Waham Bunzi.docx

  • Uploaded by: desichristinsaragih
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Waham Bunzi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,699
  • Pages: 19
Waham A. Definisi Menurut (Depkes RI, 2000), waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terusmenerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2006). Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010). B. Jenis/Macam Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011) yaitu : Jenis Waham

Pengertian

Waham Kebesaran

Keyakinan secara berlebihan “ Saya ini pejabat di bahwa

Perilaku Klien

dirinya

memiliki kementrian Semarang!”

kekuatan

khusus

kelebihan

yang

atau berbeda

dengan orang lain, diucapkan

“Saya punya perusahaan paling besar lho”.

berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

Waham Agama

Keyakinan agama

terhadap

secara

diucapkan

suatu “ Saya adalah Tuhan

berlebihan, yang bisa menguasai dan

berulang-ulang mengendalikan

tetapi tidak sesuai dengan makhluk”. kenyataan.

semua

Waham Curiga

Keyakinan

seseorang

atau “ Saya tahu mereka mau

sekelompok orang yang mau menghancurkan merugikan atau mencederai karena

iri

saya, dengan

dirinya, diucapkan berulang- kesuksesan saya” ulang

tetapi

tidak

sesuai

dengan kenyataan

Waham Somatik

Keyakinan seseorang bahwa “

Saya

menderita

tubuh atau sebagian tubuhnya kanker”. Padahal hasil terserang penyakit, diucapkan pemeriksaan berulang-ulang tetapi tidak ada sesuai dengan kenyataan.

Waham Nihlistik

sel

lab

tidak

kanker

pada

tubuhnya.”

Keyakinan seseorang bahwa “ Ini saya berada di alam dirinya

sudah

meninggal kubur ya, semua yang

dunia, diucapkan berulang- ada disini adalah rohulang

tetapi

tidak

sesuai rohnya.”

dengan kenyataan.

C. Tanda dan Gejala Terdapat beberapa manifestasi pasien waham menurut para ahli, beberapa pendapat tersebut diuraikan sebagai berikut:

A. Menurut Kusumawati, (2010) yaitu : 1) Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial). 2) Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi.

3) Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen. 4) Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia. 5) Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah. 6) Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi. B. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu : 1) Terbiasa menolak makan 2) Tidak ada perhatian pada perawatan diri 3) Ekspresi wajah sedih dan ketakutan 4) Gerakan tidak terkontrol 5) Mudah tersinggung 6) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan 7) Menghindar dari orang lain 8) Mendominasi pembicaraan 9) Berbicara kasar 10) Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

D. Fase Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu : 1. Fase of human need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang

salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi. 2. Fase lack of self esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. 3. Fase control internal external Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain. 4.

Fase envinment support Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5.

Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial). 6.

Fase improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

E. Psikopatologi / Proses Terjadinya Masalah Kerusakan komunikasi verbal

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Faktor pencetus: Perubahan isi piker: WAHAM

Isolasi sosial

1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan. 2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal 3. Adanya gejala pemicu

Gang. Konsep diri: Harga diri rendah Faktor penyebab: 1. Genetis Gang. Interaksi social: Menarik diri

2. Neurobiologis 3. Neurotransmiter 4. Virus 5. Psikologis

Koping individu inefektif

F. Pemeriksaan dan Pengkajian 

Faktor predisposisi 1) Faktor Perkembangan Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif. 2) Faktor Sosial Budaya Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham. 3) Faktor Psikologis Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan. 4) Faktor Biologis Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic. 5) Faktor Genetik



Faktor presipitasi 1) Biologis Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses imformasi dan abnormalisasi yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk menanggapi rangsangan. 2) Stres Lingkungan

Secara biologis menetapakan ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi denga stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku. 3) Pemicu Gejala Terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif yang berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan prilaku individu seperti gizi buruk, kurang tidur, infeksi, kelebihan rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, gangguan dalan berhubungan interpersonal, kesepian, kemiskinan, tekanan pekerjaan dan sebagainya. 4) Stressor Sosial-Budaya Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok. 5) Faktor Biokimia Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita 6) Faktor Psikologi Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata. Perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap perilaku berikut ini: a.

Waham kebesaran. Meyakini bahwa ia meimiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak seusuai kenyataan. Contoh : “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho.” Atau “Saya punya tambang emas”.

b.

Waham curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak

sesuai kenyataan. Contoh: “Saya tahu. Anda ingin menghancurkan hidup saya karena iri dengan kesuksesan saya.” c.

Waham agama. Memiliki keyakinan terhadap suatu agam secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih, setiap hari.”

d.

Waham somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu terserang penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuati kenyataan. Contoh: “Saya sakit kanker”. Setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.

e.

Waham

nihilistik.

Meyakini

bahwa

dirinya

sudah

tidak

ada

di

dunia/meinggal, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.” Selama pengkajian dengarkan dan perhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham : 1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap? 2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya? 3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak nyata? 4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya? 5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain? 6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar? 7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia meimliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya? G. Penatalaksanaan Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :

1. Psikofarmalogi a. Litium Karbonat 1) Farmakologi Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. 2)

Indikasi Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.

3)

Dosis

Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap sama. 4)

Mekanisme kerja

Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari reseptor dopamine. b.

Haloperidol

1) Farmakologi Haloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui. 2) Indikasi Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anakanak yang sering membangkang an eksplosif. 3)

Dosis

Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut: Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari

4) Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau penyakit hati berat, koma. Haloperidol tidak boleh diberikan pada anak-anak usia kurang dari 3tahun. c.

Karbamazepin

1)

Farmakologi

Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, serta neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal. 2)

Indikasi

Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis : a)

Kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus

temporalis) pasien dengan jenis kejang ini menunjukkan perbaikan yang lebih besar dibandingkan jenis yang lain. b)

Pola kejang campuran termasuk jenis diatas dan kejang parsial maupun

kejang umum yang lain. Kejang jenis petitmal tampaknya tidak efektif diobati dengan karbamazepin. c)

Neuralgia

trigeminal.

Karbamazepin

diindikasikan

untuk

pengobatan nyeri akibat neuralgia trigeminal murni. Obat ini bukan merupakan analgesic dan tidak boleh diberikan untuk mengobati sakit/nyeri. 3)

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau komponen sediaan, depresi sumsum tulang belakang. 5)

Mekanisme kerja

Selain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai antikolinergik,

antineuralgik,

antideuritik,

pelemas

otot,

antidepresif dan antiariunia. . 2. Pasien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low Potensial

antimanik,

Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk pasien waham. Dimana pedoman penggunaan antipsikotik adalah: a.

Tentukan target symptom

b.

Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan

c.

Penggantian

antipsikosis

baru

dilakukan

setelah

penggunaan

antipsikosis yang lama 4-6 minggu d.

Hindari polifarmasi

e.

Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.

Contoh obat antipsikotik adalah: a.

Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).

b.

Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg

3.

Penarikan Diri High Potensial

Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial. 4.

ECT Tipe Katatonik

Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.

5.

Psikoterapi

Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif H. Asuhan Keperawatan STRATEGI PELAKSANAAN KLIEN DG WAHAM STRATEGI PELAKSANAAN (SP) Tindakan Keperawatan Interaksi Ke : I (Pertama) Tanggal Pertemuan :……………….. A. Kondisi Klien Klien terlihat gelisah, curiga terhadap orang yang berada di sekelilingnya, kadangkadang klien berbicara sendiri dan berkata bahwa dirinya adalah Imam Mahdi yang tahu bahwa kapan dunia akan kiamat, perhatian terhadap lingkungan sekitar menurun. B. Diagnosa Keperawatan Perubahan proses pikir C. Tujuan Khusus 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan orang lain D. Tindakan Keperawatan : a. Bina hubungan saling percaya b. Perkenalan diri dengan klien secara sopan c. Sapa klien dengan ramah d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur & tepati janji f. Beri perhatian kepada klien g. Tunjukkan sikap empati kepada klien E. Strategi Komunikasi 1. Fase Orientasi :

Salam Terapeutik: Selamat pagi,pak. Assalamu’alaikum, perkenalkan nama saya Andika, bapak bisa panggil saya Dika (sambil mengulurkan tangan kepada klien untuk berjabat tangan), saya perawat disini yang akan membantu bapak selama dirawat di sini. Nah sekarang saya yang bertanya ya pak? nama Bapak siapa?….,Oh Suwarno namanya bagus sekali, saya boleh panggil apa?…., Baiklah akan saya panggil pak Imam. Evaluasi/validasi : Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bapak terlihat segar, tetapi apa yang membuat bapak terlihat begitu curiga terhadap saya? Ceritakan apa yang mengganjal di pikiran bapak sekarang? Baiklah semoga setelah bertemu dengan saya masalah bapak akan teratasi. Begitu ya pak? Kontrak: Bapak, tujuan saya menemui bapak saat ini adalah ingin mengenal lebih dekat pak Imam sehingga kita bisa saling kenal dan bapak bisa menceritakan segala masalah bapak selain itu saya dapat membantu apa yang bapak disini. Bagaimana pak? Apakah bapak setuju? Baiklah bagaimana kalau kita duduk di kursi teras depan? Berapa lama bapak mempunyai waktu dengan saya? Bagaimana kalau 20 menit, cukup? Baiklah kalau begitu 15 menit saja ya pak? 2. Fase Kerja : Nah, tadi saya sudah menyebutkan nama saya, coba ulangi siapa nama saya? Lupa? Masih sebentar kok sudah lupa? Saya ulangi lagi nama saya Andika, bapak bisa memanggil saya Dika ya pak? Baiklah semoga bapak bisa mengenal saya, begitu pula sebaliknya sehingga bapak bisa merasa nyaman bercerita kepada saya. Bapak, mengapa bapak terlihat gelisah serta selalu berbicara sendiri tentang Imam Mahdi?…. oh begitu ya pak? saya mengerti apa yang bapak maksudkan. Coba jelaskan darimana bapak mendapatkan ilham bahwa bapak adalah seorang Imam Mahdi? 3. Fase Terminasi : Evaluasi Subyektif :

Baiklah, saya rasa bapak sudah mulai terbuka dan merasa nyaman dengan kehadiran saya, sekarang bagaimana perasaan bapak setelah bertemu dan bercerita dengan saya? Bagus, rasa berharap bapak lebih bisa mengungkapkan perasaan bapak dan lebih terbuka dengan harapan agar masalah bapak dapat teratasi. Evaluasi Obyektif : Nah, sekarang coba sebutkan lagi siapa nama saya? Bagus sekali. Mulai sekarang kalau ketemu saya jangan lupa panggil saya dengan? Bagus. Tindak Lanjut : Baiklah, saya rasa perkenalan kita cukup sekian, kita sudah cukup saling mengenal saat ini, Saya berharap setiap bapak bertemu dengan saya dan saat memerlukan bantuan saya, bapak mau memanggil saya supaya selama bapak di sini dapat bekerjasama dengan saya serta bapak mampu sembuh kembali. Kontrak yang akan datang : Sekarang 15 menitnya sudah habis, berarti pertemuan kita disini juga sudah selesai. Nanti pukul 11.00 sebelum makan siang saya akan datang kembali menemui bapak untuk mendiskusikan masalah yang sedang bapak hadapi sekarang, nanti dimana kita bisa bertemu kembali? Baiklah nanti kita bertemu lagi disini ya pak? Assalamualaikum STRATEGI PELAKSANAAN (SP) Tindakan Keperawatan Interaksi Ke: II (Kedua) Tanggal Pertemuan:………………….. A. Kondisi Klien Klien masih terlihat gelisah, mudah curiga terhadap orang yang berada di sekelilingnya, kadang-kadang klien berbicara sendiri dan berkata bahwa dirinya adalah Imam Mahdi yang tahu bahwa kapan dunia akan kiamat, perhatian terhadap lingkungan sekitar menurun. B. Diagnosa Keperawatan Perubahan proses pikir C. Tujuan Khusus 2: Pasien dapat mengenal dan menjelaskan tentang waham yang merupakan salah

satu bentuk dari perubahan proses pikir D. Tindakan Keperawatan: a. Perlihatkan sikap penuh perhatian dan kepedulian b. Validasi arti komunikasi dengan pasien c. Bantu pasien mengidentifikasi perbedaan antara realita dan proses pikir internal E. Strategi Komunikasi 4. Fase Orientasi: Salam Terapeutik: Assalamu’alaikum, Pak Imam. Bagaimana apakah Bapak sudah siap? Saat ini saya datang lagi untuk menemui bapak sesuai dengan janji saya tadi. Sekarang sudah pukul 11.00. Bagaimana Pak apakah dapat kita mulai? Evaluasi: Bagaimana perasaan bapak saat ini? Bapak, apakah masih ingat nama saya? Bagus, seratus untuk bapak. Oh iya. Pak Imam apakah sudah makan? Kalau begitu nanti setelah pertemuan kita ini bapak langsung ke ruang makan ya pak. Kontrak: Pak Imam, punya waktu berapa menit? Baiklah kalau begitu. 15 menit ya pak. Tempatnya apakah sama seperti tadi atau kita ngobrolnya di ruang makan? Baiklah kalau begitu kita keruang makan ya pak sekarang. 5. Fase Kerja: Bapak, bolehkah saya bertanya? Apakah yang bapak rasakan saat ini? Bapak, sebenarnya nama bapak adalah Suwarno tetapi mengapa bapak menamakan diri Imam Mahdi? Bapak, sebenarnya Imam Mahdi itu akan datang ketika dunia akan kiamat, nah sekarang kiamat itu hanya Allah yang tahu. Apakah bapak sepandapat dengan saya? Bapak, apa yang membuat bapak menamakan diri Imam Mahdi? Bapak, Sekarang Bapak mengalami suatu gangguan proses pikir yang dinamakan waham. Waham adalah gangguan proses pikir terhadap realita yang meyakini sesuatu yang salah. Nah, sekarang bapak coba bertanya pada teman saya ini “siapakah nama saya”? Pak, benarkan apa yang saya bilang, nama bapak adalah Suwarno. Bagaimana kalo mulai sekarang bapak saya panggil dengan nama pak

Suwarno? Baiklah, kalau begitu. 6. Fase Terminasi: Evaluasi Subyektif: Baiklah saya rasa bapak sudah mulai mengenal tentang realita atau kenyataan yang ada.Bagaimana perasaan bapak setelah pertemuan kita kali ini? Ok, kalau begitu apakah nanti bapak mau bertemu saya lagi untuk membahas masalah bapak? Evaluasi Obyektif: Sekarang coba sebutkan apa yang dimaksud dengan waham? Benar sekali, apakah bapak sudah paham tentang yang bapak alami sekarang? Baiklah kalau bapak ada masalah dengan penjelasan saya tadi bapak dapat menemui saya. Tindak Lanjut: Saya rasa bapak sudah banyak memahami isi pembicaraan kita kali ini. Saya berharapa agar setiap masalah yang bapak hadapi selalu mendiskusikannya dengan saya. Agar masalah bapak dapat segera teratasi Kontrak yang akan datang: Wah, pak sepertinya bau soto sudah mengundang selera ya? Apakah sekarang bapak sudah lapar? Yah, memang waktunya sudah habis pak, sesuai dengan perjanjian kita tadi yaitu 15 menit. Bagaimana pak kapan kita bisa ketemu lagi? Baiklah kalu besok. Jam berapa pak? Ok, jam 08.00 ya pak nanti saya jemput di kamar bapak ya? Nanti kita akan membahas masalah waham dan realita. Baiklah sekian pertemuan kita kali ini tapi ingat pesan saya pak ya! Selalu mendiskusikan masalah yang bapak hadapi. Terima kasih atas waktunya. Selamat makan siang. Assalamualaikum pak Suwarno. STRATEGI PELAKSANAAN (SP) Tindakan Keperawatan Interaksi Ke: III (Ketiga) Tanggal Pertemuan:………………….. A. Kondisi Klien Klien masih terlihat gelisah, atensi terhadap lingkungan menurun, klien sering

berbicara sendiri. B. Diagnosa Keperawatan Perubahan proses pikir C. Tujuan Khusus 3: Pasien dapat membedakan antara pikiranwaham dengan realita D. Tindakan Keperawatan: a. Bantu pasien menghubungkan masalahnya dengan realita yang ada b. Fokus dan kuatkan pada realita c. Bantu pasien mengungkapkan secara verbal perasaannya Strategi Komunikasi 1. Fase Orientasi: Salam Terapeutik: Assalamu’alaikum, Selamat pagi Pak Suwarno. Bagaimana kabar Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya seamalam pak? Sekarang saya menapati janji saya yang kemarin yaitu akan mengajak bapak berdiskusi masalah waham dan realita. Bagaimana Apakah bapak sudah siap? Bagus. Kita ngobrol dimana pak? Dibawah Pohon yang rindang itu saja ya? Ok. Evaluasi: Bagaimana perasaan bapak saat ini? Bapak, apakah masih ingat nama saya? Bagus, Bapak masih hafal nama saya. Oh iya. Pak Imam apakah sudah sarapan pagi? Dengan lauk dan sayur apa pak? Wah enak sekali ya pak? Ngomongngomong bapak apakah masih ingat apa yang disebut waham itu? Baiklah saya akan menjelaskannya kembali. Kontrak: Pak Suwarno, kali ini bapak punya waktu berapa menit? Baiklah kalau begitu. 15 menit ya pak. Dibawah pohon ini saja ya pak? 2. Fase Kerja: Bapak, apakah yang bapak rasakan beberapa hari terakhir ini? Oh begitu ya? Nah, sekarang saya jelaskan kembali apa yang disebut waham itu. Waham adalah suatu pemikiran yang salah terhadap realita yang ada. Misalnya seperti menganggap diri

adalah seorang yang sangat ditakuti oleh bayak orang yang pada kenyataannya tidak begitu. Pak apakah bapak masih ingat siapa nama bapak sebenarnya? Wah seratus pak! Nah sekarang saya tanya, sebenarnya siapa kah yang bapak sebut Imam Mahdi? Nah berarti dalam diri bapak ada dua oarang dong? Padahal dalam diri setiap orang hanya ada satu. Berarti bapak adalah pak Suwarno bukan Imam Mahdi. Saya tahu yang bapak maksudkan. Tapi sebenarnya yang bapak alami sama dengan yang saya maksudkan tadi jadi bapak sebenarnya adalah pak Suwarno. Baiklah kalo begitu. Saya paham apa yang bapak inginkan. Tapi yang perlu diketahui bahwa saat ini yang namanya Imam Mahdi tidak ada, dan yang tahu mengenai hari kiamat adalah Allah SWT. Begitu pak ya? 3. Fase Terminasi: Evaluasi Subyektif: Ok, saya rasa bapak sudah sedikit mengenal tentang waham dan realita dan bapak sudah mengenal siapakah bapak sebenarnya Evaluasi Obyektif: Sekarang coba sebutkan apa yang dimaksud dengan waham? Benar sekali, apakah bapak sudah paham tentang yang bapak alami sekarang? Baiklah kalau bapak ada masalah dengan penjelasan saya tadi bapak dapat menemui saya. Tindak Lanjut: Baiklah pak saya rasa bapak sudah mampu membedakan antara waham dengan realita nah, saya ingatkan lagi kalau bapak ada masalah tolong paka menemui saya. Bagaimana pak? Sekarang tos dulu pak. Nah ok. Kontrak yang akan datang: Bapak saya rasa ngobrol kita kali ini sudah cukup karena sudah 15 menit. Nah nanti siang saya akan menemui bapak kembali sebelum makan siang jam 11.00 ya pak? Nanti kita akan membahas cara menghilangkan waham ya pak? Bagaimana apakah bapak setuju? Baiklah. Terimakasih atas waktu yang telah bapak luangkan. Assalamualaikum.

Related Documents

Gangguan Waham
June 2020 18
Waham Bunzi.docx
November 2019 36
Waham Lp.docx
June 2020 11
Waham Word.docx
May 2020 14
Lp-waham
October 2019 32

More Documents from "Dwi suci rhamdanita"