Yeyen Busulas (1) 4.docx

  • Uploaded by: Yeyen Novita Sari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Yeyen Busulas (1) 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,166
  • Pages: 18
UNSUR-UNSUR PROSA FIKSI

Tugas Keempat Dosen : Dr. Sulastriningsih Djumingin, M.Hum. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah apresiasi prosa dan fiksi Indonesia

Oleh : Andi Asniar Novita (1651042029) PBSI C 2016

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2017-2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Unsur-unsur Prosa Fiksi‘’. Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendidik untuk perbaikan selanjutnya. Walaupun demikian kita tetap berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Makassar, 11 Maret 2018

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Pada hakikatnya karya sastra adalah suatu pengungkapan kehidupan lewat bentuk bahasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Teeuw (1984: 22) yang mengatakan, bahwa ”Usaha lain untuk mendapatkan batasan sastra sebagai suatu gejala umum yaitu mendekati dari namanya meskipun biasanya batasan itu tidak sempurna karena batasan itu harus diperluas dan diperketat apabila gejala itu akan dibicarakan secara ilmiah. Namun manfaat tinjauan dari pemakaian bahasa seharihari sebagai titik tolak cukup memadai”. Kalau kita flash back beberapa tahun yang silam Horatius penyair besar romawi (65-8 SM) berpandangan bahwa karya sastra harus bertujuan dan berfungsi utile (bermanfaat) dan dulce (nikmat). Bermanfaat karena pembaca dapat menarik pelajaran yang berharga dalam membaca karya sastra, yang mungkin bisa menjadi pegangan hidupnya karena mengungkapkan nilai-nilai luhur. Mungkin juga karya sastra itu mengisahkan hal-hal yang tidak terpuji, tetapi bagaimanapun pembaca masih bisa menarik pelajaran darinya sebab dalam membaca dan menyimak karya sastra pembaca dapat ingat dan sadar untuk tidak berbuat demikian. Selain itu, sastra harus bisa memberi nikmat melalui keindahan isi dan gaya bahasanya. Dalam sebuah karya sastra terdapat struktur yang membangun sehingga terbentuk satu kesatuan yang utuh. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya, secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Struktur karya sastra juga mengarah pada pengertian hubungan antar unsur yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi. Dalam struktur terdapat banyak komponen salah satu diantaranya yaitu unsur yang membangun. Unsur yang membangun dalam sebuah karya sastra terdapat dua jenis, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yaitu unsurunsur yang membangun karya sastra dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari luar. Dalam pembahasan ini kami akan menganalisis unsur intrinsik (latar atau setting dan sudut pandang) sebuah karya sastra. B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Apa itu unsur intrinsik ? 2. Apa itu unsur ekstrinsik ?

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui, mendeskripsikan serta memberikan pemahaman mengenai: 1. Unsur Instriktik. 2. Unsur Ekstrinsik.

BAB II PEMBAHASAN Karya sastra dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. (Nurgiyantoro, 2010:23). A. Unsur Intrinsik Menurut Mahayana (2006:244), pendekatan intrinsik pada dasarnya sama dengan analisis struktural. Karya sastra dianggap di dalamnya mempunyai sejumlah elemen atau peralatan yang saling berkaitan dan masing-masing mempunyai fungsinya sendiri. Pendekatan intrinsik mencoba menjelaskan fungsi dan keterkaitan elemen (unsur) atau peralatan itu tanpa menghubungkannya dengan faktor di luar itu, seperti biografi pengarang, latar belakang penciptaan, atau keadaan dan pengaruh karya sastra kepada pembacanya. Adapun pendekatan objektif menempatkan karya sasrta yang akan diteliti atau dianalisis itu sebagai objeknya. Mengingat karya sastra yang menjadi objeknya mempunyai unsur-unsurnya yang satu dengan lainnya tidak dapat dilepaskan, maka unsur-unsur itulah yang hendak diuraikan pada pendekatan objektif. Masalah subjektivitas peneliti, seperti perasaan suka atau tidak suka terhadap pengarangnya, temanya, atau gaya bahasanya, disisihkan. Lalu apa yang dimaksud dengan unsur-unsur bahasa itu dan bagaimana melihat fungsinya masing-masing? Dalam puisi, larik, bait, diksi, atau majas, citraan, dan sarana retorika lain, dianggap sebagai unsur-unsur pembangunnya. Dalam drama, unsurunsur itu, antara lain, dialog, latar, tokoh, alur, dan tema. Unsur novel, antara lain, tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang, dan pencerita. Unsur intrinsik menurut Nurgiyantoro (2005 : 23) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Tokoh dan Penokohan Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan penokohan (Aminuddin 1987 : 79).

Nurgiyantoro (2005: 176-194), menerangkan bahwa peran tokoh-tokoh cerita dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan kedalam beberapa jenis. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat dibedakan yakni : 

Segi peranan

a) Tokoh Utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam cerita pendek yang bersangkutan b) Tokoh Tambahan adalah yang hanya melengkapi dalam bentuk konflik 

Segi fungsi penampilan tokoh

a) Tokoh Protogonis adalah tokoh yang memerankan prilaku positif b) Tokoh Antagonis adalah tokoh yang penyebab terjadinya konflik atau pelaku negatif 

Segi perwatakannya

a) Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi atau watak tertentu b) Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. 

Segi berkembang atau tidaknya perwatakan

a) Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwaperistiwa yang terjadi b) Tokoh berkembang adaalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot atau alur yang dikisahkan 

Segi kemungkinan pencerminan tokoh cerita

a) Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan b) Tokoh netral adalah tokoh cerita yang beriksistensi demi ceritaa itu sendiri. Tokoh dalam cerita selalu memiliki watak-watak tertentu. Menurut Aminuddin (1987 : 80-81), dalam upaya memahami watak pelaku, pembaca dapat menelaahnya lewat: (1) Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya (2) Gambaran yang diberikan pengarang lewat kehidupannya maupun caranya berpakaian, (3) Menunjukkan bagaimana perilakunya,

gambaran

lingkungan

(4) Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri, (5) Memahami bagaimana jalan pikirannya, (6) Melihat bagaimana tokoh lain berbincang tentangnya, (7) Melihat bagaimana tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya, dan (8) Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya.  Contoh Tokoh dan penokohan : Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen Cinta Terakhir Pangeran Genji, yaitu: 1. Tokoh Utamanya, yaitu Pangeran Genji . Ia merupakn tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian. 2. Tokoh Tambahannya, yaitu Putri Desa Bunga Rontok, Murasaki (putrid Violet), Putri Istana Barat, Perempan Desa, Ratu (Istri Ayahandanya), Putri Biru, Sang utusan, Pelayan Putri Bunga Rontok, Putri Paviliun Volubilis, Putri Jangkerik Kebun, Putri Malam Panjang, dan 3 sahabat Pangerang Genji. Mereka merupakan tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang cerita. 3. Tokoh protagonisnya, yaitu Pangeran Genji. Ia merupakan tokoh yang baik dan pembangun alur dalam cerita. 4. Tokoh antagonisnya, yaitu Putri Desa Bunga Rontok. Ia merupakan tokoh yang berlawanan karakter dan kehendak dengan tokoh protagonis. Penokohan dalam cerpen Cinta Terakhir Pangeran Genji menggunakan dua cara pelukisan, yaitu secara langsung atau deskriptif/analitik dan secara tidak langsung/dramatik, yang masing-masing dapat dibagi sebagai berikut: 1.

Pangeran Genji, seorang lelaki yang pandai, keras kepala, penakluk wanita, putus asa, pilih kasih, dan bernafsu tinggi terhadap perempuan. Kepandaiannya ia tunjukan dalam bersyair dan menulis kaligrafi. Keras kepalanya ia tunjukan pada saat selalu menolak untuk bertemu dengan keluarga dan teman-temannya karena ia tidak mau dikasihani dengan keadaannya yang semakin memprihatinkan. Ia juga merupakan penakluk wanita, hal ini dapat ditunjukkan ketika ia berhasil merayu dan menjadikan para wanita-wanita cantik menjadi istrinya, bahkan ia juga dapat menaklukan hati ibu tirinya. Keputusasaannya ia tunjukan pada saat ia menyerah pada semua kemewahannya karena usianya yang telah lanjut dan ia lebih memilih tinggal sendiri di rumah kecil yang dibangun di lereng gunung. Sifat pilih kasihnya ia tunjukan pada istri-istrinya. Ia lebih sering mengunjungi istri-istrinya yang cantik dari pada mengunjungi Putri Desa Bunga Rontok. Serta, sifat nafsu tingginya ia tunjukan ketika ia masih mau meniduri Putri Desa Bunga Rontok di rumah kecilnya walaupun dengan usianya yang sudah lanjut.

2. Plot/Alur Plot/Alur merupakan unsur cerita fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menanggapinya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur cerita fiksi yang lain. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 113) mengemukakan bahwa Plot / Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Penampilan peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada urusan waktu saja belum merupakaan Plot. Agar menjadi sebuah Plot, peristiwaperistiwa ini haruslah diolah dan disiasati secara kreatif, sehingga hasil pengolahan dan penyiasatannya itu sendiri merupakan suatu yang indah dan menarik, khususnya dalam kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan. Setiap cerita mempun yai plot yang merupakan satu kesatuan tindak. Menurut Nurgiyantoro (2005 : 153-163) plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda berdasarkan sudut-sudut tinjauan dan kriteria yaitu : a)

Berdasarkan kriteria urutan waktu

Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan. Macam-macam plot berdasarkan urutan waktu yaitu :    b)

Plot maju atau lurus Plot sorot balik Plot campuran Berdasarkan kriteria jumlah

Dengan kriteria jumlah dimaksudkan sebagai banyaknya plot cerita yang terdapat dalam sebuah karya fiksi. Macam-macam plot berdasarkan kriteria jumlah yaitu :   c)

Plot tunggal Plot sub-sub plot Berdasarkan kriteria kepadatan

Dengan kepadatan dimaksudkan sebagai padat atau tidaknya pengembangan dan perkembangan cerita kriteria kedapatan yaitu :  

Plot padat Plot longgar

d)

Berdasarkan kriteria isi

Dengan isi dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah kecenderungan masalah, yang diungkapkan dalam cerita. Jadi, sebenarnya, ia lebih merupakan isi cerita itu sendiri secara keseluruhan dari pada sekedar urusan plot. Jenis-jenisnya antara lain:   

Plot peruntungan Plot tokohan Plot pemikiran

Loban dkk (dalam Aminuddin 1987 : 84 – 85) menggambarkan gerak tahapan alur cerita seperti halnya gelombang-gelombang itu berawal dari : (1) ekposisi, (2) komplikasi, atau intrik-intrik awal yang akan berkembang menjadi konflik hingga menjadi konflik, (3) klimaks, (4) relevasi atau penyikatan tabir suatu problema, dan (5) denovement atau penyelesaian yang membahagiakan, yang dibedakan dengan catastrophe, yakni penyelesaian yang menyedihkan ; dan solution yakni penyelesaian yang masih bersifat terbuka karena pembaca sendirilah yang dipersilakan menyelesaikan lewat daya imajinasinya. 



Berikut ini contoh alur dari cerpen "Rindu Banjir" yang dimuat di Majalah Ummi edisi Februari 2010. Contoh Alur: Salmah selalu merindukan datangnya banjir. Salmah mendapatkan haid pertama saat musim banjir tiba. Emak melarang Salmah bermain sama anak laki-laki. Marlan, sahabat baik Salmah, kaget dengan perubahan sikap Salmah. Contoh plot dalam cerpen "Rindu Banjir" : Salmah mendapatkan haid pertamanya bersamaan dengan datangnya banjir sehingga Emak melarang Salmah bergaul dengan laki-laki termasuk main hujan dan bersampan dengan Marlan. Karena sekarang dia sudah gadis dewasa yang harus menjaga adab pergaulan. Keinginan Salmah untuk main sampan selama banjir sirna dengan adanya larangan Emak. Salmah dikurung di rumah selama haid dan tak boleh ke mana-mana. Marlan, sahabat baik Salmah, heran dengan perubahan sikap Salmah yang terkesan menjauhinya. Sikap Salmah menjadi dingin kepada Marlan, dan Marlan pun akhirnya menjauhinya.

3. Latar / Setting Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 216) setting atau latar disebut juga sebagai landas tumpu, mengarah pada pengertian tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Unsur latar setting atau dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu: (1) Latar tempat adalah menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. (2) Latar waktu adalah latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. (3) Latar sosial adalah latar yang menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2005 : 227-233). 4. Tema Hartoko dan Rahmanto (dalam Nurgiyantoro, 2005:68), tema merupakan gagasan dasar yang merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung didalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Sedangkan menurut Aminuddin (1987 : 91), untuk memahami tema, pembaca terlebih dahulu harus memahami unsur-unsur signifikasi yang membangun suatu cerita menyimpulkan makna yang dikandungnya, serta mampu menghubungkannya dengan tujuan penciptaan pengarangnya. Menurut Aminuddin (1987 : 92). Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah-langkah berikut : 1)

Memahami setting dalam prosa yang dibaca.

2) Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca 3) Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca 4)

Memahami plot ataau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca

5) Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan lainnya yang disimpulkan dari satuan –satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita 6)

Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang ditampilkan

7) Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya denan bertolak dari satuan pokok serta sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan 8) Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang diharapkan ide dasar cerita yang dipaparkan yang pengarangnya.



Contoh Tema dalam Novel “ Hafalan Sholat Delisa – Tere Liye ’’ Tema : Perjuangan dan Ketegaran Delisa dalam menghafal bacaan sholat.

5. Gaya Aminuddin (1987:76) menerangkan bahwa gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya lewat media bahasa yang indah dan harmonis meliputi aspek-aspek : (1) pengarang, (2) ekspresi, (3) gaya bahasa. Sebab itulah ada pendapat yang menjelaskan bahwa gaya adalah orangnya atau pengarangnya karena lewat gaya kita dapat mengenal bagaimana sikap dan endapan pengetahuan, pengalaman dan gagasan pengarannya. Gaya erat kaitannya dengan ekspresi karena jika gaya adalah cara dan alat seorang pengarang untuk mewujudkan gagasannya, maka ekspresi adalah proses atau kegiatan perwujuadan itu sendiri. Sebab itulah gaya dapat juga disebut sebagai cara, teknik maupun bentuk pengekspresian suatu gagasan. 6. Sudut Pandang (Point Of View) Menurut Booth (dalam Nurgiyantoro, 2005:249) sudut pandang (point of view) merupakan teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca. Sedangkan menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:248) Point of view adalah cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya sastra. 1)

Pengarang sebagai tokoh cerita

Pengarang bercerita tentang keseluruhan kejadian atau peristiwa terutama yang menyangkut diri tokoh. Tokoh utama sebagai pemapar cerita pada umumnya mempunyai kesempatan yang luas untuk menguraikan dan menjelaskan tentang dirinya, perasaannya dan pikirannya. 2)

Pengarang sebagai tokoh sampingan

Orang yang bercerita dalam hal ini adalah seorang tokoh sampingan yang mencerikan peristiwa yang bertalian, terutama dengan tokoh utama cerita. Sesekali peristiwa itu juga menyangkut tentang dirinya sebagai pencerita.

3)

Pengarang sebagai orang ketiga (pengamat)

Pengarang sebagai orang ketiga yang berada di luar cerita bertindak sebagai pengamat sekaligus sebagai narator yang menjelaskan peristiwa yang bersangkutan serta suasana perasaan dan pikiran para pelaku cerita. 4)

Pengarang sebagai pemain dan narator

Pemain yang bertindak sebagai pelaku utama cerita dan sekaligus sebagai narator yang menceritakan tentang orang lain di samping tentang dirinya, biasanya keluar masuk cerita, suatu ketika ia terlibat dalam cerita, tetapi ketika yang lain, ia bertindak sebagai pengamat yang berada di luar cerita. 

Contoh sudut pandang

Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut yaitu sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama tokoh-tokoh pemeran dalam novel tersebut, dimana seakan-akan pengarang begitu mengerti perasaan yang dialami tokoh dalam cerita. Kutipan : “Ummi Salamah terpana. Ya Allah, kalimat itu sungguh indah. Ya Allah… kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika

7. Amanat Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat utama harus merujuk pada tema. Pesan moral lainnya dapat ditemukan tersebar dalam cerita. 

Amanat yang dapat diambil dari novel “Hafalan Sholat Delisa” yaitu Apabila kita memiliki kemauan pasti ada jalannya. Namun apabila kita ingin mencapai suatu harapan hanya untuk sebuah imbalan itu percuma, karena hal yang kita lakukan tersebut tidak berasal dari hati kita sendiri tapi berasal dari nafsu kita untuk mendapat imbalan tersebut. Sebaiknya kita melakukan apapun sesuai dengan hati kita, jangan pernah mengharapkan suatu imbalan apapun terhadap perkejaan atau suatu harapan yang kita inginkan. Dan sebaiknya kita juga melakukan apapun dengan hati yang lapang dan ikhlas. Kehidupan dan Kematian memang kehendak dari Allah SWT. Kehidupan yang kekal yakni bKehidupan akhirat. Kenikmatan akan diberikan pada setiap hamba yang beramal sholeh dan siksaan dan kepedihan hanyalah untuk hamba yang ingkar. Maka hendaknya kita memanfaatkan kehidupan kita di dunia hanyalah untuk beribadah pada Allah. Tanamkan sikap zuhud dan senaantiasa beramal sholeh. Hidup untuk Yang Maha Hidup.

B. Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik menurut Nurgiyantoro (2005 : 23) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun atau sistem organisme karya sastra. Atau, dapat dikatakan sebagai unsurunsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walaupun demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Wellek dan Werren (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 24) mengatakan bahwa unsur ekstrinsik terdiri dari sejumlah unsur antara lain : 1) Biografi Pengarang, Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup dapat mempengaruhi karya tulisnya dengan kata lain pengarang juga akan turut menentukan corak karya yang dihasilkannya. 2) Psikologi,Psikologi baik yang berupa psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifinya), psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya dapat mempengaruhi sebuah karya fiksi. 3) Keadaan Lingkungan Pengarang, Keadaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya sastra. 4) Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni yang lain dapat mempengaruhi terhadap karya sastra. 

Contoh Unsur Ekntrinsik :.

1. Latar Belakang Penulis “Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis Indonesia yang diambil dari bahasa India dengan arti : untukmu. Tere-Liye Lahir pada tanggal 21 Mei 1979 dan telah menghasilkan 14 buah novel.Nama asli dari pengarang ini adalah Darwis ,yang beristrikan Riski Amelia, dan seorang ayah dari Abdullah Pasai.Lahir dan besar di pedalaman Sumatera, berasal dari keluarga petani, anak keenam dari tujuh bersaudara.Riwayat pendidikannya antara lain, SDN 2 Kikim Timur Sumatera Selatan, SMPN 2 Kikim Timur Sumsel,SMUN 9 Bandar Lampung,Fakultas Ekonomi UI.Profesinya sekarang sebagai penulis dan sebagai pemateri dalam forum diskusi.Berkat dari kerja kerasnya itu membuat novel nya itu sampai ke pasaran Internasional,oleh sebab itu ia dijuluki sebagai novelis terbaik Indonesia. Novelnya ada yang sampai ke mancanegara yang diterjemahkan dalam bahasa inggris.Karya-karyanya yang telah dipublikasikan antara lain berjudul Daun yg Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Pukat, Burlian,Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, Ayahku bukan Pembohong,The Gogons Series: James & Incridible, Bidadari-Bidadari Surga, Sang Penandai, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu, Mimpi-Mimpi Si Patah Hati, Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur, Senja Bersama Rosie, dan ELIANA

serial anak-anak mamak.Semua dari karya-karyanya itu mendapatkan tanggapan positif dari setiap pembaca. Hampir semua dari novel-novelnya itu menjadi best seller. Dibandingkan dengan novel sesudah maupun sebelumnya,novel Hafalan Shalat Delisa ini lebih memberikan wawasan yang banyak terutama mengenai ibadah seperti menjaga kekhusyukan dalam shalat. Pada novel ini penulis memakai bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca,berbeda dengan novelnya yang berjudul Ayahku Bukan Pembohong,yang banyak menggunakan kata-kata kiasan dan juga majas-majas yang sulit dipahami bagi pembaca terutama bagi pembaca pemula.Novel Hafalan Shalat Delisa lebih banyak problema yang terjadi tidak hanya terfokus pada satu permasalahan saja dan semua nya itu dipecahkan atau diselesaikan dengan bijaksana,sedangkan pada novel Ayahku Bukan Pembohong hanya terfokus pada satu permasalahan yaitu hanya terfokus pada kebohongan ayahnya dan penyelesaian dari permasahannya itu juga kurang memuaskan .Novel Hafalan Delisa itu juga membuat pembaca sangat terharu olehnya,karena semagat hidup dari Delisa,hal itu memotivasi para pembaca untuk selalu semangat dalam melawan kehidupan dan tak mengenal putus asa. Novel Hafalan Shalat Delisa ini mengangkat cerita mengenai anugerah dibalik keikhlasan.Kita dapat melihat dari keikhlasan yang dimiliki Delisa ketika menghafal hafalan shalat,ikhlas menerima keadaan nya setelah tsumani seperti kaki yang teramputasi,dan ikhlas menerima kepergian Umi Salamah. Novel ini sangat bagus bagi pembacanya,karena membuat emosi kita ikut dalam setiap yang dirasakannya.Novel ini ditulis dengan bahasa yang sederhana namun menyentuh hati pembaca.Bukti-bukti yang diberikan pada setiap kejadian membuat kisah-kisah ini seperti nyata.Bagian yang berkesan yaitu ketika pengambilan nilai praktek shalat Delisa sekaligus pada saat itu terjadinya tsunami (Pada Bab yang berjudul 26 Desember 2004 itu !),dan ketika penggambaran bagaimana Delisa terjepit oleh sela-sela semak belukar (halaman 112) karena pada bagian ini pembaca dapat menggambarkan seperti apa kejadian ketika tsunami itu.Dan tokoh-tokoh pendukung dari bab itu membuat suasana menjadi hidup. Tere-liye ingin menyebarkan pemahaman bahwa HIDUP INI SEDERHANA melalui tulisannya. Berikut sedikit kutipan dari pojok “biografi” salah satu novelnya, yang sangat berkesan di hati saya (selaku pembaca) : “Bekerja keras, namun selalu merasa cukup, mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa bersyukur dan berterima-kasih maka tereliye percaya, sejatinya kita sudah menggenggam kebahagiaan hidup ini” Nilai yang terkandung:

1. Budaya Budaya yang ada di dalam novel ini adalah ketika semua anak Ummi Salamah telah lulus dalam hafalan membaca shalatnya maka sebagai hadiahnya, Ummi membelikan sebuah kalung sebagai hadiahnya. Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut :”Delisa boleh pilih kalungnya sendiri, kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau, seperti punya Kak Aisyah!” (Hal 17) 2. Agama Dalam novel ini nilai agama yang terkandung sangat kuat, karena semua anakanak Ummi Salamah diwajibkan menghafal bacaannya shalatnya dan diwajibkan untuk shalat sesuai dengan waktunya. Semua anak Ummi Salamah belajar mengaji di TPA bersama Ustadz Rahman. Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut :” Delisa bangun, sayang… Shubuh!” (Hal 2) 3. Moral Di gambarkan nilai-nilai moral yang sangat kental. Kita dapat menganalisi dari keadaan sosial dan kegiatan masyarakat di daerah tersebut. Sangat sopan dan juga sangat mengutamakan nilai-nilai agama dan budaya islam. 4. Sosial Banyak sekali nilai sosial yang tertoreh pada novel ini, sebagai contoh kebersamaan seorang ibu yang menyayangi ke-4 anaknya dengan sabar. Walau dalam keluarganya tersebut tidak hadirnya seorang ayah. Namun keluarga tersebut dapat hidup sejahtera dan tentram. 5. Realita Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang tua yang kurang peduli dengan nilai keagamaan anaknya. Kita juga dapat melihat sekitar kita, banyak anak-anak yang kurang peduli dengan kegiatan keagamaannya seperti contoh kurang minat untuk menghafalkan doa-doa sholat dan membaca Al-Quran. Hafalan Sholat Delisa sangat baik untuk di terapkan dalam kehidupan beragama dan berkeluarga.

1. Situasi Masyarakat Situasi masyarakat saat penulisan novel ini yaitu tepat pada peristiwa Tsunami di Banda Aceh tertanggal 26 Desember 2004.

BAB III PENUTUP A. Simpulan Pendekatan intrinsik mencoba menjelaskan fungsi dan keterkaitan elemen (unsur) atau peralatan itu tanpa menghubungkannya dengan faktor di luar itu, seperti biografi pengarang, latar belakang penciptaan, atau keadaan dan pengaruh karya sastra kepada pembacanya. Unsur intrinsik menurut Nurgiyantoro (2005 : 23) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur-unsur intrinsikfiksi adalah sudut pandang, gaya bahasa, alur, penokohan, latar, tema dan amanat.Sumber: Unsur ekstrinsik menurut Nurgiyantoro (2005 : 23) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun atau sistem organisme karya sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. B. Saran Dengan ditulisnya makalah ini, selain menambah wawasan bagi Pembaca juga diharapkan kepada kita agar mengetahui apa saja unsur intrinsik fiksi.

DAFTAR PUSTAKA Aminuddin, 1987. Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: IKIP Malang. Mahayana, S. Maman. 2006. Bermain Dengan Cerpen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nurgiyantoro, Burhan. 2005, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta. PN. Gajah Mada Press. Teew. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teiri Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

LAMPIRAN 1.Apakah ada perbedaan antara penokohan dan perwatakan dan bagaiamma saja gaya bahssa yang digunak an pengarsng dalam membust suatu karya prmsa iksi? (Ade Yustina) Jawaban: Penokohan dan perwatakan sama saja, perbedaan terletak pada tokoh. Penokohan dan perwatakan merupakan cara pengarang mengungkspkan karakteristik atau karakter tokoh dalam cenita Kemudian, berbicara tentang gaya bahasa, gaya bahasa adalah cara penguang mengungkapkan pikiran dan per asaan serta mewakili keprib adiannya melalui pemakaisn bahasa yang khas. Contoh simpatik, empati, dsb. 2 Apa yang dimaksud aliran sastra dalam unsur ekstrinsik prosa fiksi? (Ilham) Jawaban: Salah satu unsur ektrinsik prosa Skai yaitu latar belakang pengarang. Latar belak ang pen garsng bis a mengikuti pemaham an kita terhadap sejarsh hidup dan juga sejar ah hasil karan gan -karang an sebelumnya Latar belakang pengarang ini terdi ri stas tiga bagian. Salah satunya aliran sastra Saorang penulis pasti akan mengikuti aliran ssstra tertenru. Ini sang at bempeng aruh dalam gaya panulissn yang dipakai penulis dalann menciptakan sebuah kaya Aliran tersebut bergantung selera pengarang. Seperti aliran idealisme, romantisne dsb 3.Apabila salah sane unsx ekatrinsik tidai ada apak ah maih bisa dikatakan karya prosa fksi? Nita Adiyanti) Jawaban: Terd apat tiga unsur ekstrinsik dalam poss ikai yaitu Nilsi nilai dalsm ceita (agama, budaya politik ekonormi). latar belakang biasanya kehidupan pengaran dan . situasi i soaial ketika cerita in diciptakan. Ketiga unsur ini pasti ada dalam sebuah Karya prosa fiksi sperti doel Ayat ayat Cis emuarya meneandiung ketiga unsur ini

Related Documents


More Documents from "Itseed Corca"