Uang, Suku Bunga Dan Kurs.docx

  • Uploaded by: Iyam Mustafa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Uang, Suku Bunga Dan Kurs.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,125
  • Pages: 17
Review Mata Kuliah Ekonomi Internasional II “Uang, Suku Bunga dan Nilai Tukar”

Disusun Oleh:

MARIYAM MUSTAFA 175020107111019

Program Studi Ekonomi Pembangunan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2019

REVIEW PENGERTIAN UANG Uang sebagai Alat Tukar Fungsi utama dari uang adalah sebagai alat tukar (medium of change)atau sebagai alat pembayaran yag diterima secara luas. Berbeda pada zaman dulu, orang-orang melakukan transaksi melalui system barter, yang mana pertukaran barang dengan barang.Namun seiring berjalannya waktu, uang hadir sebagai alat pembayaran yang sah.Dimana uang bisa menghemat biaya pencocokan kepentingan yang gibutuhkan dalam system barter. Untuk itu perekonomian modern yang begitu kompleks akan lumpuh apabila tidak adanya alat pembayaran standard an mudah digunakan. Uang sebagai Satuan Hitung Fungsi kedua uang ialah sebagai satuan hitung (unit of account) atau sebagai pengkuru nilai yang diterima secara luas.Dengan menyatakan harga dalam satuan uang bisa menyederhanakan kalkulasi ekonomi karena hal itu memudahkan perbandingan harga-harga dari berbagai komoditi. Uang sebagai Penyimpan Nilai / Daya Beli Karena uang dapat mengalhkan daya beli sekarang menjadi daya beli di masa mendatang, maka uang juga merupakan asset atau sebuah penyimpanan nilai / daya beli(store of value).Fungsi ini sangat penting karena, orang-orang tidak mau menerima alat pembayaran dengan daya belinya menyusut terlalu cepat.Namun manfaat uang sebagai alat tukar secara langsung menjadikannya sebagai asset paling likuid.Karena uang selalu siap diterima sebagai alat pembayaran, maka uang menjadi standar likuiditas (liquidity) asset-aset lainnya. Apakah Uang itu? Yang bisa dikatakan uang itu seperti uang tunai yaitu uang kartal (uang kertas dan uang logam) dan bank deposits yaitu simpanan bank (giro atau rekening koran) atau bisa juga disebut uang giral yang mana bisa diambil sewaktu-waktu dengan cek, karena fungsinya sebagai alat pembayaran yang diterima dan kepemilikannya bisa dialihkan tanpa banyak biaya. Sedangkan asset-aset seperti real estate tidak bisa disebut uang, karena berbeda dari uang tunai atau simpanan bank, unsure likuiditasnya sangat lemah. Yang disebut sebagai penawaran uang (money supply)ialah jumlah total uang kartal dan uang giral yang dimiliki oleh semua rumah tangga dan perusahaan dengan symbol M1.

Simpanan-simpanan bank dalam jumlah yang sangat besar yang diperdagangkan di pasar valuta asing oleh pelakunya tidak termasuk dalam penawaran uang, karena simpanan itu begitu likuid dibandingkan dengan ang dan tidak digunakan untuk membiayai transaksitansaksi rutin. Proses Pembentukan Penawaran Uang Penawaran uang suatu Negara dikendalikan oleh Bank Sentral.Bank Sentral secara langsung mengatur jumlah uang kartal yang beredar dan secara tidak langsung mengendalikan jumlah simpanan atau uang giral yang dikelola oleh bank-bank swasta.Prosedur-prosedur yang digunakan oleh Bank Sentral dalam mengendalikan besaran jumlah uang sangatlah kmpleks. PERMINTAAN UANG OLEH PERORANGAN Perkiraan Imbalan Simpanan bank memang menawarkan sejumlah bunga, akan tetapi perkiraan mbalan yang ditawarkan biasanya lebih kecil dibandingkan yang ditawarkan oleh asset-aset yang tidak likuid. Karena uang tunai tidak menghasilkan bunga maka Anda yang memiliki uang tunai, telah mengorbankan pendapatan bunga lebih tinggi yang bisa ditawarkan oleh asset-aet lainnya seperti obligasi pemerintah, deposito jangka panjang dan asset-aset non-likuid lain. Besarnya imbalan yang ditawarkan itulah yang disebut sebagai “suku bunga”. Teori permintaan asset yang telah dijelaskan pada chapter sebelumnya telah menjelaskan bahwasanya perubahan-perubahan suku bunga mempengaruhi permintaan uang. Karena kenaikan suku bunga secara langsung memperbesar tingkat imbalan relative assetaset non-liquid dibandingkan tingkat imbalan uang, maka apabila suku bunga meningkat, setiap orang akan menambah kekayaan dalam bentuk ase-aset non-likuid yang menawarkan tingkat imbalan sebesar suku bunga pasar tersebut, serta mereka akan mengurangi kekayaannya yang tersimpan dalam bentuk uang tunia. Kesimpulannya, ceteris paribus, kenaikan suku bunga akan menurunkan tingkat permintaan uang. Risiko Menyimpan uang tunia selalu mengandung risiko karena lonjakan harga barang dan jasa yang tidak terdua dapat mengurangi nilai atau daya beli uang terhadao beberbagai jenis komoditi yang akan dikonsumsi. Perubahan risiko uang menimbulkan perubahan risiko obligasi yang sama besarnya. Itulah sebabnya perubahan risiko uang tidak membuat

masyarakat mengurangi permintaan mereka akan uang, maupun meningkatkan permintaan mereka akan asset-aset yang menghasilkan bunga. Likuiditas Rumah tangga dan perusahaan selalu menyediakan sejumlah uang tunai karena ini merupakan cara termudah untuk membiayai berbagai transaksi atau belanja mereka seharihari. Pembelanjaan dalam jumlah besar terkadang bisa dibayar melalui penjualan suatu bentuk asset likuid yang berharga. Kebutuhan seorang akan likuiditas akan meningkat bila nilai transaksi rata-rata hariannya meningkat. Kesimpulannya, kenaikan nilai transaksi ratarata dari sebuah rumah tangga atau pun perusahaan, akan meningkatkan permintaan uang. PERMINTAA UANG AGREGAT Permintaan uang secara keseluruhan (agregat money demand)yaitu total permintaan uang dari seluruh ruah tangga dan perusahaan yang ada dalam sebuah perekonomian. Permintaan uang agregat pada dasarnya adalah penjumlahan dari semua permintaan uang secara individual dari suatu perekonomian. Terdapat tiga factor yang menentukan tingkat permintaan uang agregat, yaitu: 1. Suku bunga (interest rate). Kenaikan suku bunga akan mengakibatkan setiap individu (termasuk perusahaan) dalam suatu perekonomian mengurangi permintaannya akan uang. Cateris paribus, permintaan uang agregat pun turn ketika suku bunga melonjak. 2. Tingkat harga (price level) adalah keseluruhan harga aneka barang dan jasa yang dinyatakan dalam atuan ang tunai. Jika tingkat harga meningkat, setiap rumah tangga dan perusahaan harus membelanjakan lebih banyak uang dari pada sebelumnya untuk membeli anek jenis barang dan jasar dalam jumlah yang perisis sama seperti sediakala. 3. Pendapatan nasional riil (real national income). Ketika pendapatan nasional riil (GNP) meningkat, maka jumlah keseluruhan barang dan jasa yang terserap atau terjual dalam perekonomian yang ersangkutan juga pasti meningkat. Kenaikan niai transaksi riil ii memperbesar permintaan uang. Jika P adalah harga, R suku bunga dan Y GNP riilm maka Md atau permintaan uang agregat dapat dirumuskan sebagai berkut: Md= P X L(R,Y) Nilai L(R,Y) akan turun jika R meningkat, jika yang meningkat adalah Y, maka ila L(R,Y) turut meningkat. Rumus diatas dapat ditulis kembali:

Md/ P= L(R,Y) Dimana L(R,Y) sebagai permintaan uang agregat riil. Dengan menyatakan permintaan ang agregat seperti itu dimaksudkan untuk menujukkan bahwa permintaan agregat akan likuiditas, yakni L(R,Y) bukan merupakan suatu permintaan akan sejumlah uang tunai, melainkan adalah permintaan akan sejumlah daya beli (purchasing power) dalam bentuk asset-aset yang likuid, terutama uang. Figure bagaiman agregat

15-1

menujukkan

permintaan dipengaruhi

uang oleh

riil suku

bunga, dimana tingkat pendapatan riil, Y, tetap. Garis lengkung L(R,Y) yang

melambangkan

permintaan

uang riil agregat arahnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah karena penurunan suku bunga langsung meningkatkan minat setiap rumah tangga dan perusahaan dari perekonomian yang bersangkutan untuk memiliki uang tunai. Perubahan suku bunga akan menyebabkan adanya pergerakan di sepanjang garis lengkung L(R,Y). selanjutnya,

seandainya

besaran

GNP riil juga mengalami perubahan, garis

lengkung

tersebut

secara

keseluruhan akan bergeser posisinya. Figure

15-2

menunjukkan

bagaimana kenaikan GNP riil dari Y1 ke Y2 mempengaruhi permintaan uang riil agregat, terlepas dari soal suku bunga, garis lengkung L(R,Y2) bergeser ke sebelah kanan (ke atas) menjadi L(R,Y1) mengingat Y2 lebih besar daripada Y1. KESEIMBANGAN SUK BUNGA: INTERAKSI ANTARA PENAWARAN DAN PERMINTAAN UANG Keseimbangan di Pasar Uang Jika Ms adalah penawaran uang, maka kondisi keseimbangan dalam pasar uang dapat disimbolkan sebagai:

Ms = Md Seandainya kedua sisi pada persamaan diatas dibagi dengan tingkat harga, maka dapat dirumuskan keseimbangan pasar uang dalam bentuk persaman permintaan uang riil agregat sebagai berikut: Ms / P = L(R,Y) Terlepas dari tingat harga yang berlaku, P, dan output yang ada, Y, keseimbangan bunga itu merupakan satu-satunya factor yang akan menunjukkan penawaran uang riil sama dengan permintaan uang riil agregat. Pada Figure 15-3, skedul permintaan

uang

riil

agregat

memotong garis lurus vertical di titik 1. Pada titi inilah, dengan suku bunga R1, keseimbangan tercipta. Skedul

yang

melambangkan

penawaran uang berbentuk tegak lurus pada Ms / P karena Msdiatur secara tetap oleh Bank Sentral, sedangkan pengaruh P dibaikan. Misalkan suku bunga yang berlaku di pasar awalnya berada pada di R 2, yang nilainya lebih besar dari R1.Di titik 2, tingkat permintaan uang lebih kecil daripada tingkat penawarannya (selisih sebesar Q1 – Q2) sehingga terjadi kelebihan penawaran uang. Jika setiap orang memegang uang lebih banyak daripada yang mereka kehendaki, pada suku bunga R2, maka mereka akan mencoba mengurangi likuiditasnya dengan menggunakan sebagian uang yang mereka miliki untuk membeli asset-aset yang menghasilkan bunga. Lalu apabila suku bunga berada di tingkat R3, di bawah R1, tingkat permintaan uang agregat secara riil berada di titik 3, sehingga terjadi kelebihan permintaan uang sebesar Q3 – Q1.Di sii, setiap orang berusaha menjual asset-aset penghasil bunga yang mereka miliki, seperti obligasi, guna meningkatkan cadangan uangnya.Pada titik 3, tidak semua orang berhasil memenuhi keinginannya untuk menjual asset-aset penghasil bunga yang mereka miliki sebanyak uang tunai yang ingin mereka peroleh. Maka mereka pun akan mencoba memperolehnya dengan menaikkan suku bunga sehingga lambat laun suku bunga akan

berada di titik 1 (bernilai R1). Setelah mencapai titik 1, maka selisih atau kelebihan permintaan uang akan lenyap dan kenaikan suku bunga pun terhenti. Kesimpulannya, pasar selalu bergerak menuju suku bunga di mana penawaran uang riil sama dengan permintaan uang riil. Jika pada awalnya terjadi kelebihan penawaran uang, maka suku bunga bergerak menurun, sedangkan bila pada awalnya terdapat kelebihan permintaan uang, suku bunga akan meningkat. Suku Bunga dan Penawaran Uang Pengaruh kenaikan penawaran pada suatu tingkat harga digambarkan pada Figure 154.Awalnya, pasar berada dalam kondisi keseimbangan di titik 1, dengan tingkat penawaran uang M1 dan suku bunga R1. Karena tingkat harga atau P dianggap konstatn, maka kenaikan penawaran uang menjadi M2 langsung meningkatkan penawaran uang riil dari M1/P menjadi M2/P. dengan meningkatnya penawaran uang riil ke M2/P, maka terciptalah keseimbangan baru di titik 2 dan suku bunga baru, R2, yang lebih rendah, yang memkasa setiap orang menyerap kenaika penawaran uang tersebut. Setelah Bank Sentral menaikkan penawaran uang ke titik M2, maka mula-mula akan terjadi kelebihan penawaran uang

pada

keseimbangan

kondisi suku

bunga

yang lama, yakni R1, yang sebelumnya menyeimbangkan pasar.

Karena

dipegang

uang

yang

masyarakat

lebi

banyak daripada jumlah yang mereka butuhkan, mereka terdorong menggunakan kelebihan uang tersebut untuk membeli asset-aset yang bias menghasilkan bunga. Perekonomian agregat tidak dapat mengurangi begitu saja jumlah uang beredar.Maka dari itu suku bunga tertekan turun karena pemilik uang yang berlebihan itu saling bersaing meminjamkan uang tunainya.Di titik 2, suku bunga turun ke tingkat yang memungkinkan meningkatnya permintaan uang riil sehingga menyamai penawaran uang riil yang ada.

Kesimpulannya, kenaikan tingkat penawaran uang akan menurunkan suku bunga, sedangkan penurunan tingkat penawaaran uang akan meningkatkan suku bunga, dengan catatan tingkat harga dan output tidak berubah. Output dan Suku Bunga Pada

Figure

menggambarkan

15-5 pengaruh

kenaikan tingkat output, dari Y1 ke Y2, terhadap suku bunga, dengan catatan

tingkat

penawaran Kenaikan

uang output

harga

dan

diabaikan. menyebabkan

seluruh garis lengkung permintaan uang bergeser ke kanan, sehingga titik keseimbangan pun bergeser dari titik 1 (ke titik 2). Kini pada keseimbangan suku bunga yang lama terjadilah kelebihan permintaan uang sebesar Q2 – Q1 (titik 1’).Karena tingkat penawaran uang diabaikan (dianggap konstan) suku bunga segera terdorong hingga mencapai keseimbangan baru R 2 (di titik 2). Penurunan output menimbulkan akibatnya sebaliknya, yakni mendorong permintaan uang riil bergeser ke kiri sehingga menyebabkan keseimbangan bunga turun. Kesimpulannya, kenaikan output riil akan meningkatkan suku bunga, sedangkan kemerosotan output riil menurunkan suku bunga, dengan catatan tingkat harga dan penawaran uang diabaikan. PENAWARAN UANG DAN KURS DALAM JANGKA PENDEK Keterkaitan Antara Uang, Suku Bunga dan Kurs Diasumsikan yang akan kita cari adalah kurs Dolar/Euro, yakni harga Euro dalam satuan Dolar. Pada Figure 15-6 terdapat dua kurva yang disatukan.Pada kurva bagian atas menunjukkan bagaimana keseimbangan kurs berbentuk dalam pasar valuta asing, dengan anggapan suku bunga dan perkiraan kurs di masa mendatang tetap, tidak berpengaruh, atau tidak berpengaruh (given).Suku bunga Dolar atau 𝑅$1 yang berbentuk di pasar uang, disajkan pada sumbu vertical.

Bentuk tingkat

skedul

imbalan

perkiraan

Euro

melengkung

ke

menunjukkan

perkiraan

yang

bawah

itu

imbalan

dari simpanan dalam mata uang Euro. Bentuknya melengkung ke bawah

karena

adanya

dampak

perubahan kurs hari ini terhadap perkiraan

depresiasi

di

masa

mendatang: Penguatan Dolar hari ini (penurunan E$/€) yang tidak sama dengan perkiraan sebelumnya justru membuat simpanan Euro lebih

menarik

karena

orang

menduga akan terdepresiasi lebih besar lagi di masa mendatang. Pada titik pototng antara kedua skedul (titik 1’), perkiraan tingkat imbalan dari simpanan Dolar maupun Euro sama besarnya, dan 1 karenanya paritas suku bunga pun berlaku. Kurs ekuilibrium adalah 𝐸$/€ .

Lalu kurva bagian bawah menunjukkan keterkaitan antara penawaran uang dan kurs sehingga menujukkan bagaimana suku bunga ekuilibrium terbentuk di pasar uang.Apabila di balik 90 derajat, menjadikan sumbu horizontal yang awalna dari angka nol mengukur suku bunga Dolar; sedangkan penawaaran uang riil AS dihitung dari nol pada sumbu vertical. Keseimbangan pasar uang kini berada di titik 1, dimana suku bunga Dolar 𝑅$1 mendorong naiknya permintaan masyarakat akan uang riil (Dolar) sehingga sama dengan tingkat 𝑠 penawaran uang riil di AS (𝑀𝑈𝑆 / PUS).

Figure ini menekankan adanya keterkaitan yang erat antara keseimbangan pasar uang AS (kurva bagian atas) dan keseimbangan pasar baluta asing (kurva bagian bawah). Keterkaitan ini selanjutnya menujukkan bahwasanya pasar uang AS menentukan suku bunga Dolar, yang pada gilirannya juga akan mepengaruhi kurs penentu kehadiran kondisi paritas suku bunga.

Figure menggambarkan

15-7 keterkaitan

tersebut. Bank Sentarl AS dan Eropa, yakni Federal Reserve dan

European

System

of

Central Banks(ESCB), masingmasing menentukan penawaran uang AS dan Negara-negara 𝑠 Eropa pemakai Euro, yaitu 𝑀𝑈𝑆

dan 𝑀𝐸𝑠 . Bila tingkat harga dan pendapatan nasional kedua Negara diabaikan, maka keseimbangan pasar uang nasional masing-masing Negara akan mempengaruhi suku bunga Dolar dan Euro, yakni R$ dan R€. kedua suku bunga ini mempengaruhi pasar valuta asing dimana, bila perkiraan kurs US$/Euro yang akan berlak di masa mendatang diabaikan, maka kurs E$/€ yang tengah berlaku secara langsun ditentukan oleh kondisi paritas suku bunga. Penawaran Uang AS dan Kurs Dolar/Euro Pada

Figure

menggambarkan

15-8

bahwa

pada

1 tingkat penawaran uang awal, 𝑀𝑈𝑆 ,

pasar

uang

AS

berada

dalam

kondisi keseimbangan pada titik 1 dengan suku bunga 𝑅$1 . Bila suku bunga Euro dan perkiraan kursnya di masa mendatang diabaikan, maka suku

bunga

Dolar,

atau

𝑅$1

mengharuskan keseimbangan pasar valuta asing berada di titik 1’ 1 dengan kurs sama dengan 𝐸$/$ .

Ketika

Federal

Reserve

1 2 meningkatkan peawaran uang AS (𝑀𝑈𝑆 menjadi 𝑀𝑈𝑆 ) menimbulkan peristiwa: (1) Pada

tingkat bunga yang awalnya sebesar 𝑅$1 terdapat kelebihan penawaran uang dalam pasar uang AS akibatnya suku bunga Dolar turun menjadi 𝑅$2 dan pasar uang mencapai posisi 1 ekuilibrium yang baru di titik 2; (2) Terlepas dari kurs awal 𝐸$/€ , dengan adanya suku unga

Dolar baru yang lebih rendah, maka perkiraan imbalan yang dijanjikan simpanan Dolar menjadi lebih rendah daripada imbalan yang dijajikan oleh menggantinya dengan simpanan Euro yang pada saat itu memang lebih menarik; (3) Karea para pemilik simpanan Dolar berlomba-lomba menukarnya dengan simpanan Euro, maka Dolar kemudian mengalami 2 depresiasi sehingga kursnya menjadi 𝐸$/€ . Pasar valuta asing akhirnya kembali ke posisi 2 keseimbangan di titik 2’, karena pergeseran kurs ke 𝐸$/€ mengakibatkan penurunan perkiraan

tingkat depresiasi Dolar di masa mendatang yang sama besarnya kemerosotan suku bunga Dolar. Kesimpulannya, kenaikan penawaran uang di suatu negara mengakibatkan mata uangnya mengalami depresasi di pasar valuta asing. dengan membalik Figure 15-8, akan didapati bahwa pengurangan penawaran uang dari suatu negara menyebabkan mata uangnya mengalami apresiasi di pasar valuta asing. Penawaran Uang Eropa dan Kurs Dolar/Euro Dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan penawaran uang Eropa disajikan dalam Figure 159. Mula-mula, pasar uang AS berada pada posisi keseimbangan di titik 1 dan pasar valuta asing berada pada posisi keseimbangn 1 di titik 1’, dengan kurs 𝐸$/€ .

Kenaikan penawaran uang Jerman menurunkan R€ sehingga akan menggeser titik singgung antara garis-garis

perpanjangan

yang

melambangkan perkiraan imbalan simpanan Euro dengan kurs ke arah kiri (ke bawah). Pasar valuta asing kembali ke posisi 2 keseimangan di titik 2’, dengan kurs 𝐸$/€ . Terlihat bahwa kenaikan penawaran uang Jerman

menyebabkan E mengalami depresiasi terhadap Dolar (atau harga Dolar dari Euro merosot). Demikian pula sebaliknya, penurunan penwaran uang Jerman membuat Euro mengalami apresiasi terhadap Dolar (atau E$/€ meningkat). Perubahan penawaran uang Jerman terebut tidak mempengaruhi keseimbangan pasar uang AS yang tetap beradi di titik 1.

UANG, TINGKAT HARGA, DAN KURS DALAM JANGK PANJANG Keseimbangan jangka panjang (long-run equilibrium) dari suatu perekonomian adalah suatu posisi yang pada akhirnya akan dicapai oleh perekoomia yang bersangkutan asalkan selama ia menjalani proses penyesuaian dalam menuju full employment, guncanganguncangan ekonomi baru tidak terjadi. Uang dan Harga Nominal Uang (Money Prices) Persamaan keseimbangan ini menujukkan bagaimana tingkat harga ditentukan oleh suku bunga, tingkat penawaran uang domestik serta tingkat output riil. P = MS / L(R,Y) Jadi pada dasarnya , keseimbngan tingkat harga jangka panjang adalah nilai P yang memenuhi kondisi yang ditunjukkan oleh persamaan diatas di mana suku bunga dan output berada di tingkat-tingkat jangka panjang yang konsisten dengan full employment. Bila pasar uang berada pada kondisi keseimbangan dan semua faktor produksi digunakan secara penuh, maka tingkat harga akan tetap bertahan asalkan penawaran uang, gungsi permintaan uang agregat dan nilai-nilai jangka panjang R serta Y juga tetap. Jika semua kondisi lainnya tetap, kenaikan tingkat penawaran uang suatu negara akan mengakibatkan kenaikan secara proporsional atas tingkat harganya. Dampak-dampak Jangka Panjang dari Perubahan Penawaran Uang Cara terbaik untuk memahami dapak-dampak jangka panjang atas perubahan penawaran uang terhadap suku bunga dan output adalah ngan mengetahui terlebih dahulu makna reformasi mata uang (currency reform). Melalui reformasi mata uang, pemerintah suatu negara membentuk kembali mata uangnya. Pelipatgandaan penawaran uang, misalnya, sama pngaruh jangka panjangnya engan satu unit mata uang “lama” dengan dua unit mata uang “baru”. Jika perekonomian yang bersangkutan pada awalnya telah berada pada kondisi full employment, maka meskipun angka-angka variabel ekonomi naik dua kali lipat, namun GNP riil, suku bunga dan semua harga relatif aka kembali ke tingkat full employment atau tingkat jangka panjangnya. Tingkat output full employment ditentukan oleh kelimpahan modal dan tenaga kerja pada perekonomian yang bersangkutan, sehingga dalam jangka panjang, output riilnya tidak tergantung pada penawaran uang. Demikian pula, dalam jangka panjang, suku bunga juga tidak tergantung pada tingkat penawaran uang. Kesimpulannya, kenaikan yang permanen

dalam tingkat penawaran uang akan menimbulkan kenaika proporsional atas nilai jangka panjang dari semua tingkat harga. Dalam perekonomian yang sejak semula sudah mencapai kondisi full employment, kenaikan permanen dalam penawaran uang pada akhirnya akan diikuti oleh kenaikan tingkat harga secara proporsional. Uang dan Kurs dalam Jangka Panjang Harga dalam satuan mata uang domestik atas suatu valuta asing (kurs) merupakan salah satu harga dalam perekonomian yang akan meningkat dalam jangka panjang, bila ada kenaikan p[enawaran uang secara permanen. Apabila dalam kondisi dimana semua kondisi lain tidak berubah, kenaikan permanen penawaran uang suatu negara akan menimbulkan depresiasi jangka panjang yang proporsional atas mata uang negara yang bersangkutan terhadap mata uang negara-negara lain. Demikian pul, penurnan permanen penawaran uang suatuy negara akan menyebabkan apresiasi janka panjang yang proporsional atas mata uangnya terhadap mata uang negara-negara lain. DINAMIKA KURS DAN INFLASI Sebuah perekonomian mengalami inflasi (inflation)apabila tingkat harganya meningkat sedangkan apabila harganya turun disebut deflasi (deflation). Kekakuan Harga Jangka Pendek vs Keluwesan Harga Jangka Panjang

“Keketatan” tingkat harga dalam jangka pendek sangat dipengaruhi oleh Figure 1511, yang membandingkan data-data bulanan presentase perubahan kurs Dolar/Deutschemark,

atau E$/DM, dengan data bulanan dari presentase perubahan nisbah tingkat-tingkat harga uang (semua harga barang dan jasa yang dinyatakan dalam satuan uang) di AS dan jerman, atau PUS / PG. Terlihat dari figure tersebut, gerak kurs jauh lebih lincah daripada tinhat harga relatif. Kenyataan ini sesuai dengan anggapan bahwa tingkat harga relatif kaku dalam jangka pendek.; pola yang nampak pada figure tersebut terjadi di semua negara industri termaju dalam beberapa tahun terakhir ini. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa dalam jangka pendek tingkat harga bisa diabaikan karena tidak bisa bergerak cepat dalam menanggapi perubahan-perubahan kebijakan. Walaupun tingkat harga jangka pendek di berbagai Negara tampak kaku, ada suatu perubahan dalam penawaran uang langsung menciptakan tekanan-tekanan permintaan serta harga yang pada akhirnya juga akan menaikkan tingkat harga di masa mendatang. Tekanan tekanan ini berasal dari tigas umber utama, yaitu: 1. Kelebihan permintaan akan output dan tenaga kerja. Kenaikan tingkat penawaran uang menimbulkan dampak ekspansioner terhadpa perekonomian, yakni memperbesar tingkat permintaan akan berbagai barang dan jasa. Untuk memenuhi permintaan ini, para produsen barang dan jasa harus melemburkan para pekerjanya serta merekrut para pekerja baru. 2. Perkiraan-perkiraan (ekspetasi) inflasi. Jika setiap orang yakin bahwa tingkat-tingkat harga segera meningkat di masa mendatang, maka keyakinan itu semakin tebal dengan adanya inflasi. Para pekerja yang merundingkan kontrak penentuan tingkat upah akan bersikeras menuntut upah nominal yang lebi tinggi guna mengimbangi kenaikan harga berbagai barang dan jasa yang tentunya akan mengancam tingkat upah riil mereka. 3. Harga bahan-bahan mentah. Produksi jadi (final goods) banyak menggunakan bahan mentah atau bahan baku yang harganya dapat berubah drastic sekaligus dalam jangka pendek. Perubahan Permanen dalm Penawaran Uang dan Kurs Pada Figure 15-12 menunjukkan dampak jangka pendek (Figure 15-12a) dan dampak jangka panjang (Figure 15-12b) yang ditimbulkan oleh kenaikan permanen dalam penawaran uang tersebut. Diasumsikan bahwa semua variable perekonomian yang bersangkutan berjangka panjang dan bahwa output tetap konstan pada saat perekonomian itu menyesuaikan diri terhadap perubahan penawaran uang.

Figure

15-12a

mengasumsikan tingkat

harga

bahwa AS

pada

1 awalnya tetap pada 𝑃𝑈𝑆 .

Kenaikan penawaran uang 1 2 nominal dari 𝑀𝑈𝑆 ke 𝑀𝑈𝑆

langsung

meningkatkan

penawaran uang riil dari 1 1 2 1 𝑀𝑈𝑆 / 𝑃𝑈𝑆 menuju 𝑀𝑈𝑆 / 𝑃𝑈𝑆

dalam

jangka

pendek,

menurunkan suku bunga dari 𝑅$1 (titik 1) ke 𝑅$2 (titik 2). Penurunan suku bunga AS ditunjukkan oleh pergeseran kea rah kiri garis vertical yang melambangkan imbalan Dolar dari simpanan Dolar. Namun yang terjadi tidak hanya itu, karena kenaikan penawaran uang kini mempengaruhi perkiraan kurs (exchange-rate expectations). Mengingat perubahan penawaran uang AS bersifat permanen, masyarakat menduga bahwa akan terjadi kenaikan semua harga Dolar dalma jangka panjang, termasuk kurs yang merupakan Dolar dari Euro. Kenaikan perkiraan kurs Dolar/Euro di masa mendatang meningkatkan perkiraan imbalan Dolar dari simpanan Euro, ini membuat garus lengkung pada Figure 15-12a bagian atas bergeser kea rah kanan. Dolar mengalami 1 2 depresiasi terhadap E sehingga kursnya bergerak dari 𝐸$/€ (titik 1’) ke 𝐸$/€ (titik 2’).

Perhatikan bahwa depresiasi Dolar lebih besar dari yang seharusnya terjadi seandainya perkiraan kurs Dolar/Euro di masa mendatang tidak mengalami perubahan. Jika perkiraan 𝑒 𝐸$/€ tidak berubah, keseimbangan jangka pendek yang baru akan berada di titik 3’, bukannya

di titik 2’. Figure 15-12b menggambarkan bagaimana suku bunga dan kurs beraksi terhadap kenaikan tingkat harga selama perekonomian yang bersangkutan menyesuaikan diri menuju 1 keseimbangan jangka panjangnya. Tingkat harga yang semula tetap di 𝑃𝑈𝑆 mulai meningkat 2 hingga akhirnya mencapai 𝑃𝑈𝑆 . Oleh karena kenaikan harga dalam jangka penajang harus 2 proporsional dengan kenaikan penawaran uang, maka pernawaran uang riil final, yakni 𝑀𝑈𝑆 / 2 1 1 𝑃𝑈𝑆 , nampak sama ddengan penawaran uang riil semua, yakni 𝑀𝑈𝑆 / 𝑃𝑈𝑆 . Mengingat tingkat

output tidak berubah dan penawaran uang riil kembali ke posisinya semula, maka keseimbangan suku bunga pun akan kembali sama dengan 𝑅$1 dalam jangka panjang (titik 4). Dengan demikian, suku bunga naik dari 𝑅$2 (titik 2) menjadi 𝑅$1 (titik 4) sehubungan dengan 1 2 telah meningkatnya tingkat harga dari 𝑃𝑈𝑆 ke 𝑃𝑈𝑆 .

Pengaruh kenaikan suku bunga AS terhadap kurs dapat dilihat pada Figure 15-12b. dolar mengalami apresiasi terhadap Euro selama proses penyesuaian. Jika perkiraan kurs tidak berubah lagi selama proses penyesuaian tersebut, maka pasar valuta asing bergerak menuju posisi jangka panjangnya di sepanjang garis lengkung yang melambangkan imbalan Dolar dari simpanan Euro. Gerakan pasar pada akhirnya akan sampai di garis tegak lurus, karena dinamika pasar itu terus bergerak ke kanan sehubungan dengan adanya kenaikan tingkat harga secara bertahap. Pada semula (titik 1’). Seperti halnya tingkat harga, kurs Dolar/Euro mengalami kenaikan secara proporsional terhadap kenaikan penawaran uang. Lonjakan Kurs Figure 15-13 menujukkan jalur pergeseran dari waktu ke waktu (time paths). Peraga ini dibentuk sedemikian rupa untuk menunjukkan

proporsionalitas

kenaikan jangka panjang dari tingkat harga (Figure 15-13c) dan kurs terhadap kenaikan penawaran uang (Figure 15-13a). Saat mulai mengalami

depresiasi

setelah

terjadinya peningkatan penawaran 1 uang, kurs melonjak dari 𝐸$/€ ke 2 𝐸$/€ yang merupakan depresiasi

yang

lebih

depresiasi

besar

jangka

daripada panjangnya

1 2 yakni dari 𝐸$/€ ke 𝐸$/€ (Figure 15-13d). pada situasi seperti inilah kurs dikatakan mengalami

lonjakan (overshooting), yakni bila tanggapan seketikanya lebih besar daripada tanggapan jangka panjangnya. Lonjakan kurs (exchange-rate evershooting) merupakan sebuah

fenomena yang penting, karena hal ini membantu dalam menjelaskan mengapa kurs dapat bergerak secara tajam dari hari ke hari. Diasumsikan bahwa sebelum terjadinya kenaikan pertama dalam penawaran uang, kurs Dolar/Euro diperkirakan tidak akan berubah, sehingga 𝑅$1 sama dengan R€, yakni suku bunga Euro yang dianggap selalu tetap. Kenaikan permanen dalam penawaran uang AS tidak mempengaruhi R€, sehingga hal itu menyebabkan 𝑅$1 m,erosot di bawah R€ hingga tingkat 2 harga AS merampungkan proses penyesuaian diri jangka panjangnya menuju 𝑃𝑈𝑆 (Figure 15-

13c). namun agar valuta asing berada dalam kondisi keseimbangan selal proses penyesuian itu, selisih suku bunga yang membuat simpanan Dolar lebih menarik harus diimbangi dengan perkiraan apresiasi Dolar terhadap Euro atau penurunan E$/€ yang dapatmembuat para pelaku pasar mengharapkan apresiasi lanjutan Dolar terhadap Euro. Lonjakan kurs ini merupakan konsekuensi langsung dari kekakuan tingkat harga. Secara hipotesis, tingkat harga dapat segera menyesuaikan diri menuju ke posisi jangka panjangnya setelah terjadinya kenaikan penawaran uang. Hanya dalam kondisi seperti inilah, suku bunga Dolar tidka merosot karena tingkat harga dapat segera menyesuaikan dan mencegah kenaikan penawaran uang riil. Seandainya dalam kenyataan sesungguhnya hal itu terwujud, maka tidak aka nada lonjakan kurs demi mempertahakankan keseimbangan pasar valuta asing. Namun karena kondisi seperti ini tidak ada, maka kurs harus mengalami lonjakan menuju posisi jangka panjangnya yang baru secepat mungkin agar keseimbangan pasar tetap terjaga.

Related Documents


More Documents from "Harnas Widya Putra"