Sasaran Keselamatan Klmpk 4.docx

  • Uploaded by: Indry Setya
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sasaran Keselamatan Klmpk 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,595
  • Pages: 17
SASARAN KESELAMATAN PADA PASIEN RESIKO JATUH

DISUSUN OLEH : KELOMPOK VI RINNA MERLIN SORONGAN (C1814201228) REZKY (CI8142012270) WIRSETYA INDRIANI (C1814201230) YULITA GUST IN TOKEN (C1814201231) YUMELTIN TOMALEGO (C1814201232)

PRODI S1 KHUSUS STIK STELLA MARIS MAKASSAR 2018

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan program patient safety di rumah sakit, kejadian pasien jatuh merupakan salah satu indikator berjalan tidaknya program ini. Mendefinisikan pasien jatuhpun memiliki tantangan tersendiri MiakeLye (2013) dalam National Database of Nursing Quality Indicators mendefinisikan jatuh sebagai “ an unplanned descent to the floor with or without injury”. Sedangkan WHO mendefinisikan jatuh sebagai “an event which results in a person coming to rest inadvertently on the ground or floor or some lower level”. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus menerapkan keselamatan pasien. Perawat harus melibatkan kognitif, afektif, dan tindakan yang mengutamakan keselamatan pasien. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus dengan penuh kepedulian. Persepsi perawat untuk menjaga keselamatan pasien sangat berperan dalam pencegahan, pengendalian dan peningkatan keselamatan pasien (Choo, Hutchinson & Bucknall, 2011; Elley et al, 2008). Angka kejadian incident keselamatan pasien didasarkan pada standar pelayanan minimal rumah sakit.

kesalahan (Mattox, 2012). Karakteristik perawat mempengaruhi pekerjaannya sehari-hari dan berpotensi terhadap kesalahan dalam keselamatan pasien (White, 2012). Strategi untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien telah dilakukan banyak dikemukakan peneliti. Strategi membangun sistem pelaporan non hukuman (Mwachofi, Walson, Al- Qmar, dan Badran 2011). Perawat pada posisi yang unik untuk mengembangkan alat, proses, dan praktik yang berusaha untuk mengurangi dan menghilangkan semua jenis kesalahan keselamatan pasien yaitu dengan mengembangkan risiko berbasis kesalahan, Risiko berbasis kesalahan peraturan, mengembangkan kemampuan untuk mengenali adanya risiko tinggi dan perilaku berbasis pengetahuan (Mattox, 2012). Perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan karakteristik perawat yang bersifat bawaan yang teridentifikasi berupa tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan pengalaman pribadi. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku perawat adalah lingkungan seperti pengaruh orang lain yang dianggap penting atau kepemimpinan, budaya dan sistem organisasi. Faktor ini sering menjadi faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang ( Notoatmojo, 2007). Faktor eksternal berupa pengaruh orang lain juga dapat menimbulkan persepsi perawat terhadap pelaksaan keselamatan pasien. Perilaku perawat yang tidak menjaga keselamatan pasien berkontribusi terhadap insiden keselamatan pasien. Perawat yang tidak memiliki kesadaran terhadap situasi yang cepat memburuk gagal mengenali apa yang terjadi dan mengabaikan informasi klinis penting yang terjadi pada pasien dapat mengancam keselamatan pasien (Reid, 2012). Perilaku yang tidak aman, Lupa, kurangnya perhatian, motivasi, kecerobohan dan kelelahan berisiko untuk terjadinya kesalahan selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan memodifikasi perilaku (Choo dkk, 2010).

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFENISI Jatuh adalah Cidera (atuh dari ketinggian tertentu ke yang lebih rendah. Jatuh adalah suatu kejadian secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk dilantai (Maryam, 2008). jatuh pada lanjut usiamerupakan masalah yang sering terjadi, penyebabnya adalah multi-faktor, sertabanyak yang berperan didalamnya, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Pencegahan risiko jatuh pada lansia misalnya dengan memindahkan benda berbahaya,ruangan tidak gelap, lantai tidak licin dan lain-lain Selain cedera fisik yang berkaitan dengan jatuh, individu dapat mengalamidampak psikologis, seperti takut terjatuh kembali, kehilangan kepercayaan diri,peningkatan kebergantungan dan isolasi sosial (Downton dan Andrews, 2006). Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yangmelihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk dilantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atauluka (Ruben, 2005). Berdasarkan beberapa pengertian jatuh di atas, dapat disimpulkan bahwa jatuhadalah kejadian tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang terbaringatau terduduk di lantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

B. Faktor Risiko Jatuh Faktor risiko jatuh meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik : 1. Faktor intrinsik Faktor intrinsik yang dapat mengakibatkan insiden jatuh termasuk proses penuaandan beberapa kondisi penyakit, termasuk penyakit jantung, stroke dan gangguanortopedik serta neurologik. Faktor intrinsik dikaitkan dengan insiden jatuh pada lansia adalah kebutuhaneliminasi individu. Beberapa kasus jatuh terjadi saat lnsia sedang menuju,menggunakan atau kembali dari kamar mandi. Perubahan status mental jugaberhubungan dengan peningkatan insiden jatuh. Faktor intrinsik lain yang menimbulkan resiko jatuh adalah permukaan lantaiyang meninggi, ketinggian tmpat tidur baik yang rendah maupun yang tinggi dantidak ada susut tangan ditempat yang strategis seperti kamar mandi dan lorong. 2. Faktor Ekstrinsik Faktor ekstrinsik juga memengaruhi terjadinya jatuh. Jatuh umumnya terjadi padaminggu pertama hospitalisasi, yang menunjukkan bahaw megenali lingkungansekitar dapat mengurangi kecelakaan. Obat merupakan agen eksternal yang diberika kepada lansia dan dapatdigolongkan sebagai faktor risiko eksternal.obat yang memengaruhi sistem kardiovaskular dan sistem saraf pusat meningkatkan risiko terjadinya jatuh,biasanya akibat kemungkina hipotensi atau karena mengakibatkan perubahanstatus ,emtal. Laksatif juga berpengaruh terhadap insida jatuh. Individu yang mengalami hambatan mobilitas fisik cenderung menggunakanalat bantu gerak seperti kursi roda, tongkat tunggal, tongkat kaki empat danwalker. Pasien yang menggunakan alat banu lebih mungkin jatuh dibandingkandengan pasien yang tidak menggunakan alat bantu.Penggunaan restrain mengakibatkan

kelemahan otot dan konfusi, yangmerupakan faktor ekstrinsik terjadinya jatuh.

C. Assesmen Resiko Jatuh a)

Memonitor pasien sejak masuk

b)

Memonitor dengan ketat pada pasien yang mempunyai risiko tinggi : memberikan tanda/ alert ( sesuai warna universal

c)

Libatkan pasien atau keluarga dalam upaya pencegahan risiko jatuh

d)

Laporan peristiwa pasien jatuh

D. Klasifikasi Tindakan Sesuai Skor Keparahan 1.

2.

Resiko Rendah (skor 0-5) a)

Pastikan bel mudah dijangkau oleh pasien

b)

Roda tempat tidur dalam keadaan terkunci

c)

Posisikan tempat tidur pada posisi terendah

d)

Pagar pengaman tempat tidur dinaikkan

Resiko Sedang (6-13) a)

Lakukan senua pedoman pencegahan untuk resiko rendah

b)

Pasangkan gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda pasien resiko jatuh

c)

Tempatkan tanda resiko pasien jatuh pada datar nama pasien (warna kuning)

d)

3.

Beri tanda resiko pasien jatuh pada pint kamar pasien

Resko Tinggi (>= 14) a)

Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko rendah dan sedang

b)

Kunjungi dan monitor pasien setiap satu jam

c)

Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan nurse station (jika memungkinkan

 Alat Bantu Assessment 1.

2.

3.

Pasien Dewasa Rawat Inap a)

Morse Fall Scale

b)

Hendrich II Fall Risk Model

Pasien Dewasa Rawat Jalan a)

Anamnesa riwayat jatuh

b)

Get Up and Go

c)

Timed Get Up and Go

Pasien Anak-Anak Rawat Inap a)

Schmid “Little Schmidy”

b)

Humpty Dumpty

E. Pencegahan Pasien Jatuh 1.

Mengevaluasi faktor risiko

2.

Pencegahan standar: a) b)

Mengenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya Menempatkan tombol panggilan di tempat yang mudah

dijangkau

pasien

dan

mengajari

pasien

bagaimana

cara

menggunakannya c)

Meletakkan benda-benda penting yang dibutuhkan pasien di

tempat yang mudah dijangkau pasien d)

Tempat tidur pasien disiapkan dalam posisi rendah dan dalam

keadaan terkunci e)

Memastikan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin

dan ukurannya sesuai

f)

Menyediakan pencahayaan yang cukup, terutama pada

malam hari g)

Pastikan lantai dalam keadaan bersih dan kering

h)

Sediakan pengaman (handrails) di kamar mandi dan kamar

pasien, serta di lorong rumah sakit 3.

Pencegahan khusus: a)

Gunakan tanda visual untuk memberitahukan risiko jatuh

(seperti: tanda yang dipasang di pintu kamar pasien/di dalam kamar pasien, gelang penanda, kaos kaki/selimut berwarna, tanda di berkas rekam medis pasien) b)

Dampingi pasien saat pasien ke kamar mandi

c)

Tanyakan apakah pasien ingin ke kamar mandi setiap 2

jam sekali (apabila pasien dalam keadaan sadar)

4.

d)

Gunakan tempat tidur yang rendah

e)

Bila diperlukan, observasi pasien secara berkala

Hourly Rounding Meliputi 4P: Position, Pain assessment, Personal needs (BAK/BAB), Placement

5.

Tempat tidur yang rendah

6.

Pemasangan alarm bila ada pasien yang jatuh

7.

Observasi secara berkala

8.

Komunikasi a)

Komunikasi visual (pada rekam medis pasien, gelang

pasien diberi tanda “fall risk”; pemberian kaos kaki atau selimut berwarna) b)

Komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien 1)

Jelaskan bahwa pasien memiliki risiko untuk

jatuh 2)

Jelaskan program pencegahan pasien jatuh ki

rumah sakit

3)

Libatkan

pasien

dan

keluarganya

dalam

program pencegahan dan beri kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk memberi masukan.

JURNAL SKENARIO KASUS PASIEN JATUH

Tn.T umur 55 tahun, dirawat di ruang 206 perawatan neurologi Rumah Sakit AA, tn.T dirawat memasuki hari ketujuh perawatan. Tn.T dirawat di ruang tersebut dengan diagnosa medis stroke iskemic, dengan kondisi saat masuk Tn.T tidak sadar, tidak dapat makan, TD: 170/100, RR: 24 x/mt, N: 68 x/mt. Kondisi pada hari ketujuh perawatan didapatkan kesadaran compos mentis, TD: 150/100, N: 68, hemiparese/kelumpuhan anggota gerak dextra atas dan bawah, bicara pelo, mulut mencong kiri. Tn.T dapat mengerti bila diajak bicara dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik tetapi jawaban Tn.T tidak jelas (pelo). Tetapi saat sore hari sekitar pukul 17.00 wib terdengar bunyi gelas plastik jatuh dan setelah itu terdengar bunyi seseorang jatuh dari tempat tidur, diruang 206 dimana tempat Tn.T dirawat. Saat itu juga perawat yang mendengar suara tersebut mendatangi dan masuk ruang 206, saat itu perawat mendapati Tn.T sudah berada dilantai dibawah tempatt tidurnya dengan barang-barang disekitarnya berantakan. Ketika peristiwa itu terjadi keluarga Tn.T sedang berada dikamar mandi, dengan adanya peristiwa itu keluarga juga langsung mendatangi tn.T, keluarga juga terkejut dengan peristiwa itu, keluarga menanyakan kenapa terjadi hal itu dan mengapa, keluarga tampak kesal dengan kejadian itu. Perawat dan keluarga menanyakan kepada tn.T kenapa bapak jatuh, tn.T mengatakan ”saya akan mengambil minum tiba-tiba saya jatuh, karena tidak ada pengangan pada tempat tidurnya”, perawat bertanya lagi, kenapa bapak tidak minta tolong kami ” saya pikir kan hanya mengambil air minum”. Dua jam sebelum kejadian, perawat merapikan tempat tidur tn.T dan perawat memberikan obat injeksi untuk penurun darah tinggi (captopril) tetapi perawat lupa memasng side drill tempat tidur tn.T kembali. Tetapi saat itu juga perawat memberitahukan pada pasien dan keluarga, bila butuh sesuatu dapat memanggil perawat dengan alat yang tersedia.

Berdasarkan ilustrasi kasus diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi KNC yang merupakan salah satu bentuk kasus kelalaian dari perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Formulir pemantauan pasien jatuh adalah formulir resmi rumah sakit yang digunakan untuk mengkaji risiko jatuh pada pasien unit gawat darurat (UGD) rawat jalan, maupun rawat inap. Hasil penelitian berdasarkan standar prosedur operasional pada pengkajian penerapan formulir pemantauan risiko jatuh dilakukan 50% yang meliputi penggolongan pasien dengan risiko jatuh didapat 4% dilakukan oleh 1 perawat dan melakukan pengkajian dan mengkaji berisiko tinggi untuk jatuh didapat hasil kelengkapan sebesar 96% dari 24 perawat 1 orang tidak melakukan. Sehingga 9

dapat disimpulkan hasil penelitian pada pengkajian penerapan formulir pemantauan risiko jatuh dapat dikatakan tidak maksimal. Para perawat hanya melakukan pengkajian berisiko tinggi untuk jatuh namun tidak melakukan penggolongan pasien. Dampak positif bersumber dari Standar prosedur operasional penanganan pasien jatuh di Rumah sakit Panti Rini Kalasan menerangkan bahwa ketika perawat melakukan penggolongan pasien serta pengkajian berisiko tinggi untuk jatuh akan memenuhi sasaran keselamatan pasien rumah sakit, mencegah terjadinya pasien jatuh saat rawat inap dirumah sakit dan mempermudah petugas mengenali pasien yang berisiko jatuh dan melakukan langkah-langkah pengamanan pada pasien tersebut. Penggolongan pasien banyak yang tidak melaksanakannya. Menurut asumsi penulis hal demikian akan mempersulit petugas mengenali pasien berdasarkan tingkat risiko jatuh, dan dampak negative keamanan pasien tidak dapat dijamin 100% Hasil penelitian ini terjadi karena salah satu faktor yaitu faktor status karyawan,sebagai pegawai tetap atau pegawai kontrak. Sesuai dengan teori Henrisken (2006). Status ini dapat berpengaruh terhadap kinerja perawat, karena ini sifat dasar pekerjaan merujuk pada karakteristik pekerjaan itu sendiri dan mengikuti pola sejauh mana prosedur yang digunakan terdefinisi dengan baik, sifat alur kerja, beban pasien, pada puncak dan tidak ada atau tidak adanya kerjasama tim, kompleksitas perawatan, fungsional alat dan masa penyusutan, interupsi dan pekerjaan yang bersaing dan persyaratan fisik atau kognitif untuk melakukan pekerjaan. Meskipun studi empiric terhadap dampak faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan tidak sebanyak studi pada faktor-faktor manusia. Hasil ini sesuai dengan penelitian Bawelle dkk (2013). Melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Menyatakan sikap terdapat hubungan dengan pelaksanaan, persamaan dengan peneliitan ini menyatakan bahwa pegawai tetap justru tidak mematuhi penerapan patient safety sikap tersebut akan mempengaruhi keterlaksananya penerapan patient safety sikap.

Tujuan penerapan formulir pemantaun pasien jatuh adalah (1) Mengkaji semua pasien rawat jalan yang akan rawat inap, Pasien UGD, dan pasien rawat inap nterhadap risiko jatuh sehingga memenuhi sasaran keselamatan pasien rumah sakit. (2). Mencegah terjadinya pasien jatuh saat rawat inap dirumah sakit. (3). Mempermudah petugas mengenali pasien yang berisiko jatuh dan ngkah-langkah pengamanan pada pasien tersebut.(4). Mencegah insiden keselamatan pasien. Hal itu dapat terwujud apabila salah satu indikator terlaksana, dalam hal ini penulisan dokumen pengkajian sangat diperlukan untuk penerapan formulir pemantauan risiko jatuh. Hasil penelitian pada penulisan dokumen pengkajian penerapan formulir 100% perawat melakukan penulisan dokumen. Aspek yang dikatakan lengkap yaitu pada tersedianya formulir pemantauan risiko jatuh di UGD dan Kelengkapan formulir di UGD dilihat kelengkapan formulir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penulisan dokumen pengkajian para perawat melakukan 100% baik pada persediaan formulir maupun kelengkapan pengisian. 10

Hal ini dapat terjadi karena faktor pendidikan dan faktor gaji. Diketahui pada karakteristik responden berdasar pendidikan mayoritas responden berpendidikan lulusan D3 sebanyak 13 (54,2%), sedangkan paling sedikit lulusan SPK sebanyak 11 orang (45,8%). Hal ini menjadi salah satu alasan keterlaksanaannya penulisan dokumen pengkajian. Perawat dengan pendidikan yang cukup baik akan melakukan praktik keperawatan yang efektif dan efisien yang selanjutnya akan menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi. Tingkat pendidikan yang cukup akan memberikan kontribusi terhadap praktik keperawatan. Tingkat pendidikan seorang perawat akan mempengaruhi dasar pemikiran dibalik penetapan standar keperawatan. Dimana pendidikan berkaitan dengan kepribadiannya Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sumarianto dkk. (2009). Melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan motivasi terhadap kinerja perawat dalam penerapan program patient safety di ruang perawatan inap RSUD Andi Makkasau Kota Pare Pare. Dapat disimpulkan bahwa perawat dengan pendidikan yang tinggi akan memiliki hubungan dengan penerapan program patient safety hal ini sama dengan hasil penelitian sumarianto bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penerapan program patient safety.

Tanda pasien risiko jatuh adalah tanda yang dipasang pada tempat tidur pasien yang berisiko jatuh saat di UGD, maupun saat dirawat inap di rumah sakit. Pada indikator pemasangan tanda pada pasien risiko jatuh meliputi tanda risiko jatuh dipasangkan begitu pasien dikaji berisiko jatuh 100% dilaksanakan. Menurut asumsi peneliti pemasangan tanda 100% dilakukan agar para perawat tersebut menghindari risiko jatuh.

Pemberian tanda atau tidak pada form pemantauan risiko jatuh rekam medis tidak dilakukan (0%). Menurut asumsi peneliti tidak adanya tanda pada form pemantauan risiko jatuh menurut asumsi antara perawat satu dengan perawat lainnya sudah mengetahui dengan dilihatnya pemasangan tanda, sehingga menurut pada perawat pemberian tanda pada form tidak diperlukan. Hal ini dapat terjadi karena mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dan juga mayoritas sudah menikah dan memiliki anak, sehingga asumsi peneliti para perawat tersebut lebih efisien kinerjanya cukup dengan pemasangan tanda, bukan pemberian tanda di form.

Pemasangan tanda risiko jatuh dipasang pada tempat tidur pasien 0% tidak dilakukan oleh 24 perawat. Pemasangan tanda memang telah dilakukan namun bukan pada tempatnya. Diketahui hasil penelitian menyatakan bahwa pemasangan tanda tidak dilakukan ditempat tidur melainkan di dinding. Menurut asumsi peneliti hal ini untuk mempermudah perawat mengenali pasien risiko jatuh.

Hasil penelitian ini menyatakan 25% yang melakukan pemasangan tanda. Tanda dilepas setelah pasien pulang dan mengkaji ulang risiko pasien jatuh didapat 0% tidak dilakukan secara displin oleh perawat. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor umur dan faktor lama kerja.

SOLUSI UNTUK MASALAH  seharusnya perawat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien (Tn.T). rasa nyaman dan aman salah satunya dengan menjamin bahwa Tn.T tidak akan terjadi injuri/cedera, karena kondisi Tn.T mengalami kelumpuhan seluruh anggota gerak kanan, sehingga mengalami kesulitan dalam beraktifitas atau menggerakan tubuhnya. Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini lupa atau tidak memasang pengaman tempat tidur (side drill) setelah memberikan obat injeksi captopril, sehingga dengan tidak adanya penghalang tempat tidur membuat Tn.T merasa leluasa bergerak dari tempat tidurnya tetapi kondisi inilah yang menyebabkan Tn.T terjatuh.

PERAN PERAWAT  Peran perawat adalah Penatalaksanaan dari kasus di atas yaitu dengan menghindari semua yang menjadi faktor resiko jatuh, seperti faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak kondusif harus dihindari agar pasien aman. Segala aktivitas yang dilakukan pasien harus diawasi. Hal ini dilakukan agar mencegah terjadinya kemungkinan terburuk seperti kasus di atas.

Related Documents


More Documents from "triyana"