Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah mekanisme pertahanan tubuh yang bertugas merespon atau menanggapi ''serangan'' dari luar tubuh kita. Dikatakan pula bahwa
imunomodulator terutama dibutuhkan untuk kondisi dimana status sistem imun akan mempengaruhi kondisi pasien dan penyebaran penyakit, seperti pada kasus terapi adjuvan yang melibatkan infeksi bakteri, fungi atau virus (Tjandrawinata et al., 2005). Saat terjadi serangan, biasanya antigen pada tubuh akan mulai bertugas. Antigen bertugas menstimulasi sistem kekebalan tubuh. Kelak, mekanisme inilah yang akan melindungi tubuh dari serangan berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan berbagai kuman penyebab penyakit. Ketika sistem imun tidak bekerja optimal, tubuh akan rentan terha-dap penyakit. Beberapa hal dapat mempengaruhi daya tahan tubuh. Misalnya saja karena faktor lingkungan, makanan, gaya hidup sehari-hari, stres, umur, dan hormon. Untuk itu sebelum jatuh sakit, penting kiranya setiap orang menjaga gaya hidup yang sehat dan baik. Caranya dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, hidup yang sehat dan higienis, tidur cukup selama delapan jam sehari, minum air putih dua liter per hari, olahraga teratur dan menjaga berat badan yang ideal (Haryadi, 2006). Sistem imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistem imun kongenital atau non spesifik dan sistem imun didapat atau adaptive atau spesifik. Mekanisme pertahanan tubuh oleh sistem imun kongenital bersifat spontan, tidak spesifik, dan tidak berubah baik secara kualitas maupun kuantitas bahkan setelah paparan berulang dengan patogen yang sama. Sedangkan sistem imun didapat muncul setelah proses mengenal oleh limfosit (clonal selection), yang tergantung pada paparan terhadap patogen sebelumnya. Adanya sistem imun kongenital memungkinkan respon imun dini untuk melindungi tubuh selama 4-5 hari, yang merupakan waktu yang diperlukan untuk mengaktivasi limfosit (imunitas didapat). Mekanisme pertahanan tubuh ini dibagi atas 3 fase: (Flachsmann, 2001)