Trend Dan Issue Sistem Imun Dan Hematologi.docx

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Trend Dan Issue Sistem Imun Dan Hematologi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,869
  • Pages: 10
TREND DAN ISSUE TENTANG HIV/AIDS

A. PENGERTIAN 1. Pengertian Trend Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang populer dikalangan masyarakat 2. Pengertian Issue Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, ataupun tentang kritis. Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun masih belum jelas faktanya atau buktinya. 3. Pengertian Trend dan Issue Keperawatan Trend dan issue keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang praktek / mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak, trend dan issue tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan. Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional 1

dalam memberikan pelayanan kesehatan / keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek sosial budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum menggembirakan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya : 1) Keterlambatan

pengakuan

body

of

knowledge

profesi

keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di Universitas Indonesia, sedangkan di negara barat pada tahun 1869. 2) Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional. 3) Keterlambatan sistem pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi) Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan maka solusi yang harus ditempuh adalah : 1. Pengembangan pendidikan keperawatan. Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan.

Akademi

Keperawatan

merupakan

pendidikan

keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.

2

2. Memantapkan sistem pelayanan perawatan professional Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen / klien. 3. Penyempurnaan organisasi keperawatan Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.

B. TREND DAN ISSUE SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI. HIV/AIDS 1. PENGERTIAN HIV/AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus)

adalah sejenis virus yang

melemahkan sistem kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia. Virus inilah yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) (Brooks, 2004). 2. PERBEDAAN ANTARA HIV DENGAN AIDS Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik atau gejala infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah ‘HIV-positif’ atau mempunyai ‘penyakit HIV tanpa gejala.’ Apabila gejala mulai muncul, orang disebut mempunyai ‘infeksi HIV bergejala’ atau‘penyakit HIV lanjutan.’ Pada stadium ini 3

seseorang kemungkinan

besar

akan

mengembangkan

infeksi

oportunistik. AIDS merupakan definisi yang diberikan kepada orang terinfeksi HIV yang masuk pada stadium infeksi berat. AIDS

didefinisi

sebagai

jumlah

sel

CD4

di

bawah

200 ;

dan/atau terjadinya satu atau lebih infeksi oportunistik tertentu. Istilah AIDS terutama dipakai sebagai patokan

untuk

kepentingan

kesehatan

masyarakat,

untuk laporan kasus. Sekali kita dianggap AIDS,

berdasarkan gejala dan/atau status kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan status ini tidak diubah walau kita menjadi sehat kembali. Orang terinfeksi HIV yang mempunyai semakin banyak informasi,

dukungan dan perawatan medis yang baik dari tahap awal

penyakitnya akan lebih berhasil menangani infeksinya. Terapi antiretroviral (ARV) yang sekarang semakin terjangkau dapat memperlambat kecepatan penggandaan

HIV;

obat lain

dapat mencegah

atau

mengobati

infeksi yang disebabkan HIV (Kannabus, 2008). 3. GAMBARAN DAN MANAJEMEN DARI HIV PADA KLINIK SEHARIHARI Dampak epidemic HIV/AIDS tidak mudah ditanggulangi, adanya masalah koinfeksi pada orang-orang yang terkena HIV dengan HCV, HBV, TB, serta penyakit infeksi lainnya mendorong penanganan yang lebih komprehrensif. Koinfeksi tidak saja dapat memperburuk status kesehatan orang dengan HIV, juga HIV itu sendiri mempercepat situasi dampak buruk infeksi lainnya. Trend HIV meningkat karena waktu terinfeksi dan progresi menjadi AIDS menjadi dapat diprediksi. Saat ini telah dikembangkan algoritme uji terbaru HIV seroconversi (STARHS) yang merupakan cara untuk menganalisa sampel HIV positif untuk menentukan apakah infeksinya baru terjadi atau sudah berjalan.

4

Umumnya tenaga profesi kesehatan di Indonesia belum siap menghadapi epidemi HIV dengan problema koinfeksinya, sehingga diperlukan peningkatan kompetensi dokter Indonesia dalam mengenali dan menangani koinfeksi HIV dengan pathogen lainnya. Selain itu penularan HIV semakin meluas ke pasangan seksnya (isteri) dan anaknya. 4. TREN METODE PENCEGAHAN HIV Metode pencegahan HIV dapat secara luas diklasifikasikan sebagai metode perilaku dan biologi. Metode pencegahan perilaku klasik yang dikenal sebagai ABC meliputi Abstinence (pantang), Behavioural Changes (Perubahan perilaku) dan Condom Usage (Penggunaan kondom) masih terus menjadi andalan pencegahan. Telah dilakukan penelitian besar selama bertahun-tahun pada pilihan biologis seperti vaksin, mikrobisida, sunat laki-laki, dan profilaksis. Untuk vaksin, belum tersedianya vaksin HIV yang efektif untuk pemberantasan dan pencegahan HIV/AIDS. Penelitian dr. Aswini yang diambil dari jurnal infeksi HIV/Aids, vaksin HIV telah menghadapi banyak kemunduran dengan hasil yang mengecewakan dari percobaan VaxGen fase III , kegagalan AD5 dan uji coba HVTN 505. Sampai saat ini masih banyak penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan vaksin HIV. Selain vaksin, sunat pada laki-laki telah terbukti menurunkan penularan HIV terlepas dari hubungan keagamaan yang terkait dengan itu. Pengobatan pasien terinfeksi HIV dengan anti-retroviral juga berfungsi sebagai salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi transmisi sekunder. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan program Pencegahan Transmisi Ibu ke Anak (Prevention Mother To Child Transmission), dimana dalam mengurangi penularan penyakit langsung dari ibu kepada bayi dengan menggunakan obat anti retroviral sebagai strategi pencegahan.

5

5. TREN MANAJEMEN HIV Pengobatan HIV kini telah menjadi lebih sederhana dan lebih murah karena ketersediaan kombinasi dosis tetap dan obat generik yang murah. Ada banyak golongan obat antiretroviral dengan banyak tambahan yang baru yang ditujukan untuk mengurangi mutasi dan resistensi terhadap obat. Karena keberhasilan ARV dalam mencapai penekanan virus, harapan hidup pasien meningkat dan terjadinya penurunan angka kejadian AIDS secara substansial. Memulai ARV awal selama fase akut dari infeksi juga dapat membantu untuk mencapai kesembuhan dengan membatasi pertumbuhan virus HIV. Namun, karena meningkatnya harapan hidup dan penuaan dini yang disebabkan oleh obat antiretroviral, banyak isu-isu terkait usiamuncul pada populasi ini mengarah ke fenomena “Greying AIDS”. Orang yang terinfeksi HIV dan mendapat terapi ARV terbukti berada pada risiko tinggi untuk berbagai penyakit “non AIDS” kondisi seperti penyakit hati, penyakit jantung, gangguan ginjal, kanker non-AIDS, osteoporosis, penurunan neurokognitif, dll. Salah satu keterbatasan ARV (obat antiretroviral) adalah penggunaan obat seumur hidup. Oleh karena itu ke depannya akan dikembangkan strategi untuk menyembuhkan HIV dengan menggunakan transplantasi sumsum tulang dan terapi gen. Berdasarkan laporan kasus Berlin dan Boston yang menyorot tentang transplantasi sumsum tulanhg, diperoleh adanya peningkatan harapan hidup pasien kanker dengan HIV setelah dilakukannya transplantasi sumsum tulang. Perkembangan ilmu kedokteran akan terus dikembangkan baik dari segi diagnosis klinis untuk mendiagnosis kasus HIV/AIDS secara cepat dan akurat maupun terapi termutakhir dalam pengobatan HIV/AIDS untuk meningkatkan angka

6

harapan hidup. Selain itu upaya untuk pembuatan vaksin atau strategi yang efektif

untuk

menyembuhkan

HIV

perlu

dikembangkan

untuk

menanggulangi kasus HIV/AIDS. Namun ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperlambat perkembangan penyakit ini. Teknik Yoga untuk HIV dan AIDS adalah pilihan yang layak. Yoga telah berhasil digunakan untuk mengobati berbagai macam isu yang berbeda selama berabad-abad. HIV dan AIDS adalah pendatang baru relatif dalam penyakit dunia , yang pada gilirannya telah membuat mereka lebih sulit untuk mengobati. Namun demikian, Yoga telah terbukti bermanfaat bagi mereka yang memiliki HIV dan AIDS, yang mengarah ke tingkat kebugaran fisik, meningkatkan kekebalan, tingkat stres yang lebih rendah dan rasa yang lebih besar kedamaian batin. Sementara hampir semua pose yoga akan membuktikan bermanfaat, ada beberapa yang dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar untuk penyakit tertentu. Hal ini diyakini bahwa inversi mungkin baik bagi mereka dengan AIDS dan HIV karena mereka mengarahkan aliran darah dan energi ke timus. Timus adalah kelenjar endokrin besar yang membantu mengatur dan mengontrol sel T dalam sistem kekebalan tubuh. Karena HIV dan AIDS menyerang sel T, yang mendukung kelenjar yang mengontrol mereka tampaknya seperti cara yang logis untuk membantu tubuh melawan penyakit ini. Meningkatkan efisiensi timus dan pada gilirannya sistem kekebalan tubuh tentu tidak ada salahnya. Komunitas medis telah lama memeluk obat alternatif komplementer bagi mereka dengan AIDS, dan mudah-mudahan tren ini akan terus berlanjut lama ke masa depan. Berkat inovasi-inovasi baru dalam

7

pengobatan, mereka dengan AIDS hidup lebih lama daripada sebelumnya. Pasangan obat canggih dengan kebijaksanaan, kuno sederhana Yoga menyebabkan efek sinergis, yang menghasilkan kehidupan yang lebih panjang, sehat dan lebih bahagia bagi mereka dengan AIDS. 6. PERAN PERAWAT Peran

seorang

perawat

seorang penderita AIDS

dalam

mengurangi

beban

psikis

sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan

pertahankan hubungan yang sering dengan pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien. Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan untuk konseling psikiatri. Konseling yang dapat diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling pre dan pasca tes HIV, konseling KB dan perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV penting untuk mengurangi beban psikis. Pada konseling dibahas mengenai risiko penularan HIV, cara tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit HIV serta dukungan yang dapat diperoleh

pasien.

Konsekuensi

negative disampaikan orang

yang

dalam

dari

sesi

akan menjalani

hasil

tes

konseling.

testing

telah

postif

Dengan

maupun demikian

dipersiapkan

untuk

menerima hasil apakah hasil tersebut positif atau negatif. Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat stigma negatif dan diskriminasi

masyarakat

adakalanya

sangat

berat,

perawat

perlu

mengidentifikasi adakah sistem pendukung yang tersedia bagi pasien. Perawat juga perlu

mendorong

kunjungan

terbuka

(jika

memungkinkan), hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan bagi orang

terdekat

pasien.

Partisipasi

dapat mengurangi

8

orang

perasaan

lain,

bantuan

kesepian dan

dari

ditolak

yang

dirasakan

oleh

pasien. Perawat

juga

perlu

melakukan

pendampingan pada keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan dan pemahaman yang benar mengenai AIDS, sehingga keluarga dapat berespons dan memberi dukungan bagi penderita. Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek

yang tidak boleh dilupakan perawat. Bagi

penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan narkoba dan seksual bebas harus disadarkan agar segera bertobat dan tidak menyebarkannya kepada orang lain dengan menjaga perilakunya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Bagi seluruh penderita AIDS didorong untuk mendekatkan diri pada Tuhan, jangan berputus asa atau bahkan berkeinginan untuk bunuh diri dan beri penguatan bahwa mereka masih dapat hidup dan berguna bagi sesama antara lain dengan membantu upaya pencegahan penularan HIV/AIDS.

9

DAFTAR PUSTAKA

Chin. J, Kandun. (2006). Manual Pemberantasan Penyakit Menular, Jakarta : Infomedika. Sudoyo AW, dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam

Edisi

IV. Jakarta :

Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,. Umar Zein, dkk: Aspek Klinis, Problema Diagnostik dan Pengobatan Penderita AIDS Dewasa di Medan, Acta Medica Indonesiana, Volume XXXV Supplemen 2, Agustus 2003.

10

Related Documents