Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Generasi Milenial.docx

  • Uploaded by: Tyas Rika Amalia
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Generasi Milenial.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 743
  • Pages: 3
Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Generasi Milenial Karya : Tyas Rika Amalia NIM : 182210101137

Perkembangan era globalisasi yang nampak begitu cepat turut mempengaruhi kehidupan bangsa indonesia. Tak mau ketinggalan, segala kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang baru senantiasa berusaha diikuti oleh bangsa indonesia. Begitu pula dengan perkembangan pendidikan di indonesia sendiri. Pada zaman dahulu pendidikan diperuntukan hanya untuk para lelaki saja. Namun seiring perkembangan zaman, para kaum perempuan juga ingin merasakan bangku pendidikan. Dan saat ini sudah banyak para perempuan hebat yang sudah sukses memegang jabatan di negara. “Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia.”- Nelson Mandela. Dapat kita artikan secara jelas, pendidikan menjadi senjata atau hal yang sangat di nomor satukan untuk mengubah dunia. Pendidikan sangat penting bagi setiap orang. Dari seseorang masih dalam kandungan pun mereka sudah memiliki pendidikan. Pendidikan berawal dari lingkungan keluarga. Dalam lingkungan inilah seorang manusia terdidik sejak usia dini. Pendidikan yang dulunya dipandang rendah mulai tumbuh pesat di bidangnya. Peran ini tidak luput pada seorang guru yang selalu memberikan pengertian akan pentinya pendidikan yang harus dicapai. Banyak dari mereka menginginkan akan kesuksesan murid didikanya dimasa depan. Pendidikan sendiri tidak harus berupa mata pelajaran sains. Namun penanaman karakter juga sangat dibutuhkan bagi bangsa kita sendiri. Banyak orang pintar di dunia namun bila tidak memiliki karakter tetap seseorang tersebut gagal dalam pendidikanya. Apalagi seseorang tersebut tidak bisa menaati peraturan yang sudah dibuat oleh bangsanya sendiri. Bahkan banyak dari generasi milenial sekarang yang sudah menyepelekan akan kewarganegaraanya. Pendidikan Kewarganegaraan menurut Somantri (1976, 28) memiliki tujuan mendidik warga negara yang baik, yang dapat dilukiskan dengan “warga negara yang : patriotik, toleran, loyal terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis …… Pancasila sejati”. Sedangkan menurut Wuryan dan Syaifullah (2008,9) Pendidikan Kewarganegaraan adalah sarana untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat di andalkan oleh bangsa dan negara. Menurut

Soedijarot berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan ialah pendidikan politik yang bertujuan demi membantu peserta didik agar menjadi seorang warga negara yang memiliki pengetahuan poliitik secara dewasa maupun berpartisipasi dalam pembangunan sistem politik yang demokratis. Pendidikan kewarganegaraan sangat penting dalam perkembangan bagi generasi milenial. Dalam kehidupan dewasa ini generasi milenial (warga negara muda dibawah 25 tahun) dapat dikatakan mengalami krisis pada aspek etika dan moralitas begitu pula pada aspek aspek lainya. Contoh akhir-akhir ini banyak anak muda yang rendah atau bahkan tidak memiliki kesadaran akan nilai-nilai kesopanan dan santun terhadap orang yang lebih tua. Generasi milenial sekarang bahkan mulai meninggalkan kebiasaan yang dulunya sangat dilestarikan oleh bangsa indonesia sendiri. Mereka sekarang lebih mementikan personality daaripada jiwa kegotong-royongan. Apalagi pendidikan moral yang sudah mulai luntur ini terus berkembang, maka akan semakin parah para generasi muda kita. Bila hal ini tidak segera ditangani maka akan merusak etika dan moral warga negara muda yang akan merusak bangsa dan negara. Maka dari itu peran pendidikan sangat dibutuhkan saat ini. Terutama pendidikan kewarganegaraan dimana didalamnya mengajarkan bagaimana tata warga negaraan dibahas di dalamnya. Peran pendidikan kewarganegaraan sangat penting dibutuhkan untuk warga milenial sekarang. Karena di dalam pendidikan kewarganegaraan kita diajarkan bagaimana sikap dan tindakan kita dalam bernegara dan menjadi negara yang baik. Tidak hanya bernegara saja, kita juga di kenalkan bagaimana agama, ras, budaya, suku, bahasa dan masih banyak lagi. Generasi milenial harus memiliki jiwa ini, bahkan harus menanamkan di dalam hatinya sendiri-sendiri. Maka dari itu banyak dari perguruan tinggi tetap mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti mata pelajaran pendidikan kewarganegaraaan dan menjadi mata kuliah wajib yang harus ditempuh.

Namun

banyak dari

mereka mengira bahwa pendidikan

kewarganegaraan tak begitu penting bagi para mahasiswa. Karena kurangnya kesadaran bagi generasi milenial sekarang yang membuat banyak dari mereka mulai melupakan kewarganegaraanya sendiri. Esensi dari pendidikan kewarganegaraan sangat dibutuhkan dalam membentuk karakter dan jiwa warga negara yang bisa bertanggung jawab akan tindakanya. Selain dalam bertindak, sikap yang harus diambi akan kedewasaanya generasi milenial ini. Kritis menjadi saah satu dalam tindakan yang harus diambil. Menjadi generasi milenial memang tidaklah hal

yang mudah, apabila dizaman yang sudah moderen ini. Jiwa jiwa patriotisme mulai memudar dengan perkembangan zaman yang terus berkembang ini. Namun sebagai generasi milenial harus tetap memperhatikan kehidupan kewarganegaraan kita sendiri. Jika bukan kita para generasi milenial siapa yang akan mengembangkan bangsa indonesia. Jadilah orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Selagi masih muda, gelorakan jiwa mudamu untuk membangun bangsa.

Referensi Somantri, N. (1976). Metode Mengajar Civics. Jakarta : Erlangga Wuryan dan Syaifullah. (2008). Civics : Ilmu Kewarganegaraan.Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI

Related Documents


More Documents from "Iwan Sukma Nuricht"