangat penting untuk responden dan semoga bahasan yang akan diteliti oleh penulis ini dapat bermanfaat untuk
2
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
3
responden hipertensi yang tinggal di lingkungan RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur dalam kehidupannya sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi di Masyartakat RW 021 Kelurahan pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui dan mempelajari gambaran penatalaksanaan hipertensi di masyarakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus Mengetahui dan mempelajari gambaran penatalaksanaan hipertensi di masyarakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016, berdasarkan kriteria berikut :
1.4
1.
Cara pengobatan yang dilakukan responden
2.
Asupan makanan berserat responden
3.
Kegiatan olahraga responden
4.
Pembatasan asupan garam responden
5.
Kebiasaan minum kopi responden
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Penulis Menambah
pengetahuan
dan
gambaran
untuk
penulis
mengenai
penatalaksanaan hipertensi masyarakat di RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016.
1.4.2 Manfaat Akademik
3
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
4
Menambah refrensi bacaan bagi civitas akademika Poltekkes Kemenkes Jakarta 2 Jurusan Farmasi mengenai penyakit hipertensi, khususnya tentang penelitian gambaran penatalaksanaan Hipertensi di RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016.
1.4.3 Manfaat Masyarakat Memberikan wawasan mengenai pentingnya penatalaksanaan penyakit hipertensi dengan benar, khususnya bagi responden hipertensi di RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
5
2.1
Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan cairan darah di dalam pembuluh darah
akibat kontraksi jantung yang menyebabkan darah dapat bersikulasi ke seluruh tubuh.8 Tekanan darah terdiri dari 9: 1. Tekanan darah Sistolik yaitu tekanan pada arteri jantung saat jantung memompa darah melalui pembuluh tersebut.9 2. Tekanan darah diastolik yaitu tekanan pada arteri saat jantung berelaksasi diantara dua denyutan (kontraksi).9
2.2
Hipertensi Hipertensi
merupakan
gangguan
sistem
peredaran
darah
yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas normal, yaitu 140/90 mmHg. Hipertensi merupakan bahaya terselubung, karena : 1) Tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini; 2) banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi, dan 3) sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.10 Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan tekanan darah diastolik < 80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat.3
Tabel 1.1 Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa umur ≥ 18 tahun menurut JNC VII. : 3
5
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
6
Klasifikasi tekanan
Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolik
darah
mmHg
mmHg
Normal
< 120
< 80
Prehipertensi
120-139
80-89
Hipertensi stage I
140-159
90-99
Hipertensi stage II
≥160
≥100
Bentuk hipertensi antara lain hipertensi diastolik, hipertensi campuran (hipertensi sistolik dan diastolik tinggi), hipertensi sistolik. Hipertensi diastolik sangat jarang dijumpai dan hanya terlihat peninggian yang ringan pada tekanan diastolik, misalkan 120/100 mmHg, bentuk seperti biasanya ditemukan pada anakanak dan dewasa muda. Sementara itu hipertensi sistolik sering dijumpai pada usia lanjut.4 Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan tekanan darah yang sangat tinggi yang dapat menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ target. Ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg, dikategorikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi urgensi.3 Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrem disertai dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit-jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan target akut : encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan. Sedangkan hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam sampai dengan beberapa hari.3
2.3
Identifikasi Tanda dan Gejala Hipertensi keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penderita hipertensi
6
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
7
antara lain 4: 1. sakit kepala 2. gelisah 3. jantung berdebar-debar 4. pusing 5. penglihatan kabur 6. rasa sakit didada, dan lain-lain. Gejala akibat komplikasi yang pernah dijumpai sebagai berikut 4: 1. gangguan penglihatan 2. gangguan saraf 3. gangguan jantung 4. gangguan fungsi ginjal 5. gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan , gangguan kesadaran hingga koma.
2.4
Jenis Hipertensi dan Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi Berdasarkan ada tidaknya penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua 1:
2.4.1
Hipertensi primer adalah hipertensi yang terjadi tanpa adanya kondisi atau penyakit
penyebab. Berdasarkan penelitian, sebagian besar masyarakat mengidap hipertensi jenis ini meski tidak disebabkan adanya kondisi atau penyakit. Ada beberapa faktor risiko penyebab gangguan kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Faktor risiko tersebut adalah 1:
1.
Faktor Keturunan Keluarga dengan riwayat hipertensi memilliki kemungkinan lebih besar
mengidap hipertensi pada keturunannya. Anggota keluarga dengan riwayat hipertensi pada ayah atau ibunya memiliki “bakat” untuk mengidap hipertensi. Faktor genetik memiliki pengaruh besar terhadap timbulnya hipertensi.1
7
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
8
2.
Faktor Usia Pertambahan usia akan meningkatkan risiko hipertensi pada seseorang.
Kejadian hipertensi lebih sering terjadi pada kelompok lansia (lanjut usia). Risiko hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia, terutama pada pria diatas usia 45 tahun atau wanita berusia diatas 55 tahun. Pertambahan usia pada umumnya dapat meningkatkan tekanan sistolik, sedangkan tekanan diastoliknya tetap normal atau rendah. Keadaan ini terkait dengan proses pengerasan pembuluh darah, hipertensi pada kelompok lanjut usia umumnya adalah hipertensi sistolik dengan tekanan diastolik normal atau rendah.1
3.
Stres Fisik dan Psikis Tuntutan pekerjaan yang tinggi merupakan hal umum yang sering terjadi
pada masyarakat modern. Adanya stres yang besar dan menahun akan memicu berbagai keluhan dan penyakit. Orang-orang yang setiap harinya bekerja dengan tingkat stres yang tinggi akan berisiko mengidap hipertensi dikemudian hari.1
4.
Kegemukan dan Obesitas Kegemukan dan obesitas akan memperberat kerja jantung untuk
memompa darah. Organ-organ vital lain juga mendapatkan beban akibat banyaknya timbunan lemak di dalam tubuh. Akhirnya, semua kondisi tersebut saling terkait menimbulkan hipertensi dan berbagai penyakit.1
5.
Pola makan tak sehat Pola makan tidak sehat adalah salah satu faktor risiko timbulnya penyakit
pembuluh darah dan hipertensi. Pola makan tidak sehat yang dimaksud adalah pola makan tinggi asupan garam, tinggi asupan lemak jenuh, tinggi kolesterol. Apabila kemampuan tubuh untuk membuang natrium terganggu, maka asupan natrium yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah. Selain itu, konsumsi lemak jenuh dan kolesterol menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah dan menyebabkan hipertensi.1
8
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
9
6.
Kurangnya aktivitas fisik Kehidupan modern telah menjebak seseorang untuk masuk ke dalam
kehidupan yang tidak sehat. Waktu berjalan terus begitu cepat dan menyulitkan kita mencari
kesempatan
berolahraga.
Masyarakat
modern
semakin
jarang
menggerkakan badan. Selain itu, semakin banyak kemudahan yang ditawarkan membuat malas untuk jalan kaki. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan jantung tidak terlatih, pembuluh darah kaku, sirkulasi darah tidak mengalir dengan lancar dan menyebabkan kegemukan. Faktor faktor inilah yang menjadi penyebab hipertensi.1
2.4.2
Hipertensi sekunder Hipertensi yang terdeteksi akibat penyakit tertentu, misalnya hipertensi
yang terjadi karena adanya penyakit ginjal, kelainan hormon (penyakit endokrin), peyakit jantung dan penyakit pembuluh darah. Penanganan pada pengidap hipertensi sekunder tidak hanya menurunkan tekanan darah, tetapi harus disertai dengan terapi kondisi atau terapi penyakit penyebab.1
2.5
Pengobatan Hipertensi Tujuan pengobatan penderita hipertensi adalah menurunkan morbiditas
dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Penurunan tekanan sistolik harus menjadi perhatian utama, karena pada umumnya tekanan diastolik akan terkontrol bersamaan dengan terkontrolnya tekanan sistolik.11 Pengobatan hipertensi terdiri dari pengobatan non farmakologis dan farmakologis. Pengobatan non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua penderita hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya.12
2.5.1 Pengobatan secara non farmakologis 9: a. Mengurangi asupan garam
9
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
10
mengurangi asupan garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih banyak kalsium, magnesium, dan kalium (bila diperlukan untuk kasus tertentu). Puasa garam untuk kasus tertentu dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Umumnya kita mengkonsumsi lebih banyak garam daripada yang dibutuhkan tubuh. Idealnya, kita cukup menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram garam per hari.8
b.
Memperbanyak serat Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan rumahan yang
mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang dikuatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat. Dari penelitian lain ditemukan bahwa dengan mengkonsumsi 7 gram serat per hari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 5 poin. Konsumsi serat juga dapat memperlancar buang air, menyebabkan makan lebih sedikit dan mengurangi asupan natrium. Serat pun mudah didapat dalam makanan, misalnya semangkuk sereal mengandung sekitar 7 gram serat.8
c.
Mengurangi berat badan yang berlebih Mengatasi obesitas adalah langkah mendesak yang harus anda lakukan.
Semakin banyak kelebihan bobot tubuh, semakin besar pula risiko hipertensi yang harus anda hadapi. Penyusutan bobot tubuh seberapapun kecilnya sudah cukup membantu penurunan risiko hipertensi. Penyusutan tubuh sebanyak 1,5 - 1,25 kg dapat menurunkan tekanan darah sebesar 1 mmHg. Sementara itu studi yang dilakukan oleh American Health Association menyebutkan bahwa penurunan bobot tubuh sebanyak 5 % bermanfaat untuk menurunkan risiko hipertensi hingga sebesar 20%.2 Karena hal- hal itu disebabkan diantaranya adalah :
Lemak di bagian perut mendesak ginjal, sehingga kinerja ginjal terganggu.
Penurunan fungsi ginjal menyebabkan hipertensi.2
Penigkatan massa tubuh mengharuskan tubuh memasok oksigen dan
nutrisi yang lebih banyak untuk disuplai ke otot dan jaringan. Karena terhambat
10
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
11
oleh lemak dalam darah, sirkulasi oksigen terganggu. Pasokan oksigen yang tidak memadai menyebabkan tekanan darah mengikat.2
Peningkatan massa tubuh menyebabkan pembuluh darah makin panjang
sehingga meningkatkan penolakan terhadap darah dan akhirnya menyebabkan tekanan darah meningkat.2
Lemak di bagian perut merusak keseimbangan yang bekerja mengatur
tekanan darah. Peningkatan kadar hormon stres yang terjadi sejalan dengan pertambahan bobot lemak tubuh akan memicu kenaikan tekanan darah.2
d.
Mengurangi kebiasaan merokok Rokok dapat meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah dengan
mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras.8
e.
Mengurangi stres Stres memicu penurunan aliran darah ke jantung, yang memperparah
risiko kematian pada orang yang sejak semula mengalami penyumbatan arteri. Stres meningkatkan kebutuhan akan oksigen karena tekanan darah dan kecepatan detak jantung meningkat. Di waktu yang sama, pengerasan arteri menghambat aliran darah dengan lebih parah. Arteri koroner dalam jantung pun mengerut, yang semakin menurunkan suplai darah ke jantung. Peneliti asal Swiss menemukan adanya penurunan yang nyata dalam pengembangan pembuluh darah setelah munculnya stres. Kondisi ini meningkatkan tekanan darah diastolik dari 83 ke 96 dan detak jantung meningkat dari 63 ke 81 denyutan per menit.13
f. Berolahraga Olahraga membantu memompa darah ke seluruh sistem tubuh. Olahraga menciptakan kebugaran otot, membuatnya semakin kuat, dan berkualitas baik dalam jumlah maupun fleksibilitasnya. Inilah permulaan yang baik untuk mengaktifkan seluruh sistem yang bekerja di dalam tubuh. Perbaikan kualitas otot meski hanya sedikit cukup bermakna untuk keseimbangan sistem biologis yang bekerja di dalam tubuh, termasuk sistem yang bekerja mengatur tekanan darah.
11
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
12
Olahraga yang dapat dipilih penderita hipertensi disesuaikan dengan kemampuan tubuh anda masing-masing. Jangan memaksakan diri untuk melakukan olahraga berat, pilihlah olahraga yang paling mudah dan nyaman.2
g.
Mengurangi konsumsi kopi Sebagai mana kita tahu bahwa kopi merupakan sumber utama kafein, yang
jika dikonsumsi berlebihan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Berikut penjelasannya :2
Kafein, teobromin, dan beberapa macam alkaloid lainnya yang terdapat
pada kopi menguras cadangan magnesium. Penurunan kadar magnesium dalam darah menyebabkan kenaikan tekanan darah.2
Kafein membuat orang yang mengonsumsinya terjaga dengan cara yang
dipaksakan. Kondisi seperti ini, mengganggu keseimbangan saraf, sehingga berpotensi memicu stres. Stres merupakan salah satu faktor pemicu kenaikan tekanan darah.2
Kafein dan sejumlah bioaktif yang terdapat dalam kopi merangsang ginjal
memproduksi kortisol lebih banyak dari kondisi normal. Studi yang dimuat dalam National Institute of Mental Health, beberapa saat setelah minum kopi akan terjadi peningkatan kadar kortisol darah sebesar 500% dari semula. Peningkatan kortisol menjadi indikator stres mental dan dapat pula untuk mendeteksi kenaikan tekanan darah.2 2.5.2 Pengobatan secara farmakologis atau dengan obat antihipertensi 4,11,14: 1.
Diuretik Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut, beberapa diuretik juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya.11 diuretik thiazida dianggap sebagai obat antihipertensi pilihan utama dan digunakan sebagai terapi awal bagi kebanyakan penderita hipertensi, sebagai obat tunggal atau dikombinasi
dengan
antihipertensi
golongan
lain,
yang
meningkatkan
efektivitasnya.14
12
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
13
2.
Penghambat simpatis Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas syaraf simpatis
(syaraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik adalah : metildopa, reserpin. Efek samping yang dijumpai adalah anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah karena pecahnya sel darah merah), gangguan fungsi hati dan sesekali menyebabkan penyakit hati kronis.4
3.
Betabloker Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkial. Contoh obat golongan betabloker seperti metoprolol, propanolol, atenolol dan bisoprolol.4
4.
Vasodilator Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah prazosin dan hidralazin. Efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kepala.4
5.
Penghambat enzim konversi angiotensin Mekanisme kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah kaptopril. Efek samping yang sering terjadi adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.4
6.
Antagonis kalsium Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan
menghambat kontraksi otot jantung. Yang termasuk golongan obat ini adalah : nifedipin, diltizem, verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.4
13
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
14
2.6 Obat Tradisional Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.15 Obat tradisional berikut yang berkhasiat sebagai antihipertensi adalah :
1. Seledri (Apium graveolens L.) Semua bagian tanaman seledri berbau khas, dan bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan herbanya. Herba seledri mengandung banyak flavonoid, kumarin, manitol, serta minyak asiri. Flavonoid apigenin dalam herba seledri dapat menurunkan tekanan darah. Cara membuatnya adalah daun seledri ambil secukupnya, diperas dengan air masak secukupnya kemudian disaring. Dan diminum 3 kali sehari 2 sendok makan dan dilakukan secara teratur. Namun dengan catatan penggunaan berlebihan berbahaya.16,17
2. Rosella (Hibiscus sabdarifa L.) Rosella mengandung flavonoid seperti hibiscitrin dan hibiscetin, sedang kelopak kering bunga roselia mengandung flavonoid (gossipetin,hibiscetin, dan sabadaretin), alkaloid, B-sitosterol, antosianin, asam sitrat, galaktosa, pectin. Teh rosella dapat untuk antihipertensi, anti inflamasi, dan kanker. Untuk mengobati hipertensi dengan mengkonsumsi 16-24 gram rosella per hari yang diseduh dalam bentuk teh rosella dapat menurunkan kadar asam urat, sitrat, tartrat, kalsium, sodium, dan fosfor pada urine.2,16
3. Bawang Putih (Allium sativum L.) Umbi lapisan bawang putih mengandung saponin, flavonoid, minyak atsiri, protein, lemak, belerang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, B1 dan C. Bawang putih ini berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, pening, dan bersifat antibiotik.Untuk mengobati hipertensi dengan mengkonsumsi 2-3 siung bawang putih dikupas, dicuci, dikunyah kemudian ditelan dan meminum air hangat, dilakukan 3 kali sehari.17,18
14
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
15
4. Cingcao ( Cyclea Barbara Miers ) Cingcao mengandung saponin, flavonoid, folifenol, dan alkohol. Cingcao berkhasiat sebagai obat radang lambung, timpus, tekanan darah tinggi, dan penurun panas atau demam. Cara kerja sebagai peluruh air seni. Untuk mengobati hipertensi dengan mengkonsumsi daun cingcao yang dicuci bersih, lalu ditumbuk sampai lumat, ditambah empat gelas air matang dan diremas remas, diperas, kemudian disaring. Diamkan sampai mengental, ditambah 5 gram gula merah, lalu diaduk sampai rata. Diminum sehari tiga kali, pagi, siang, dan sore hari dengan takaran satu gelas.17
5. Meniran (Phyllantus niruri L.) Akar dan daun meniran mengandung kaya akan senyawa flavonoid antara lain filantin,hipoflantin,
querestin,
isoquerestin,
astragalin.
Minyak
bijinya
mengandung beberapa asam lemak, yaitu asam risinoleat, asam linoleat. Kandungan herba meniran lainnya diantaranya nirantin, nirtetrali, nirunin, niruniretin, norsekurinin, filantenol, filanteol, filnirunin, filtetrin, quersitrin, dan quersetin, filatin, hipolantin, kalium, damar dan tanin. Herba meniran secara empirik digunakan gangguan ginjal, sariawan, malaria, tekanan darah tinggi, peluruh air seni, nyeri ginjal, kencing batu dan gangguan empedu serta bersifat antidiare dan antipiretik. Untuk mengobati hipertensi dengan mengkonsumsi daun meniran seperempat genggam, kemudian daun meniran dicuci, digiling halus dan dicampur dengan secangkir air matang, kemudian diperas dan disaring. Perasan daun meniran tersebut diminum dua kali sehari, pagi dan sore.16,18
6. Kumis kucing (Orthosipon stamineus (BI.) Miq ) Herba tanaman ini mengandung diterpen (ortosifol, staminol), flavonoid (sinenestin, esupatorin, metilluteollin), asam rosmarinat, asam kafeat, asam oleanlat, asam ursolat, dan asam betulinat. Secara umum digunakan sebagai diuretik, peluruh batu ginjal dan encok serta antiinflamasi, namun juga sering sebagai bahan ramuan untuk kolesterol dan hipertensi dan lain-lain. Efek diuretik lebih besar jika kumis kucing dikombinasi dengan meniran, dan menunjukkan
15
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
16
efektivitasnnya sebagai antihipertensi. Untuk mengobati hipertensi dengan mengkonsumsi daun kumis kucing segar, sebanyak 25 gram, daun dicuci bersih, kemudian direbus dengan dua gelas air selama 15 menit, hasil rebusan disaring. Hasil rebusan tersebut diminum sehari dua kali sebanyak ½ gelas , pagi dan sore hari.16,17
2.7
No.
1.
Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
cara pengobatan
obat yang dikonsumsi
kuesioner
1. mengkonsumsi obat
yang dilakukan
atau tindakan
no.3
kimia
responden untuk
2. mengkonsumsi obat
mengobati hipertensi
tradisional
Skala ukur
nominal
3.melakukan pengobatan alternatif 4. mengkonsumsi obat kimia dan tradisional 5. menggunakan obat kimia dan alternatif 2.
asupan makanan
keteraturan konsumsi
kuesioner 1. rutin mengkonsumsi
berserat
makanan berserat
no.4-5
responden untuk
nominal
2. jarang mengkonsumsi 3. tidak mengkonsumsi
membantu menormalkan tekanan darah 3.
kegiatan olahraga
olahraga yang
kuesioner 1. rutin berolahraga
dilakukan responden
no.6-7
untuk membantu
2. jarang berolahraga 3. tidak berolahraga
menormalkan tekanan darah
16
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
nominal
17
4.
pembatasan
pembatasan asupan
kuesioner 1. tetap mengkonsumsi
asupan garam
garam yang dilakukan no.8
garam
responden untuk
2. mengurangi
membantu
mengkonsumsi
menormalkan tekanan
garam
darah
3. berhenti
nominal
mengkonsumsi garam
5.
kebiasaan minum
kebiasaan
kuesioner 1. tetap mengkonsumsi
kopi
mengkonsumsi kopi
no.9
kopi
setelah menderita
2. mengurangi
hipertensi
mengkonsumsi kopi 3. tidak mengkonsumsi kopi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
17
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
nominal
18
3.1
Jenis penelitian Penelitian menggunakan metode survey deskriptif kuantitatif yang tujuan
utamanya untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
3.2
Lokasi dan Waktu pengambilan data Lokasi penelitian dilaksanakan di lingkungan masyarakat RW 021
Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur. Waktu penelitian dilakukan pada 1 April - 3 Mei 2016.
3.3
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang telah
didiagnosa dokter atau petugas kesehatan telah mengidap hipertensi yang tinggal di RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur. Teknik sampel dalam penelitian ini diambil secara Total Sampling, dihasilkan sebanyak 37 responden. adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut 19:
1. kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek penelitian/populasi agar dapat diikutsertakan dalam penelitian.19 kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi : a. masyarakat yang berdomisili di wilayah tersebut. b. masyarakat yang telah didiagnosa dokter atau petugas kesehatan telah mengidap hipertensi
2. kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian.19 Kriteria eksklusi penelitian ini adalah masyarakat yang menderita hipertensi namun bukan didiagnosa oleh dokter atau petugas kesehatan.
18
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
19
3.4
Cara Pengumpulan Data
a. Penentuan lokasi penelitian
b. Meminta persetujuan kepada RW dan RT c. Membuat lembar pertanyaan (kuisioner) d. Melakukan survey pendahuluan sebelumnya, dilakukan untuk uji pemahaman
soal dalam kuisioner oleh beberapa masyarakat diluar sampel. e. Menentukan soal yang lulus dari hasil survey pendahuluan f. Membagikan kuisioner kepada responden dengan meminta persetujuan responden sebelumnya. g. Memeriksa kelengkapan pengisian kuisioner.
3.5.
Cara Pengolahan Data Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan komputer
menggunakan aplikasi statistik, dan ada cara pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Editing Sebelum dilakukan pengolahan data, data diperiksa terlebih dahulu. Data atau
informasi yang telah dikumpulkan dari kuesioner perlu diperiksa sekali lagi dan diperbaiki jika masih terdapat hal-hal yang salah atau masih ragu-ragu, seperti lengkapnya pengisian jawaban. 2.
Coding Jawaban atau hasil yang diperoleh diklasifikasikan menurut jenisnya kedalam
bentuk yang lebih ringkas setelah diberi skor atau menggunakan kode-kode tertentu sebelum diolah dengan komputer.
3.
Entry
19
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
20
Proses memasukkan data-data yang telah mengalami proses editing dan coding kedalam alat pengolahan data (komputer) atau program pengolahan data tertentu. 4.
Cleaning Mengkoreksi kembali data yang sudah diklasifikasikan untuk memastikan
bahwa data tersebut sudah baik dan benar serta siap untuk dianalisa. 3.6.
Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat yaitu
analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
21
4.1
Keadaan Geografis Pengambilan Data Wilayah RW 021 terletak di wilayah Kelurahan Pengasinan Kecamatan
Rawalumbu Bekasi Timur, yang memiliki luas wilayah + 4,2 Ha atau 42.000 m 2
4.1.1
Batas Wilayah Wilayah RW 021 terletak di wilayah Kelurahan Pengasinan Kecamatan
Rawalumbu Bekasi Timur dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara
: RW 27, Jalan Narogong Utama I
2. Sebelah Selatan
: RW 03, Jalan H.Milun
3. Sebelah Timur
: RW 09, Jalan Narogong megah 12
4. Sebelah Barat
: RW 30, Jalan Narogong raya
4.1.2
Keadaan Demografis Berdasarkan data yang diperoleh dari Sekretariat RW 021 Kelurahan
Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi, Wilayah RW 021 terdiri dari 7 RT dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) + 396 KK dan total penduduk + 1284 jiwa.
4.2 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis terhadap Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi di Masyarakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Periode April-Mei 2016, hasil data ini lebih menjelaskan kepada usaha non farmakologis responden dalam pengobatan hipertensi dan diperoleh data sebagai berikut:
Gambar 4.1 Persentase Cara pengobatan yang dilakukan
21
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
22
Pengobatan Obat Kimia dan alternatif ; Alternatif ; 2 orang 3 orang (5.40%) Obat (8.10%) tradisional ;4 orang (10.80%) Obat Kimia dan Obat tradisional ; 6 orang (16.20%)
Obat Kimia ; 22 orang (59.50% )
Berdasarkan gambar 4.1 diatas, menunjukkan bahwa responden paling banyak mengkonsumsi obat kimia yaitu sejumlah 22 orang (59,5 %), kemudian secara berturut-turut kombinasi obat kimia dan obat tradisional sejumlah 6 orang (16,2 %), mengkonsumsi obat tradisional sejumlah 4 orang (10,8 %) dan yang terkecil menggukanan kombinasi obat kimia dan pengobatan alternatif sejumlah 2 orang (5,4 %).
Gambar 4.2 Persentase Konsumsi makanan berserat
22
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
23
Tidak mengkonsumsi; 1 orang (2.70%) Jarang mengkonsum si; 13 orang (35.10%)
Rutin mengkonsumsi ; 23 orang (62.20%)
Berdasarkan Gambar 4.2 diatas, menunjukkan bahwa responden banyak yang rutin mengkonsumsi makanan berserat sejumlah 23 orang (62,2 %), kemudian yang jarang mengkonsumsi makanan berserat sejumlah 13 orang (35,1 %) dan tidak mengkonsumsi makanan berserat sejumlah 1 orang (2,7 %).
Gambar 4.3 Persentase Olaharaga yang dilakukan responden Tidak berolahraga ; 17 orang (27.00%)
Rutin berolahraga; 17 orang (45.90%)
Jarang berolahraga ; 17 orang (27.00%)
Berdasarkan Gambar 4.3 diatas, menunjukkan bahwa responden paling banyak yang rutin berolahraga yaitu sejumlah 17 orang (45,9 %) sedangkan responden yang jarang berolahraga dan responden yang tidak berolahraga memiliki jumlah yang sama yaitu 10 orang (27,0 %).
Gambar 4.4 Persentase Pembatasan asupan garam
23
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
24
Mengurangi mengkonsumsi garam; 19 orang (51.40%)
Tetap mengkonsum si garam; 18 orang 48.60%
Berdasarkan Gambar 4.4 diatas, menunjukkan lebih banyak responden yang mengurangi mengkonsumsi garam dibandingkan yang tetap mengkonsumsi yaitu 19 orang (51,4 %) berbanding 18 orang (48,6 %).
Gambar 4.5 Pesentase Kebiasaan meminum kopi Tetap mengkonsumsi kopi ; 6 orang 13.50% Mengurangi mengkonsum si kopi ; 6 orang 16.20%
Tidak mengkonsumsi kopi ; 26 orang 70.30%
Berdasarkan Gambar 4.5 diatas, menunjukkan bahwa responden kebanyakan tidak mengkonsumsi kopi yaitu sejumlah 26 orang (70,3 %) kemudian berturut-turut responden yang mengurangi mengkonsumsi kopi sejumlah 6 orang (16,2 %) dan responden yang tetap mengkonsumsi kopi sejumlah 5 orang (13,5 %).
4.3
Pembahasan
24
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
25
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan cara pengobatan yang dilakukan, responden paling banyak hanya mengkonsumsi obat kimia saja untuk mengobati hipertensi yaitu sejumlah 22 orang (59,5 %). Kemudian urutan kedua responden yang memilih kombinasi obat kimia dan obat tradisional yaitu sejumlah 6 orang (16,2 %), urutan ketiga 4 orang (10,8 %) responden mengkonsumsi obat tradisional, kemudian 3 orang (8,1 %) responden melakukan pengobatan alternatif dan 2 orang (5,4 %) responden dengan mengkonsumsi obat kimia dan pengobatan alternatif. Pilihan responden sudah cukup baik, karena responden lebih banyak melakukan terapi secara farmakologis untuk menyembuhkan hipertensi yaitu dengan mengkonsumsi obat kimia. Hasil ini sesuai dengan penatalaksanaan hipertensi yang terdiri dari pengobatan non farmakologis dan farmakologis. Pengobatan non farmakologis harus dilaksanakan oleh semua responden dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya.12 Terdapat 6 orang (16,2 %) yang menggunakan kombinasi obat kimia dan obat tradisional, dan 4 orang menggunakan obat tradisional (10,8 %). Beberapa obat tradisional terbukti berkhasiat untuk mengobati hipertensi seperti bunga rosella, pengaruh pemberian teh rosella terhadap tekanan darah lansia didapatkan hasil bahwa ada perbedaan signifikan antara rata-rata perubahan tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dan juga masih ada seledri yang mengandung flavonoid apigenin yang berkhasiat menurunkan tekanan darah.16,20 Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan konsumsi makanan berserat, bahwa paling banyak adalah responden yang rutin mengkonsumsi makanan berserat dengan jumlah 23 orang (62,2 %) baik dari sayuran dan buah-buahannya, 13 orang (35,1%) diantaranya jarang mengkonsumsi makanan berserat dan hanya 1 orang saja tidak mengkonsumsi makanan berserat. Apabila asupan serat rendah, maka akan mengakibatkan asam empedu lebih sedikit diekskresi feses, sehingga banyak kolesterol yang diabsorbsi dari hasil sisa empedu. Semakin banyak koleterol beredar dalam darah, maka akan semakin besar penumpukan lemak di dalam darah dan menghambat aliran darah yang berdampak pada peningkatan tekanan darah.21 Penelitian ini sesuai dengan penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi makanan asin, sayuran dan buah-buahan terhadap hipertensi, bahwa responden
25
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
26
yang kurang mengkonsumsi buah-buahan maupun sayuran mempunyai kesempatan terkena hipertensi 0,74 kali lebih besar dibandingkan responden yang cukup mengkonsumsi buah dan sayuran.21 Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan olahraga yang dilakukan, bahwa responden yang rutin berolahraga berjumlah paling banyak yaitu sejumlah 17 orang (45,9 %) sedangkan responden yang jarang berolahrga berjumlah sama dengan responden yang tidak berolahraga yaitu 10 orang (27%). Hasil wawancara menunjukkan rata-rata olahraga yang dilakukan rsponden adalah jogging atau larilari kecil. Olahraga akan membuat pembuluh darah menjadi lebar, sehingga sirkulasi darah menjadi lancar dan juga membantu memompa darah ke seluruh sistem tubuh. Olahraga menciptakan kebugaran otot, membuatnya semakin kuat dan berkualitas baik dalam jumlah maupun fleksibilitasnya. Inilah permulaan yang baik untuk mengaktifkan seluruh sistem yang bekerja didalam tubuh. Perbaikan kualitas otot meski hanya sedikit, cukup bermakna untuk memperbaiki keseimbangan sistem biologis yang bekerja didalam tubuh, termasuk sistem yang bekerja mengatur tekanan darah.2 Hasil ini sejalan dengan analisis data Riskesdas 2007 mengenai masalah hipertensi di Indonesia dan determinantnya bahwa kurangnya aktifitas fisik ditemukan mempunyai risiko hipertensi 1,02 kali lebih besar dibandingkan yang cukup aktifitas fisik.22 Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pembatasan asupan garam, mengurangi mengkonsumsi garam adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh responden dengan jumlah 19 orang (51,4 %). Hasil wawancara dengan responden didapatkan usaha atau cara responden untuk mengurangi mengkonsumsi garam yang dilakukan rata-rata dengan mengurangi takaran garam ketika memasak, dan mengurangi memakan makanan yang asin. Mengkonsumsi garam dapat menyebabkan penumpukan cairan didalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.21 Menurut penelitian, responden yang mengkonsumsi makanan asin dalam kategori sering memiliki risiko hipertensi 1,31 kali lebih besar dibandingkan responden yang jarang mengkonsumsi makanan asin.21 Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan kebiasaan minum kopi, bahwa kebanyakan responden tidak mengkonsumsi kopi yaitu sejumlah 26 orang (70,3 %),
26
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
27
6 orang (16,2 %) mengurangi mengkonsumsi kopi. Hasil wawancara didapatkan usaha atau cara mengurangi mengkonsumsi kopi yang dilakukan responden ratarata yaitu cukup sehari sekali mengkonsumsi kopi. Kopi merupakan sumber utama kafein. Kafein dan sejumlah bioaktif yang terdapat dalam kopi merangsang ginjal memproduksi kortisol lebih banyak dari kondisi normal. Studi yang dimuat dalam National Institute of Mental Health, beberapa saat setelah minum kopi akan terjadi peningkatan kadar kortisol darah sebesar 500% dari semula, Peningkatan kortisol menjadi indikator stres mental dan dapat pula untuk mendeteksi kenaikan tekanan darah.2 Sering mengkonsumsi minuman berkafein (> 1 kali per hari) berisiko terhadap hipertensi sebesar 1,12 kali dibandingkan yang jarang mengkonsumsi.22
BAB V PENUTUP
27
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
28
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : 1. Cara
pengobatan
yang
paling
banyak
dilakukan
responden
adalah
mengkonsumsi obat kimia sejumlah 22 orang (59,5 %). 2. Kebanyakan responden yang rutin mengkonsumsi makanan berserat sejumlah 23 orang (62,2 %). 3. Kebanyakan responden adalah rutin berolahraga yaitu sejumlah 17 orang (45,9 %). 4. Kebanyakan responden mengurangi mengkonsumsi garam yaitu sejumlah 19 orang (51,4 %). 5. Kebanyakan responden tidak mengkonsumsi kopi yaitu sejumlah 26 orang (70,3 %).
5.2
Saran
Untuk peneliti selanjutnya agar dilakukan terhadap aspek kegiatan pengobatan yang dilakukan penderita secara farmakologis, seperti obat antihipertensi yang dikonsumsi dan lainnya.
28
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
DAFTAR PUSTAKA
1.
Garmadi Y. Hidup nyaman dengan hipertensi. Jakarta: PT Agromedia Pustaka; 2012.
2.
Lingga L. Bebas hipertensi tanpa obat. Jakarta: PT Agromedia Pustaka; 2012.
3.
Indonesia. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pharmaceuticale care untuk penyakit hipertensi. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2006.
4.
Indonesia. Direktorat Jenderal PP dan PL. Pedoman teknis penemuan dan tatalaksana penyakit hipertensi. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2006.
5.
Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pokok-pokok hasil riskesdas Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.
6.
Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pokok-pokok hasil riskesdas Provinsi Jawa Barat 2013. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
7.
Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Hipertensi. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.
8.
Sustrani L, Alam S, Hadibroto I. Hipertensi. Jakarta: PT.Gramedia; 2006.
9.
Palmer A, Williams B. Simple guide tekanan darah tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.
10. Indonesia. Rilis berita kementrian kesehatan Tahun 2010. Jakarta: Kemenkes RI; 2011. h. 506. 11. Nafrialdi. Antihipertensi. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Editor. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya baru; 2007. 12. Mohani CI. Hipertensi primer. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Editor. Ilmu penyakit dalam. Jilid II Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. h. 2289 13. Kowalski ER. Terapi hipertensi program 8 minggu menurunkan tekanan darah tinggi dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke secara alami. Bandung: Qanita; 2010. 14. Tan HT, Rahardjo K. Obat-obat penting. Edisi 6. Jakarta: PT.Gramedia; 2007.h. 545
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
15. Indonesia. Kemenkes RI. Permenkes nomor 006 Tahun 2012 tentang industri dan usaha obat tradisional. Jakarta: Kemenkes RI; 2012. 16. Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesahatan. 100 top tanaman obat Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2011. 17. Wiryowidado S, Sitanggang M. Tanaman obat untuk penyakit jantung, darah tinggi, & kolesterol. Jakarta: PT.Agromedia Pustaka; 2008. 18. Widyaningrum H. Kitab tanaman obat nusantara. Yogyakarta: MedPress; 2011 19. Supardi S, Surahman. Metodologi penelitian untuk mahasiswa farmasi. Jakarta: Trans Info Media; 2014 20. Novadella.Pengaruh pemberian the rosella terhadap tekanan darah lansia: jurnal kesehatan.2012.15-20 21. Afni, Fauziyah Nur Rr, Fitra Miladil, Sari Nurrachma, Hubungan tingkat konsumsi makanan asin, sayuran dan buah-buahan dengan hipertensi pada penderita obesitas di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014 22. Rahajeng ekowati, Masalah hipertensi di Indonesia dan determinantnya (analisis riskesdas 2007). Jakarta: Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2008
Poltekkes Kemenkes Jakarta II
lampiran 1 surat izin pengambilan data
lampiran 2 lembar persetujuan responden
NASKAH PENJELASAN Saya Octa Putra Pandawa mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes Jakarta II akan melakukan penelitiaan karya tulis ilmiah pada Masyarakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur. Dimana sasaran adalah warga RW 021 yang telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Karya tulis ini berjudul “Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi di Masyarakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Tahun 2016.’’ Dilakukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III kesehatan dibidang farmasi. Partisipasi responden bersifat suka rela tanpa paksaan dan bila tidak berkenan dapat mengundurkan diri tanpa sangsi apapun. sebagai tanda terima kasih akan diberikan cinderamata atau sovenir
atas
kesediaannya melakukan pengisian
kuisioner. Hasil kuisioner akan dijadikan kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk pengembangan kebijakkan program kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan semua data tidak dihubungkan dengan identitas responden yang bersangkutan.
Lembar persetujuan menjadi responden
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama
:……………………………………
Alamat :…………………………………… Setelah sebelumnya mendengarkan uraian yang disampaikan para peneliti sebelum kegiatan berlangsung, menyatakan dengan ini saya bersedia ikut berpartisipasi sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Farmasi Poltekes kemenkes Jakarta II dengan judul Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi di Masyarakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur tahun 2016. Demikian persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela tanpa unsur paksaan
Bekasi,2016
Nama Lengkap
lampiran 3 kuesioner
KUESIONER Gambaran Penatalaksanaan Hipertensi di Masyarakat RW 021 Kelurahan Pengasinan Kecamatan Rawalumbu Bekasi Timur Tahun 2016
LINGKARILAH SALAH SATU JAWABAN YANG BAPAK/IBU PILIH DAN ISILAH TITIK-TITIK YANG TERSEDIA Responden No. : ……………(Peneliti) Hari, tanggal diisi : …………….
A. Karakteristik Responden ` 1. Nama : …………………. 2. Umur : …………………. 3. Jenis Kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan 4. Alamat : …………………………………….. RT : ……
B. Penatalaksanaan Hipertensi 1. Apakah Bapak/Ibu didiagnosa menderita hipertensi oleh dokter atau petugas kesehatan ? a. Ya
b. Tidak
(Jika menjawab ya, silahkan menjawab soal selanjutnya)
2. Sejak kapan bapak/ibu mulai didiagnosa hipertensi ? a. < 1 tahun terakhir
b. 1-2 tahun lalu
c. > 3 tahun lalu
3. Saat ini apa yang bapak/ibu konsumsi untuk mengobati hipertensi yang bapak/ibu derita ? (jawaban boleh lebih dari satu) a. mengkonsumsi obat kimia b. mengkonsumsi obat tradisional c. pengobatan alternatif
4. Setelah bapak/ibu didiagnosa menderita hipertensi, bagaimana saat ini bapak/ibu mengkonsumsi sayur ? a. rutin mengkonsumsi b. jarang mengkonsumsi c. tidak mengkonsumsi
5.. Setelah bapak/ibu didiagnosa menderita hipertensi, bagaimana saat ini bapak/ibu mengkonsumsi buah ? a. rutin mengkonsumsi b. jarang mengkonsumsi c. tidak mengkonsumsi
6. Setelah bapak/ibu didiagnosa menderita hipertensi, bagaimanakah rutinitas olahraga yang bapak/ibu lakukan saat ini ? a. rutin berolahraga (terjadwal) b. jarang berolahraga c. tidak berolahraga
7. Apakah olahraga yang bapak/ibu lakukan sampai saat ini ? a. lari-lari kecil/jogging b. bersepeda c. lainnya, sebutkan ………
8. Setelah bapak/ibu didiagnosa menderita hipertensi, apakah bapak/ibu membatasi asupan garam ? a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, Bagaimana bapak/ibu melakukannya ? …………………………..
9. Setelah bapak/ibu didiagnosa menderita hipertensi, apakah bapak/ibu mengurangi meminum kopi saat ini ? a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, Bagaimana bapak/ibu melakukannya ? ……………………………
lampiran 4 hasil olah data dengan spss
Cara pengobatan yang dilakukan Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid mengkonsumsi obat antihipertensi
22
59.5
mengkonsumsi obat tradisional
4
10.8
10.8
70.3
pengobatan alternatif
3
8.1
8.1
78.4
obat antihipertensi dan obat tradisional
6
16.2
16.2
94.6
obat antihipertensi dan alternatif
2
5.4
5.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
59.5
Asupan makanan berserat Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid rutin konsumsi
23
62.2
62.2
62.2
jarang konsumsi
13
35.1
35.1
97.3
tidak konsumsi
1
2.7
2.7
100.0
Total
37
100.0
100.0
Olahraga yang dilakukan responden Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid rutin berolahraga
17
45.9
45.9
45.9
jarang berolahraga
10
27.0
27.0
73.0
tidak berolahraga
10
27.0
27.0
100.0
Total
37
100.0
100.0
Pembatasan asupan garam responden Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tetap mengkonsumsi garam mengurangi konsumsi garam Total
18
48.6
48.6
48.6
19
51.4
51.4
100.0
37
100.0
100.0
Kebiasaan minum kopi responden Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tetap mengkonsumsi kopi
5
13.5
13.5
13.5
mengurangi mengkonsumsi kopi
6
16.2
16.2
29.7
tidak mengkonsumsi kopi
26
70.3
70.3
100.0
37
100.0
100.0
Total