When You Not Look At Me 2

  • Uploaded by: ageha
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View When You Not Look At Me 2 as PDF for free.

More details

  • Words: 854
  • Pages: 3
Fuji membuka matanya perlahan, yang pertama dilihatnya adalah bahwa didalam kamar sekarang sudah gelap. Dia bangkit dari tempat tidur sambil mengosok matanya lalu menengok ke kiri dan kanan, mencari seseorang. Tezuka? gumannya. Tidak ada. Fuji menyisir rambut coklatnya dengan tangan. Yah, dia mungkin ada di lantai bawah... ah, jam berapa sekarang? Fuji mengecek arlojinya dengan bantuan temaram cahaya bulan yang menyusup lewat jendela. Jam tujuh malam. Tidak masalah, belum terlalu malam. Yang perlu dia lakukan cuma dia harus pulang sekarang. Fuji menatap kursi tempat Tezuka duduk tadi siang. Masih segar diingatannya dimana Tezuka duduk membelakanginya, sibuk mengerjakan tugasnya dengan serius. Fuji tersenyum. Ya, dia bisa memandanginya berjam jam tanpa bosan sambil berbaring di tempat tidur itu. Selalu dan selalu hanya memandang punggung Tezuka. Fuji berdiri dari tempat tidur itu dan berjalan menuju kursi itu lalu menyentuhnya. Dingin. Mungkin sudah berjam jam dari sejak Tezuka meninggalkannya. Fuji duduk bersandar di sana, mendongak memandang langit langit kamar, lalu memejamkan matanya sambil tersenyum. Tezuka, kira kira apa jawabanmu kalau aku bilang aku menyukaimu? Pikiran itu membuat Fuji tertawa kecil. Mungkin Tezuka hanya akan menatapnya dengan kaget sebelum kembali ke ekspresi kakunya yang biasa. Lalu kemungkinan terbesar adalah dia tidak akan mengatakan apa apa. Fuji menopang dagunya di meja, berusaha mengingat ingat awal dia mulai menyukai Tezuka. Cowok berambut coklat , dengan warna mata senada yang ditutup kacamata oval. Serius, tegas, dingin, dan kaku. Fuji terkekeh kecil, tapi justru sikapnya itu yang menarik. Mereka sudah jadi teman dekat dari saat masih di Seigaku. Satu kelas dan satu klub, masih ditambah dengan adanya turnamen tenis dan kegiatan luar. Fuji menghela napas sekali. Karena itulah, entah sejak kapan mulai terbiasa dengan adanya Tezuka. Tezuka menyukaiku atau tidak, tidak masalah. Karena kupikir bisa berada disampingnya saja sudah cukup. Fuji tersenyum, ya, sampai hari itu tiba. Kira kira setengah tahun yang lalu, atau kurang, entahlah tidak ingat tepatnya, Tezuka memperkenalkan Fuji pada seorang cewek berambut hitam panjang dengan kulit putih yang indah. Natsumi Amamiya. Cantik, manis, lembut, seorang yamato nadeshiko sejati yang cocok untuk Tezuka. Yah, kebetulan dia juga adalah tunangan Tezuka.

Keluarga Tezuka adalah keluarga tua yang masih memegang teguh tradisi. Jadi perjodohan seperti itu bukan hal yang aneh. Fuji menghela napas lalu tersenyum kalem. Ah ya, saat kejadian itu dia juga tersenyum. Dia harus tetap tersenyum, mengenakan topeng yang selalu dia pakai. Tidak ada yang boleh tahu perasaannya yang sebenarnya, pikirannya, terutama Tezu. Supaya mereka tetap bisa menjadi teman. Fuji mengelengkan kepalanya, kupikir sekarang sudah saatnya buatku untuk menyerah. Fuji bangkit dari kursi dan memungut tas sekolahnya yang dia letakkan diatas lantai. Lebih baik dia pulang sekarang. KRIIING!! Ah, Fuji menatap tasnya, hpnya berbunyi. Dengan cepat dia merogoh tas sekolahnya dan mengambil hp flip birunya lalu membaca nama yang tertera di sana. Ichiru Akihiko. Fuji tersenyum, lalu mengangkatnya. “Ya, halo? Ichi-kun?” Tezuka mendongak dari bawah tangga saat dia menatap Fuji yang berjalan turun. Fuji menatapnya sambil tersenyum kalem. Senyumnya yang biasa. “Maaf, aku ketiduran.” Kata Fuji. “Sudah malam, kamu mau ikut makan malam?” tanya Tezuka. “Hm...” Fuji berpikir sebentar, “Tidak, kali ini maaf aku tidak bisa.” Katanya lagi, “Hari ini Yuuta pulang ke rumah, jadi...” Tezuka langsung paham. Yuuta pulang ke rumah. Fuji pasti senang, karena dia sayang sama adik laki lakinya itu... dan suka sekali mengerjainya. “Kamu mau pulang sekarang?” tanya Tezuka. Fuji tersenyum, “Titip salam untuk ayah dan ibumu.” Tezuka menghela napas sekali, “Biar kuantar sampai luar.” Katanya. Tanpa bicara lagi Tezuka dan Fuji keluar dari rumah. Udara diluar dingin sekali sama sekali tidak sesuai dengan udara hangat di dalam rumah yang dilengkapi dengan pemanas ruangan. Fuji memasukkan tangannya ke saku mantel putihnya, sementara uap dingin keluar dari bibirnya saat dia bernafas. Sialnya hari ini mungkin adalah yang terdingin selama di musim dingin di tahun ini. Jalanan di depan rumah Tezuka lumayan sepi. Tidak banyak orang yang mau lalu lalang di tengah musim dingin begini, apalagi setelah matahari cukup lama tenggelam.

Lampu jalanan berkedip sedikit waktu Fuji melewati depan pagar, sementara bulan bulat penuh bertengger dengan tinggi di langit malam. “Kuantar sampai stasiun?” tanya Tezuka. Fuji tertawa, “Aku ini bukan perempuan.” Katanya, “Jangan terlalu cemas. Lagipula...” “SENPAAI!!” Seseorang berteriak. Tezuka dan Fuji refleks langsung menoleh ke arah cowok berambut abu abu tua dengan jaket hitam berlari mendekat sambil melambaikan tangannya. Tezuka langsung menyadari dia sebagai cowok yang memanggil Fuji keluar tadi siang. Kohai dari klub judo. Cowok itu berhenti tepat di depan Fuji sambil terengah engah. “Ichi-kun, cepat sekali.” Kata Fuji sambil tersenyum menatapnya. “Fu-Fuji sen-senpai.” Katanya sambil terengah, “Kon-banwa.” Fuji tertawa pelan agak geli, padahal tadi ditelepon saat Ichi-kun bertanya dia dimana, dia cuma iseng bertanya apa Ichi mau menjemputnya di rumah Tezuka. Yah sudahlah, Fuji menatap Tezuka, malah kebetulan. “Biar kukenalkan.” Kata Fuji sambil tersenyum kalem, “Ichi-kun, ini Kunimitsu Tezuka, ketua klub tenis.” Ichi-kun menanggukkan kepalanya dengan sopan. Dari sejak dia kelas satu dia sudah tahu dengan jelas siapa cowok di depannya ini. Tidak perlu ditanyakan lagi seberapa terkenalnya Tezuka dimata para kohai. Dia adalah kebanggaan dari sekolah itu dan merupakan sebuah contoh dari laki laki sempurna yang wajib ditiru. “Tezuka,” Fuji menoleh pada Tezuka, “Dia Ichiru Akihiko.” Fuji berhenti sebentar. “Pacarku.” Katanya sambil tersenyum kalem.

Related Documents


More Documents from ""

Shiva 1
June 2020 19
Shiva 5
June 2020 16
Shiva 9
June 2020 16
Shiva 6
June 2020 9
Shiva 8
June 2020 14