T I N J A UA N T E O R I T I S D A N A S U H A N K E P E R A W A TA N ”KONSEP NEONATUS (PREMATUR, BBLR, RDS, ASFIKSIA, HIPERBILIRUBIN)” Kelompok 4 Nuri Handayani Siti Farida Audia Alvian Fauzan Sinta Agustina Neneng Dwi Aprilianti
Kristina Pasaribu
BBLR Definisi
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir . (Amru sofian,2012).
Etiologi Factor genetik atau kromosom Infeksi
Bahan toksik Insufisiensi atau disfungsi plasenta Radiasi Faktor nutrisi
Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
M A N I F E S TA S I K L I N I S Berat kurang dari 2500 gram. Panjang kurang dari 45 cm. Lingkar dada kurang dari 30 cm. Lingkar kepala kurang dari 33 cm. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Kepala lebih besar. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang. Otot hipotonik lemah. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus. Kepala tidak mampu tegak. Pernapasan 40 – 50 kali / menit. Nadi 100 – 140 kali / menit.
P E M E R I K S A A N P E N U N JA N G Radiologi : 1. USG
2. Foto thorax Laboratorium 1. Analisa Gas Darah 2. Elektrolit darah
P E N ATA L A K S A A N B B L R Penatalaksanaan perawatan : 1. Mempertahankan suhu tubuh
2. Pemberian oksigen 3. Pencegahan infeksi 4. Pemberian makanan
KO M P L I K A S I Sindrom aspirasi mekonium Penyakit membran hialin
Asfiksia neonetorum
A S U H A N K E P E R AWATA N Pengkajian
• nilai APGAR. • pengkajian respirasi • pengkajian kardiovaskular • pengkajian gastrointestinal • Pengkajian Gentiourinaria • Pengkajian Neurologis-Muskuloskeletal (
Diagnosa 1. Ketidakefektifan pola napas b.d imaturitas paru, penurunan energi dan keletihan. 2. Risiko infeksi b.d defek pertahanan imunologi.
Intervensi 1.
Dx 1 Ketidakefektifan pola napas b.d imaturitas paru, penurunan energi dan keletihan.
KH: akral hangat, tidak ada sianosis, tidak ada retraksi otot pernafasan. 1)
Posisi untuk pertukaran udara yang optimal.
2)
Posisikan telungkup bila mungkin, karena posisi ini menghasilkan oksigenasi lebih baik.
3)
Posisikan telentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatas dalam posisi “mengendus” untuk mencegah penyempitan jalan napas.
4) Hindari hiperekstensi leher karena akan mengurangi diameter trakea. 5) Observasi adanya tanda gwat napas; cuping pernapasan hidung, retraksi, takipnea, apnea, grunting, sianosis.
2.
Dx 2 Risiko infeksi b.d defek pertahanan imunologi.
KH: Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2) Pertahankan teknik isolasi 3) Batasi pengunjung bila perlu 4) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan 5) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
PREMATUR Definisi Bayi
premature
adalah
bayi
yang
lahir
sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek. (Nelson. 1998 dan Sacharin, 1996)
KLASIFIKASI Bayi Prematur Sedang: 31 mg – 36 gestasi, 1500 gr – 2500 gram,
Penampilan : Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak Bayi Sangat Prematur; 24 mg – 30 mg gestasi, 500 gr – 1400 gr, Penampilan : Kecil tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, kedua mata mungkin berdempetan
KARAKTERISTIK Karakteristik Bayi Prematur :
1.
ekstremitas tampak kurus
2.
kepala dan badan disporposional
3.
kulit tipis dan keriput
4.
tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
5.
lanugo pada extremitas
6.
telinga lunak
7.
labia dan clitoris tampak menonjol
8.
dan sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki
ETIOLOGI Faktor maternal: Toksenia, hipertensi. Faktor fetal: Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi
antosomal). Gaya hidup: Merokok Sosial ekonomi: Malnutrisi
M A N I F E S TA S I K L I N I S • Berat lahir =2500 gr atau < 2500, panjang badan=45 atau < 45 cm
• Lingkar dada < 30cm, lingkar kepala < 33 cm, gestasi < 37 mgg. • kepala relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, lanugo banyak, lemak subkutan kurang. • Tangisan lemah, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apnea. • Tonus otot lemah, tulang rawan dan daun telinga belum sempurna • Pada bayi laki-laki testis belum turun ke skrotum, perempuan klitoris menonjol.
PAT O F L OW D I AG R A M
P E N ATA L A K S A N A A N Pengaturan suhu Pencegahan infeksi
Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi Bayi Prematur Penimbangan berat badan Membantu beradaptasi Pemberian Oksigen
KO M P L I K A S I Sindrom Gawat Napas (RDS) Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP) Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring. (Whaley & Wong, 1995) Duktus Arteriosus Paten (PDA)
Necrotizing Enterocolitas (NEC) (Bobak. 2005)
A S U H A N K E P E R AWATA N Pengkajian
•
Aktivitas dan istirahat (status sadar
•
Pernafasan
•
Eliminasi
•
Berat badan (< dari 2500 gr), antropometri
•
Suhu tubuh
•
Kulit
D I AG N O S A 1.
Ketidakefektifan
pola
napas
b.d
imaturitas
pusat
pernafasan perkembangan otot, penurunan energi /
kelelahan 2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake tidak adekuat
I N T E RV E N S I 1. Dx 1 Ketidakefektifan pola napas b.d imaturitas pusat pernafasan perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan KH: Akral hangat, Tidak ada sianosis, 1) Observasi frekuensi pernapasan dan pola nafas (pernafasan, tonus otot
dan warna kulit) 2) Atur / posisikan bayi telentang dengan gulungan popok di bawah bahu 3) Pertahankan suhu tubuh 4) Berikan rangsang taktil yang segera
5) Kolaborasi : Berikan O2 ½ liter, Berikan obat aminofilin 2 x 0,15 cc
Dx 2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
intake tidak adekuat KH : Peningkatan BB, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
1)
Kurangi pemajanan pada aliran udara
2)
Observasi sistem pengaturan suhu inkubater setiap 15 menit (33,4 oC)
3)
Observasi adanya sesak, sianosis, kulit belang dan menangis buruk
4)
Observasi haluaran dan berat jenis urin
5)
Kolaborasi : Berikan O2, Therapy Blue Light
R D S ( R E S P I R AT O RY D I S T R E S S S Y N D RO M ) Definisi Sindrom gangguan pernafasan (respiration distress syndrom RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini Merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas
paru atau tidak adekuatnya jumlah sulfaktan dalam paru.
ETIOLOGI RDS terjadi pada bayi premature atau kurang bulan, karena kurangnya produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejakkehamilan minggu ke-22 makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadinya RDS.
M A N I F E S TA S I K L I N I S • sesak nafas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit) • pernafasan cuping hidung • Grunting • retraksi dinding dada dan sianosis.
PAT O F L OW D I AG R A M
PENATALAKSANAAN Gangguan nafas ringan : 1. Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya. 2. Berikan ASI bila mampu mengisap 3. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan
nafas Gangguan nafas sedang : 1. Lanjutkan pemberian O2 dengan kecepatan aliran sedang. 2. Ambil sempel darah untuk kultur dan berikan antibiotic
3. Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2jam
Gangguan nafas berat • Bila bayi menunjukkan tanda pemburukan, naikan pemberian O2
pada kecepatan aliran tinggi
A S U H A N K E P E R AWATA N
Pengkajian • Indetitas klien • Keluhan utama • Riwayat penyakit sekarang • Pemeriksaan umum. Yaitu suhu , Nadi, RR, BB • Pemeriksaan Fisik : pemeriksaan Cardiovaskular, Integumen, dan Neurologis)
D I AG N O S A 1. Gangguan pertukaran gas b.d imaturitas paru dan neuromuskular, defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar. 2. Resiko tinggi gangguan termoregulasi : hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit.
I N T E RV E N S I 1.
Dx1 Gangguan pertukaran gas b.d imaturitas paru dan neuromuskular, defisiensi
surfaktan dan ketidakstabilan alveolar. KH : jalan nafas bersih, tidak ada sianosis
1) Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal; tempatkan pada posisi telentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatap dalam posisi ’mengendus’ 2) Hindari hiperekstensi leher 3) Hindari penghisapan sedikitnya 1 jam setelah pemberian surfaktan 4) Observasi peningkatan pengembangan dada setelah pemberian surfaktan. 5) Turunkan pengaturan, ventilator, khususnya tekanan inspirasi puncak dan oksigen
2. Dx 2 Resiko tinggi gangguan termoregulasi : hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit KH : Suhu 37 °C, Bayi tidak kedinginan •
Tempatkan bayi pada tempat yang hangat
•
Atur suhu incubator
•
Pantau suhu tubuh setiap 2 jam
ASFIKSIA Definisi Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
ETILOGI Faktor ibu Faktor plasenta : Abruptio plasenta, solutio plasenta
Faktor fetus : tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental, prematuritas persalinan ganda Faktor lama persalinan Faktor neonatus
MANIFESTASI KLINIS Perbedaan
Asafiksia pallida Asfiksia livida
Warna kulit
Pucat
Kebiru-biruan
Tonus otot
Sudah kurang
Masih baik
Reaksi rangsangan Bunyi jantung
Negative
Positif
Tak teratur
Masih teratur
Prognosis
Jelek
Lebih baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG Analisa gas darah Elektrolit darah Gula darah Baby gram (RO dada) USG (kepala)
PATOFLOWDIAGRAM
PENATALAKSANAAN Pengawasan suhu tubuh Pembersihan jalan nafas Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan Therapi cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN Pemeriksaan Fisik : 1. Sirkulasi : Nadi apikal berfluktuasi dari 110 sampai 180x/menit. 2. Eliminasi : dapat berkemih 3. Neurosensori : menangis kuat, refleks menghisap 4. Pernafasan : APGAR score 7-10
5. Kulit : Kulit lembut, warna merah muda atau kemerahan
DIAGNOSA Ketidakefektifan pola nafas Gangguan pertukaran gas b.d gangguan aliran drah ke
alveoli, elveolar edema, alveoli-perfusi
INTERVENSI Ketidakefektifan Pola Napas Kriteria Hasil : Menunjukkan jalan napas yang paten, Nadi dan pernafasan dalam
rentang normal Intervensi : • Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan penghisapan lendir, • Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan, • Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi, • Kolaborasi dengan dokter untuk memeriksa ADG dan pemakaian alat bantu nafas
LANJUTAN… Gangguan pertukaran gas b.d gangguan aliran drah ke alveoli, elveolar
edema, alveoli-perfusi Kriteria Hasil : Akral tidak dingin. Intervensi : 1.
Tentukan dasar upaya pernafasan, pengarahan dinding dada, warna kulit dan selaput membran. Pertahankan pernafasan dan curah jantung.
2.
Pertahankan pernafasan dan curah jantung
3.
Pantau kulit, aktivitas, pertahankan konsentrasi O2 konstan paling sedikit 15-20 menit sebelum dengan konsentrasi 5-10%.
HIPERBILIRUBIN Definisi Hiperbilirubinemia
adalah
meningkatnya
kadar
bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal.
ETIOLOGI Ikterus fisiologis Hemolisis
Lemahnya fungsi hati
L A J U TA N … Hiperbilirubin dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu : • Ikterus neonates fisiologis yaitu jenis kuning yang banyak di alami oleh bayi yang baru lahir pada usia 2 hingga 4 hari
• Ikterus neonates patologis yaitu Jenis bilirubin ini penyebabnya adalah karena adanya serangan bakteri atau virus yang bersifat pathogen atau merugikan
MANIFESTASI KLINIS Bayi menjadi lesu, dan malas minum Kulit bayi dan bagian putih bola mata berwarna kekuningan. Tonus otot meningkat Letargi. Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja
pucat.
PENATALAKSANAAN Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD Kadar Bilirubin Serum berkala. Darah tepi lengkap Golongan darah ibu dan bayi. Test Coombs
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN Pengkajian 1. Aktivitas/istirahat
2. Sirkulasi 3. Eliminasi 4. Makanan/cairan 5. Neurosensori 6. Pernapasan
Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan integritas kulit b.d jaundice atau radiasi 2. Resiko terjadi cidera b.d fototerapi atau peningkatan kadar bilirubin.
Intervensi Dx I : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi. KH : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, dan Perfusi jaringan baik Intervensi : • Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar • Hindari kerutan pada tempat tidur • Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering • Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali • Monitor kulit akan adanya kemerahan. • Oleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah yang tertekan
• Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
2. DX II : Resiko terjadi cidera berhubungan dengan fototerapi atau peningkatan kadar bilirubin.
KH : Klien terbebas dari cidera Intervensi : • Kaji status neurologis • Jaga keamanan lingkungan keamanan pasien • Observasi tingkat kesadaran, nadi, dan pernapasan
Efektivitas Fototerapi Terhadap
Penurunan Kadar Bilirubin Total pada Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP Sanglah
Latar Belakang : 60 % bayi lahir normal berkembang menjadi kuning dalam satu minggu pertama
kehidupan.
Fototerapi
merupakan
salah
satu
tatalaksana
mengurangi
hiperbilirubinemia melalui proses fotoisomerisasi dan isomerisasi structural.
Tujuan : Untuk mengetahui penurunan kadar serum bilirubin total pada bayi hiperbilirubinemia. Metode : Metode spektrofotometri atau fotometri. Pembahasan : Tujuan fototerapi adalah mengonversi bilirubin menjadi photoisomers kuning dan produk oksidasi tidak berwarna yang kurang lipofilik dari bilirubin dan tidak
memerlukan konjugasi hepar untuk ekskresi. Efek samping jangka pendek pemberian fototerapi adalah hipertermi, dehidrasi, hipokalsemi, diare, dan eritema pada kulit. Hasil : Penurunan kadar bilirubin total setelah dilakukan fototerapi dalam 24 jam sebesar 2,5±0,8 mg/dL, mengalami penurunan sebesar 16,3% dalam 24 jam. Disarankan, fototerapi diberikan dengan jarak 10-20 cm, semakin dekat jarak bayi dengan sinar fototerapi semakin efektif dalam menurunkan kadar bilirubin total.
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN SINDROM DISTRESS RESPIRASI PADA BAYI DI RSUD. PROF. MARGONO SOEKARJO
Latar belakang : Berat badan lahir rendah merupakan salah satu penyebab angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi pada neonatus. Sindrom gangguan pernafasan (respiration distress syndrom RDS) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui bagaimana hubungan berat badan lahir rendah dengan kejadian sindrom distres respirasi pada bayi di RSUD. Prof. Margono Soekarjo. Metode penelitian menggunakan metode penelitian observasional-analitik dengan pendekatan cross-sectional. Hasil : Tidak terdapat hubungan antara preterm dengan kejadian sindrom distress respirasi pada bayi. Hasil ini ditunjukan oleh derajat kekuatan hubungan yang sangat lemah meskipun nilai p yaitu < 0,0001. Hubungan tersebut memiliki
nilai r yaitu 0,17065.
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian sindrom distress respirasi pada bayi di RSUD. Prof. Margono Soekarjo, dan tidak terdapat hubungan antara penurunan berat badan lahir dengan peningkatan kejadian sindrom distress respirasi pada bayi di RSUD. Prof. Margono Soekarjo
HUBUNGAN KEHAMILAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PARADISE TAHUN 2015
Latar Belakang : Menurut data dunia, kelahiran prematur mencapai 75-80% dari seluruh bayi yang meninggal pada usia kurang dari 28 hari. Tujuan Penelitian : Mengidentifikasi usia ibu yang mengalami kelahiran prematur,
Mengidentifikasi
penyebab
terjadinya
kelahiran
prematur,
dan
Menganalisis Hubungan kehamilan usia dini dengan kejadian persalinan prematur
Metode : penelitian ini menggunakan jenis penelitian cross-sectional melalui metode analitik observasional Hasil : Ada hubungan kehamilan usia dini (13-19 tahun) dengan persalinan prematur
Kesimpulan : Usia ibu saat melahirkan merupakan salah satu faktor risiko terhadap kelahiran prematur
Karakteristik kehamilan dengan luaran asfiksia saat lahir di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari – Desember 2014
Latar Belakang : Menurut data dari Profil Kesehatan Indonesia dari semua rumah sakit di Indonesia didapatkan kematian terbanyak ialah berat badan lahir rendah resiko kematian pertama tertinggi 40,15% dan kedua tertinggi asfiksia saat lahir yaitu 25,13%. Tujuan : Untuk mengetahui karakteristik kehamilan dengan luaran asfiksia saat lahir Metode Penilitian : Deskriptif Retrospektif Hasil Penelitian : Hasil penelitian memperlihatkan dari 1273 kasus bayi asfiksia. Kehamilan dengan penyulit lebih banyak menderita asfiksia dibandingkan kehamilan tanpa penyulit. Lima penyulit kehamilan dengan luaran asfiksia yaitu gawat janin, ketuban pecah, letak sungsang, plasenta previa, dan superimposed preeklamsi Kesimpulan : Bayi dengan penyulit kehamilan lebih banyak menderita asfiksia dibandingkan dengan tanpa penyulit kehamilan
HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN STATUS GIZI IBU BERDASARKAN UKURAN LINGKAR LENGAN
ATAS DENGAN JENIS BBLR
Latar Belakang : World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/ BBLR)
Tujuan : Untuk menganalisis hubungan antara umur dan status gizi ibu berdasarkan ukuran lingkar lengan atas dengan jenis BBLR Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan data sekunder Hasil : Penelitian ini ada hubungannya antara umur dan status gizi ibu berdasarkan ukuran lingkar lengan atas dengan jenis BBLR. Ibu yang hamil di usia yang tidak aman serta KEK cenderung melahirkan bayi dengan BBLR