Posisi Agama Dalam Keluarga Modern Pluralisme agama sebagaimana pluralisme budaya (multikultutalisme) merupakan keniscayaan dalam konteks dunia profan (historis). Kenyataan ini merupakan sunnatullah, sebagai salah satu bentuk ujian atas kemanusiaan kita. Dari penelitian mengenai nilai-nilai pluralisme agama yang terkandung dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam tahun 1994 untuk SMU dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam tahun 1994 untuk SMU dari landasan sampai materi telah memiliki semangat pluralisme agama, bahkan hal itu nampak sekali dalam materi kerukunan umat beragama, namun posisi pluralisme agama tidak serta merta kuat dan dapat membentuk karakter anak didik, sehingga memiliki sens of pluralism. Untuk membentuk sens of pluralism bagi anak didik diperlukan waktu yang cukup sedangkan dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam tahun 1994 untuk SMU posisi pluralisme agama hanya mendapat porsi waktu yang sangat minim, sehingga kemungkinan yang terjadi materi tersebut hanya sebagai lips belaka, sulit untuk membentuk karakter siswa.
Agenda Keagamaan Abad Ke-21 Abad 21, menurut sebagian sosiolog dunia, adalah abad penguatan identitas keagamaan. Di samping, menurut Samuel Huntington, terdapat fenomena menguatnya sentimen tribalisme dan kebangkitan kekuatan-kekuatan di luar Amerika Serikat yang saat ini menjadi negara adidaya tunggal di dunia. Huntington dalam The Clash of Civilization memprediksi bangkitnya kekuatan Islam selain kekuatan Cina (baca: Konfusius) sebagai “ancaman” terhadap keadidayaan Amerika Serikat. Hal ini, barangkali karena pertimbangan jumlah penganut yang besar dan tingkat militansi dari kedua kekuatan tersebut. Seiring telisikan sejarah dan anatomi bangsa Indonesia yang berciri paternalisme maka kunci kebangkitan Indonesia adalah pada model kepemimpinan bangsa. Jika kita ingin berjaya di abad 21 perlu ditelisik lebih jauh ciri-ciri pemimpin Indonesia yang ideal di abad 21. Tentunya dengan tetap jeli mengamati geliat kebangkitan mandiri rakyat.
Hakikat Dan Tujuan Hidup Menurut Al Ghozali Pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan tercermin dalam pendapatnya tentang hakikat, klasifikasi, tujuan dan cara mencapat ilmu. Ilmu adalah suatu proses untuk mendekatkan diri dan menghubungkan hamba dengan Tuhannya. Ilmu ada yang bersifat hudluri (perolehan) dan ladunni (pemberian). Ilmu juga ada bersifat fardlu ‘ain dan ada yang fardlu kifayah. Dari segi kegunaan ilmu ada yang terpuji, tercela, dan netral. Semua ilmu itu tujuannya adalah mengenal Allah. Untuk mendapatkannya harus dibangun pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai akhlak mulia. Sementara itu Maslow menyodorkan konsep pendidikan humanistik yang bertujuan mengembangkan potensi-potensi manusia sehingga dapat mencapai aktualisasi diri. Pendidikan yang ideal adalah yang memberi kebebasan belajar sesuai keinginan, dapat dicapai oleh siapapun selama ia dapat memperbaiki dan belajar, dan memberikan kesempatan kepada siswa menemukan apa yang disukai
dan diinginkannya. Tujuan pendidikan adalah menemukan identitias diri sebagai dasar mencapai tujuan hidup. Maslow mendukung pendidikan yang bermoral dan mencela yang sebaliknya (value free education).
Islam Dan Kebudayaan Pada masa orde baru, penyebaran Pancasila sebagai ideologi dianggap sebagai sebuah upaya pembudayaan. Neils Mulder dalam bukunya Mistisisme Jawa (2001) menjelaskan bahwa Pancasila merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur kebangsawanan yang ada di masa lalu. Sehingga upaya pemberadaban (atau pembudayaan) menurutnya merupakan sebuah upaya mewujudkan pesan-pesan yang ada di masa lalu yang telah di idealkan. Rezim orde baru melakukan praktik pembudayaan Pancasila, namun seperti kita pahami praktik ini dilakukan secara koersif. Di sini terlihat sebuah sistem kuasi-totaliter yang dipraktikkan oleh negara. Hasilnya, upaya pembudayaan tak pernah menyentuh semua lapisan masyarakat dan kehidupan politik terbentuk secara terpusat. Pada masa reformasi, setiap warga berhak mengungkapkan sikap politik. Kemudian muncul banyak partai Islam, dan dalam beberapa hal terlihat mengendalikan cakrawala politik yang ada. Saya kira itu wajar, karena Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar sedunia. Tradisi keilmuan Islam yang pernah menjadi dinamika pada awal menyebarnya Islam ke Indonesia kembali hidup. Isu-isu keagamaan kembali menghiasi media informasi yang ada. Apakah ini tanda kemunduran ataukah sebaliknya? Pembudayaan yang dilakukan sistem pemikiran Islam tidak hanya dalam ranah etika dan moral, tapi juga pembudayaan nilai-nilai intelektualitas. Karena itu adalah wajar untuk bersikap optimistis.
Islam Dan Pluralisme Sementara konsep pluralisme dalam Islam tertata rapi dalam al-Quran. Yakni surat al-Hujurat:13, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Surat al-Isra’:70, al-Anbiya`:107 dan ayat lain yang semakna. Secara ekplisit dan fundamental ayat-ayat ini menjelaskan tentang relasi antar manusia dan pembangunan dunia tanpa ada garis limit yang melintang. Dengan ini jelas bahwa agama mengajak manusia untuk menggunakan akalnya dalam memajukan tatanan masyarakat seraya memikirkan anugerah yang telah diberikan. Agama selalu hadir untuk menciptakan perdamaian, keadilan, keselamatan dan kerahmatan bagi seluruh manusia dan alam semesta.
Menggapai Masa Depan Bersama Al-Qur’an Sebenarnya kebangkitan Islam dan kebudayaan tergantung kepada umat Islam sendiri, tergantung kepada amal-amal kultural atau aktivitas-aktivitas kebudayaan yang dilakukannya.Maka dalam hubungannya dengan kejayaan masa depan Islam, umat Islam sudah semestinya terpanggil untuk memberdayakan energi, vitalitas dan etos kerjanya dalam rangka memperkaya karya-karya budaya dalam segala aspek hidup dan kehidupan umat dalam memberi makna bagi manusia dan kemanusiaan. Umat manusia masih belum puas dengan situasi yang mereka alami. Masih ada harapan besar untuk mengubah situasi yang buruk ini menjadi situasi yang lebih baik bagi kehidupan. Harus diakui juga bahwa pengharapanpengharapan akan dunia baru itu seringkali masih sangat bersifat partikular; orang Kristen, orang Islam, orang Aceh, orang Papua misalnya memiliki bayangan yang berbeda-beda mengenai dunia baru yang mereka harapkan. Pengharapan akan dunia baru masih terkotak-kotak dalam agama, suku bangsa, kelompok sosial dst. Al-Qardhawy, dalam buku Islam dan Peradaban Masa Depan, jelas-jelas mendiskriminasi peradaban barat yang materialistis (hal.89) dan agama Kristen sebagai yang tidak mampu memberikan keselamatan (hal.135), sembari menegaskan bahwa hanya dalam Islam saja dunia yang “kacau” ini akan dapat ditata kembali dengan baik.[18] Hal semacam ini seperti sudah kita lihat di atas sangat mengandung potensi konflik, dan konflik selalu berpotensi malahirkan kekerasan, dan selanjutnya kekerasan selalu berpotensi menimbulkan penderitaan dan kehancuran bagi semua. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk di satu sisi mewaspadai potensi apokaliptik yang menghancurkan ini, tetapi di sisi lain juga secara jenius memanfaatkan sumber energi yang besar ini bagi kemanusiaan.
Dzikir Yes Narkoba No ! Tujuan utama dari program Islam Therapy adalah mengenalkan seluruh manusia kepada Allah. Islam Therapy hanya berpedoman kepada AlQur’an dan Hadist, bukan kepada mazhab, aliran atau kelompok tertentu. Islam Therapy mengajak kepada umat beragama lain untuk menjadikan agamanya sebagai modalitas terapi sehingga ketika ada umat beragama lain yang terjangkau oleh Islam Therapy, maka Islam Therapy dapat merujuknya untuk mengikuti program seperti Budha Therapy, Hindu Therapy, Kristen Therapy, dan lain sebagainya. Demikian pula jika umat Islam terjangkau oleh terapi berbasis agama lain, maka dapat merujuknya untuk mengikuti program Islam Therapy. Islam artinya selamat. Dengan demikian, Islam Therapy bisa diartikan : Menjadikan Keselamatan Sebagai Modalitas Terapi. Berbicara tentang narkoba tidak jauh berbeda dengan benda yang satu ini. Benda yang sangat mematikan dan menghancurkan terutama bagi generasi muda kita. Benda ini adalah rokok.
Dakwah Dikampus Memilih sesuatu yang diprioritaskan bukan berarti meninggalkan atau membatalkan suatu pekerjaan yang baik demi untuk mengerjakan pekerjaan baik yang lain. Maksudnya adalah mendahulukan mana yang lebih tepat didahulukan, memberinya lebih banyak alokasi dan dukungan waktu, tenaga serta sarana lainnya yang diperlukan. Inilah ruang lingkup kita sebagai batasan kajian Manajemen Prioritas kita. Dalam dakwah kampus ada tiga arena yang dilakoni oleh struktur dakwah kampus, yaitu arena da'awi, arena siyasi, dan akademik/profesi. Ketiga arena tersebut merupakan peran dan fungsi mahasiswa. Kalau dilihat dari sudut pandang individu, seorang aktivis dakwah kampus harus tawazun antara peran da'awi, peran siyasi, dan peran akademik tersebut. Artinya, seorang aktivis dakwah kampus, sejatinya harus memiliki kemampuan dakwah dan tarbiyah, kemampuan mengusung perubahan di tengah-tengah masyarakat (khususnya masyarakat kampus), tanpa mengurangi prestasi akademik. Bahkan kalau perlu justru meningkatkan prestasi akademik, karena sejatinya dakwah itu adalah teladan.
Ilmu Dan Peradaban Manusia Dalam Perspektif Islam Peradaban menghiasi dunia merupakan suatu hasil dari adanya sains dan teknologi. Sains telah menjadi motor penggerak dalam kerangka penemuan konsep ilmu yang mendukung perubahan teknologi. Konsep ilmu akan mendasari suatu perubahan yang menuju suatu perkembangan kemuthakhiran. Ilmu telah menghasilkan suatu karya teknologi yang selama ini menjadi pasangan hidup manusia. Manusia hidup tanpa sebuah teknologi bagaikan hidup tanpa sarana. Namun demikian, teknologi dapat membuat manusia menjauhi dari fitrah penciptaannya. Teknologi merupakan diferensiasi dari sebuah sains buah kaya cipta akal manusia. Akal yang dalam hal ini ada dalam suatu organ tubuh yang bernama otak telah menjadi suatu tumpuan dan hasrat keinginan berfikir. Olah logika yang diikuti dengan kemauan (nafsu berbuat baik) untuk selalu berkembang telah menjadi dasar dalam penciptaan teknologi baru. Aspek logika akan menuntun manusia kedalam konsep penemuan ilmiah yang telah disediakan oleh alam semesta. Manusia akan menemukan suatu ilmu aplikatif jika dapat membuktikannya di dalam alam ini. Alam telah memberikan konsep kekekalan dan mengandung unsur logika serta dapat dicapai oleh akal manusia. Alam telah banyak memberikan pelajaran pada manusia. Sudah sewajarnya manusia menjadi prototype dari alam yang selalu berubah dan mencapai kesimbangan baru menggunakan akal pikirannya
Dukun, Sihir Dan Sistem Kepercayaan Masyarakat Pengobatan sendiri dipahami sebagai sebuah "seni" (the art of healing) dan hanya sejak makin majunya kedokteran biomedis/Barat sebagai sebuah "ilmu", maka mulai dibedakan antara "ilmu pengobatan" (the science of
healingdan "seni pengobatan". Di samping itu, keadaan sakit sebagai salah satu pengalaman manusia yang paling hakiki sudah dari dulu merupakan motif yang banyak dapat ditemukan dalam karya sastra, dan karena itu juga sangat layak dan perlu diteliti dalam kritik sastra. Sebuah ciri penting situasi pengobatan di Indonesia adalah terdapatnya pluralisme sistem pengobatan di mana berbagai cara pengobatan yang berbedabeda hadir berdampingan. Yang paling dominan di antaranya adalah pengobatan asli Indonesia (yaitu system pengobatan etnis tiap daerah yang pada umumnya termasuk humoral medicine dan memiliki elemen-elemen magis) dan pengobatan biomedis/Barat.Pluralisme ini membawa berbagai macam persoalan, terutama karena sistem kesehatan yang resmi(puskesmas,rumah sakit, pendidikan kedokteran di universitas, dan sebagainya) hampir seutuhnya berpegang pada sistem biomedis,sedangkan system pengobatan yang paling dikenaldalam masyarakat tetaplah pengobatan asli Indonesia (tradisional). Untuk sebuah studi motif pengobatan/penyakit dalam sastra Indonesia tentu keadaan yang penuh konflik ini sangat menarik. Adakah wujud konflik antarsistem-sistem pengobatan itu terdapat dalam sastra
Peran Islam Dalam Perkembangan IPTEK Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa=92idah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek, jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Pengaruh Multimedia Terhadap Moral Pengguna Komunitas Online adalah sebuah wadah sosialisasi masyarakat secara umum, dalam lingkup ruang cyber. Dimana setiap individu secara personal dapat mengkuti ruang diskusi maupun jaringan pertemanan yang dilakukan dalam dunia maya. Komunitas online biasanya terbentuk melalui beberapa situs yang menawarkan fasilitas jaringan pertemanan dan setiap individu dipertemukan secara virtual tanpa ada batas ruang dan waktu. Kegiatan yang terjadi dalam jaringan pertemanan atau komunitas online dapat diawali dengan adanya kesamaan misi atau ketertarikan dalam beberapa hal yang sama. Dengan begitu kegiatan komunitas online bahkan dapat membawa keintiman hubungan antar sesama anggotanya, bahkan dapat menyamai hubungan pertemanan secara offline atau nyata. Hal ini dapat dibuktikan dengan seberapa intim hubungan yang dibentuk dalam jaringan sosial tersebut, seperti mengetahu hari ulang tahun, hobi, kesenangan, sesuatu yang dibenci bahkan hal ini tidak begitu kita dapatkan dalam dunia nyata. Secara sosiologis harus diakui bahwa di tengah-tengah kehidupannya, masyarakat senantiasa mengalami perubahan-perubahan . Perubahan-perubahan itu dapat mempengaruhi pola pikir dan tata nilai yang selama ini telah berjalan dan disepakati secara bersama-sama. Semakin maju cara berfikir manusia maka semakin kritis dan selektiflah manusia itu dalam menerima atau menolak suatu keyakinan yang selama ini dianutnya. Oleh karena itu perubahan-perubahan dan perkembangan dalam masyarakat harus dijadikan pertimbangan hukum agar hukum itu betul-betul punya arti dan berfungsi di tengah-tengah masyarakat. Serta mampu merealisasi maqashid al syariat yaitu kemaslahatan ummat yang berupa menggapai manfaat dan menolak mafsadat.4 Terlebih pada saat sekarang ini ketika isu-isu kesetaraan gender dan jaminan perlindungan atas hak-hak asasi manusia (HAM) semakin mengedepan dan menyeruak di tengah hiruk pikuk kehidupan sosial. Bagi umat Islam kenyatan ini adalah tantangan yang harus segera direspon dan dicarikan jalan keluar atau penyelesaiannya atas masalah tersebut. Pengabaian terhadap isu-isu global semacam ini akan memantapkan tuduhan dan pelabelan (stereotype) bahwa hukum Islam tidak mengenal bahkan anti dengan nilai-nilai universalisme HAM dan cenderung pada perlakuan diskriminatif terhadap peran perempuan (Misogini) akan mendapatkan bukti pembenarannya
Metode Internalisasi Nilai-Nilai Islam Dalam Keluarga Obsesi membentuk Insan (sebagai inividu) yang berkepribadian atau yang berkarakter bisa dimiliki oleh orang tua atas anaknya, guru atas anak didiknya, atau oleh seseorang yang memiliki perhatian khusus kepada orangorang / anak-anak tertentu. Membangun kepribadian bukanlah pekerjaan yang mudah. Anak-anak membutuhkan situasi psikologis dan sugesti yang kondusif bagi internalisasi nilai. Infrastruktur yang disediakan bagi Program Pendidikan Amalia untuk membentuk insan yang berkepribadian yaitu:
1. Penanaman nilai 2. Lingkungan yang Kondusif 3. Membangun Tokoh Idola 4. Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif. Program yang sudah dilaksanakan setiap hari Senin sampai dengan Ahad adalah: 1. Taman Hafidz al-Quran (penghapalan al-quran untuk anak2 surah2 Juz Amma’). 2. Taman Cinta Ilmu (Kegiatan keilmuan dengan metode accelerated). 3. Taman Munajat Ilahiah ( bersama). 4. Taman Muhasabah (Kegiatan penanaman nilai Islam). 5. Bimbingan Belajar (dilaksanakan tiap hari ahad, bahasa inggris)
RANGKUMAN SEMINAR AGAMA Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Pendidikan Agama
Disusun oleh Nama
: Dede Apandi
NIM
: A2.0800556
Kelas
: TI.2A
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) SUMEDANG 2008/2009