BRAAAK!!! Wind membentur tembok dengan keras waktu Flame menerjangnya dengan marah begitu mendengar kata katanya. “Dia nggak mungkin mati!” bentak Flame sambil mencengkram kerah baju Wind, “Jaga bicaramu! Dia nggak mungkin mati!” Wind mengernyit kesakitan. Terjangan Flame dan terbenturnya dia ke tembok nggak main main sakitnya. Wind menyeringai, tapi reaksinya persis sama yang sudah dia kira. Hehehe, menarik sekali. “DIA NGGAK MUNG...!!” “Lalu,” Wind membuka mulutnya untuk bicara, “Kenapa kamu marah?” tanyanya Flame tersentak. “Dia rivalmu kan?” tanya Wind lagi sambil menatap Flame dengan bola mata abu abunya, “Harusnya kamu senang, kan, kalau dia mati?” Flame melepaskan tangannya dari baju Wind. Bibirnya menganga sementara matanya menatap Wind dengan kosong. Kata kata Wind menusuk tepat ke jantungnya. Wind menatapnya, menyeringai. Lalu sambil menatap Flame yang terguncang dia mulai menembakkan panah final kata katanya, “Bukannya kamu benci Aqua, Flame?” Flame menatap Wind ternganga. Benar... bukannya dia benci Aqua? Tapi kenapa dia tidak ingin Aqua mati? Bukannya harusnya aku malah senang kalau si sok tahu yang sangat menyebalkan itu mati? Kenapa? “Kenapa?” tanya Flame pada Wind. Aura panas keluar dari tubuhnya, menandakan bahwa moodnya jelek. Kalau mau jujur, otaknya sekarang dipenuhi dengan pertanyaan pertanyaan yang bergelung ruwet, tanpa bisa menemukan jawaban yang membuatnya puas. Dan dia paling benci berpikir! Otaknya jadi terasa panas dan itu bukan hal yang menyenangkan. “Kenapa apa?” tanya Wind pada Flame. “KENAPA aku nggak senang kalau dia mati? KENAPA kepalaku penuh dengan dia! KENAPA...”, Flame menunjuk dadanya, “rasanya sakit di sini waktu aku membayangkan dia mati?? KENAPA??” Teriak Flame dalam satu tarikan napas. Wind menatap Flame seakan makhluk di depannya adalah makhluk teridiot di dunia yang pernah ada. Dia bahkan bilang kalau dadanya sakit. Sudah punya jawaban sejelas itu masih bertanya. Benar benar idiot.
“Kenapa? JAWAB!!” tuntut Flame ke Wind, “Kamu tahu jawabannya, kan! Aku tahu kalau kamu tahu! Jadi KASIH TAHU aku sekarang!!” Flame memandang Wind lurus. Mata merahnya menatap Wind menuntut jawaban. Wind menganga menatap Flame lalu mulai tertawa terbahak bahak sambil memukulkan tangannya dinding. Hahaha! Lucu sekali! Dia lucu sekali! Si idiot itu! “HEI!! Jangan tertawa!!” Bentak Flame lagi dengan muka merah padam, “ Kasih tahu aku!” “WIIIIND!!!” Suara Shii terdengar. Wind dan Flame langsung menoleh ke arah Shii yang berlari ke arah mereka sambil tertawa. “ADA!” kata Shii, “Di TV!” Baik Wind atau Flame dua duanya mengerutkan kening. Ada di TV? Siapa? Shii mengerem larinya tepat di depan mereka berdua dan menatap mereka dengan mata berbinar binar, “Ada!! Ada caranya!!” katanya, “Aku kasi tahu Terra!! Ada caranya!!” Wind menatap Shii lalu tersenyum, “Shii.” Katanya sabar, “Pelan pelan. Tarik napas. Nah,” Kata Wind kalem, “Ada apa sebenarnya?” “Ada cara untuk menolong Aqua!” kata Shii, “Dia bisa sembuh! HOREEE!!!” Shii menjerit jerit senang sambil melompat lompat gembira. “Oh.” kata Wind singkat sementara Flame malah bengong. “Iyaa!!” kata Shii ceria, “Benda ketiga!! Ketemu!” “Benda ketiga?!”, tanya Flame akhirnya bisa bicara. “Benda Raja?! Di mana?” “Di TV.” Jawab Shii lurus tanpa ragu memandang keduanya dengan matanya yang bulat dan polos. “HAA???” Flame menatap Shii seakan dia gila. Di TV? “Terra tunggu di ruang keluarga! Ayo, ayo!!” kata Shii sambil menarik tangan Wind. “Iya, iya.” Kata Wind sambil tertawa geli, “Ah ya, ngomong ngomong kalau ke ruang keluarga jalannya bukan ke sana lho, Shii.” Shii dan Flame berhenti ditempat, duo raja nyasar itu sekarang menoleh menatap Wind, menatapnya memohon pertolongan.
Wind memutar bola matanya, “Biar aku antar kalian.” Kata Wind kalem. “Tunggu!!” Flame teringat percakapannya dengan Wind, “Jawab dulu pertanyaanku tadi, Wind!” katanya, “Kenapa aku...?” Wind menatap Flame lalu menjentik dahi Flame dengan jarinya, memotong kata katanya, “Cari sendiri jawabannya, idiot. Apa asyiknya kalau kuberitahu.” Katanya. Flame mengernyitkan dahi, berusaha mencerna kata kata Wind. Cari? Dimana? Wind berbalik menoleh ke Shii, “Ayo pergi, Shii.” Katanya sambil mengandeng Shii. Wind tersenyum dan menyeringai sekaligus. Dasar Idiot, mana mungkin aku kasih tahu semudah itu dan membiarkan kisah cintamu berakhir indah. “Wind, kenapa?” tanya Shii mendongak menatap Wind. “Kamu kelihatan sangat senang.” Kata Shii lagi. Mata polosnya menatap Wind, heran. Wind tersenyum pada Shii dan mengelus kepalanya, “Memang ada hal yang menyenangkan kok.” katanya. Di dunia ini mana ada yang seenak itu, Flame. Aku akan menikmati melihatmu menderita. Karena keidiotanmu itu sendiri. “HEI, Wind tunggu!!” teriak Flame bergegas menyusul keduanya, “Aku harus cari jawabannya dimana?!”