Tugas Teori Akt.docx

  • Uploaded by: Afdhal Ibrahim
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Teori Akt.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,499
  • Pages: 21
MAKALAH TEORI AKUNTANSI

Disusun oleh : Nama : Afdhal Ibrahim NIM : 5150111429 Kelas : S1 Akuntansi G

FAKULTAS BISNIS PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA 2018

BAB 1 Pengertian Teori Akuntansi

A. Arti Penting Teori Akuntansi Praktik akuntansi bersifat dinamik dan selalu menghadapi masalah masalah praktis dan professional. Teori akuntansi merupakan bagian penting dari praktik. Pemahamannya oleh praktisi dan penyusun standar akan sangat mendorong pengambangan serta perbaikan menuju praktik yang sehat. Teori akuntansi menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara beralasan atau bernalar yang secara etis dan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Praktik akuntansi yang baik dan maju tidak akan dapat dicapai tanpa suatu teori baik yang melandasinya. Praktik dan profesi harus dikembangkan atas dasar penalaran.Teori merupakan obor yang menerangi praktik dengan prinsip-prinsip yang masuk akal.

B. Pengertian Akuntansi Teori akuntansi sangat erat kaitannya dengan akuntansi keuangan, pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada pendefinisian akuntansi sebagai suatu bbidang pengetahuan. Akuntansi didefinisi sebagai seperangkat pengetahuan karena wilayah materi dan kegiatan cukup luas dan dalam serta telah membentuk kesatuan pengetahuan yang terdokumentasi secara sistematis dalam bentuk literatur akuntansi. Akuntansi sebagai seperangkat pengetahuan didefinisikan sebagai berikut: Seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan Negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik. Dalam arti sempit,akuntansi didefinisikan sebagai proses, fungsi atau praktik sebagai berikut: Proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan, pengklasifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar yang terdiri dari kejadiankejadian, transaksi-transaksi, atau kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.

C. Seni, Sains, atau Teknologi Pada awalnya pengembangan, akuntansi dapat dikatakan sebagai kerajinan karena orang yang akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan akuntansi harus terjun langsung dalam dunia praktik dan mengerjakan magang pada praktisi. Yang dimaksud dengan akuntansi dikatakan sebagai seni adalah cara menerapkannya bukan sifatnya sebagai seperangkat pengetahuan. Kalau akuntansi bukan merupakan seni, apakah akuntansi itu merupakan ilmu atau sains? Pengertian ilmu itu sendiri merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi menjadi misteri, dengan katalain bahwa ilmu adalah pengetahuan yang berisi penjelasan (explanation) tenteng gejala alam atau sosial yang bebas dari pertimbangan nilai karena ilmu harus mendeskripsi gejala tersebut seperti apa adanya. Kegiatan dan tujuan ilmiah dalam membangun ilmu diarahkan untuk menguji dan menetapkan kebenaran suatu penjelasan. Selain syarat bebas nilai, ada beberapa kriteria penting untuk menguji validitas pernyataan-pernyataan sebagai seperangkat pengetahuan agar pengetahuan dapat disebut sebagai sains yaitu koherensi, menuntut bahwa seperangkat pernyataan-pernyataan diturunkan secara logis atau bernalar dari asumsi atau premis yang mendasarinya, korespondensi menentukan apakah konklusi yang diturunkan dari teori yang melandasinya didukung oleh fakta empiris di dunia nyata, keterujian menghendaki terdapatnya metoda yang cukup meyakinkan untuk menguji teori, keuniversalan atau kekomprehensifan adalah criteria untuk menentukan apakah pernyataanpernyataan (teori) mampu untuk mencakupi dan menjelaskan semua fakta yang berkaitan dengan fenomena yang dibahas. Tujuan akuntansi adalah menghasilkan atau menemukan prinsip-prinsip umum untuk menjustifikasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (tujuan pelaporan keuangan) bukan untuk mendapatkan kebenaran penjelasan (teori).

D. Akuntansi Sebagai Teknologi Teknologi merupakan seperangkat pengetahuan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, teknologi merupakan sarana untuk memecahkan masalah nyata dalam lingkungan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu. Teknologi digunakan untuk mengendalikan variablevariabel alam dan sosial untuk mencapai kehidupan tertentu yang lebih baik. Akuntansi tidak mempunyai sifat-sifat sebagai sains, karena akuntansi masuk dalam bidang pengetahuan teknologi, auntansi dapat didefinisikan sebagai “rekayasaan informasi dan pengendalian keuangan.” Teknologi merupakan sains terapan, penerapan teknologi tidak lepas dari nilai budaya tempat akuntansi iterapkan.

Perekayasaan Pelaporan Keuangan Proses untuk menentukan cara yang terbaik untuk mendapatkan produk (hasil) terbaik dalam penerapan suatu teknologi disebut perekayasaan. Perekayasaan itu sendiri meupakan suatu proses terencana dan sistematis yang melibatkan pemikiran, penalaran, dan pertimbangan untuk memilih dan menentukan teori, pengetahuan yang tersedia, konsep, metoda, teknik, serta pendekatan untuk menghasilkan suatu produk (konkret atau konseptual). Perekayasaan akuntansi mengikuti proses yan sama baik pada tingkat makro (nasional) maupun pada tingkat mikro (perusahaan). Yang dimaksud akuntansi dalam perekayasaan ini adalah akuntansi dalam arti luas yaitu sebagai suatu sistem pelaporan keuangan umum yang melibatkan kebijakan umum akuntansi ( tentang struktur, mekanisma, pihak yang terlibat, dan sstandar pelaporan) dalam suatu wilayah Negara tertentu, Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses tentang bagaimana informasi keuangan untuk semua unit usaha dan pemerintahan harus disediakan dan dilaporkan dalam suatu Negara untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomik. Dalam perekayasaan pelaporan keuangan, akuntansi memanfaatkan pengetahuan dan sains dari berbagai disiplin ilmu. Pada tingkat makro, produk perekayasaan akuntansi adalah semacam konstitusi yang disebut rerangka konseptual.

E. Teori Akuntansi Sebagai Sains Teori sering diartikan sebagai sesuatu yang tidak operasional atau sesuatu bersifat abstrak atau sesuatu yang ideal sebagai lawan dari sesuatu yang nyata dan dikerjakan dalam dunia nyata.Teori akuntansi sering diartikan sebagai sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku dan harus di anut dalam lingkungan tertentu. Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan secara sistematis yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta. Tujuan teori adalah menjelaskan dan memprediksi. Menjelaskan berarti menganalisis dan memberi alasan menga fenomena atau fakta seperti yang di amati. Teori permintaan (dalam ekonomika) misalnya menjelaskan mengapa kalau harga naik, kuantitas barang yang diminta akan menurun. Memprediksi berarti memberi keyakinan bahwa kalau asumsi-asumsi atau syarat-syarat yang diteorikan dipenuhi beesar kemungkinan suatu fenomena atau fakta (peristiwa) tertentu akan terjadi. Hipotesis bahwa kuantitas yang diminnta turuun kalau harga naik adalah prediksi yang diturunkan dari analisis. Keseluruhan analisis membentuk teori dalam bidang pengetahuan tertentu.

F. Teori Akuntansi sebagai Penalaran Logis Teori dapatpula diartikan sebagai suatu penalaran logis ( logical reasoning ) yang melandasi praktik (berupa tindakan, kebijakan, atau peraturan) dalam kehidupan nyata. Teori berusaha untuk memberikan pembenaran (justification)terhadap praktik agar praktik mempunyai kekuatan untuk dapat mempertahankan atau dipertanggungjelaskan kelayakannya. Penalaran logis berisi asumsi, dasar pikiran, konsep, dan argumen yang saling berkaitan dan yang membentuk suatu rerangka pikir yang logis. Hasil proses penalaran logis dapat dituangkan dalam bentuk dokumen yang berisi prinsip-prinsip umum (semacam konstitusi) yang menjadi landasan umum untuk menentukan tindakan atau praktik (dalam bentuk undang-undang atau peraturan) yang terbaik dalam mencapai suatu tujuan. Bila diterapkan untuk akuntansi, teori akuntansi sering di maksudkan sebagai suatu penalaran logis yang memberikan penjelasan dan alasan tentang perlakuan akuntansi tertentu (baik menurut standar akuntansi atau melalui trandisi) dan tentang struktur akuntansi yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu. Teori akuntansi membahas proses pemikiran atau penalaran untuk menjelaskan kelayakan prinsip atau praktik akuntansi tertentu yang sudah berjalan atau untuk memberi landasar konseptual dalam penentuan standar atau praktik yang baru. Paton dan Littleton mengemukakan bahwa tujuan teori akuntansi adalah penyediaan gagasan-gagasan mendasar (fundamental ideas) yang menjadi basis fundasi dalam proses perekayasaan pelaporan keuangan. Hasil perekayasaan tersebut berupa seperangkat doktrin ( body off doctrin) yang berkaitan secara logis, terkoordinasi, dan konsisten yang mempunyai fungsi sebagai landasan untuk penurunan standar akuntansi. Secara ringkas dapat di katakan bahwa teori akuntansi merupakan penalaran logis. Proses penalaran logis untuk akuntansi diwujudkan dalam bentuk perekayasaan pelaporan keuangan. Perekayasaan akuntansi (pelaporan keuangan) menghasilkan suatu rerengka konseptual. Fungsi rerangka konseptual adalah untuk mengevaluasi atau membenarkan (menjustifikasi) dan untuk mempengaruhi atau mengembangkan praktik akuntansi.

G. Perspektif Teori Akuntansi Pembahasan sebelum ini membedakan pengertian teori atas dasar taksonomi akuntansi sebagai sains atau teknologi. Bila akuntansi dilakukan sebagai sains, teori akuntansi akan merupakan penjelasan ilmiah. Bila akuntansi diperlakukan sebagai teknologi, teori akuntansi diartikan sebagai penalaran logis. Manapun perlakuan yang dianut, teori akuntansi akan berisi pernyataan yang berupa baik penjelasan ataupun pembenaran (justifikasi) tentang suatu fenomena atau perlakuan akuntansi. Contoh fenomena atau perlakuan akuntansi antara lain adalah adanya bermacam metoda akuntansi, penggunaan sistem berpasangan (debit-kredit), keharusan menyusul statemen aliran kas, pernyataan bahwa akuntansi kos sekarang lebih relevan dari akuntansi kos historis, dan adanya reaksi pasar modal terhadap penerbitan informasi laba. Selain perspektif (aspek) taksonomi yang membagi teori akuntansi menjadi penjelasan ilmiah dan justifikasi, teori akuntansi juga sering dikelompokkan atas dasar perspektif lain menurut tujuan atau penekanan pembahasan. 1. Aspek Sasaran Teori Aspek sasaran (goal) teori akuntansi telah disinggung dalam beberapa uraian sebelum ini. Aspek sasaran ini mendasari pembedaan teori akuntansi menjadi teori akuntansi positif dan normatif. Klasifikasi ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari pendefinisian akuntansi sebagai sains atau teknologi. Pandangan sains akan menghasilkan teori akuntansi positif dan pandangan teknologi akan menghasilkan teori akuntansi normatif. Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang berbeda yang ingin dicapai atau dihasilkan olehn teori akuntansi. Penjelasan positif berisi pernyataan tentang suatu (kejadian, tindakan, atau perbuatan) seperti adanya sesuai dengan fakta atau yang terjadi atas dasar pengamatan empiris. Penjelasan positif diarahkan untuk memberi jawaban apakah suatu pernyataan itu benar atau salah (good or bad) atau relevan atau takrelevan (relevant or irrelevant) dalam kaitannya dengan kebijakan ekonomik atau sosial tertentu. Penjelasan normatif diarahkan untuk mendukung atau menghasilkan kebijakan politik sehingga bersifat pembuatan kebijakan (policy making). Dengan pemikiran diatas, blaug (1992) menjelaskan bahwa teori positif berkepentingan dengan masalah fakta (realmof fact) sedangkan teori normatif berkepentingan dengan masalah nilai (realm of value. Dilain pihak, sasaran teori akuntansi normatif adalah menghasilkan penjelasan atau penalaran mengapa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik atau lebih efektif (good or bad) daripada perlakuan akuntansi alternatif karena tujuan akuntansi tertentu harus dicapai. Misalnya, teori akuntansi normatif berusaha untuk menjawab apakah akuntansi kos historis (historical cost accounting) lebih baik daripada akuntansi kos sekarang (current cost accounting) untuk mencapai tujuan akuntansi. Untuk menjawab masalah ini, teori akuntansi normatif mendasarkan penjelasanatau teorinya atas dasar tujuan yang telah disepakati untuk dicapai. Tujuan tersebut jelas memuat nialai-nilai (values) yang harus dipertahankan. Penentuan kesesuaian dengan tujuan akan

merupakan proses subjektif (subjective) yang melibatkan kemampuan menimbang (art) antara manfaat dan risiko atau keuntungan dan kerugian. Hasil akhir teori akuntansi normatif adalah suatu pernyataan atau proposal yang menganjurkan tindakan tertentu (prescriptive). Teori akuntansi positif sering diklasifikasi sebagai teori formal atau teori normatif sebagai teori non-formal. Jadi, perbedaan teori akuntansi positif dan normatif timbul akibat perbedaan sasaran teori dan bidang masalah (realm) yang menjadi perhatian masing-masing teori. Bila dikaitkan dengan dikotomi sains-teknologi, teori akuntansi positif lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai sains sedangkan teori akuntansi normatif lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai teknologi. 2. Aspek Tataran Semiotika Akuntannsi berkepentingan dengan penyediaan dan penyampaian informasi seebagai sarana komunikasi bisnis sehingga akuntansi dapat disebut sebagai bahasa bisnis (the language of business). Bahasa merupakan bagian penting dalam komunikasi. Pesan atau makna yang ada dibenak pengirim disimbolkan dalam bentuk ungkapan bahasa yang tepat agar makna tersebut ditafsirkan sama persis seperti yang dimaksudkan. Dalam ilmu bahasa, sistem komunikasi dan efek komunikatif (teori komunikasi) dipelajari dalam tiga bidang kajian yaitu semiotika, linguistika, dan logika. Semiotika merupakan bidang kajian yang membahas teori umum tentang tanda-tanda (signs) dan simbol-simbol dalam bidang linguistika. Linguistika itu sendiri merupakan bidang kajian ilmu bahasa yang membahas fonetik, gramatika, morfologi, dan makna kata atau ungkapan. Logika membahas masalah yang berkaitan dengan validitas penalaran dan penyimpulan. Ketiga bidang kajian ini menjadi teori yang melandasi terciptanya komunikasi yang efektif. Sebagai teori umum dalam penyimbolan informasi, semiotika membahas tiga pernyataan pokok yang berkaitan dengan simbol informasi. Pokok masalah diatas membentuk tiga tataran (level) semiotika yaitu sintaktika, semantika, dan pragmatika. Sintaktika menelaan logika dan kaidah bahasa yaitu hubungan logis diantara tanda-tanda atau simbol-simbol bahasa. Semantika menelaan hubungan antara tanda atau simbol dan dunia kenyataan (fakta) yang di simbolkannya. Pragmatika membahas dan menguji apakah komunikasi efektif dengan mempelajari ada tidaknya perubahan perilaku penerima. Moeliono (1989) memberi ciri tiap tataran semiotika dalam teori komunikasi. a. Teori Akuntansi Semantika Teori akuntansi semantika menekankan pembahasan pada masalah penyimbolan dunia nyata atau realitas (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda-tanda bahasa akuntansi (elemen statemen keuangan) sehingga orang dapat membayangkan kegiatan fisis perusahaan tanpa harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut. Teori ini berusaha untuk menjawab apakah elemenelemen statemen keuangan benar-benar mereprensentasi aps yang memang dimaksudkan dan untuk menyakinkan bahwa makna yang terkandung dalam simbol pelaporan tidak disalah artikan oleh pemakai. Teori ini berusaha untuk menemukan dan merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan. Oleh karena itu, teori ini banyak membahas pendefisinian makna elemen (objek), pengidentifikasian atribut atau karakteristik elemen sebagai pendefisinian, daan

penentuan jumlah rupiah (pengukuran) elemen sebagai salah satu atribut. Pendefisinian merupakan langkah penting dalam teori semantika karena kesalahan pemaknaan mempunyai implikasi penting dalam pengoperasian akuntansi. Misalnya, dalam pendefinisian aset, penguasaan (control) bukannya pemilikan (ownership) yang dijadikan kriteria karena kalau pemilik menjadi kriteria aset akan banyak objek yang tidak masuk sebagai aset. Pendefinisian dan pemaknaan laba bersih (net income) jiga menjadi perhatian penting teori ini karena akuntansi berusaha untuk melekatkan makna laba akuntansi agar mendekati konsep laba ekonomik. Demikian juga, teori ini menjelaskan bahwa laba (earnings) atas dasar asas akrual merupakan indikator kemampuan mendatangkan kas di masa datang. Laba bukan sekedar kenaikan kas dalam suatu perioda. Secara konseptual, informasi akuntansi dalam laporan terefleksi dalam tiga unsur yaitu elemen (objek) yang menyimbolkan kegiatan, jumlah rupiah sebagai pengukur (size) dan hubungan (relationship) antarelemen. Objek, pengukur dan hubungan itulah yang membentuk makna yang akhirnya manjadi informasi. b. Teori Akuntansi Sintaktik Teori akuntansi sintaktik adalah teori yang berorientasi untuk membahas masalah-masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah disimbolkan secara semantik dalam elemen-elemen kauangan dapat diwujudkan dalam bentuk statemen keuangan. Simbol-simbol tersebut (misalnya aset, utang, pendapatan, dan lainnya) harus berkaitan secara logis sehingga informasi semantik dapat dikandung dalam statemen keuangan. Teori sintaktik meliputi pula hubungan antara unsur-unsur yang membentuk struktur pelaporan keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu negara yaitu manajemen, identitas pelapor (pelaporan), pemakai informasi, sistem akuntansi, dan pedoman penyusunan laporan (prinsip akuntansi berterima umum atau generally accepted accounting principles). Dari segi sintaktik, teori akuntansi berusaha untuk memberi penjelasan dan penalaran tentang apa yang harus dilaporkan, siapa melaporkan, kapan dilaporkan, dan bagaimana melaporkannya. Struktur pelaporan keuangan dalam suatu negara akan bergantung pada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sintaktik antara lain sebagai berikut

c. Teori Akuntansi Pragmatik Teori akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai laporan. Dengan kata lain, teori ini membahas reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi. Apakah informasi sampai ke yang dituju dan diinterpretasi dengan tepat, merupakan masalah keefektifan komunikasi. Suatu pesan atau kejadian (misalnya pengumuman laba ) dikatakan mengandung informasi kalau pesan tersebut menyebabkan perubahan keyakinan penerima (pasar modal ) dan memicu tindakan tertentu (misalnya terrefleksi dalam perubahan harga atau volume saham di pasar modal).

Apabila tindakan tersebut dapat diyakini sebagai akibat informasi dalam pesan tersebut, dapat dikatakan informasi tersebut bermanfaat. Informasi akutansi dikatakan bermanfaat apabila informasi tersebut benar-benar atau seakan-akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemekai yang dituju. Teori pragmatik akan banyak berisi pengujian-pengujian teori tentang hubungan antara variabel akuntansi dengan variable perubahan atau perbedaan perilaku pemakai. Subjek atau pemakai yang diukur perilakunya dapat berupa para akuntan, pelaku pasar modal, manajer, dan auditor. Yang dapat menjadi indikator perubahan perilaku antara lain perubahan harga saham, volume saham, kinerja manajer, kinerja karyawan, dan kinerja perusahaan 3. Aspek Pendekatan Penalaran Telah di sebut sebelumnya bahwa teori akuntansi dapat diartikan sebagai penalaran logis yang memberikan penjelasan dan alasan tentang perlakuan akuntansi tertentu. Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief ) terhadap suatu pertanyaan atau penjelasan. Peranan logika sangat penting dalam penalaran. Pernyataan dapat berupa teori tentang suatu kejadian alam atau sosial. Teori ( penjelasan ) yang disusun dengan penalaran yang baik akan mempunyai validitas yang tinggi. Penalaran mempunyai peran penting dalam rangka menerima atau menolak kebenaran ( validitas ) suatu teori. Proses bersifat dedukatif maupun induktif. 1. Penalaran Deduktif Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyatan umum yang disepakati ( disebut premis ) ke pernyatan khusus sebagai simpulan ( konklusi ). Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis penelaran dapat berasal dari teori , prinsip , konsep, doktrin, atau norma yang di anggap benar,baik, atau relevan dalam kaitannya dengan tujuan penyimpulan dan situasi khusus yang dibahas. Pernyataan umum tersebut dapat saja memuat nilai-nilai etika, moral, ideologi, keyakinan, atau budaya. Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi penjelasandan dukungan dan dukungan terhadap kelayakan suatu pernyataan akuntansi. Misalnya, akuntansi menyajikan aset sebesar kos historis karena akuntansi menganut konsep kontinuitas usaha. Dengan konsep ini, fungsi neraca adalah untuk menunjukan nilai jual sehingga kos historis merupakan pengukur yang paling tepat. 2. Penalaran Induktif Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang khusus dan berakhir dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi (perampatan ) dari keadaan khusus tersebut.

Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya dagunakan nutukmenghasilkan pernyataan umum yang terjadi penjelasan (teori ) terhadap gejala akuntamsi tertentu. Pernyataan – pernyataan umum tersebut biasanya berasal dari hipotetis yang diajukan dan diuji dalam suatu penelitian empiris. Hipotetis merupakan generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi. Contoh berikut menunjukan aplikasi penalaran indukatif: “pengamatan menunjukan bahwa voluma saham beberapa perusahaan yang dijual-belikan beberapa hari setelah penerbitan statemen keuangan meningkat dengan tajam. Dapat disimpulkan dengan tingkat keyakinan tertentu bahwa informasi akuntansi bermanfaat bagi investor di pasar modal.” Pada praktriknya, penalaran induktif dalam akuntansi tidak dapat dilaksanakan terpisah dengan penalaran deduktif atau sebaliknya. Kedua penalaran tersebut saling berkaitan. Premis dalam penalaran deduktif misalnya, dapat merupakan hasil dari suatu penalaran induktif. 3. Verifikasi Teori Akuntansi Verifikasi teori merupakan prosedur untuk menentukan apakah suatu teori valid atau tidak. Pendekatan untuk mengevaluasi validitas teori bergantung pada sasaran dan tataran teori yang diverifikasi. Teori akuntansi normatif dievaluasi validitasnya atas dasar penalaran logis ( logical reasoning ) yang melandasi teori yang diajukan. Teori normative dikembangkan atas dasar kesepakatan terhadap asumsi atau tujuan kemudian diturunkan suatu kaidah atau prinsip akuntansi tertentu. Validitas dapat dinilai dengan menentukan apakah asumsi-asumsi yang digunakan masuk akal (reasonable ). Karena teori normative tidak bebas nilai, penerimaan asumsi oleh pihak yang terlibat dalam penurunan prinsip ( konklusi )juga menjadi bagian kriteria validitas teori. Criteria ini sering bersifat subjektif. Penerimaan suatu asumsi juga harus di dukung dengan penalaran logis sehingga asumsi tersebut tetap masuk akal serta ketidaksetujuan terhadapnya masih tetap dapat dievaluasi atau diukur implikasinya. Penalaran logis menjadi criteria validitas karena teori normative dalam banyak hal tidak mau belum menghasilkan fakta dan observasi untuk mendukungnya. Teory akuntansi positif dinilai validitasnya biasanya atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa yang nyatanya terjadi. Menetukan fakta melibatkan observasi secara objektif. Pada umumnya, observasi objektif dapat dicapai melalui penelitian ilmiah dengan metoda ilmiah. Validitas teori akuntansi positif banyak dilakukan dengan penilitian empiris. Penelitian empiris biasanya didasarkan atas pengamatan terbatas ( sampel )untuk menguji teori secara statists. Karena teori akuntansi positif bebas nilai, verifikasi dibatasi pada apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi tidak di arahkan untuk menentukan apakah teori tersebut baik atau tidak bila dijadikan basis untuk menentukan kebijakan. Berkaitan dengan masalah nilai ( value ), perlu diingat suatu kaidah berikut: the fact that many people do thing does not make it right ( kenyataan bahwa banyak orang melakukan sesuatu tidak menjadikannya benar ). Peneliyian empiris dapat memverifikasi bahwa nyatamya banyak orang melakukan sesuatu tetepi tidak memverifikasi apakah sesuatu tersebut benar secara nilai ( baik

atau buruk ). Sebagai contoh, kenyataan bahwa banyak orang melakukan korupsi tidak menjadikan korupsi itu benar. Benar tidaknya (baik buruknya ) korupsi hanya dapat diverifikasi secara normative atas dasar nilai-nilai etika’ moral, atau akhlaq, Teori akuntansi sintaktik biasanya tidak berkaitan langsung dengan fakta ( tidak mempunyai kandungan empiris )sehingga verifikasi validitasnya mengandalkan penelaran logis semata-mata. Teori akuntansi semantic melibatkan penyimbolan fakta/realitas sehingga mengandung unsure empiris. Oleh karenanya, validitas dapat diverifikasi secara empiris dengan pengamatan. Untuk menentukan apakah symbol “cost” dalam akuntansi dipahami makanya dengan benar oleh pemakaiannya dapat diuji dengan melakukan penelitian empiris. “perlengkapan” sebagai padan kata “supplies” dapat diuji validitasnya dengan menenyai pemakai tentang persepsinya terhadap istilah tersebut. Teori akuntansi pragmatik mempunyai kandungan empiris yang besar karena teori ini banyak memanfaatkan fakta atau data empiris perilaku pasar/individual sebagai reaksi terhadap informasi akuntansi. Apabila data empiris belum tersedia, perilaku dapat di ukur dengan menggunakan instrument penelitian yang di rancang untuk keperluan tersebut. Verifikasi teori ini dapat dilakukan dengan penelitian empiris yang didasarkan atas asumsi bahwa informasi dianggap bermanfaat bila pemakai berbuat atau bertindak seakan-akan menggunakan informasi tersebut. Teori akuntansi pragmatic merupakan focus teori akuntansi positif. Daya prediksi sering digunakan sebagai criteria validitas teori, asumsi atau permis akuntansi . suatu teori dikatakan mwmpunyai daya prediksi yang tinggi bila sesuatu yang diharapkan dari kebijakan yang didasarkan atas teori tersebut besar kwmungkinannya akan terjadi. Karena teori akuntansi semantic, sintatik, tidak berdiri sendiri tetapi saling mendukung dan melengkapi, semua pendekatan pengujian biasanya dilakukan untuk memverifikasi suatu teori. Jadi, sedapatdapatnya teori harus diverifikasi validitasnya atas dasar penelaran logis, bukti empiris, daya prediksi, dan prtimbangan nilai ( value judgments ) yang telah disepakati.

BAB 2 Penalaran

A. Pengertian penalaran Proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu pernyataan atau asersi. Menentukan secara logis dan objektif apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut. Struktur penalaran terdiri atas masukan, proses,dan keluaran. Menurut Nickerson (1989) adalah sebagai berikut : Reasoning encompasses many of the processes we use to from and evaluate belief-belief abaut the world ,about people, about the truth or falsity of claims we ancounter or make. It involes the production and evaluaition of argument, the making of inference and the drawing of conclusions, the generation.testing of hypotheses.it requires both deduction and induction both analysis and syintesis, and both criticality and createlity.

B. Unsur dan struktur penalaran Struktur dan proses penalaran di bangun atas dasar tiga konsep penting yaitu: 1. Aseri (assertion) Aseri adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu ( misalnya teori) adalah benar. Biala seseorang mempunyai kepercayaan bahwa stetmen keuang itu bermanfaat bagi invesetor adalah benar, maka pernyataannya “stetmen keuangan itu bermanfaat bagi infvesetor” 2. Keyakinan (belief) Keyakinan adalah tingkat kebersediaan untuk menerima bahwa suatu pernyataanatau teori (penjelasan) mengenai suatu phenomena atau (gejala alam social) adalah benar. 3. Argument Adalah serangkayan aseri beserta keterkaitan (atikulasi) dan inferensi atau penyimpulan yang di gunakan untuk mendukung suatu keyakinan.bila di hubungkan dengan argument , keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang diletakan pada suatu pernyataan konklusi atas dasar pemahaman dan penilaian suatu argument sebagai bukti yang masuk akal. Dalam hal teori akuntansi, pertimbangan di perlukan untuk menetapkan relevansi atau keepektivan suatu perlakuan akuntansi untuk mencapai tujuan akuntansi.

Arti Penting Argumen Serangkaian asersi beserta inferensi atau penyimpulan yang terlibat di dalamnya.Simpulan dinyatakan pulan dalam bentuk asersi.Merupakan bukti rasional akan kebenaran suatu pernyataan. Argumen membentuk, memelihara, atau mengubah keyakinan.

C. Aseri Penegasan tentang sesuatu hal atau realitas yangdinyatakan dalam bentuk kalimat atau ungkapan. Beberapa aseri mengandung pengkuantifikasi yaitu : ( semua (all), tidak ada (no) , dan beberapa( some). Aseri yang memuat pengkuatifikasi semua dan tidak ada merapakan aseri universal dan yang memuat pengkuntifikasi beberapa merupaka aseri sepesifik. Aseri sepesifik dapat di susun dengan pengkuantifikasi sedikit,banyak, sebagian besar, atau bilangan tertentu. 1. Interpretasi aseri untuk menerima kebenaran suatu aseri, harus di pastikan terlebih dahulu apa arti atau maksud aseri tersebut. 2. Aseri untuk evaluasi istilah Representasi aseri dalam bentuk diagram dapat di gunakan untuk mengevaluasi makna sebagai suatu istilah. 3. Jenis asersi (pernyataan) Untuk menimbulkan keyakinan terhadap kebenaran suatu asersi, asersi harus di dukung oleh bukti atau fakta. Untuk keperluan argument, suatu aseri sering di anggap benar atau diterima tanpa harus di uji dahulu kebenarannya .bila di kaitkan dengan fakta pendukung, asersi dapat di klasifikasi menjadi asumsi (assumption), hipotesis ( hypothesys),dan pernyataan fakta (statemen of fact). Jenis aseri itu sebagai berikut : 

Asumsi

Asumsi adalah asersi yang di yakini benar meskipun orang tidak dapat mengajukan atau menunjukan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan atau asersi yang orang bersedia untuk menerima sebagai benar untuk keperluan diskusi atau debat . 

Hipotesis

Hipotesis adalah asersi yang kebenarannya belum atau tidak di ketahui atau di yakini bahwa asersi tersebut dapat di uji kebenarannya. untuk di sebut sebagai hipotesis, suatu asersi juga harus

mengandung kemungkinan salah. Bila tidak ada kemungkinan salah, suatu aseri akan menjadi pernyataan fakta. Hipotesis biasanya di ajukan dalam rangka pengujian teori. 

Pernyataan fakta.

Pernyataan fakta adalah asersi yang bukti tentang kebenarannya di yakni sangat kuat atau bahkan tidak dapat di bantah. 4. Fungsi asersi 1) Dalam argument, asersi dapat berfungsi sebagai premis dan konklusi. 2) Premis adalah asersi yang di gunakan untuk mendukung suatu konkluksi. 3) Konkluksi adalah asersi yang di turunkan dari serangkaian asersi. Ketiga jenis asersi yang di bahas sebelum ini dapat berfungsi sebagai premis dalam suatu argument.

D. Keyakinan Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat kebersediaan untuk menerima bahwa asersi di sebut benar. 1. Properitas keyakinan Adalah semua penalaran berjtujuan untuk menghasilkan suatu keyakinan terhadap asersi yang menjadi konkluksi penalaran. Pemahaman terhadap bebrapa prioritas (sifat) keyakinan sangat penting dalam mencapai keberhasilan argument.



Keadabenaran

Sebagi produk penalaran, untuk dapat menimbulkan keyakinan, sutu asersi harus harus ada benarnya(plausible). Keadabenaran atau plausibilitas suatu asersi bergantung pada apa yang di ketahui suatu asersi bergantung pada apa yang deketahui tentang isi asersi atau pengetahuan yang mendasari dan pada sumber asersi.



Bukan pendapat

Keyakinan adalah sesuatu yang harus dapat di ajukan atau di buktikan secara objektif apakah salah atau benar dan sesuatu yang di harapkan menghasilkan suatu kesepakatan oleh setiap orang yang mengevalusinya atas dasar fakta objektif.



Bertingkat

Keyakinan yang di dapat dari suatu aserasi tidak bersifat mutlak . tingkat keyakinan dapat di tentukan oleh kuantitas dan kualiatas bukti mendukung asersi.



Berbias

Selain kekuatan bukti yang objektif yang ada, keyakinan di pengaruhi oleh prepensi, keinginan dan kepentingan peribadi yang karena sesuatu hal perluan peribadi yang karena sesuatu hal perlu di pertahankan. 

Bermuatan nilai

Nilai keyakinan adalah tingkat penting tidaknya suatu keyakinan perlu di pegang atau di pertahankan seseorang. Nilai keyakinan bagi seseorang akan tinggi aapabila perubahan keyakinan mempunyai inflikasi serius terhadap flisofi, system nilai, martabat, pendapatan potensial, dan perilaku orang tersebut.



Berkekuatan

Kekutan keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang di lekatkan seseorang pada kebenaran suatu asersi.



Berketertempaan

Ketertempaan (malleability) atau kelentukan keyakinan berkaitan dengan mudah tidaknya keyakinan tersebut di ubah dengan adanya informasi yang relevan.berbeda dengan veredikaliatas,ketertempaan tidak memasalahkan apakah suatu aseri sesuai atau tidak dengan realitas tetapi lebih memasalahkan apakah keyakinan terhadap suatu aseri dapat di ubah oleh buti.

E. Argumen Dalam kehidupan sehari-hari, istilah argument sering di gunakan secara keliru untuk menunjuk ketidaksepakatan, perselisihan pendapat, atau bahkan bertengkar mulut. Dalam pengertian ini, mempunyai konotasi negative. Dalam arti positif argument dapat di samakan dengan penalaran logis untuk menjelaskan atau mengajukan bukti rasional tentang suatu asersi. Bila seseorang mengajukan alasan untuk mendukung suatu gagasan atau pandangannya, dia biasanya menawarkan argument. Argument

merupakan bagian penting dalam pengembangan pengetahuan. Agar memberi keyakinan, argument harus dievaluasi atau validitasnya.

a. Anatomi argument Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa argument terdiri atas rangkaian asersi. Asersi berkaitan dengan yang lain dalam bentuk infrensipenyimpulan.aseri dapat berfungsi sebagi premis dan konkluksi (asersi kunci) yang merupakan komponen argument. b. Jenis argument Argument deduktif Argument atau penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum yang di sepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai simpulan konkluksi. Argument penalaran deduktif berlangsung dalam tiga tahap yaitu: 1) Penentuan pernyataan umum (premis major) yang menjadi basis penalaran. 2) Penerapan konsep umum ke dalam situasi khusus yang menjadi (proses deduksi) 3) Penarikan kesimpulan secara logis yang berlaku untuk situasi khusus tersebut.

a. Evaluasi penalaran deduktif Tujuan utama mengevaluasi argument adalah untuk menentukan apakah konklusi argument benar dan meyakinkan. Dalam mengevaluasi penalaran deduktif ada empat aspek yang harus ada yaitu : 1) Kelengkapan Kelengkapan adalah kriteria yang penting karena validitas konklusi menjadi kurang meyakinkan bila premis-premis yang di ajukan tidak lengkap. 2) Kejelasan arti di perlukan karena keyakinan merupakan fungsi kejelasan makna. kejelasan bukan hanya di terapkan untuk makna premis tetapi juga untuk hubungan antar premis (infrensi dan penyimpulan). 3) Kesahihan (validitas) merupakan kriteria utama untuk menilai penalaran logis. Kepercayaan melengkapi ketiga kriteria sebelumnya agar konklusi meyakinkan sehingga orang bersedia menerima.

Argument induktif Penalaran ini berawal dari sutu pernyataan atau ke adaan yang khusus dengan pernyataan umum yang merupakan generealisasi dari ke adaan khusus tersebut. Bedanya dengan argument deduktif yang merupakan argument logis sedangkan argument induktif bersifat sebagi argument ada benarnya. a. Argumen dan analogi Argument deduktif sebenarnya merupakan salah satu jenis penalaran non-deduktif. Penalaran nondeduktif lainya adalah argument dengan analogi. penalaran dengan analogi adalah penalaran yang menurunkan konklusi atas dasar kesamaan atau kemiripan karakteristik, pola, fungsi, atau hubungan unsursuatu objek yag di sebutkan dalam suatu asersi. b. Argument sebab akibat Konsklksi sebagai akibat dari asersi tertentu merupakan salah satu bentuk argument yang disebut argument dengan penyebaban atau generealisasi kausal Kriteria penyebaban Kaidah pembedaan sebenarnya merupakan suatu rancangan untuk menguji secara eksperimental apakah memang terdapat hubungan kausal.akan tetapi kaidah tersebut belum sepenuhnya meyakinkan karena mungkin ada factor lain yang menyebabkan gejala terjadi. c. Penalaran induktif dalam akuntansi Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya di gunakan untuk menghasilkan pernyataan umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi tertentu. Pernyataan-pernyataan umum tersebut biasanya berasal dari hipotesisis yang di ajukan dan di uji dalam pernyatan empiris. Contoh pernyataan umum sebagi hasil penalaran induktif (generealisasi) antara lain adalah sbb: “Perusahan besar memilih metode akutansi yang menurunkan laba.” “Tingkat likuiditas perusahaan perdagangan lebih tinggi dari pada tingkat likuiditas perusahaan.” “Partisipasi manajer divisi dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja divisi.”

F. Kecohan Dalam kehidupan sehari-hari 9baik akademik maupun nonakademik), acapkali d jumpai bahwa argument yang jelek ,lemah ,tidak sehat,atau bahkan tidak masuk akal ternyata mampu meyakinkan banyak orang sehingga mereka terbujuk oleh argument tersebut padahal seharusnya tidak.

a) Persuasi tidak langsung Persuasi tidak langsung merupakan stratagem untuk meyakinkan seseorang akan kebenaran sutu pernyataan bukan langsung melalui argument atau penalaran melainkan melalui cara-cara yang sama sekali tidak berkaitan dengan validitas argument. Strategem b. Membidik orangnya. Stratagem ini di gunakan untuk melemhakan atau menjatuhkan suatu posisi atau pernyataan dengan cara menghubungkan pernyataan atau argument yang di ajukan seseorang dengan pribadi orang tersebut . c. Menyampingkan masalah. Strtegem ini di lakukan dengan cara mengajukan argumenyang tida bertumpu pada masalah pokok atau dengan cara mengalihkan masalah ke masalah yang lain yang tidak bertautan. d. Misrepresentasi Stratagem ini di gunakan biasanya untuk menyanggah atau untuk menjatuhkan posisi lawan dengan cara memutar balikan atau mnyembunyikan fakta baik secara halus maupun trang – tarangan. e. Imbauan cacah Stratagem ini biasanya di gunakan untuk mendudkung suatu posisi dengan untuk menunjukan bahwa banyak orang melakuakan apa yang di kandung posisi tersebut. f. Imbauan autoritas Setrategem ini mirip dengan imbauan cacah bahwa banyaknya orang atau popularitas diganti dengan autaritas. Imbauan tradisi Dalam beberapa halo rang mengerjakan sesuatu dengan cara tertentu semata-mata karena memang begitulah cara yang telah lama di kerjakan orang. g. Dilema semu Dilema semu adalah taktik seseorang untuk mengaburkan argument dengancara menyajikan gagasan dan alternative lain kemudian mengkrakterisasi alternative lain sangat jelek, merugikan,atau mengerikan sehingga tidak ada acara lain kecuali apa yang di usulkan pengagas.

h. Imbauan emosi. Dengan menggunakan emosi pengargumen sebenarna berusaha menggeser dukungan nalar validitas argument dengan motiv.

I. Salah nalar Suatu argument boleh jadi tidak meyakinkan atau persuasive karena argument tersebut tidak didukung dengan penalaran ayanga valid. Menegaskan konsekuen a.

Menyangkal anteseden

Kebaliakan dari salah nalar menegaskan konsekuen adalah menyanangkal anteseden b.

Pentaksaan

Salah nalar dapat terjadi apabila ungkapan dalam premis yang satu mempunyai makna yang berbeda dengan makna ungkapan yang sama dengan premis lainnya. c.

Perampatan lebih

Salah nalar yang banyak di jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah melektkan(mengimputasi) krakteristik sebagian kecil anggota ke seluruh anggota himpunan, kelas,atau kelompok secara berlebihan. d.

Parisilitas

Penalar kadang-kadang terkecoh karena dia menarik konklusi hanya atas dasar sebagian dari bukti yang tersedia yang kebetualan mendukung konkluksi

J. Aspek manusia dalam penalaran Berikut ini di bahas bebrapa aspek manusia yang dapat menjadi penghalang penalaran dan pengembangan ilmu,khususnya dalam ilmu akademik atau ilmiah. 

Penjelasan sederhana



Kepentingan mengalahkan penalaran

Adapun hambatan untuk bernalar sering muncul akibat orang mempunyai kepentingantertentu yang harus dipertahankan kepentingan sering memaksa orang untuk memihak suatu posisi (keputusan) meskipun posisi tersebut sangat lemah dari segi argument.

Dalam dunia akdemik dan ilmiah, kepentingan untuk menjaga harga diri individual atau kelompok dapat menyebabkan orang berbuat tidak masuk akal. 

Sindroma tes klinis

Sindrom ini menggambarkan sseseorang merasa (bahkan yakin). Terdapat ketidak beresan dalam tubuhnya dan dia juga tahu beanar apa yang terjadi karena pengetahuannya tentang suatu penyakit.akan tetapi, dia tidak berani Untuk memeriksakan diri dan menjalani tes klinis karena takut bahwa tentang dugaan penyakitnya itu benar.akhirnya orang ini tidak memeriksakan diri ke dokter dan mengatakan bahwa dirinya sehat. 

Mentalitas djoko tingkir

Budaya djoko tingkir di gunakan untuk menggambarkan lingkungan akademi atau profesi seperti ini karena konon perbutan joko tingkir yang tidak terpuji harus dibuat menjadi terpuji dengan cara mengubah sekenario yang sebenarnya terjadi semata.semata untuk menghormatinya Karena dia bakal menjadi raja(kekuasaan). 

Merasionalakan daripada menalar

Bila karena keberpihakan, kepentingan,atau ketakkritisan,orang terlanjur mengambil posisi dan ternyata mengambil tersebut salah atau lemah, orang ada kalnya berusaha untuk mencari-cari justifikasi untuk membenarkan posisinya. 

Persistensi

Karena kepentingan tertentu harus di pertahankan atau karena telah lama melekat dalam rangka piker, seseorang kadang – kadang sulit melepaskan Suatu keyakinan dan menggantinya dengan yang baru.

BAB 3 Perekayasaan Pelaporan Keuangan

Pengertian Perekayasaan Pelaporan Keuangan Pelaporan Keuangan adalah struktur dan proses yang menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan yang pada gilirannya akan membantu pencapaian tujuan ekonomik dan social negara. Pelaporan Keuangan sebagai sistem nasional merupakan hasil proses perekayasaan akuntansi. Perekayasaan Pelaporan Keuangan adalah proses pemikiran logis, deduktif, dan objektif untuk memilih dan mengaplikasikan ideologi, teori, konsep dasar, teknik, prosedur, dan teknologi yang tersedia secara teoritis dan praktis untuk mencapai tujuan negara melalui tujuan pelaporan keuangan dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomik, politik, dan budaya negara.

Aspek Semantik dalam Perekayasaan Dari segi semantika dalam teori komunikasi, perekayasaan pelaporan keuangan adalah proses untuk menentukan bagaimana kegiatan fisis operasi perusahaan disimbolkan dalam bentuk elemen-elemen statemen keuangan sehingga orang yang dituju oleh statemen keuangan dapat membayangkan operasi perusahaan tanpa harus menyaksikan secara fisis kegiatan perusahaan.

Proses Saksama Berikut ini adalah proses saksama yang dilaksanakan FASB dalam menyusun pernyataan resmi

Related Documents


More Documents from ""