Tema 6.docx

  • Uploaded by: Indry Safitry
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tema 6.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,651
  • Pages: 21
Makalah Konsep Penjaminan Mutu Asuhan Keperawatan

Disusun Oleh : Kelompok 5 Tema 6

Eka Wulandari Frissilia Nofiyanti Sharas Aulia Apriliani

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SAMARINDA TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah” KONSEP PENJAMINAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN ”, karena dengan ijin-Nya lah ringkasan makalah ini dapat terselesaikan. Walau pun makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun sedikit dapat menambah wawasan

dan pengetahuan

untuk

terus

berjuang mencapai

kesempurnaan yang mungkin membutuhkan perjuangan yang tiada hentihentinya. Maka dari itu besar harapan kami untuk masukan saran dan kritik guna perbaikan

dan

kesempurnaan

ringkasan

makalah

ini,

sehingga

dapat

menghantarkan para mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional yang dicita-citakan. Dan semoga kegiatan ini dapat mendorong minat belajar dan rasa ingin tahu mahasiswa-mahasiswa lain nya untuk terus maju. Dan terimakasih pula kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Samarinda, 02 Maret 2019

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah sakit. Hal ini terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam kepada pasien yang membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan lainnya yang hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya. Dengan demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terusmenerus dan berkesinambungan sehingga pelayanan rumahsakit akan meningkat juga seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza, 2013)

Mutu adalah derajat/tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan dan keinginan. Adapun area tanggung jawab mutu adalah pasien dalam menerima asuhan keperawatan, praktisi dalam penampilan kinerja dan profit dalam pembiayaan keperawatan.

Joint Commision telah membuat program jaminan mutu sebagai syarat bagi pengakreditasian rumah sakit. Kebutuhan akan kegiatan jaminan mutu keperawatan dilontarkan pada standar keperawatan. Departemen keperawatan memiliki suatu proses yang terencana dan sistematis untuk memonitor dan mengevaluasi mutu serta kelayakan perawatan pasien serta memecahkan masalah- masalah yang timbul. Mutu dan kelayakan perawatan pasien dimonitor dan dievaluasi di semua fungsi klinis utama dari departemen keperawatan. Monitor dan evaluasi dilakukan dengan cara sebagai berikut pengumpulan data mengenai aspek-aspek penting dari asuhan keperawatan dan pemeriksaan periodik oleh departemen keperawatan terhadap data yang dilaporkan, dan mengidentifikasi masalah-masalah penting dalam perawatan pasien serta kesempatan untuk meningkatkan mutu keperawatan. Apabila

masalah

penting

dalam

perawatan

pasien

dan

kesempatan

untuk

mengembangkan mutu keperawatan telah teridentifikasi maka segera diambil tindakan dan dievaluasi keefektifan tindakan tersebut. Penemuan dan kesimpulan dari hasil monitor, evaluasi dan kegiatan pemecahan masalah didokumentasikan dan dilaporkan sebagaimana mestinya. Tindakan-tindakan yang diambil dalam pemecahan masalah dan efek dari tindakan tersebut terhadap peningkatan mutu keperawatan didokumentasikan dan dilaporkan sebagaimana mestinya.

BAB 2 KONSEP TEORI 2.1 Pengertian 2.1.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti; pengertian, gambaran mental dari objek, proses, pendapat (paham), rancangan (cita-cita) yang telah dipikirkan. Agar segala kegiatan berjalan dengan sistematis dan lancar, dibutuhkan suatu perencanaan yang mudah dipahami dan dimengerti. Perencanaan yang matang menambah kualitas dari kegiatan tersebut. Di dalam perencanaan kegiatan yang matang tersebut terdapat suatu gagasan atau ide yang akan dilaksanakan atau dilakukan oleh kelompok maupun individu tertentu, perencanaan tadi bisa berbentuk ke dalam sebuah peta konsep. 2.2 Mutu Pelayanan Keperawatan Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit di mana mutu pelayanan keperawatan harus dikelola dengan sebaik baiknya karena pelayanan keperawatan utamanya di Instalasi Rawat Inap dapat menjadi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit.Sistem pemberian asuhan keperawatan (care delivery system) merupakan metode yang digunakan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien (Sitorus.R & Panjaitan.R, 2011). Mutu pelayanan adalah tanggung jawab bersama, setiap individu yang berkaitan langsung dengan pelayanan, mutu tidak saja menjadi tanggung jawab perawat pelaksana yang langsung berhadapan dengan pasien, tetapi juga menjadi tanggung jawab manajer. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan sumber daya perawat yang didukung oleh komitmen, motivasi dan faktor eksternal lain seperti kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, sistem penugasan dan pembinaan.

Pelayanan di ruang rawat inap bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit sampai pasien pulang. Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut : 1. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan penanganan segera. 2. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar. 3. Penanganan para dokter dan perawat yang profesional akan menimbulkan kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih rumah sakit .

4. Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit. 5. Peralatan yang memadai dengan operator yang professional. 6. Lingkungan rumah sakit yang nyaman (Sitorus. R & Panjaitan. R, 2011). Mutu pelayanan keperawatan klinik lebih berorientasi kepada pasien

dan

memberikan

kontribusi

dalam

mutu

pelayanan

kesehatan.Mutu sendiri merupakan kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Kualitas layanan keperawatan selalu menjadi kepentingan bagi perawat.Namun perkembangan sistem untuk mengukur dan mengelola kualitas keperawatan telah relatif berpusat pada kepuasan pasien yang sangat sulit dipahami terhadap pelayanan keperawatan. Kualitas pelayanan kesehatan secara umum meliputi struktur, proses dan hasil Dimensi mutu pelayanan menemukan bahwa lima dimensi pokok mutu yaitu: a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan saran komunikasi.

b. Kehandalan yakni kemampuan memberikan pelayanan dengan segera, akurat, dan memuaskan. c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

2.3 Mutu Asuhan Keperawatan Perilaku individu dilihat dari respon terhadap stimulus dibagi menjadi dua bagian yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka dalam bentuk praktek atau tindakan yang diamati. Jadi kinerja dalam keperawatan merupakan hasil karya dari perawat dalam bentuk tindakan atau praktek yang diamati atau dinilai. Kinerja perawat mencerminkan kemampuan perawat untuk mengimplementasikan proses asuhan keperawata. Praktek keperawatan merupakan tindakan mandiri atau kolaborasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi . 1. Standar I: Pengkajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara

sistematis,

menyeluruh,

akurat,

singkat

dan

berkesinambungan. Rasional pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses keperawatan bertujuan menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan dalam merumuskan masalah klien dan rencana tindakan. Kriteria struktur pengkajian keperawatan yaitu: (1) metode pengumpulan

data

yang

digunakan

dapat

menjamin,

(2)

pengumpulan data yang sistematis dan lengkap, (3) diperbaharui data dalam pencatatan yang ada, (4) kemudahan memperolah data, (5) terjaganya kerahasiaan, (6) tatanan praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian integral dari suatu sistem pencatatan pengumpulan data klien, (7) sistem

pencatatan berdasarkan proses keperawatan, singkat, menyeluruh, akurat dan berkesinambungan, (8) praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang menjadi bagian dari sistem pencatatan kesehatan klien, (9) di tatanan praktek tersedia sistem pengumpulan data yang dapat memungkinkan diperoleh kembali bila diperlukan, dan (10) tersedianya sarana dan lingkungan yang mendukung. Kriteria proses yaitu: (1) pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,

dan

mempelajari data

penunjang, serta mempelajari data lain, (2) sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis, serta

catatan

lain,

(3)

klien

berpartisipasi

dalam

proses

pengumpulan data, dan (4) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi status kesehatan klien saat ini, status kesehatan klien masa lalu, status biologis (fisiologis), status psikologis (pola koping), status spiritual, status sosial kultural, respon terhadap terapi, harapan tentang tingkat kesehatan optimal, resiko masalah potensial. Kriteria hasil adalah data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format yang ada, data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien (PPNI, 2010). menganalisis

data

pengkajian

untuk

merumuskan

Perawat diagnosa

keperawatan. Rasional diagnosa keperawatan sebagai

dasar

pengembangan rencana intervensi keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan, dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien. Kriteria

struktur

yaitu:(1)

tatanan

praktek

memberi

kesempatan kepada teman sejawat, klien untuk melakukan validasi diagnosa keperawatan, (2) adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan diagnosa keperawatan

yang tepat, dan (3) untuk mengakses sumber-sumber dan program pengembangan prfesional yang terkait. Kriteria proses meliputi:(1) proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan, (2) komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), gejala/ tanda (S) atau terdiri dari masalah dari penyebab (PE), (3) bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk menvalidasi diagnosa keperawatan, dan (4) melakukan kaji ulang dan revisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

2. Standar II: Diagnosa Keperawatan Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Rasional diagnosa keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan, dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien. Kriteria

struktur

yaitu:(1)

tatanan

praktek

memberi

kesempatan kepada teman sejawat, klien untuk melakukan validasi diagnosa keperawatan, (2) adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, dan (3) untuk mengakses sumber-sumber dan program pengembangan prfesional yang terkait. Kriteria proses meliputi:(1) proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa keperawatan, (2) komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), gejala/ tanda (S) atau terdiri dari masalah dari penyebab (PE), (3) bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk menvalidasi diagnosa keperawatan, dan (4) melakukan kaji ulang dan revisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

Kriteria hasil meliputi:(1) diagnosa keperawatan divalidasi oleh klien bila memungkinkan, (2) diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman sejawat sebagai diagnosisi yang relevan dan signifikan, dan (3) diagnosis didokumentasikan untuk mempermudah perencanaan, implementasi, evaluasi, dan penelitian.

3. Standar III: Perencanaan Keperawatan. Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. Rasionalnya perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan. Kriteria stuktur yaitu: (1) tatanan praktek menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan, dan (2) adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat dikomunikasikan. Kriteria proses yaitu: (1) perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan keperawatan, (2) bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan, (3) perencanaan bersifat individual sesuai kondisi dan kebutuhan klien, dan (4) mendokumentasikan rencana keperawatan. Kriteria hasil meliputi:(1) tersusun suatu rencana asuhan keperawatan klien, (2) perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis keperawatan, (3) perencanaan tertulis dengan format yang singkat dan mudah didapat, (4) perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan.

4. Standar IV: Pelaksanaan Tindakan (Implementasi) Perawat

mengimplementasikan

tindakan

yang

telah

diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Rasional perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan.

Kriteria struktur meliputi: tatanan praktek menyediakan (1) sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan, (2) pola ketenagaan yang sesuai dengan kebutuhan, (3) ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik, (4) pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis keperawatan, dan (5) sistem konsultasi keperawatan. Kriteria proses meliputi:(1) bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, (2) kolaborasi dengan profesi lain untuk meningkatkan status kesehatan klien, (3) melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien, (4) melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan di bawah tanggung jawabnya, (5) menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan kesehatan, dan (6) menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada, memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai konsep dan keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakannya, mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien. Kriteria

hasil

meliputi:(1)

terdokumentasi

tindakan

keperawatan dan respon klien secara sistematik dan dengan mudah diperoleh kembali, (2) tindakan keperawatan dapat diterima klien, dan (3) ada bukti-bukti terukur tentang pencapaian tujuan (PPNI, 2010).

5. Standar V: Evaluasi keperawatan. Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Rasional: praktek keperawatan merupakan suatu proses dinamis yang mencakup berbagai perubahan data diagnosa, atau perencanaan

yang telah dibuat sebelumnya. Efektifitas asuhan keperawatan tergantung pada pengkajian yang berulang-ulang. Kriteria struktur meliputi:(1) tatanan praktek menyediakan sarana dan lingkungan yang mendukung terlaksananya proses evaluasi, (2) adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat dalam penyempurnaan perencanaan, dan (3) adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat dalam evaluasi secara efektif dan mengembangkan alternatif perencanaan yang tepat. Kriteria proses yaitu:(1) menyusun rencana evaluasi hasil tindakan secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus, (2) menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan, (3) memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien, (4) bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan,

(5)

mendokumentasikan

hasil

evaluasi

dan

memodifikasi perencanaan, dan (6) melakukan supervisi dan konsultasi klinik. Kriteria hasil dinilai dengan:(1) adanya hasil revisi data, diagnosis,

rencana

tindakan

berdasarkan

evaluasi,

(2)

klien

berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana tindakan, (3) hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan, dan (4) evaluasi tindakan

terdokumentasi

sedemikian

rupa

yang

menunjukkan

kontribusi terhadap efektifitas tindakan keperawatan dan penelitian.

2.4 Indikator Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan a. Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses, dan outcome system pelayanan RS terebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan, dan tingkat efisiensi RS. Secara umum, aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumen, instrument, dan audit (EDIA) (Nursalam, 2014) 1) Aspek struktur (input) Struktur adalah semua input untuk system pelayanan sebuah RS yang meliputi M1 (tenaga), M2 (sarana prasarana), M3 (metode asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (pemasaran), dan lainnya. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-masing komponen struktur. 2) Proses Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang mengadakan interaksi secara professional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit

pasien,

penegakan

diagnosis,

rencana

tindakan

pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan. 3) Outcome Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain terhadap pasien. b. Indikator – indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi: 1) Angka infeksi nosocomial 1-2% 2) Angka kematiankasar 3-4% 3) Kematian pascabedah 1-2% 4) Kematian ibu melahirkan 1-2% 5) Kematian bayi baru lahir 20/1000 6) NDR (Net Death Rate) 2,5%

7) ADR (Anasthesia Death Rate) maksimal 1/5000 8) PODR (Post Operation Death Rate) 1% 9) POIR (Post Operation Infection Rate) 1% c. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS 1) Biaya per unit untuk rawat jalan 2) Jumlah penderita yang mengalami decubitus 3) Jumlah penderita yang mengalami jatuh dari tempat tidur 4) BOR 70-85% 5) BTO (Bed Turn Over) 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat tidur/tahun 6) TOI (Turn Over Interval) 1-3 hari TT yang kosong 7) LOS (Length of Stay) 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosocomial, gawat darurat, tingat kontaminasi dalam darah, tingkat kesalahan, dan kepuasan pasien) 8) Normal tissue removal rate 10% d. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas 1) Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak RS dengan asal pasien 2) Jumlah

pelayanan

dan

tindakan

seperti

jumlah

tindakan

pembedahan dan jumlah kunjungan SMF spesialis 3) Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar tersebut di atas dibandingkan dengan standar (indicator) nasional jika bukan angka standar nasional, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun-tahun sebelumnya di RS yang sama. e. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien 1) Pasien terjatuh dari tempat tidur/kama rmandi 2) Pasien diberi oba tsalah 3) Tidak ada obat/alat emergensi 4) Tidak ada oksigen 5) Tidaka da suction

6) Tidak tersedia alat pemadam kebakaran 7) Pemakaian obat StandarNasional ∑ BOR

75-80%

∑ ALOS

1-10 hari

∑ TOI

1-3 hari

∑ BTO

5-45 hari

∑ NDR

<2,5%

∑ GDR

<3%

∑ ADR

1/15.000

∑ PODR

<1%

∑ POIR

<1%

∑NTRR

<10%

∑ MDR

<0.25%

∑ IDR

<0,2%

2.5 Hasil Telaah Jurnal . a. Jurnal 1 “ MUTU ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN ANALISIS KINERJA PERAWAT DAN KEPUASAN PERAWAT DAN PASIEN “ Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan desain cross-sectional dan sifat penelitian yakni penelitian penjelasan (explanatory research). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh unit rawat inap rumah sakit di Kabupaten Gresik yaitu RSUD Gresik, Rumah Sakit Semen Gresik, Rumah Sakit Petrokimia Gresik dan Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik. Sampel penelitian adalah seluruh kepala unit rawat inap, perawat dan pasien di ruang rawat inap rumah sakit di Kabupaten Gresik dengan kriteria inklusi: memiliki salah satu dari 3 tipe budaya (clan, market dan hirarki) dan memiliki salah satu dari 2 tipe kepemimpinan coaching dan directing.

Kriteria inklusi yang memenuhi syarat adalah RSUD Gresik dan Rumah Sakit Semen Gresik. Besar sampel adalah 14 unit rawat inap. Pengambilan sampel dengan simple random sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan struktural berbasis variance atau component based, yang terkenal disebut Partial Least Square (PLS).

Hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Model pengembangan mutu asuhan keperawatan disusun dengan prinsip berdasarkan analisis hasil uji jalur penelitian, analisis realita atau kondisi faktual analisis deskriptif, sintesis dari hasil analisis diskriptif dan jalur, kemudian dikembangkan model yang mengacu pada kebutuhan dan harapan customer (customer driven) yang mengarah pada keunggulan bersaing rumah sakit (competitive advantages). b. Jurnal 2 “ KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN BERPENGARUH TERHADA KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP “ Kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan masih dianggap tidak memuaskan oleh pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan

kinerja

perawat

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan dengan kepuasan pasien rawat inap di ruang Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya. Desain penelitian survei analitik. Populasi seluruh pasien rawat inap di ruang Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya sebesar 85 orang. Sampel sebesar 39 responden, diambil secara Simple Random Sampling. Variabel independen kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, variabel dependen kepuasan pasien. Instrumen menggunakan kuesioner, diolah melalui editing, coding, scoring, dan tabulating, dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat signifikan α= 0,05. Hasil penelitian dari 39 responden sebagian besar (51,3%) perawat memiliki kinerja kurang, dan sebagian besar (56,4%) pasien menyatakan tidak puas. Hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan ρ (0,038) < α (0,05) maka H0

ditolak berarti ada hubungan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien rawat inap di ruang Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya. Simpulan penelitian ini adalah kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan berpengaruh terhadap kepuasan pasien rawat inap. Perawat hendaknya tanggap terhadap keluhan dan harapan pasien.

Hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sebagian besar menyatakan kurang di ruang rawat inap Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya. Kepuasan pasien rawat inap sebagian besar menyatakan tidak puas terhadap kinerja perawat di ruang Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya Ada hubungan antara

kinerja perawat

dalam

memberikan asuhan

keperawatan dengan kepuasan pasien rawat inap di ruang.

BAB 3 PEMBAHASAN Perilaku individu dilihat dari respon terhadap stimulus dibagi menjadi dua bagian yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka dalam bentuk praktek atau tindakan yang diamati. Jadi kinerja dalam keperawatan merupakan hasil karya dari perawat dalam bentuk tindakan atau praktek yang diamati atau dinilai. Kinerja perawat mencerminkan kemampuan perawat untuk mengimplementasikan proses asuhan keperawata. Praktek keperawatan merupakan tindakan mandiri atau kolaborasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi . Dari kedua jurnal yang telah dianalisis didapatkan bahwa : 1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh unit rawat inap rumah sakit di Kabupaten Gresik yaitu RSUD Gresik, Rumah Sakit Semen Gresik, Rumah Sakit Petrokimia Gresik dan Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik. Sampel penelitian adalah seluruh kepala unit rawat inap, perawat dan pasien di ruang rawat inap rumah sakit di Kabupaten Gresik dengan kriteria inklusi: memiliki salah satu dari 3 tipe budaya (clan, market dan hirarki) dan memiliki salah satu dari 2 tipe kepemimpinan coaching dan directing. Kriteria inklusi yang memenuhi syarat adalah RSUD Gresik dan Rumah Sakit Semen Gresik. Besar sampel adalah 14 unit rawat inap. Pengambilan sampel dengan simple random sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan struktural berbasis variance atau component based, yang terkenal disebut Partial Least Square (PLS). Model pengembangan mutu asuhan keperawatan disusun dengan prinsip berdasarkan analisis hasil uji jalur penelitian, analisis realita atau kondisi faktual analisis deskriptif, sintesis dari hasil analisis diskriptif dan jalur, kemudian dikembangkan model yang mengacu pada kebutuhan dan harapan customer (customer driven) yang mengarah pada keunggulan bersaing rumah sakit (competitive advantages). 2. Sampel sebesar 39 responden, diambil secara Simple Random Sampling. Variabel independen kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan,

variabel dependen kepuasan pasien. Instrumen menggunakan kuesioner, diolah

melalui

editing,

coding,

scoring,

dan

tabulating,

dianalisis

menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat signifikan α= 0,05. Hasil penelitian dari 39 responden sebagian besar (51,3%) perawat memiliki kinerja kurang, dan sebagian besar (56,4%) pasien menyatakan tidak puas. Hasil analisis uji Chi-Square menunjukkan ρ (0,038) < α (0,05) maka H0 ditolak berarti ada hubungan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien rawat inap di ruang Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya. Simpulan penelitian ini adalah kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan berpengaruh terhadap kepuasan pasien rawat inap. Perawat hendaknya tanggap terhadap keluhan dan harapan pasien. Kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sebagian besar menyatakan kurang di ruang rawat inap Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya. Kepuasan pasien rawat inap sebagian besar menyatakan tidak puas terhadap kinerja perawat di ruang Multazam Rumah Sakit Islam Surabaya Ada hubungan antara

kinerja

perawat

dalam

memberikan asuhan

keperawatan dengan kepuasan pasien rawat inap di ruang.

BAB 4 PENUTUP 4.1 SIMPULAN Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah sakit. Hal ini terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam kepada pasien yang membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan lainnya yang hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya. kinerja dalam keperawatan merupakan hasil karya dari perawat dalam bentuk tindakan atau praktek yang diamati atau dinilai. Kinerja perawat mencerminkan kemampuan perawat untuk mengimplementasikan proses asuhan keperawata. Praktek keperawatan merupakan tindakan mandiri atau kolaborasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi . 4.2 SARAN Demikian lah simpulan dari materi yang telah dibuat oleh kelompok dalam menyelasikan tugas mata kuliah manajemen keperawatan, dengan ini kelompok

mengharapkan

pembaca

dapat

memberikan

saran

yang

membangun untuk memperbaiki dalam pembutan makalah makalah selanjut nya, sekian dan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul .2012. Mutu Asuhan Keperawatan Bedasarkan Analisis Kinerja Perawat Dan Kepuasan Perawat Dan Pasien . Jurnal Ners Vol. 7 No. 1 April 2012: 47–55

Mastiah , khamida. 2017 . Kinerja Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Berpengauh Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap . Jurnal Ilmiah kesehatan . 155 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 154-161

Nursalam,

2011.KonsepdanPenerapanMetodologiPenelitianIlmuKeperawatan.

Jakarta: Salemba Medika Nursalam,

2013.MetodologiPenelitianIlmuKeperawatan:PendekatanPraktis..

Jakarta: Salemba Medika Mastiah , khamida. 2017 . Kinerja Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Berpengauh Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap . Jurnal Ilmiah kesehatan . 155 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 154-161

Related Documents

Tarea Tema Tema Tema
October 2019 70
Tema
December 2019 3
Tema
June 2020 3
Tema
November 2019 7
Tema
June 2020 4
Tema
August 2019 23

More Documents from "Rodrigo Maylle Espinoza"

Tema 6.docx
June 2020 8
Makalah Tema 5.docx
June 2020 7
Bab 1-1.docx
June 2020 6
Patway.docx
October 2019 17
Rpk Kepegawaian Maret.docx
November 2019 14