PENDEKATAN UTAMA KONSELING Teori Gestalt
Disusun Oleh : Theadora Gracelyta 06071281722021
Dosen Pengampu : Dra. Rahmi Sofah, M.Pd.,Kons Ratna Sari Dewi, M.Pd
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2019
A. Deskripsi Kasus AM merupakan salah satu siswa dari SMAN 1 Martapura yang saat ini duduk dibangku kelas XII. Konseli merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang berstatus kandung. AM merupakan anak broken home, yang mana saat ia berumur 5 tahun ayah dan ibunya bercerai. Saat itu konseli ikut tinggal bersama ayah dan kakaknya sedangkan ibunya menikah lagi. Selang dua tahun dari ayahnya menikah, ibunya juga menikah lalu konseli dan kakaknya di jemput oleh ibunya untuk tinggal bersama beserta ayah tirinya. Di rumah ayah tirinya AM memiliki satu saudara tiri. AM merasa tidak nyaman akan tinggal di sana bersama ayah tirinya begitu pula kakaknya. Maka dari itu kakaknya memutuskan untuk pergi ke malaysia menjadi TKW tetapi konseli tidak mengiizinkan akan hal itu, ia tidak mau kakaknya meninggalkannya sebab di rumah itu hanya kakaknyalah yang mengerti akan dirinya tetapi kakaknya tetap pergi ke Singapore tanpa memberitahunya, sebab kakanya ingin mencari pekerjaan agar dapat membantu kehidupan adiknya. Ia merasa terpukul akan hal itu dan juga tidak lama dari itu ia mendapat kabar buruk bahwa bapaknya meninggal dunia. Ia tidak tau harus bagaimana, ingin melihat ayahnya untuk terakhir kali tetapi ia tidak memiliki biaya dan juga ibunya tidak mengizinkannya. Selama dirumah AM merasa tertekan akan perkataan ayah tirinya, yang mana ayah tirinya sering mengatakan bahwasannya konseli hanya menyusahkan dan membebani kehidupan saja sedangkan ibunya tak ada daya upaya untuk melindungi AM sebab ibunya telah mencoba berbicara kepada ayah tirinya AM, justru ibunya juga ikut di marahi dengan kata dan tindakana yang kasar. Jadi ibunya hanya bisa menenangkan dan menasehati AM setelah dimarah ayah tirinya. Ia merasa apa yang dikatakan ayah tirinya itu benar dirinya hanya menjadi beban kehidupan. Ia sangat tidak tahan akan perkataan yang sering dilontarkan ayah tirinya itu. Ketika di rumah ia menjadi sangat diam, tertutup, tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar namun lain halnya ketika ia di sekolah, konseli ialah sosok siswa yang riang, ramah, dan termasuk juga siswa yang berprestasi. Ia sering mengikuti olimpiade siswa berprestasi yang ada di
sekolahnya dan juga ia aktif dalam organisasi sekolah karna baginya di sekolahlah ia dapat menjadi sosok dirinya, ia senang bertemu dengan guru dan teman – temannya sampai – sampai ia rela pergi ke sekolah lebih awal bahkan gerbang sekolah pun kadang belum buka dan juga ia selalu pulang sekolah terakhiran karena rasa inginnya untuk tidak suka berlama – lama berda di rumah. Konseli juga berpikiran bahwa ia ingin pergi meninggalkan rumah, ia merasa tidak sanggup lagi untuk berlama tinggal dirumah itu, ditambah lagi dengan mendengar perkataan ayah tirinya yang sangan amat membuat ia semakin ingin meninggalkan rumah.
B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah Individu bermasalah kaena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan keberadaan “under dog”. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut, mengancam. Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi. Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apa-apa yang harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self). 1.
Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis
2.
Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
3.
Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
4.
Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi. Spektrum tingkah laku bermasalah pada individu meliputi :
1. Kepribadian kaku (rigid) 2. Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung 3. Menolak berhubungan dengan lingkungan 4. Memeliharan unfinished bussiness
5. Menolak kebutuhan diri sendiri 6. Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih”.
C. Tujuan Teori Gestalt Tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut : 1. Membantu konseli agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh. 2. Membantu konseli menuju pencapaian integritas kepribadiannya 3. Mengentaskan konseli dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself) 4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik D. Analisis Kasus Berdasarkan kasus tersebut maka dapat ditarik penyebab dari permasalahan yang di alami oleh AM yaitu sebagai berikut : 1. Broken Home 2. Perkataan ayahnya yang menyakitkan 3. Kurang perhatian orang tua Dampak dari penyebab permasalahan yang dialami oleh AM 1. Tertekan 2. Mengisolasi diri dari lingkungan rumah 3. Menjadi pribadi yang kaku di lingkungan keluarga dan rumah 4. Ingin melarikan diri dari rumah Dapat di kesimpulan dari permasalahan yang dialami oleh AM yaitu perceraian
orang tuanya
(Broken Home), perkataan
ayahnya
yang
menyakitkan seperti hardikan untuk AM yang membuat AM tidak tahan akan hal itu dan ingin meninggalkan rumah, dan kurang perhatian orang tua memuat AM menjadi anak yang pendiam dan berkepribadian yang kaku di
lingkungan sekitar rumahnya berbeda dengan ia di sekolah AM anak yang riang, semangat daan ramah, organisasi oke, dan juga prestasi belajar baik. E. Proses Konseling Dari kasus di atas, konselor dapat menggunakan teknik Tetap dengan perasaan untuk konseli yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Dalam kasus ini dilihat AM merasa tertekan atas perkataan – perkataan dari ayah tirinya, yang mana ayahnya sering mengatakan bahwasannya konseli hanya menyusahkan dan membebani kehidupan saja, itu sering diucapkan ayanhya kepada AM hal itu membuat AM menjadi merasa tertekan, pribadi yang kaku, menutup diri dari lingkungan keluarga dan rumahnya. AM merasa tak ada yang menyayanginganya, ia merasa tak ada yang memperdulikannya lagi sampai ia berkepikiran untuk melarikan diri dari rumah. Dengan teknik ini di harapakan dapat menyadarkan konseli, bahwasannya ada ibu dan kakaknya yang sangat sayang kepadanya. Tapi bukan ibunya takmau membela AM saat kena marah ayahnya hanya saja ibunya tak ada daya upaya untuk melindungi AM sebab ibunya telah mencoba berbicara kepada ayah tirinya
AM, justru ibunya juga ikut di marahi. Kakaknya meninggalkannya untuk mencari uang untuk kehidupannya dan AM. Adapun indikator perubahan yang diharapkan setelah diberikan layanan menggunakan teknik tetap dengan perasaan kepada AM ialah : 1. AM tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu. 2. AM dapat memperoleh kesadaran bahwasannya ada ibunya yang sayang dengannya 3. Dapat menjadi pribadi yang terbuka baik lingkungan keluarga maupun lingkungan rumahnya. 4. Tidak terpuruk lagi dengan keadaan.