BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit sistemik lupus eritematasus (SLE) tampaknya terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto antibodi yang berlebihan, limfadenopati terjadi pada 50% dari seluruh pasien SLE pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit tersebut. SistemikLupusEritematosus (SLE) merupakan salah satu penyakit autoimun yang disebabkan oleh disregulasi sistim imunitas dan secara garis besar dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu endokrinmetabolik, lingkungan dan genetik.Gangguan renal juga terdapat pada sekitar 52% penderita SLE. Pada sebagian pasien, gangguan awal pada kulit dapat menjadi prekursoruntuk terjadinya gangguan yang bersifat lebih sistemik. Sistemik lupus erythematosus adalah suatu penyakit kulit menahun yang ditandai dengan peradangan dan pembetukan jaringan parut yang terjadi pada wajah, telinga, kulit kepala dan kandung pada bagian tubuh lainnya. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan produksi antibody terhadap komponen inti sel yang berhubungan dengan manifestasi yang luas. Penyakit lupus juga merupakan penyakit sistem ayatahan, ataupenyakit auto imun, dimana tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri atau pun virus yang masuk ke dalam tubuh.
1
BAB II PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI MASALAH a. Kasus Ny. M berusia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan demam disertai mual, muntah dan ngilu pada sendi. Klien juga mengeluh sering merasa cepat lelah dan tidak mampu melakukan aktivitas ringan seperti kekamar mandi dan duduk terlalu lama. Klien mengatakan kehilangan nafsu makan dan merasa BB nya turun. Ny M juga mengeluh adanya bercak merah pada wajahnya. Hasil pemeriksaan didapatkan BB: 48KG, TB:168CM, hipertermi dengan temperature 39,2 0 C, klien tampak nausea dan vomitus, adanya xerostomia, oral ulcer, klien juga tampak lemah sambil meringis menahan nyeri (skala nyeri 6) . kulit Ny.M (pada bagian wajah) terdapat rash seperti kupu-kupu , ruam discoid pada kaki dsn vaskulitis pada telapak tangannya. Dilakukan pemeriksaan laboraturium, didapatkan proteinuria,Hb 10 mg/dl, Leukosit 15.000 gr,dl, dan Trombosit 100.000 u/l. b. pengkajian DS : -
Klien mengatakan demam diserta mual
-
Klien mengatakan muntah
-
Klien mengatakn ngilu pada sendi
-
Klien mengatakan sering merasakan cepat lelah
-
Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas ringan
-
Klien mengatakan kehilangan nafsu makan dan merasa BB nya turun.
-
Klien mengeluh adanya bercak merah pada wajahnya.
DO : -
BB 48 kg
-
TB 168 CM,
-
hipertermi dengan temperature 39,2 0 C
-
Nausea dan vomitus 2
-
Xerostomia
-
Oral Ulcer
-
klien juga tampak lemah sambil meringis menahan nyeri (skala nyeri 6)
-
Didapatkan proteinuria,Hb 10 mg/dl
-
Leukosit 15.000 gr,dl,
-
Trombosit 100.000 u/l
B. HIPOTESIS 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d factor biologis 2. Nyeri akut b/d agen cidera 3. Hiperterimi b/d penyakit 4. Resiko kerusakan integritas kulit
C. MEKANISME NO
DATA
PENYEBAB
MASALAH KEPERAWATAN
1. DS: -
Anoreksia Klien mengatakan
kurang dari kebutuhan
mual, muntah -
tubuh
Klien mengatakan nafsu
Intek inadekuat
makan
menurun -
Kilen
merasa
berat
badannya
Metabolisme zat makanan tidak sempurna
menurun DO: -
-
BB:48kg,
Ketidakseimbangan
TB:168cm
nutrisi kurang dari
Klien nausea,
tampak
kebutuhan tubuh
dan
vomitus -
Ketidakseimbangan nutrisi
Adanya xerostemia
3
-
2.
Oral ulcer
DS : -
Nyeri akut Ngilu pada sendi
Musculoskeletal
DO: -
Klien
tampak
lemah
sambil
Pembengkakan sendi
meringis menahan nyeri ( skala nyeri : 6)
Nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak
Nyeri akut
4
3. DS : -
Pelepasan pirogen Klien
mengeluh
endogen (sitokinin)
demam DO : -
Suhu : 39,20C
Merangsang saraf Vagus
Sinyal mencapai saraf pusat
Pembentukan prostaglandin otak
Merangsang Hypothalamus
Meningkatkan titik patokan suhu
Meningkatkan suhu basal
Hipertermi
5
Hipertermi
DS : 4.
-
Vaskuler Pasien mengeluh adanya
integritas kulit
bercak
merah pada wajah DO : -
Resiko kerusakan
Inflamasi pada arteriole terminalis
Terdapat
rash
seperti kupu-kupu -
Ruam
discoid
pada kaki -
Vaskulitis
Lesi popular diujung kaki, tumit dan siku
pada
telapak tangan
Kerusakan integritas kulit
D. MORE INFO a. Pengertian Penyakit lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia terdeteksi penyandang penyakit Lupus mencapai 5 juta orang. Arti kata lupus sendiri dalam bahasa Latin berarti “anjing hutan”. Awalnya, penderita penyakit ini dikira mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi . Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh. Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Sistemik Lupus Eritomatosusk (SLE) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut SLE atau Lupus. Dr. Rahmat Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan, penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh 6
seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah.
b. Etiologi Belum diketahui dengan jelas ,namun terdapat banyak bukti bahwa Sistemik lupus erythematosus (SLE) bersifatmultifaktor, mencakup : a.Genetik b.Infeksi c.Lingkungan d.Stress e.Cahayamatahari f.FaktorResiko : hormon; imunitas; obat g. Mengalami penyakit anemia h. Rasa bingung yang mudah terjadi i. Rambut rontok parah j. Mudah lelah k. Nyeri sendi l. Timbulnya ruam merah m. Badan yang kurang enak n. Tidak nafsu makan o. Kelainanginjal, yaitu proteinuria (adanya protein padaurin) persisten>0.5 gr/hari p. Kelainanneurologik, yaitukejang-kejang.
c. Patofisiologi Penyakit Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) tampaknya terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto anti bodi yang berlebihan. Gangguan imun oregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralasin (Apresoline, prokainamid (Pronestyl), isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparatantikonvulsan disamping 7
makanan kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada sistemik lupus eritematosus, peningkatan produksi auto anti bodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-Supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasia kanmenstimulasi antigen yang selanjutnya merangsang anti bodi tambahan, dan siklus tersebut berulang kembali.
d. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis penyakit ini sangat beragam tergantung organ yang terlibat dimana dapat melibatkan banyak organ dalam tubuh manusia dengan perjalanan klinis yang kompleks, sangat bervariasi, dapat ditandai oleh serangan akut, periode aktif, kompleks, atau remisi dan seringkali pada keadaan awal tidak dikenali sebagai SLE. Gejala konstitusi nonspesifik nyeri sendi, letargi, penurunan berat badan, dan limfadenopati. Gangguan sistemik (demam dan malaise berat) biasnya sangat nyata pada lupus aktif dan sering merupakan manifestasi yang dominan. Manifestasi yang paling dikenali pada lupus adalah ruam muka “kupu-kupu” / malar, yang biasanya timbul setelah paparan sinar matahari.
e. Penatalaksanaan Lupus adalah penyakit seumur hidup, karenanya pemantauan harus dilakukan selamanya. Tujuan pengobatan SLE adalah mengontrol manifestasi penyakit, sehingga anak dapat memiliki kualitas hidup yang baik tanpa eksaserbasi berat, sekaligus mencegah kerusakan organ serius yang dapat menyebabkan kematian (Hockenberry & Wilson, 2009). Tatalaksana primer pada SLE meliputi: 1. Mengurangi inflamasi dan meminimalisir komplikasi Adapun obat-obatan yang dibutuhkan seperti: a.
Antiinflamasi non steroid (NSAIDs), untuk mengobati simptomatik artralgia nyeri sendi.
b.
Antimalaria, Diberikan untuk lupus diskoid. Pemakaian jangka panjang memerlukan evaluasi retina setiap 6 bulan.
c.
Kortikosteroid, Dosis rendah, untuk mengatasi gejala klinis seperti demam, dermatitis, efusi pleura. Diberikan selama 4 minggu minimal
8
sebelum dilakukan penyapihan. Dosis tinggi, untuk mengatasi krisis lupus, gejala nefritis, SSP, dan anemi hemolitik. d.
Obat imunosupresan/sitostatika, Imunosupresan diberikan pada SLE dengan keterlibatan SSP, nefritis difus dan membranosa, anemia hemolitik akut, dan kasus yang resisten terhadap pemberian kortikosteroid.
e.
Obat antihipertensi, Atasi hipertensi pada nefritis lupus dengan agresif
f.
Kalsium, Semua pasien SLE yang mengalami artritis serta mendapat terapi prednison berisiko untuk mengalami mosteopenia, karenanya memerlukan suplementasi kalsium.
2. Dialisis atau transplantasi ginjal Pasien dengan stadium akhir lupus nefropati, dapat dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal 3. Diet Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam. Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat tradisional. 4. Aktivitas Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya SLEi kulit pada pasien SLE. 5.
Penatalaksanaan infeksi Pengobatan segera bila ada infeksi terutama infeksi bakteri. Setiap kelainan urin harus dipikirkan kemungkinan pielonefritis.
Terapi Autoimun / Terapi Lupus :
Hindari kontak langsung dengan sinar matahari
Hindari sumber radikal bebas
Konsumsi antioksidan
Kurangi kelebihan berat badan
Perbanyak mengkonsumsi buah dan sayur 9
Banyak mengkonsumsi air putih
Kurangi asupan lemak
f. Komplikasi 1. Serangan pada Ginjal a) Kelainan ginjal ringan (infeksi ginjal) b) Kelainan ginjal berat (gagal ginjal) c) Kebocoran ginjal (protein terbuang secara berlebihan melalui urin) 2. Serangan pada Jantung dan Paru a) Pleuritis b) Pericarditis c) Efusi pleura d) Efusi pericard e) Radang otot jantung atau Miocarditis f) Gagal jantung g) Perdarahan paru (batuk darah) 3. Serangan Sistem Saraf a) Sistem saraf pusat Cognitive dysfunction Sakit kepala pada lupus Sindrom anti-phospholipid Sindrom otak Fibromyalgia b. Sistem saraf tepi Mati rasa atau kesemutan di lengan dan kaki c. Sistem saraf otonom Gangguan suplai darah ke otak dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak, dapat menyebabkan kematian sel-sel otak dan kerusakan otak yang sifatnya permanen (stroke). Stroke dapat menimbulkan pengaruh sistem saraf otonom. 4. Serangan pada Kulit a)
Lesi parut berbentuk koin pada daerah kulit yang terkena langsung cahaya disebut lesi discoid. 10
b)
C
iri-ciri lesi spesifik ditemukan oleh Sonthiemer dan Gilliam
pada akhir 70-an : Berparut, berwarna merah (erythematosus), berbentuk koin sangat sensitif terhadap
sengatan
matahari.
Jenis
lesi
ini
berupa
lupus
kult
subakut/cutaneus lupus subacute. Kadang menyerupai luka psoriasis atau lesi tidak berparut berbentuk koin.
Lesi dapat terjadi di wajah dengan pola kupu-kupu atau dapat mencakup area yang luas di bagian tubuh.
Lesi non spesifik.
Rambut rontok (alopecia).
Vaskullitis : berupa garis kecil warna merah pada ujung lipatan kuku dan ujung jari. Selain itu, bisa berupa benjolan merah di kaki yang dapat menjadi borok.
Fotosensitivitas : pipi menjadi kemerahan jika terkena matahari dan kadang di sertai pusing.
5. Serangan pada Sendi dan Otot a)Radang sendi pada lupus b) Radang otot pada lupus 6. Serangan pada Mata 7. Serangan pada Darah a) Anemia b) Trombositopenia c) Gangguan pembekuan d) Limfositopenia e) Serangan pada Hati E. DON’T KNOW 1. Apakah lupus dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi obat? Jawaban : Lupus eritematosis sistemik tidak bias disembuhkan. Tujuan pengobatan yang tersedia adalah untuk mengurangi tingkat gejala, mencegah kerusakan organ dalam, serta meminimalkan dampaknya pada kehidupan penderita SLE. (alodokter.com 11
,http://www.alodokter.com/lupus/pengobatan?gclid=CLPc2Yza99T5PDc99ACFdCFa AoduwUHWA )
2. Apa penyebab penyakit SLE? Jawaban : Penyebab kondisi auto imunpada Lupus belum diketahui.Sistem kekebalan tubuh penderita lupus akan menyerangsel, jaringan, dan organ yang sehat dan nada juga yang menganggap pemicu dan penyebab munculnya penyakit lupus pada beberapa orang adalah karena factor genetika dan lingkungan. (alodokter.com , 2016 http://www.alodokter.com/lupus/penyebab?gclid=COuT5PDc99ACFQskaAodxOkF3 Q)
3. Apakah ada cara menangkal sakit Lupus kedirikita? Jawaban : Cara menangkal sakit lupus kedirikita ada 5 pencegahan: 1. Hindari stress dan terapkan pola hidup sehat 2. Kurangi kontak langsung berlebihan dengan sinar matahari 3. Stop atau berhenti merokok 4. Berolahraga teratur 5. Lakukan diet nutria (dr.BudiantoMarfa’ung 2014 http://www.jawaban.com/read/article/id/2013/05/15/65/130515145728/5_langkah _mencegah_diri_terkena_penyakit_lupus F. LEARNING ISSUE 1. Pertanyaan klinis Apakah Ny. M usia 35thn menderita lupus dengan terapi sel T dapat meringankan penyakit lupus yang dideritanya? 2. PICO P: Ny. M usia 35thn menderita lupus I: C: O: Terapi sel T
12
3. Kesimpulan SLE merupakan penyakit autoimun multifaktorial dan kompleks dengan manifestasi klinis yang beragam dan ditandai oleh berbagai penyimpangan seluler dan molekuler. manajemen tradisional pasien dengan SLE bergantung pada penggunaan kortikosteroid dan agen imunosupresif, seperti hydroxycloroquine, azathioprine, siklofosfamid, metotreksat dan, baru-baru ini, mikofenolat mofetil. Namun, perawatan ini sering disertai dengan efek samping yang signifikan. Selain itu, pasien dengan refractory SLE tidak memadai menanggapi agen imunosupresif konvensional, sehingga membuat kebutuhan untuk mengembangkan strategi terapi baru wajib. Sel T telah muncul sebagai pemain sentral dalam patogenesis SLE. Meskipun pemahaman kita masih tetap tidak lengkap, kemajuan signifikan telah dibuat selama beberapa tahun terakhir dalam mengidentifikasi penyimpangan biokimia yang menjadi ciri sel T lupus dalam upaya untuk menjelaskan mekanisme patogenik yang mendasari SLE. Selama proses ini, target terapi baru dan menjanjikan telah diidentifikasi. agen biologis dan obat-molekul kecil sedang dikembangkan dan bidang saat ini berkembang dari epigenetik diharapkan untuk lebih meningkatkan pengetahuan kita tentang gen-regulasi. Wawasan baru dapat berujung pada pengembangan pengobatan yang lebih aman dan lebih efektif.
G. PROBLEM SOLVING N
DIAGNOSA
O 1.
NOC
Ketidakseimbangannu 1.
Status Nutrisi
trisi
Setelah
:
NIC 1. Kolaborasi
dilakukan
tindakan
dengan tim
kurangdarikebutuhant
keperawatan selama 3x24 jam
kesehatan
ubuh
kebutuhan
lain
biologis
b/d
factor
nutrisi
pasien
akan
untuk
membaik dengan criteria sebagai
mengemban
berikut :
gkan
a. Asupan makanan, dari skala
perawatan
2
3
dengan
b. Asupan cairan dari skala2
3
c. Rasio berat badan / tinggi badan dari skala 3 13
4
melibatkan klien
dan
orang-orang
2.
Nafsumakan
terdekatnya
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama 6 jam, nafsu makan
pasien
akan
membaik
dengan tepat. 2. Rendingkan
dengan criteria hasil :
dengan ahli
a. Hasrat / keinginan untuk makan
gizi
dari skala 2
3
menentukan
b. Intake makanan, dariskala 2
dalam
asupan
4
kalori harian
c. Intake nutrisi dari skala 2
3
yang diperlukan untuk mempertaha nkan
berat
badan yang sudah ditentukan. 3. Dorong klien untuk mendiskusik an makanan yang disukai bersama dengan ahli gizi. 4. Monitor asupan kalori makanan harian. 5. Tentukan apa
yang
menjadi prefrensi 14
makanan bagi pasien. 6. Atur
diet
yang diperlukan, misalnya menyediaka n
makanan
berprotein tinggi. 2.
Nyeri b/d
1. Kontrolnyeri Setelah
1. Tentukan
dilakukan
tindakan
akibat
dari
keperawatan selama 3 jam, nyeri
pengalaman
pasien
nyeri
akan
membaik
dengan
criteria sebagai berikut :
terhadap
a. Mengenalikapannyeriterjadidari
kualitas
skala
hidup pasien
2
3
( misalnya,
b. Menggambarkan
factor
penyebab dari skala 2 c. Menggunakan
jurnal
tidur, nafsu
3
makan,
harian
pengertian,
untuk monitor gejala dari waktu
perasaan,
ke waktu dari skala
hubungan,
2
3
d. Menggunakan analgesic yang
performa,
direkomendasikan dari skala
kerja
1
tanggung
3
e. Melaporkan
nyeri
terkontrol dari skala 1
yang 3
2. Tingkat nyeri Setelah
dan
jawab peran ) 2. Berikan
dilakukan
tindakan
informasi
keperawatan selama 3 jam, nyeri
mengenai
pasien
nyeri seperti
akan
membaik
criteria sebagai berikut :
15
dengan
penyebab
a. Nyeri
yang
denganskala 2 b. Panjangnya
dilaporkan 4
episode
nyeri, berapa lama
nyeri
nyeri
akan
dengan skala
dirasakan,
2
dan
3
c. Ekpresi
nyeri wajah dengan
skala 2
3
d. Kehilangan
antisipasi dari
nafsu
makan
ketidaknyam
dengan skala
anan akibat
2
prosedur.
3
e. Mual dengan skala 2
3
3. Kendalikan factor lingkungan yang
dapat
mempengar uhi
respon
pasien terhadap ketidaknyam anan
(
misalnya, suhu ruangan, pencahayaan ,
suara
bising ) 4. Kurangi atau eliminasi factor-faktor yang
dapat
mencetuska n
atau
meningkatka n 16
nyeri
(
misalnya, ketakutan, kelelahan, keadaan monoton dan kurang pengetahuan ) 5. Dorong pasien untuk memonitor nyeri
dan
menangani nyerinya dengan tepat. 6. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplen tasikan tindakan penurunan nyeri
non
farmakologi, sesuai kebutuhan. 17
7. Evaluasi keekfetifan dari tindakan pengontrol nyeri
yang
dipakai selama pengkajian nyeri dilakukan. 3.
Hipertermi penyakit
b/d Termoregulasi Setelah
1. Monitor
dilakukan
tindakan
suhu paling
keperawatan selama 5 jam, suhu pasien
tidak setiap
akan membaik dengan criteria sebagi
2 jam, sesuai
berikut :
kebutuhan
a. Melaporkankenyamanansuhu, dariskala 1
3
tekanan
b. Penurunansuhukulitdariskala 1
2. Monitor
darah, nadi
3
dan
c. Hipertermia, dari skala 1
3
respirasi,
d. Perubahan warna kulit 1
2
sesuai kebutuhan 3. Monitor suhu
dan
warna kulit 4. Diskusikan pentingnya termoregula si
dan
kemungkina n
efek
negative dari
18
demam yang berlebihan, sesuai kebutuhan 5. Informasika n
pasien
mengenai indikasi adanya kelelahan akibat panas dan penanganan emergency yang
tepat,
sesuai kebutuhan 6. Sesuai
kan
suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien 4.
Kerusakan integritas Integritas kulit
jaringan
:
kulitdan
membrane mukosa Setelah
dan selaput
dilakukan
keperawatan integritas
selama
kulit
akan
tindakan 3x24 baik
criteria sebagai berikut : a. Suhu kulit dari skala 1
3
jam dengan
lender terkait dengan adanya kemerahan, kehangatan
b. Tekstur, dariskala 2
1. Periksa kulit
3
ekstrim, edema,
19
c. Integritas kulit, dari skala 2 d. Lesi pada kulit dari skala 2 e. Eritema, dari skala 1
3
3 3
ataudrainase 2. Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema, danul serasi pada ekstremitas 3. Monitor warna
dan
suhu kulit 4. Monitor infeksi, terutama dari daerah edema 5. Laukan langkahlangkah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (misalnya, melapisi kasur, menjadwalk an resposisi) 6. Ajarkan anggota keluarga/ 20
pemberi asuhan mengenai tanda-tanda kerusakan kulit, dengan tepat
21
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Penyakit lupus merupakan salah satu penyakit berbahaya selain AIDS dan kanker. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit autoimun, dimana sistem imun terbentuk secara berlebihan sehingga kelainan ini lebih dikenal dengan nama autoimunitas. Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkannya tetapi diduga yang menjadi penyebabnya adalah factor genetik, infeksi (kuman dan virus) sinar ultraviolet, obat-obatan tertentu, dan lingkungan. Para ilmuwan menduga penyakit ini ada kaitannya dengan hormon estrogen. Manifestasi klinis penyakit ini sangat beragam tergantung organ yang terlibat dimana dapat melibatkan banyak organ dalam tubuh manusia dengan perjalanan klinis yang kompleks, sangat bervariasi, dapat ditandai oleh serangan akut, periode aktif, kompleks, atau remisi dan seringkali pada keadaan awal tidak dikenali sebagai SLE. Diagnosis SLE, dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan laboratorium. American College of Rheumatology (ACR). Terkait dengan dinamisnya perjalanan penyakit SLE, maka diagnosis dini tidaklah mudah ditegakkan. Dimana apabila didapatkan 4 kriteria, diagnosis SLE dapat ditegakkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Esther, dkk. 2009. Patofisiologi Aplikasi Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC. Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2. Jakarta: EGC. Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC DW Rindhi. 2011. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) (Jurnal artikel). Semarang. Semarang: Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Estiasari, Riwanti. 2009. Disfungsi Kognitif pada penderita Lupus Eritematosus Sistemik (Tesis). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kurnianingsih, Penerj. Jakarta, DKI Jakarta, Salemba: Penerbit Buku Kedokteran EGC. MD Daniel J, Wallace.2007. The Lupus Book. Jogjakarta: B first. Smeltzer, Suzanne C. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart edisi 8 volume 3. Jakarta : EGC Lahita RG. The clinical presentation of systemic lupus erythematosus. In:Lahita RG, Tsokos G, Buyon J, Koike T. Editors. Systemic Lupus erythematosus, 5th ed. San Diego. Elsevier; 2011: 525-540. Schur P, ed. The clinical management of systemic lupus erythematosus, 2nd ed. Philadelphia: Lippincott-Raven, 1996.
23
LAMPIRAN
24