BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Komunikasi terjadi pada tinggkat intrapersonal, interpersonal, dan umum. Elemen proses komunikasi meliputi adanya referen, pengirim, pesan, saluran, penerima, dan respon. Bentuk komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu verbal dan non verbal. Di dalam berkomunikasi ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi diantaranya: perkembangan untuk kemampuan berbicara dengan bahasa, persepsi, emosi, budaya,gender, pengetahuan, lingkungan, dan peran dan hubungan. Cara penyampaian komunikasi yang salah dapat menyebabkan salah persepsi bahkan menyebabkan stess. Selain itu setiap orang yang mengalami sesuatu disepanjang hidupnya yang tidak dapat terselesaikan juga dapat menimbulkan stress. Sterss dapat memberi stimulus terhadap perubahan dan pertumbuhan. Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan seorang individu untuk berrespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976). Pengalaman individu yang berupa perubahan besar dan berdampak negatif dapat menimbulkan stress. Stimulus yang mengalami perubahan disebut stressor. Stressor dapat diklasifikasikan sebagai steresor internal dan stresol eksternal. Faktor yang mempengaruhi respon terhadap stressor ada 4, yaitu: intensitas, cakupan, dursi, dan jumlah dan sifat dari stresor.
B. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian komunikasi 2. Untuk memahami pengertian stress 3. Untuk dapat untuk mengetahui dampak kondisi distress terhadap kemampuan komunikasi 4. Untuk memahami harapan dalam lingkungan pelayanan kesehatan 5. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap perilaku 6. Untuk memahami teknik komunikasi pada klien dengan kondisi distress
BAB II TINJAUAN TEORI
A. KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut potter dan perry (1993). Komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu komunikasi intrapersonal, interpersonal, dan public. a. Komunikasi intrapersonal Komunikasi intrapersonal terjadi di dalam diri individu, merupakan model bicara seorang diri atau dialog internal yang terjadi secara konstan dan tanpa disadari. Tujuan dari komunikasi intrapersonal adalah kesadaran diri yang memperngaruhi konsep diri dan perasaan dihargai. Konsep diri yang positif dan kesadaran diri yang datang melalui dialog internal dapat membantu perawat mengekspresikan diri secara tepat kepad orang lain. komunikasi ini bersifat intrapersonal. Situasi yang harus melibatkan komunikasi intrapersonal adalah ketika seorang perawat yang mendapati klien dengan ekspresi wajah menyertai dan berfikir. misalnya : “apakah klien ini kesakitan? apa yang harus aku lakukan untuk klien ini? Kapan dosis terakhir dari obat anti nyeri diberikan ?.”
b. Komunikasi interpersonal Komunikasi interpersonal adalah antara dua orang atau didalam kelompok kecil. komunikasi interpersonal yang seat menimbulkan terjadinya pemecahan masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan dan perkembangan pribadi. keperawatan interpersonal.
terdapat
situasi
Komunikasi
yang ini
menantang memacu
kemampuan
kemampuan
Dalam
komunikasi
perawat
untuk
mengekspresikan ide-idenya dengan jelas dan meyakinkan. Komuniksi ini
merupakan inti dari praktik keperawatan. Seorang perawat dapat membantu klien dengan berkomunikasi dalam tingkat interpersonal yang bermakna.
c. Komunikasi public Komunikasi public adalah interaksi dengan sekumpulan orang dalam jumlah yang besar. Contohnya pada saat pidato , seminar dan lain-lain sebagai komunikator.
2. Elemen- elemen dalam komunikasi : a. Referensi atau stimulus Berupa motivasi atau keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Referensi dapat berupa :objek, pengalaman, emosi, idea tau tindakan.
b. Pemberi Pesan atau pengirim pesan Hal yang harus diperhatikan untuk pengirim pesan adalah : 1) Memahami topik yang disampaikan 2) Memperlihatkan ketertarikan (minat) terhadap topik yg dibicarakan 3) Mengenal sasaran/penerima pesan & mempunyai hubungan baik 4) Menggunakan bahasa yang sesuai sasaran 5) Berbicara dengan suara yang dapat diterima sasaran 6) Mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan 7) Memahami topik yang disampaikan
c. Pesan Adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh pengirim. Pesan yang paling efektif di sampaikan apabila 1) Jelas 2) Akurat 3) Bermakna 4) Sesuai dengan kebutuhan penerima
5) Sesuai dengan situasi
d. Saluran atau media Pesan dikirimkan melalui saluran komunikasi. Saluran bermaksud untuk membawa pesan, seperti melalui sarana visual, pendengaran, dan taktil. Saluran dapat membawa pesan apabila pesan itu : 1) Sesuai 2) Menarik 3) Dijangkau oleh kelompok sasaran
e. Penerima pesan Adalah orang menerima pesan yang dikirimkan. Agar komunikasi dapat berjalan efektif, penerima itu harus : 1) Sudah memberi perhatian 2) Mendengarkan pesan 3) Menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pesan 4) Memahami pentingnya pesa 5) Siap secara fisik, mental, emosional
3. Bentuk komunikasi Menurut potter dan perry (2005), ada dua jenis komunikasi yaitu verbal, dan non verbal yang di manifestasikan secara teurapetik. a. Komunikasi verbal ( Verbal Communication) Komunikasi yang menggunakan kata-kata/ bahasa lisan. Paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di Rumah Sakit. keuntungan : Memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. 1) Ciri-Ciri Komunikasi Verbal yang Efektif: a) Jelas & Ringkas b) Jelas berarti pemilihan kata-kata yang diucapkan tidak memiliki kesalahan makna c) Sederhana, pendek dan langsung
d) Berbicara lambat dan mengucapkan dengan benar e) Ulangi bagian yang penting f) Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. Atau pemakaian kata-kata seminimal mungkin yang diperlukan untuk menyampaikan sebuah pesan. Misal : “ Katakan pada saya , dimana rasa nyeri anda” akan lebih baik dari pada: “ Saya ingin, anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak”
b. Komunikasi non-verbal Komunikasi non-verbal adalah tranmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata. Isyarat non verbal akan menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mampu mempersepsikan non verbal, akan: 1) Lebih mampu memahami klien 2) Mendeteksi suatu kondisi 3) Menentukan kebutuhan suatu ASKEP
Adapun Tujuan Komunikasi Non Verbal: 1) Meyakinkan apa yang diucapkan (Repetition). 2) Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (Subtitution) 3) Menunjukkan jati diri sehingga orang lain mengenalnya (Identity) 4) Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna
Macam Komunkasi Non Verbal : a. Penampilan Personal Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi Interpersonal. b. Bentuk fisik, cara berpakaian, berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, konsp diri. c. Ekspresi muka, gesture tubuh juga merupakan salah macam macam komunikasi non verbal
4. Faktor Secara Umum Yang Mempengaruhi Komunikasi a. Perkembangan, Berbeda cara berkomunikasi antara balita,remaja, dewasa dst b. Persepsi Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terlambatnya komunikasi c. Nilai Perawat harus berusaha untuk mengetahui & mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan & interaksi yang tepat dengan klien d. Latar Belakang Sosal Budaya Bahasa & gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak & berkomunikasi e. Jenis Kelamin Laki-laki menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian aktivitas group yang lebih besar, bermain untuk berteman. f. Emosi Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu tindakan. Emosi seperti sedih, senang akan dapat mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain g. Pengetahuan Tingkat pengetahuan akan pengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang yang takut pengetahuan Rendah akan sulit berespon terhadap pertanyaan h. Peran & Hubungan Gaya komunikasi sesuai dengan peran & hubungan diantara orang yang berkomunikasi. i. Lingkungan Suasana bising, tidak ada privacy yang tepat
akan menimbulkan kerancuan,
ketegangan & ketidak nyamanan. Untuk itu perawat perlu siapkan lingkungan yang tepat & nyaman sebelum komunikasi dimulai.
B. DISTRESS
1. Pengertian Distress Stress adalah segala situasi dimana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye,1976). Stress itu adalah respon fisiologis, psikologis, dan perilaku dari seseorang untuk mencari penyesuaian terhadap tekanan yang sifatnya internal (psikologis) maupun eksternal (lingkungan). Stress dapat menyebabkan perasaan negative atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat mengganggu cara seseorang dalam mencerap realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum, dan hubungan seseorang dan rasa memiliki.selain itu, stress dapat menggangu pandangan umum seseorang terhadap hidup, sikap yang ditujukan pada orang yang disayangi dan status kesehatan Stress memiliki dua jenis yaitu distress dan eustress. Distress-lah yang menyebabkan penyakit karena mengacu pada stimulus yang berbahaya dan menjadikan manusia lemah. Penyebab distress antara lain kritik yang menjatuhkan. Eustress adalah stress yang menyehatkan karena mendorong manusia untuk melampau batasnya, sehingga manusia dapat mencapai impiannya lebih cepat. Pada materi ini hanya akan membahas tentang distress.
2. Penyebab Stress a. Faktor eksternal Faktor stress yang berasal dari luar, seperti : kerjaan menumpuk, stress karena jalanan macet, stress karena ada kebisingan, dll. b. Faktor internal Faktor internal yang berhubungan dengan keadaan diri sendiri : harapan yang terlalu tinggi, ketakutan akan sesuatu hal, seperti trauma, kekhawatiran terhadap sesuatu atau kurang percaya diri
3. Gejala Umum Stress a. Fisikal : Keletihan, pening kepala, susah tidur, sakit-sakit badan terutamanya di kawasan bahu dan belakang, degupan jantung yang kuat, sakit dada, meloya, ketar badan, sejuk tangan dan berpeluh. b. Mental : Hilang tumpuan, mudah lupa, susah untuk membuat keputusan, tidak boleh berfikir, terlaru banyak pikiran dan tidak boleh berjenaka c. Emosi : Risau, sentiasa bimbang, sugul, marah, mudah kecewa, sentiasa takut, sensitif, mudah hilang sabar dan panas badan d. Perangkai : Keluh-kesah, lahir tabiat seperti menggigit kuku dan menggedik-gedikkan kaki, makan yang berlebihan, merokok, minum arak, menjerit-jerit, mengungkit-ungkit dan menyalahkan orang lain serta bertindak agresif.
Adapun contoh lain perilaku individu yang mengalami stres, yaitu : a. Individu menjadi lebih sensitif dan mudah marah b. Individu tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas dan lebih sering terlihat diam dan murung. c. Individu lebih suka menyendiri d. Individu menarik diri dari lingkungan e. Individu sering menunda ataupun menghindari pekerjaan/tugas f.
Individu mengkonsumsi narkoba atau minuman keras.
C. TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK. Dalam menangggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut :
1. Mendengarkan (listening) Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengr perawat mengetahui perasaan klien, member kesempata lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif dengan tetap keritis dan korektif bila apa yang di sampaikan klien perlu diluruskan. Tujuan teknik ini adalah menjaga kestabilan emosi atau psikologis klien. Misalnya : “ silahkan mengungkapkan semua perasaan saudara, saya akan mendengarkan disini dengan baik”
2. Pertanyaan terbuka ( broad opening) Teknik ini memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya sesaui kehendak klien tanpa membatasi, contoh : “apa yang sedang saudara fikirkan ?”, “ apa yang akan kita bicarakan har ini?’. Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan perasaannya, perawat dapat member dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan “saya mengerti apa yang saudara katakan”
3. Mengulang (restarting) Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan member indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien. Misalnya : “ooh ,,, jadi saudara tadi malam tidak bisa tidur kerena…..”
4. Klarifikasi Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti karena malu mengemukakan
informasi,
informasi
yang
diperoleh
tidak
lengkap
atau
mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh : “dapatkan anda menjelaskan kembali
tentang….?” Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan dan persepsi perawatklien.
5. Refleksi Refleksi merupakan reaksi perawat klien selama berlangsungnya komunikasi. Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu refleksi ini, bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifiksai ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat, dan refleksi perasaan, yang bertujuan member respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya. Teknik refleksi ini berguna untuk : a. mengetahui dan menerima ide dan perasaan b.
mengoreksi
c. member keterangan lebih jelas. Kerugian dari teknik ini adalah: a. mengulang terlalu sering tema yang sama b. dapat menimbulkan marah, iritasi dan frustasi.
6. Memfokuskan Membantu klien bicara pada topic yang telah dipilih dan yang penting serta menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada relitas. Contoh : Klien : “petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian kepada pasiennya”. Perawat : “apakah saudara sudah minum obat?”
7. Membagi persepsi Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat memina umpan balik dan member informasi. Contoh : “anda tertawa, tetapi saya rasa anda marah kepada saya”.
8. Identifikasi tema Mengidentifikasi latar belakang masalah yang di alami klien yang muncul selama percakapan. Gunany untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting. Misalnya : “saya terlihat dari semua keterangan yang anda jelaskan, anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalah?”
9. Diam (silence) Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuan untuk member kesempatan berfikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien yang menarik diri, teknik diam berate perawat menerima klien, misalnya: Klien : “saya jengkel kepada suami saya” Perawat : diam (member kesempatan klien) Klien : suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasan yang jelas, kalau saya Tanya pasti marah
10. Informing Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan bag kien, misalnya perawat menjelaskan penyebab panas yang dialami kien. Klien : “suster, kenapa suhu tbuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah minum obat, kira-kira kenapa ya suster? Perawat : baik saya jelaskan, panas tubh atau suhu tubuh meningkat dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi, dehidrasi atau karena metabolism tubuh yang meningkat.
11. Saran Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Tepat di pakai pada fase dan tidak tepat pada fase awal hubungan
Misalnya : kita tadi sudah cukup banyak bcara tentang penyebab batuk dan sesak nafas, salah satunya karena merokok, kami berharap anda dapat mengurangi atau berhenti merokok.
D. HUBUNGAN TERAPEUTIK PERAWAT – PASIEN DISTRESS
1. Tahap pra interaksi a. Evaluasi diri b. Tetapkan perkembangan interaksi dengan pasien c. Persiapkan rencana interaksi
2. Tahap Orientasi Kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu dengan pasien. a. Memberi salam b. Mengevaluasi kondisi pasien c. Menyepakati pertemuan/kontrak d. Mengeksplorasi pikiran, perasaan e. Mengidentifikasi masalah pasien Pada awal pertemuan kedua dan seterusnya. a. Memberi salam b. Memvalidasi dan mengevaluasi keadaan pasie c. Mengingatkan kontrak (topik, waktu, tempat)
3. Tahap Kerja Tahapan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
4. Tahap Terminasi a. Terminasi sementara Akhir tiap pertemuan perawat & pasien 1) Evaluasi 2) Rencana tindak lanjut 3) Kontrak yang akan datang
b. Terminasi akhir Akhir tiap pertemuan perawat & pasien (jika pasien & keluarga telah menyelesaikan masalahnya. 1) Evaluasi 2) Rencana tindak lanjut 3) Eksplorasi perasaan terkait perpisahan
E. PENANGANAN STRESS 1. Cara spiritual: a. Ibadah sendiri b. Ibadah berkelompok
2. Cara Pikiran: a. Hypnosis lima jari b. Stop berfikir c. Berfikir positif
3. Cara fisik: a. ROP (Relaksasi Otot Progresif) b. Latihan nafas
HADAPI STRESS DENGAN Belajar untuk menerima apa adanya dan mencintai diri sendiri Temukan penyebab perasaan negative dan belajar untuk menanggulanginya Biarkan orang lain untuk memikirkan masalah anda. Ceritakan kepada pasangan hidup, teman, supervisor, atau pemimpin agama. Mereka mungkin bisa membantu meletakkan masalah anda sesuai dengan proporsinya dan menawarkan cara-cara pemecahan yang berguna. Rencanakan waktu untuk rekreasi Lakukan tehnik relaksasi seperti napas dalam, meditasi, atau pijatan.
LANGKAH HIPNOFISIS 5 JARI Atur posisi klien senyaman mungkin Pejamkan mata Tarik nafas Buang perlahan Lakukan selama 3 kali Tautkan ibu jari kepada jari telunjuk, bayangkan ketika tubuh anda begitu sehat Tautkan ibu jari kepada jari tenga, bayangkan ketika anda mendapatkan hadiah atau barang yang sangat anda sukai Tautkan ibu jari kepada jari manis, bayangkan ketika anda berada di tempat yang paling nyaman, tempat yang membuat anda merasa sangat bahagia Tautkan ibu jari anda kepada jari kelingkng, bayangkan ketika anda mendapat suatu penghargaan Tarik nafas, buang perlahan, lakukan selama 3 kali Buka mata kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Mundakir (2006). Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta. Graha Ilmu. Potter& Perry. (2005). Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC Sieh, K. & Breintin, L.K. (1997). The nurse Communicates. Philadelphia : WB Saunders Co.
MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN “KOMUNIKASI PADA PASIEN DISTRESS”
ANGGOTA KELOMPOK:
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Asih W Desya Nadya Irawan Ika Yunniastuti Meity Rulya Sari Puti Fatimah Yulia Pratiwi
(2018727046) (2018727054) (2018727063) (2018727072) (2018727081) (2018727097)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA SMESTER GANJIL 2018-2019