Rangkuman Teori Akuntansi Suwardjono Bab 1-5.docx

  • Uploaded by: Afdhal Ibrahim
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rangkuman Teori Akuntansi Suwardjono Bab 1-5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,711
  • Pages: 15
MAKALAH TEORI AKUNTANSI

Disusun oleh : Nama : Afdhal Ibrahim NIM : 5150111429

FAKULTAS BISNIS PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA 2019

BAB 1 PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI

Pengertian dari teori akuntansi memiliki berbagai sudut pandang, teori akuntansi dapat dikategorikan sebagai seni, sains maupun teknologi. Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada pendefinisian akuntansi sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tujuan kejelasan dalam tatanan taksonomi dari teori akuntansi dimaksudkan supaya rerangka teori akuntansi dapat dikenali dengan jelas, baik isi maupun lingkupnya. Maka dari itu, berdasarkan taksonomi terpilih diharapkan mampu membantu dalam mengenali dan menjelaskan apa sebenarnya yang menjadi dasar dalam karakteristik akuntansi. Gambar 1.1 Akuntansi dan Teori akuntansi : Sains atau Teknologi

Akuntansi

Taksonomi

Pengertian akuntansi

Pengertian teori akuntansi

Hasil

Sains

Teknologi

Ilmu sosial : mempelajari gejala sosial/ manusia

Perekayasaan sikasi atau suatu sistem pelaporan

Penjelasan ilmiah dengan metode ilmiah induktif atau empiris

Pertimbangan logis dengan pertimbangan nilai

Teori atau penjelasan ilmiah sebagai generalisasi

Rerangka konseptual sebagai justifikasi dan kebijakan

Secara taksonomi akuntansi dibedakan sebagai sains dan teknologi. Pengertian akuntansi jika dilihat dari sudut pandang sains, tentu berbeda jika dipandang sebagai teknologi, oleh karena perbedaan tersebut maka dasar teori akuntansi pun akan berbeda pula. Jika dasar teori akuntansi berbeda, maka karakteristik yang melandasi pengetahuan akuntansi pun juga tidak sama. Sehingga, hasil yang berupa pertimbangan logis ataupun penjelasan ilmiah yang melandasi teori akuntansi akan mempunyai implikasi yang tidak sama, jika digunakan sebagai dasar dalam tujuan

sosial dan ekonomik. Selain itu, implikasi dari pemilihan akuntansi berdasarkan taksonomi tersebut akan berpengaruh terhadap arah studi dan praktik akuntansi di masa mendatang. Akuntansi Sebagai Seni, Sains dan Teknologi Dalam Suwardjono, jika akuntansi dipandang sebagai seni maka yang dimaksud adalah cara menerapkannya bukan sifatnya sebagai seperangkat pengetahuan (Suwardjono,2006,12). Berdasarkan pengertian-pengertian dari beberapa ahli, akuntansi lebih dari sekedar seni karena pada dasarnya pengertian seni lebih relevan pada kemampuan manusia dalam mebuat sesuatu yang unik, yang lebih menonjolkan kemampuan spesifik dalam menghasilkan sesuatu (things) agar lebih bernilai. Jika akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi harus memenuhi kriteria dari definisi sains terlebih dahulu, “sains adalah salah satu cabang dari pengetahuan (seperangkat pengetahuan) yang bertujuan untuk mendapatkan kebenaran atau validitas penjelasan tentang suatu fenomena dengan menerapkan metode ilmiah”.(Suwardjono, 2006, 14) Berdasarkan pengertian diatas, Sains lebih berorientasi terhadap bebas nilai dan sains tidak menghasilkan kebijakan (kebermanfaatan) melainkan sebuah kebenaran. Jika diterapakan dalam sudut pandang akuntansi, maka dalam prakteknya akuntansi akan lebih mengarah terhadap pembahasan mengenai mengapa perlakuan akuntansi seperti itu, bukan bagaimana cara menciptakan perlakuan akuntansi yang lebih baik. Secara umum pertimbangan pokok yang mendasari akuntansi adalah kebermanfaatan, maka dari itu akuntansi tidak dapat bebas nilai, karena selalu terpengaruh oleh faktor lingkungan. Sedangkan pertimbangan pokok yang mendasari akuntansi sebagai sains adalah penerapan metode ilmiah dan bebas nilai. Maka dari itu, jika akuntansi dikategorikan dalam sains kurang tepat, karena tidak memprioritaskan dalam menghasilkan kebijakan dalam mencapai tujuan sosial ekonomik, namun lebih menekankan pada mendapatkan kebenaran tentang suatu fenomena dengan menerapkan metode ilmiah.

Pengklasifikasian akuntansi sebagai teknologi didukung oleh beberapa ahli. Menurut Gaffikin dalam Suwardjono, menyatakan bahwa akuntansi merupakan rekayasa informasi yang dimanfaatkan dalam rangka mencapai kemakmuran ekonomik, oleh karenanya akuntansi berfungsi sebagai teknologi. Pengertian akuntansi sebagai teknologi sejalan dengan pengertian teknologi yaitu “seperangkat pengetahun untuk menghasilkan sesuatu (goods) yang bermanfaat

dan

pengertian teknologi tidak terbatas pada teknologi fisis (hard technology) tetapi juga teknologi lunak (soft technology). (Suwarjono, 2006, 15) Perekayasaan Pelaporan Keuangan dan Penalaran Logis Berdasarkan berbagai definisi sebelumnya, maka pengertian teori akuntansi yang paling sesuai adalah teori akuntansi sebagai teknologi. Karena akuntansi sebagai teknologi, maka dalam prosesnya membutuhkan suatu penalaran logis yang dapat menjelaskan dan memberikan alasan tentang perlakuan suatu praktek akuntansi tertentu, baik yang sudah berjalan atau memberi landasan konseptual dalam penetuan standar atau praktik yang baru. Maka proses penalaran logis tersebut dinamakan dengan perekayasaan. Konsep ini relevan dengan pengertian teori akuntansi menurut Patton dan Littleton dalam Suwarjono (2006:22), menyatakan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah menyediakan gagasan yang fundamental yang menjadi dasar dalam proses perekayasaan pelaporan keuangan. Gambar 1.2 Hubungan Penalaran Logis dan Pratik Akuntansi (diambil dari Suwardjono hal 24) Penalaran Logis Melalui proses Perekayasaan

Rerangka konseptual

Praktek Akuntansi

berjalan

Praktek Akuntansi

Masa datang

Pada gambar diatas dijelaskan bahwa teori akuntansi merupakan proses penalaran logis. Proses penalaran logis diwujudkan dalam bentuk perekayasaan pelapoan keuangan. Perekayasaan pelaporan keuangan tersebut menghasilkan suatu rerangka konseptual. Sedangkan, fungsi dari rerangka konseptual adalah untuk mengevaluasi, membenarkan atau mempengaruhi praktek akuntansi sekarang maupun masa akan datang. Aspek Sasaran Teori Sasaran akuntansi bila dipandang dari sudut pandang sains dan teknologi menghasilkan teori akuntansi positif dan teori akuntansi normatif. Klasifikasi ini merupakan konsekuenasi logis dari pendefinisian akuntansi sebagai sains dan teknologi. Teori akuntansi positif berisi pernyataan tentang suatu kejadian atas dasar pengamatan empiris, sedangkan teori akuntansi normatif berisi tentang pernyataan atau penalaran yang dilandasi oleh pertimbangan nilai. Untuk menilai apa yang sebaiknya dilakukan atau diputuskan untuk tujuan sosial dan ekonomik. Bila dikaitkan dengan dikotomi sains-teknologi, maka teori akuntansi positif erat kaitannya dengan akuntansi sebagai sains, sedangkan teori akuntansi normatif lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai teknologi. Aspek Tataran Semiotika Aspek ini merupakan kajian dalam penyediaan dan penyampain informasi bisnis kepada penggguna atau user yang berkepentingan. Tujuannya adalah tidak terjadi miss communications antara komunikan dan komunikator, sehingga tidak ada perbedaan antara informasi yang diterima dengan informasi yang dimaksud. Teori penyimbolan ini membahas 3 tataran penting yaitu aspek sintaktik, semantik, dan pragmatik. a. Sintaktik menelaah hubungan logis antara tanda dan simbol bahasa. b. Semantik menelaah mengenai isi dari hubungan yang disimbolkan atau menelaah makna yang yang terkandung dalam penyimbolan. c. Pragmatik menelaah efek dari komunikasi tersebut sehingga dapat diketahui apakah mempengaruhi perilaku penerima.

Aspek Pendekatan Penalaran Menurut Suwardjono (2006:34), penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan atau (belief) terhadap suatu pernyataan atau penjelasan. Penalaran mempunyai peranan penting dalam rangka menerima atau menolak suatu kebenaran teori. Olek karena itu, dibutuhkan suatu proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau penjelasan yang bersifat deduktif maupun induktif. Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari satu pernyataan umum yang disepakati ke pernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi). Sedangkan Penalaran induktif adalah penalaran yang berawal dari satu pernyataan khusus dan berakhir dengan pernyataan umum, yang merupakan generalisasi dari keadaan umum tersebut.

BAB 2 PENALARAN

Penalaran erat kaitannya dengan proses perekayasaan, penalaran yang memadai diperlukan dalam perekayasaan teori akuntansi yang disebut penalaran logis. Penalaran logis dituangkan dalam bentuk perekayasaan pelaporan keuangan, dan pada akhirnya perekayasaan menghasilkan suatu rerangka konseptual. Penalaran dalam bab ini, hanya menitikberatkan pada pembahasan mengenai struktur dan proses penalaran. Penalaran memiliki beberapa struktur, yaitu : a. Asersi merupakan pernyataan bahwa sesuatu adalah benar atau penegasan tentang suatu realitas. b. Keyakinan Merupakan kebersediaan untuk menerima kebenaran suatu pernyataan. c. Argumen Proses penurunan simpulan atau konklusi atas dasar beberapa asersi yang berkaiatan secara logis.

Gambar 2.1 Proses dan Struktur Penalaran Masukan

Keluaran

Asersi sebagai elemen argumen

Argumen

Asersi

Asersi

Asersi

inferensi

inferensi

Asersi

Asersi Asersi

Keyakinan bahwa asersi konklusi benar

inferensi

(Diambil dari Suwardjono hal 43)

Asersi konklusi

Proses dan struktur penalaran pada umumnya adalah suatu rangkaian penalaran logis dalam menentukan apakah suatu pernyataan tersebut benar untuk dianut. Struktur penalaran menggambarkan hubungan ketiga konsep tersebut dalam menghasilkan daya dukung atau bukti rasional terhadap keyakinan tentang suatu pernyataan. Proses penalaran terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap masukan, proses dan keluaran. Proses penalaran diantaranya, sbb : a. Pada tahap masukan, asersi merupakan elemen pembentuk argumen dan sebagai keyakinan yang dihasilkan oleh penalaran b. Pada tahap proses, argumen berisi keterkaitan yang dapat mendukung keyakinan. Argumen merupakan pembentuk, pemeliharan dan bahkan pengubah suatu keyakinan. c. Pada tahap keluaran, keyakinan merupakan objek atau sasaran penalaran, karena keyakinan menentukan sikap seseorang terhadap suatu masalah yang menjadi topik bahasan.

Asersi dapat dinyatakan secara secara verbal atau struktural, sedangkan Keyakinan mengandung beberapa sifat penting diantaranya adalah (keadabenaran, bukan pendapat, bertingkat, mengandung bias, memuat nilai, berkekuatan, verikal dan bertempa). Disisi lain, Argumen bertujuan untuk mengevaluasi dan mengubah keyakinan orang. Orang lain dapat terkecoh oleh argumen yang diakibatkan oleh stratagem dan akibat salah nalar. a. Strategem adalah cara untuk meyakinkan orang akan suatu pernyataan, konklusi dengan mengajukan argument yang valid. Penggunaan stratagem biasanya digunakan semata-mata untuk memenangkan posisi dan bukan untuk mencari solusi yang terbaik. b. Sedangkan, salah nalar adalah kesalahan konklusi akibat tidak diterapkannya kaidah-kaidah penalaran yang valid.

BAB 3 PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN

Bab ini meneruskan penjelasan dari bab sebelumnya, yang menyatakan bahwa akuntansi merupakan disiplin ilmu teknologi. Sehingga salah satu hasil dari penalaran logisnya berupa perekayasaan pelaporan keuangan, yang menghasilkan suatu rerangka konseptual. Rerangka konseptual tersebut harus memuat konsep pemikiran yang dapat dijadikan dasar dalam penetapan PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) terutama yang membahas mengenai standar akuntansi. Gambar 3.1 Proses Perekayasaan Pelaporan Keuangan (diambil dari Suwardjono hal 102)

Tujuan Ekonomik dan Sosial Negara

Tujuan Pelaporan Keuangan



Proses Pertimbangan

Rerangka Konseptual Media Pelaporan Informasi Akuntansi

Berdasarkan bagan proses perekayasaan pelaporan keuangan diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Tujuan ekonomi dan sosial negara dijabarkan dalam pelaporan keuangan dengan maksud agar tujuan akuntansi secara tidak langsung juga akan membantu tercapainya tujuan negara. b. Proses pertimbangan mencakup konsep dasar yang diperlukan untuk menjamin agar tujuan pelaporan keuangan tercapai. Tujuan mendasar proses pertimbangan tersebut adalah untuk memudahkan pengguna informasi keuangan mengetahui kegiatan operasional perusahaan melalui berbagai simbol dalam bentuk stataemen keuangan, tanpa harus menyaksikan secara langsung sistem operasional perusahaan. c. Setelah melakukan proses pertimbanagn logis melalui perekayasaan, maka dituangkan dalam bentuk rerangka konseptual atau dokumen resmi hasil perekayasaan. Hal ini sejalan dengan apa yang ditegaskan FASB dalam Suwardjono, FASB banyak memanfaatkan rerangka konseptual karena memberikan landasan umum dan penalaran dasar untuk mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan berbagai alternatif pengembangan standar akuntansi (Suwardjono, 2006,114). d. Media pelaporan hasil proses perekayasaan akuntansi adalah statemen keuangan dan pelaporan keuangan. e. Informasi akuntansi dapat bermanfaat oleh pengguna tanpa harus menyaksikan secara langsung operasi fisis perusahaan. Pedoman dalam penyusunan rerangka konseptual dapat ditentukan secara resmi oleh badan yang berwenang atau pedoman yang baik dan yang telah dipraktekkan. Gabungan dari kedua pedoman tersebut membentuk rerangka pedoman operasional atau PABU. Alasan kriteria penyajian statemen keuangan adalah PABU bukan standar akuntansi keuangan adalah: 1) Tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi telah dituangkan dalam bentuk standar

akuntansi. 2) Dikhawatirkan kewajaran hanya ersifat formal bukan bersifat subtantif. 3) Ukuran kewajaran meruapakn suatu rerangka pedoman yang cukup komprehensif

meliputi aspek teknis dan konseptual.

Dalam rerangka konseptual terdapat berbagai definisi yang hampir sama, diantaranya prinsip akuantansi, standar akuntansi dan PABU, agar lebih jelas memahami hubungan ketiganya, maka terdapat dalam bagan dibawah ini . Gambar 3.2 Hubungan Prinsip Akuntansi, Standar Akuntansi, dan PABU (diambil dari Suwardjono hal 123) Prinsip Akuntansi

Praktek yang tidak diatur dalam standar akuntansi

Standar Akuntansi

Praktik Sehat

Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)

Dari bagan hubungan antara prinsip akuntansi, standar akuntansi dan PABU diatas, dapat disimpulkan bahwa PABU tidak sama dengan standar akuntansi. Hal tesebut dapat dibedakan berdasarkan pengertian dari masing-masing pengertian pedoman tersebut. a. Prinsip Akuntansi adalah serangkaian konsep dan asumsi yang masih berbentuk gagasan akademik yang belum dipraktekan, namun memiliki potensi yang besar bila diterapkan. b. Standar Akuntansi ditetapkan sebagai rerangka konseptual oleh badan penyusun standar. c. PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan sumber lain yang didukung berlakunya secara teoris maupun praktis.

Jadi PABU merupakan gabungan dari definisi prinsip akuntansi dan standar akuntansi.

BAB 4 RERANGKA KONSEPTUAL

Sebagai hasil suatu perekayasaan adalah model rerangka konseptual. Model rerangka konseptual yang digunakan sebagai aspek pembelajaran dan pendidikan adalah yang dikembangkan oleh FASB dan diwujudkan dalam SFAC. Gambar 4.1 Rerangka konseptual versi FASB (diambil dari Suwarjono hal 116) Tujuan Pelaporan Keuangan (SFAC No 1 dan SFAC No 4)

Kriteria Kualitas Informasi (SFAC No 2)

Pengukuran dan Pengakuan (SFAC No 5 dan SFAC No 7)

Memenuhi kriteria

Elemen statemen Keuangan (SFAC No 6)

Informasi lain-lain Media pelaporan keuangan lainnya

Statemen keuangan

Informasi pelengkap

Catatan statemen keuangan

Berdasarkan gambar diatas, tujuan pelaporan keuangan merupakan proses yang paling menentukan dalam perekayasaan akuntansi. Tujuan pelaporan keuangan menentukan konsep dan prinsip yang relevan dalam penyusunan statemen laporan keuangan. Selaian itu tujuan pelaporan keuangan diharapkan mampu memberikan informasi kepada para pemakai dengan berbagai

kepentingan, serta mencapai tujuan ekonomik sosial negara. Sehingga, dengan adanya informasi tersebut dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan. Informasi tentunya akan dipakai bila terdapat kebermanfaatan keputusan bagi si pemakai. FASB telah merumuskan kualitas mengenai kriteria informasi yang terdiri dari dua unsur utama yaitu keberpautan (relevance) keterandalan (reliability). Kualitas informasi akan jauh lebih bernialai lagi apabila terdapat unsur-unsur (1) keterpahaman, (2)keberpautan, (3) nilai prediktif, (4) nilai balikan, (5) ketepatwaktuan, (6) keterandalan, (7) ketepatan penyimbolan, (8) keterujian, (9) kenetralan, (10) keterbandingan, dan (11) materialitas. Elemen statemen keuangan merupakan bahan pembentuk informasi yang dikandung dalam statemen keuangan. Penyajian elemen statemen keuangan tidak cukup hanya memenuhi definisi tetapi harus memenuhi kriteria pengakuan dan pengukuran. Terdapat sepuluh elemen pelaporan keuangan yang didefinisikan dalam rerangka konseptual yaitu aset, kewajiban, ekuitas, investasi, distribusi ke pemilik, laba komprehensif, pendapatan, biaya, untung dan rugi. Pelaporan keuangan dan statemen keuangan meruapakan dua definisi yang memiliki tujuan yang sama, namun memiliki komponen yang berbeda. Pelaporan keuangan (financial reporting) adalah penyampaian informasi yang wajib dan suka rela. Wajib disini mempunyai implikasi bahwa pelaporan harus mengandung statemen keuangan (financial statement) yaitu media utama pelaporan keuangan serta suka rela mencakup segala informasi yang yang diberikan oleh manajer agar bermanfaat bagi pemakai pelaporan keuangan. Elemen dalam statemen keuangan tersebut kemudian akan menjadi lingkup pengukuran dan pengakuan. Atribut pengukuran yang harus dilekatkan pada suatu elemen untuk merepresenatsikan secara tepat yang ingin diungkapakan dalam pelaporan keuangan misalnya penggunaan kos historis, kos sekarang, nilai pasar sekarang, nilai terealisasi, nilai diskunan. Sedangkan pengakuan berarti bahwa pencatatan resmi (penjurnala) suatu entitas (jumlah rupiah) hasil pengukuran dalam sautu sistem akuntansi, sehingga jumlah rupiah tersebut dapat mempengaruhi statemen keuangan. FASB menetapkan empat criteria pengakuan meliputi definis, keterukuran, keberpautan dan keterandalan.

BAB 5 KONSEP DASAR

Konsep dasar berfungsi untuk melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi, konsep dasar sangat bermanfaat dalam penyusunan standar, baik prinsip, metode maupun teknik. Beberapa pakar telah mengemukakan beberapa konsep dasar, salah satunya konsep dasar yang dijadikan pembahasan adalah konsep dasar yang diuraikan oleh Paton dan Littleton. Konsep dasar ini mampu menunjukkan konsep yang saling berkaitan secara logis sehingga membentuk satu kesatuan. Konsep dasar yang diuralan oleh P&L meliputi kesatuan usaha (The business entity), kontinuitas usaha (Continuity of Activity), penghargaan sepakatan (Measured Consideration), kos melekat (Costs Attach), upaya dan capaian hasil (Effort and Accomplishment), bukti terverifikasi dan objektif (Verifiable, objective evidence) dan asumsi (Assumtions). Kesatuan usaha dianggap sebagai badan atau orang yang berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri serta terpisah dari pemilik. Fungsi manajemen terpisah dengan fungsi pemilik, sehingga diperlukan pertanggungjawaban dalam bentuk statemen keuangan. Akuntansi menganut konsep penalaran normal bahwa tujuan pendirian perusahaan untuk berdiri terus (Continuity of Activity), bukan untuk dibubarkan atau dilikuidasi. Dengan adanya konsep ini maka perusahaan akan berusaha untuk bertahan hidup, berkembang dan maju sehingga dapat menghasilkan laba dalam jangka panjang. Untuk menilai laba tersebut, akuntansi tidak harus membubarkan atau melikuidasi, namun dapat diukur secara periodek dengan tingkat hasil invetasi atau daya melaba. Penggalan pendapat dan biaya pada suatu perioda ditungkan dalam laporan laba rugi dan laba rugi komprehensif, tingkat laba disini dapat dinilai sebagai daya melaba. Sedangkan untuk menunjukkan sisa potensi jasa, data ditunjukkan melalui neraca yang direpresentasikan nilai kos yang melekat padanya. Penghargaan sepakatan (Measured Consideration), konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah yang terlibat dalam tiap transaksi, merupakan bahan dasar yang paling objektif dalam mengukur sumber ekonomik yang masuk dan keluar. Bahan dasar ini kemudian dijadikan bahan kuantitatif dalam penyusunan berbagai laporan manajerial dan laporan keuangan.

Kos melekat (Costs attach) merepresentasikan kegiatan produksi kesatuan usaha untuk merunut kos yang sesungguhnya terjadi. Setiap objek yang terlibat dalam transaksi harus dinyatakan dalam kos, akuntansi menggabungkan berbagai macam kos yang melekat pada tiap komponen tanpa memerhatikan nilai ekonomik baru yang melekat pada barang yang dihasilkan. Kos merepresentasikan realitas ekonomi suatu kesatuan usaha. Upaya dan hasil (Effort and accomplishment) merepresentasikan bahwa ketika kesatuan usaha melakukan produksi yang diwujudkan dengan terhimpunnya kos, maka dapat dikatakan sebagai upaya untuk memperoleh hasil yaitu pendapatan. Bukti terverifikasi dan objektif (Verifiable, objective evidence) berimplikasi bahwa pelaporan keuangan akan bermanfaat dan andal, apabila data didukung dengan bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya. Bukti transaksi dapat timbul ketika kesatuan usaha melakukan pertukaran dengan pihak eksternal, dalam bentuk kesepakatan jumlah rupiah. Asumsi (Assumtions) menurut Suwardjono, dapat dijelaskan dari kelima daftar konsep dasar P&L. Jadi konsep dasar P&L tersebut bukanlah konsep dasar melainkan asumsi yang didasari atas asumsi tertentu dengan segala keterbatasaanya. Konservatisme merupakan konsep dasar yang menjadi landasan penentuan perlakuan akuntansi dalam kondisi ketidakpastian. Secara umum akuntansi akan segera mengakui rugi, tetapi menunda pengakuan pendapatan.

Related Documents


More Documents from "anis"