Tinjauan Pustaka (definisi Diuetik.docx

  • Uploaded by: Titis
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tinjauan Pustaka (definisi Diuetik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 697
  • Pages: 4
I.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal (Nafrialdi, 2012). B. Klasifikasi diuretik 1. Diuretik Kuat a. Farmakodinamik

Diuretik kuat atau Loop diuretik bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah torsemid, asam etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-Nfurfuril-5-sulfomail antranilat masih tergolong derivat sulfonamid. Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat mempunyai mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl-menurun. Golongan obat ini juga biasa digunakan untuk pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat ini (Nafrialdi, 2012). b. Farmakokinetik Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda-beda. Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hamper 100%. Diuretic kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organic di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan

N-asetil sistein. Sebagian lagi diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskresi dengan cara yang sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid.

Kira-kira

50%

bumetanid diekskresi dalam bentuk asal,

selebihnya sebagai metabolit (Nafrialdi, 2012). c.

Efek Samping Obat Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas

(Nafrialdi, 2012) : 1.Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi 2.Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi. Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam etakrinat dari pada furosemid. Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan.Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap. Ketulian sementara dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada bumetanid. Ketulian ini mungkin sekali disebabkan oleh perubahan komposisi eletrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas merupakan suatu efek samping unik kelompok obat ini. Pada penggunaan kronis, diuretik kuat ini dapat menurunkan bersihan litium. d. Indikasi Furosemid lebih

banyak digunakan daripada asam

etakrinat,

karena ganguan saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal (Nafrialdi, 2012). e. Kontraindikasi Kontraindikasi diuretic kuat adalah gagal ginjal, hypokalemia, gout, hiperkalsemia, dan tidak dianjurkan pada ibu hamil (Nafrialdi, 2012). f. Bentuk Sediaan Obat NO

Obat

Sediaan

1

Furosemid

Tab.20 dan 40 mg Inj 20mg/amp 2ml

2

Torsemid

Tidak ditemukan

3

Bumetanid

Tab 0,5 dan 1 mg Inj 5 mg

4

Asam

Tab 25 dan 50 mg

etakrinat

Inj 50 mg/amp

Tabel.1 bentuk sediaan obat (Nafrialdi, 2012)

2.

Diuretik Hemat Kalium a. Farmakodinamik Diuretik ini mencegah sekresi kalium dengan melawan efek aldosteron pada tubulus koligens renalis kortikal dan bagian akhir distal. Mekanisme kerja dapat melalui inhibisi langsung terhadap reseptor mineralokortikoid atau inhibisi terhadap influks Na+ melalui kanal ion di lumen membran (Nafrialdi, 2012). b. Farmakokinetik Tujuh puluh persen spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Ikatan dengan protein cukup tinggi. Metabolit utamanya kanrenon, memperlihatkan aktivitas antagonis aldosteron dan turut berperan dalam aktivitas biologik spironolakton. Kanrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi karenoat yang tidak aktif (Nafrialdi, 2012). c. Efek Samping Obat 1)

Hiperkalemi

2)

Ginekomastia

d. Indikasi 1)

Hipertensi

2)

Edema refrakter

3)

Gagal jantung

e. Kontraindikasi 1)

Insufisiensi ginjal akut

2)

Anuria

3)

Hiperkalemia

4)

Kehamilan

f. Bentuk Sediaan Obat

Spironolakton tersedia dalam bentuk tablet 25, 50, 100 mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidroklorotiazid 25 mg, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg. Eplerenon digunakan dalam dosis 50-100mg/hari (Nafrialdi, 2012).

DAFTAR PUSTAKA Nafrialdi. 2012. Diuretik dan Antidiuretik dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Related Documents

Tinjauan Pustaka
May 2020 27
Tinjauan Pustaka
October 2019 43
Tinjauan Pustaka
June 2020 32
Tinjauan Pustaka
October 2019 49
Tinjauan Pustaka
June 2020 35

More Documents from "I Gede Gegiranang Wiryadi"