Tugas 3 Gadar Overdosis.docx

  • Uploaded by: nurhudaya
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas 3 Gadar Overdosis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,471
  • Pages: 23
ASUHAN KEPERAWATAN OVERDOSIS

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 RINA NUR INSANI NURHADAYA FAUZIAH. L NUR ATMASARI RISKA MEGAWATI YUNUS KEPERAWATAN A

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2019

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. Konsep Medis 1.

Pengertian Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan

akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat

penenang (valium, xanax,

mogadon/BK). Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama yang merugikan manusia.Termasuk peptisida ini adalah insektisida. Ada 2 macam insektisuda yang paling benyak digunakan dalam pertanian : a. Insektisida hidrokarbon khorin ( IHK=Chlorinated Hydrocarbon ) b. Isektida fosfat organic ( IFO =Organo Phosphatase insectisida ) Yang paling sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus menerus meningkat. Sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya adalah Tabun dan Sarin. Bahan ini dapat menembusi kulit yang normal (intact) juga dapaat diserap diparu dan saluran makanan,namun tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti golongan IHK.

Macam-macam IFO adalah malathion ( Tolly ) Paraathion, diazinon, Basudin, Paraoxon dan lain-lain. IFO ada 2 macam adalah IFO Murni dan golongan carbamate.Salah satu contoh gol. carbamate adalah baygon. 2.

Etiologi

Penggunaan obat yang tidak sesuai dosis atau berlebihan dosis. 3.

Patofisiologi IFO

bekerja

dengan

cara

menghambat

(inaktivasi)

enzim

asetikolinesterase tubuh (KhE).Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid(AKH) dengan jalan mengikat Akh



KhE yang

bersifat inaktif.Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO- KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala ransangan Akh yang

berlebihan,yang akan

menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ) Pada keracunan IFO,ikatan Ikatan IFO – KhE bersifat menetap (ireversibel),sedangkan keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara (reversible). Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan : a. Muskarini, terutama pada saluran pencernaan,kelenjar ludah dan keringat,pupil,bronkus dan jantung. b. Nikotinik, terutama pada otot-otot skeletal,bola mata,lidah,kelopak mata dan otot pernafasan. c. SSP, menimbulkan nyeri kepala,perubahan emosi,kejang-kejang(Konvulsi) sampai koma.

4.

Manifestasi Klinsi Yang paling menonjol adalah kelainan visus,hiperaktifitas kelenjar

ludah,keringat dan gangguan saluran pencernaan,serta kesukaran bernafas. Gejala ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah,rasa takut, tremor pada lidah,kelopak mata,pupil miosis. Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, hipersaliva, hiperhidrosis,fasikulasi otot dan bradikardi. Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif,sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi,koma, blokade

jantung

akhirnya meningal. 5.

Komplikasi a. Gagal ginjal b. Kerusakan hati c. Gangguan pencernaan d. Gangguan pernafasan

6.

Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorik. Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun sekian % dari harga normal ). Kercunan akut : Ringan : 40 - 70 % Sedang : 20 - 40 % Berat : < 20 % Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar KhE telah meningkat > 75 % N 2.

b. Patologi Anatomi ( PA ) Pada

keracunan

khas.sering

hanya

acut,hasil

pemeriksaan

ditemukan

edema

patologi

paru,dilatsi

biasanya

tidak

kapiler,hiperemi

paru,otak dan organ-oragan lainnya 7.

Penatalaksanaan a. Tindakan emergensi Airway : Bebask an jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi. Breathing

: Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas

spontanatau pernapasan tidak adekuat. Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan. b. Identifikasi penyebab keracunan Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usahamencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan. c. Eliminasi racun. Racun yang ditelan, dilakukan dengan cara: a. Rangsang muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah menelanbahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan rangsangmuntah kecuali bila bahan

beracun

tersebut mempunyai efek yang menghambatmotilitas (memperpanjang pengosongan) lambung. Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum mole atau dinding belakang faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan : a). Sirup Ipecac, diberikan sesuai dosis yang telah ditetapkan, b). Apomorphine, Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir 100%,dapat

menyebabkanmuntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan. Kontraindikasi rangsang muntah : 1) Keracunan

hidrokarbon,

mengandungbahan-bahan

kecuali yang

bila

hidrokarbon

berbahaya

seperti

tersebut camphor,

produk-produk yang mengandunghalogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida. Keracunan bahan korossif Keracunan bahan bahan perangsang CNS ( CNS stimulant, seperti strichnin) 2) Penderita kejang 3) Penderita dengan gangguan kesadaran b. Kumbah Lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat pengosonganl ambung. Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada : 1) Keracunan bahan korosif 2) Keracunan hidrokarbon 3) Kejang pada penderita dengan gangguan kesadaran atau penderitapenderita dengan resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi dengan cara pemasangan pipa endotracheal. Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri, kemudian di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran yang sesuai dengan pasien, pencucian lambung dilakukan dengan cairan garam fisiologis ( normal saline/ PZ ) atau ½ normal saline 100 ml atau kurang berulang-ulang sampai bersih

c. Pemberian Norit ( activated charcoal )Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60 menit sesudah emesis. Indikasi pemberian norit untuk keracunan : 1) Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat, antiinflamasi non steroid, morphine, propoxyphene. 2) Anticonvulsants/

sedative

:

barbiturat,

carbamazepine,

chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate. 3) Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis, quinine, theophylline, cyclic anti – depressants Nori t tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan alkohol. 4) Catharsis Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan bila ada gagal ginjal,diare yang berat ( severe diarrhea ), ileus paralitik atau trauma abdomen. 5) Diuretika paksa ( Forced diuretic )Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital ( alkalinisasi urine ).Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,hati-hatijangan sampai terjadi overload cairan. Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa.Kontraindikasi : udema otak dan gagal ginjal d. Pemberan antidotum kalau mungkin a. Pengobatan Supportif Pemberian cairan dan elektrolit Perhatikan nutrisi penderita Pengobatan simtomatik (kejang, hipoglikemia, kelainan elektrolit dsb.)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWAT DARURATAN DENGAN KLIEN “ OVERDOSIS” A.

Pengkajian 1.

Primary survey Sebelum pendidikan,

penyalahgunaan penyebaran

terjadi

informasi

biasanya

mengenai

dalam bahaya

bentuk narkoba,

pendekatan melalui kekuarga, dan lain-lain. Instansi pemerintah seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. Kegiatan yang dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KTE yang di tunjukkan kepada remaja langsung dan keluarga. B1 : Breath, kaji pernapasana klien. Apakah klien mengalami gangguan dalam bernapas B2 : Blood, kaji apakah terjadi perdarahan yang menyumbat jalan napas dan cek tekanan darah pasien. B3 : Brain, kaji apakah klien mengalami gangguan pada proses berfikir. B4 : Bladder, kaji apakah ada terjadi kerusakan pada daerah ginjal yang dikarenakan overdosis karna keasaman obat tersebut. B5 : Bowel, kaji intake dan output pasien a. Airway support Pada klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan adalah ada tidaknya sumbatan pada jalan napas seperti lidah. Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada klien tidak sadar karena pada kondisi ini lidah klien akan terjatuh ke belakang rongga mulut. Hal ini akan mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas harus terbuka. Teknik yg dapat digunakan adalah cross finger (silang jari). Jika terdapat sumbatan bersihkan dengan teknik finger sweep (sapuan jari).

Gbr. 3.1 cross finger

Gbr. finger sweep Adapun Teknik untuk membuka jalan napas : 1) Head tilt / chin lift Teknik ini dapat digunakan jika penderita tidak mengalami cedera kepala, leher dan tulang belakang

Gbr. headtilt/chinlift

2) Jaw trust

Gbr. jaw trust b. Breathing support Setelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian status pernapasan klien, apakah masih bernapas atau tidak. Teknik yg digunakan adalah LOOK, LISTEN and FEEL (LLF). LLF dilakukan tidak lebih dari 10 menit, jika klien masih bernapas, tindakan yg dilakukan adalah pertahankan jalan napas agar tetap terbuka,

jika klien tidak

bernapas, berikan 2 x bantuan pernapasan dgn volume yg cukup. c. Circulation support Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan kompresi dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami henti jantung. Selain itu untuk mempertahankan sirkulasi spontan dan mempertahankan sistem jantung paru agar dapat berfungsi optimal dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support). d. Disability Pemantauan status neurologis secara cepat meliputi tingkatan kesadaran dan GCS, dan ukur reaksi pupil serta tanda-tanda vital. e. Exposure Lakukan pengkajian head to toe. f. Folley kateter Pemasangan kateter pada klien overdosis biasanya dilakukan untuk melakukan perhitungan balance cairan.

g. Gastric tube Salah satu Penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah kumbah lambung yang bertujuan untuk membersihkan lambung serta menghilangkan racun dari dalam lambung. h. Heart monitor Lakukan pemantauan peningkatan detak jantung, peningkatan tekanan darah dan kerusakan sistem kardiovaskuler. Setelah primary survey dan intervensi krisis selesai, perawat harus mengkaji riwayat pasien : A : Allergies ( jika pasien tidak dapat memberikan informasi perawat bisa menanyakan keluarga atau teman dekat tentang riwayat alergi pasien ) M : Medication ( overdosis obat : ekstasi ) P : Past medical history ( riwayat medis lalu seperti masalah kardiovaskuler atau pernapasan L : Last oral intake ( obat terakhir yang dikonsumsi : ekstasi) E : Even ( kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala, keluhan utama, dan mekanisme overdosis) 2.

Secondary survey Pada saat penggunaan sesudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatmen). Fase ini meliputi : fase penerimaan awal (intialintek) antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental dan fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medic, antara 1-3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.

Tindakan yang harus dilakukan adalah

melakukan tindakan keperawatan head to toe. B.

Diagnosa keperawatan 1.

Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi

2.

Pola napas tidak efektif b.d depresi susunan syaraf pusat

3.

Gangguan

perfusi

jaringan

hemoglobin dalam darah

perifer

b.d

penurunan

konsentrasi

4.

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (konsumsi psikotropika yang berlebihan secara terus menerus)

5. C.

Resiko distress pernapasan b.d asidosis metabolic

Intervensi keperawatan Diagnosa 1 Tujuan : pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan kemudahan bernapas, pergerakan sumbatan keluar dari jalan napas Intervensi : 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan 2. Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret dari jalan napas dengan memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan napas oral dan/atau trakea 3. Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan 4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna, karakter jumlah dan bau 5. Konsultasikan dengan tim medis dalam pemerian oksigen, jika perlu Diagnosa 2 Tujuan

: Pasien menunjukkan pola pernapasan efektif

Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien menunjukkan status pernapasan : status ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu, kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas Intervensi : 1. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan 2. Pantau pola pernapasan 3. Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan/tidak adanya ventilasi dan adanya suara napas tambahan 4. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan

Diagnosa 3 Tujuan : keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecul ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan. Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam suhu, hidrasi, warna kulit, nadi perifer, tekanan darah, dan pengisisan kapiler baik dan lancar dan dalam batas normal Intervensi: 1. Kaji terhadap sirkulasi perifer pasien (nadi perifer, edema, warna, suhu dan pengisisan ulang kapiler pada ekstremitas) R/ Rasional : memantau sirkulasi perifer 2. Manajemen sensasi perifer Rasional : mencegah atau meminimalkan ketidaknyamanan pasien 3. Ajarkan pasien / keluarga tentang : menghindari suhu ekstrempada ekstremitas Rasional : jika ada tanda dan gejalanya dapat langsung dilaporkan ke ruang perawat 4. Kolaborasi : berikan obat antitrombosit atau antikoagulan Rasional : untuk mencegah pembekuan darah karena infusiensi arteri dan vena Diagnosa 4 Tujuan : pengembalian volume cairan klien Kriteria : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam hidrasi adekuat dan status nutrisi adekuat maupun keseimbangan cairan pasien dalam batas normal Intervensi : 1. Pantau cairan elektrolit pasien (intake/output) Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit. 2. Manajemen cairan (timbang berat badan, ttv, intake/output)

Rasional : meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang tidak diharapkan. 3. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus Rasional : agar dapat mencatat intake pasien 4. Kolaborasi : laporkan dan catat haluaran kurang/lebih dari batas normal dan berikan terapi IV sesuai program.

Diagnosa 5 Tujuan :Pasien mempertahankan pernapasannya secara efektif . Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, pasien bebas dari sianosis dan tanda – tanda syok. Intervensi : 1.

Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan Rasional : mendeteksi derajat trauma

2.

Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya (semi/fowler) Rasional : memudahkan ekspansi paru

3.

Anjurkan pasien melakukan latihan napas dalam Rasional : mencegah atau menurunkan atelektasis

4.

Kolaborasi : pemberian oksigen (non rebirthing) Rasional : mempertahankan breathing pasien

BAB II STUDI KASUS Tn. F berusia 23 tahun di rawat RS Bhakti Husada ,purwakarta pada hari selasa 08/01/2018 datang kerumah sakit di temani keluarga dengan keluhan ,pusing,mual dan muntah ,keram dan panas serta nyeri di bagian perut dengan skala 7 dan merasa sesak , klien nampak lemas, muka nampak pucak,dan nampak sesak ,nampak otot bantu pernapasan dan terpasang infus di tangan kirinya TTV : X/m, P

: 28 X/m , S

TD: 150/80 mmhg, N : 110

: 37 c. Klien menyatakan bahwa klien dan

teman-temannya mengkomsumsi obat batuk,Tn. F sebayak 10 bungkus dan 3 temannya yang meninggal dunia mengkomsumsi rata-rata 15-25 bungkus obat batuk yang dituang kedalam satu gelas, keluarga klien juga menjelaskan bahwa ini merupakan kedua kalinya klien mengkomsumsi obat batuk dalam dosis yang banyak,pertama kalinya ditawari oleh temannya tanpa mengetahui dampak dari obat tersebut. A. Pengkajian 1. Data umum a). Identitas pasien nama : Tn. F umur : 23 tahun alamat : cibatu purwakarta pekerjaan : buruh bangunan agama : islam b). Identitas penanggung jawab nama : Tn. S umur : 30 tahun alamat : cibatu purwakarta

pekerjaan : buruh bangunan 2. Riwayat kesehatan a. keluhan utama : klien menyatakan nyeri perut skala 7 b. riwayat penyakit sekarang setelah minum obat klien mengatakan nyeri pada perut skala 7, pusing,mual-mual,muntah darah, keram dan panas dan nyeri di bagian perut serta sesak. Provocative:

klien menyatakan bahwa nyeri yang dirasakan

karena obat batuk yang dikomsusmsinya. Quality : klien mengatakan gejala nyeri yang dirasakan seperti di pukul dan terasa panas. Regional : klien mengatakan nyeri pada abdomen kanan atas disertai rasa panas. Severity : skala nyeri 7 3. pengkajian primer a. Airway : Airway support terdapat sumbatan pada jalan napas berupa sekret dan lidah tidak jatuh kebelakang. b. Breathing : Look : adanya pengembangan dinding dada .frekuensi 28 /menit Listen : terdengar suara nafas ronkhi. Feel

: terasa hembusan nafas ,terlihat otot bantu pernafasan

c. Circulasi : TD 150/80 mmhg,N 110x/menit ,klien nampak muntah darah. d. Disability : e. Exposure : rambut dan kulit kepala nampak ketombe

f. Secondary survey Kesadaran

:

somnolen

Keadaan umum :

Jelek

GCS

:

TTV

:

TD: 150/80 mmhg N : 110 X/m P

: 28 X/m S

4.

: 37 c

Pemerikasaan fisik a. Kepala Inspeksi : bentuk simetris ,rambut tampak kusam. Palpasi : ada ketombe,merasa pusing ketika digerakkan. b. Mata Inspeksi : bentuk simetris,konjungtiva nampak pucat. Palpasi : tidak ada nyeri tekan c. Hidung Inspeksi : bentuk simetris,tidak ada polip, keluar darah dari hidung Palpasi : ada nyeri tekan. d. Telinga Inspeksi : bentuk simetris, Palpasi : tidak ada nyeri tekan e. Mulut Inspeksi : tidak terdapat darah segar saat klien muntah. f. Leher Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,getah bening dan vena jugolaris, dicurigai adanya fraktur servikal. g. Thorak Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, terdapat otot bantu pernapasan ,bentuk dada simetris Palpasi : tidak ada nyeri tekan , dan tidak ada benjolan Perkusi : resonan

Auskultasi : bunyi nafas ronkhi

,frekuensi 28 x/menit,tidak ada

wheezing dan stridor. h. Jantung Perkusi : mur-mur(-) ,gallop (-),bj1 dan bj2 normal i.

Abdomen Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat jejas Auskultasi : bissing usus normal(10 x/menit) Palpasi : turgor kulit kering, tidak ada nyeri tekan. Perkusi : timpani (redup pada organ)

j. Genetalia Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter k. Kulit Turgor kulit kering, warna kulit sama dengan warna kulit lainnya l. Ekstremitas Atas

: reflek bisep dan trisep normal ,tidak ada kelainan,ada

bekas luka ditangan kanan ,terpasang infus ditangan kiri,fleksi dan ekstensi(+) Bawah : tidak ada kelainan,jari-jari lengkap , 5. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorik. Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun sekian % dari harga normal ). Kercunan akut : Ringan : 40 70 % Sedang : 20 - 40 % Berat : < 20 % Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segara disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar KhE telah meningkat > 75 % N 2.

b. Patologi Anatomi ( PA ) Pada keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas.sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi paru,otak dan organ-oragan lainnya. 6. Therapi pengobatan Infus set + RL Kateter polay Suction B. Diagnosa keperawatan a.

Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi

b.

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

C. Intervensi keperawatan Diagnosa 1 Tujuan : pasien menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif Kriteria : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan kemudahan bernapas, pergerakan sumbatan keluar dari jalan napas Intervensi : 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan 2. Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret dari jalan napas dengan memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan napas oral dan/atau trakea 3. Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan 4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna, karakter jumlah dan bau 5. Konsultasikan dengan tim medis dalam pemerian oksigen, jika perlu

Diagnosa 2. Tujuan : pengembalian volume cairan klien Kriteria : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam hidrasi adekuat dan status nutrisi adekuat maupun keseimbangan cairan pasien dalam batas normal Intervensi : 1. Pantau cairan elektrolit pasien (intake/output) Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit. 2. Manajemen cairan (timbang berat badan, ttv, intake/output) Rasional : meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang tidak diharapkan. 3. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus Rasional : agar dapat mencatat intake pasien Kolaborasi : laporkan dan catat haluaran kurang/lebih dari batas normal dan berikan terapi IV sesuai program.

Soal : 1.

Berikut gejala ringan overdosis kecuali... a. Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah b. Rasa takut, tremor pada lidah, kelopak mata, pupil miosis c. Anoreksia, pupil miosis, dan nyeri kepala d. Diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif

2.

Menurut klasifikasi overdosis terbagi menjadi... a. ringan,sedang dan berat b. tinggi c. rendah

d. semua benar 3. Tn. F berusia 23 tahun di rawat RS Bhakti Husada ,purwakarta pada hari selasa 08/01/2018 datang kerumah sakit di temani keluarga dengan keluhan ,pusing,mual dan muntah ,keram dan panas serta nyeri di bagian perut dengan skala 7 dan merasa sesak , klien nampak lemas, muka nampak pucak,dan nampak sesak ,nampak otot bantu pernapasan dan terpasang infus di tangan kirinya TTV : X/m, P

: 28 X/m , S

TD: 150/80 mmhg, N : 110

: 37 c. Klien menyatakan bahwa klien dan

teman-temannya mengkomsumsi obat batuk,Tn. F sebayak 10 bungkus dan 3 temannya yang meninggal dunia mengkomsumsi rata-rata 15-25 bungkus obat batuk yang dituang kedalam satu gelas, keluarga klien juga menjelaskan bahwa ini merupakan kedua kalinya klien mengkomsumsi obat batuk dalam dosis yang banyak,pertama kalinya ditawari oleh temannya tanpa mengetahui dampak dari obat tersebut. dari kasus diatas diagnosa utama adalah a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi b. Pola napas tidak efektif b.d depresi susunan syaraf pusat c. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah d. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif 4. Pemeriksaan Penunjang pada overdosis ialah a.

Laboratorik.

b.

Patologi Anatomi ( PA )

c.

Laboratorik Dan Patologi Anatomi ( PA )

d. Semua salah 5. Intervensi utama yang tepat pada diagnosa Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi a. Pantau cairan elektrolit pasien (intake/output) b. Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan

c. Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret dari jalan napas dengan memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan napas oral dan/atau trakea d. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna, karakter jumlah dan bau

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, M. 2009. Aplikasi Manajemen Pengelolaan Obat dan Makanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. PCNE, 2017, Classification for Drug related problems, Zuidlaren.

Related Documents


More Documents from "Vero Wenigaty"

Laporan Pendahuluan Ggk.docx
November 2019 25
Psoriasis.docx
May 2020 10
Askep Osteoporosis.docx
November 2019 22
Lp Ckd Vv.docx
November 2019 18
Tugas 3 Gadar Overdosis.docx
November 2019 24