Teks Ulasan Irma.docx

  • Uploaded by: Qaireen Zahra
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Teks Ulasan Irma.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,702
  • Pages: 12
Identitas Buku Judul Buku : Negeri 5 Menara Penulis : Ahmad Fuadi Bahasa : Indonesia Penerbit : PT Gramedia Pusat Utama Kota Terbit : Jakarta Tahun Terbit : 2009 Jumlah Halaman : XII + 423 Halaman ISBN : 978-979-22-4861-6 Ukuran Buku : 19,7 x 13,7 cm Harga Buku : Rp 50.000,00-

SINOPSIS NOVEL NEGERI 5 MENARA Novel dimulai dari lima sahabat yang sedang mondok di sebuah pesantren, kemudian bertemu kembali ketika mereka sudah beranjak dewasa. Uniknya, setelah bertemu, ternyata apa yang mereka bayangkan saat menunggu adzan Maghrib di bawah menara masjid benar-benar terjadi. Itulah cuplikan utama cerita novel negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi ini. Tokoh utama Ahmad Fuadi yang berperan sebagai Alif dalam novel tersebut meceritakan, ia tidak menyangka dan tidak percaya kalau bisa jadi seperti yang sekarang ini Pemuda kelahiran Desa Buyur, Maninjum Sumatra Barat itu adalah pemuda desa yang diharapkan bisa menjadi seorang guru agama sama halnya yang harapkan oleh kedua orangtuanya. Keinginan kedua orangtuanya tentu saja tidak salah, sebagai ‘emak’ (ibu) kala itu, menginginkan supaya anaknya menjadi seorang yang bernama, dihormati di kampung seperti menjadi guru agama. “Memiliki anak yang sholeh dan berbakti kepada orangtua adalah sebuah warisan yang tak ternilai, karena bisa mendoakan kedua orangtuanya dikala sudah tiada", Ujar Alif mengenang keinginan Emak di kampung pada waktu itu. Namun, ternyata ALif mempunyai keinginan lain, ia tak ingin seumur hidupnya terus tinggal di kampung. ia memiliki cita-cita dan keinginan untuk merantau keluar kota. ia ingin melihat keindahan dunia luar dan ingin suksess seperti sejumlah tokohtokoh yang ia ketahui dari membaca buku dan mendengar cerita teman di kampung.

Namun, keinginan alif tidaklah mudah untuk dicapai. Kedua orang tuanya bergeming supaya Alif Tetap tinggal dan bersekolah di kampung untuk menjadi guru agama. Akan tetapi, berkat saran dari mak Etek yaitu paman alif yang sedang kuliah di Kairo, Akhirnya Alif kecil bisa merantau ke pondok Madani, Gontor, Jawa timur. dan, disinilah kisahnya dimulai. Hari pertamanya di pondok Madani Alif terkesiam dengan kata ajaib “man jadda wajada’, Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti dapatlah ia" Di pondok barunya ia terheran-heran mendengar komentator sepakbola menggunakan bahasa Arab, ada santri mengigau dalam bahasa inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan syair Abu Nawas dan terkesan juga saat melihat pondok yang ia tempati setiap pagi seperti melayang di udara. Ringkas cerita kemudian Alif berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani, Baso alias Ikhlas Budiman, Said Alias Abdul Qodir, dan Dulmajid alias Monib. Kelima bocah yang menuntut ilmu di dunia pesantren Gontor ini setiap sore memiliki kebiasaan unik. Menjelang Adzan Maghrib berkumpul di bawah menara masjid sambil memandang ke awan. Dengan membayangkan awan itulah meraka menggambarkan impiannya. seperti Alif mengakui jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, yaitu sebuah negara yang ingin ia kunjungi kelak setelah lulus nanti. Begitu juga dengan yang lainnya menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir dan Benua Eropa. Melewati lika-liku kehidupan di dunia pesantren yang tidak terbayangkan selama ini, ke lima santri itu diceritakan bertemu di london. Inggris beberapa tahun kemudian setelah lulus. Kemudian mereka bernostalgia dan saling membuktikan cita-cita dan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid waktu itu. Belajar di pesantren bagi Alif ternyata memberikan warna tersendiri baginya. Ia yang dulunya beranggapan bahwa dunia pesantren adalah konservatif, kuno, ‘kampungan’, ternyata anggapan itu salah besar. Di pesantren ternyata benar-benar menjunjung sikap kedisiplinan yang tinggi, sehingga mencetak para santri yang bertanggung jawab dan berkomitmen. Di dunia pesantren mental para santri dibakar oleh para uztads supaya itu semua dilakukan supaya santri tidak mudah menyerah dan memiliki mental baja. Setiap hari, sebelum masuk dalam kelas, selalu menyanjungkan kata-kata ajaib “man jadda wa jadda" barang siapa yang bersungguh-sungguh berhasilah ia. Siapa yang mengira jika ALif anak kampung kini berhasil meraih impiannya untuk bersekolah dan bekerja di Amerika Serikat? oleh sebab itu, jangan takut untuk bermimpi setinggi-tingginya ..

RESENSI UNSUR INTRINSIK NOVEL NEGERI 5 MENARA 1. Tema Tema yang terkandung dalam novel negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi adalah pendidikan. Hal ini dapat dibuktikan dari latar tempat yakni di pesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar. 2. ALur/Plot Alur dalam novel negeri 5 menara adalah alur maju dan alur mundur. Dimana cerita adalah kilas balik ingatan tokoh adakan masa silam saat menimba ilmu di pondok Madani sampai membuahkan hasil di masa kini. Kutipan Novel Negeri 5 Menara : Washingyon DC, Desember 2003, pukul 16.00 Iseng aja, aku mendekat ke jendela kaca dan meyentuh permukaannya dengan ujung jari telunjuk tangan kananku. tak jauh, tampak The Capitol, Gedung parlemen Amerika Serikat yang anggun nan putih. Bergaya klasik dengan tonggak-tonggak besar. Aku tersenyum dan pikiranku langsung terbangun jauh ke masa lalu. Masa yang sangat ku ter-patri di dalam hatiku. – hal. 1 3. Tokoh & Penokohan Adapun tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel negeri 5 menara yaitu sebagai berikut : a. Alif > Penurut dan patuh, bukti : “selama ini aku anak penurut" – hal. 11 > Tidak konsisten terhadap pilihan yang telah diutuskan, bukti : “aku sendiri belum yakin betul terhadap keputusan ini" – hal. 13 b. Baso > orang yang agamis, bukti : “saya ingin mendalami agama islam dan menjadi penghafal Al-Qur’an" – hal.46 > Orang yang sangat peduli, bukti : “.. merawat nenek dan pulang, mungkin selamanya…." – hal. 362 > Berbakti kepada orangtua, bukti : “Motivasi besar menghafal Al-Qur’an adalah pengabdian kepada orangtua" – hal. 363 c. Raja Lubis > Percaya diri, bukti : “maju dengan penuh percaya diri" – hal.44 > Rajin membaca bukti : “hoby utamanya membaca buku" – hal. 45 > Mau Berbagi “….dia tidak pelit dengan informasi" – hal. 61 f. Said > Berpikir dewasa, bukti : “dia yang paling dewasa diantara kami" – hal.45 > Kurang Percaya diri, bukti : “dia memang tidak terlalu pede …. “ – hal. 206

g. Dulmajid > Mandiri, bukti : “ tentu saya akan datang sendiri" – hal. 27 > Belajar, bukti : “ Animo belajarnya memang maut" – hal. 46 > setia kawan, bukti : “…. paling setia kawan yang aku kenal" – hal. 46 h. Atang > Orang yang dapat menepati janji, bukti : “sesuai janji, Atang yang membayari ongkos" – hal. 221 > Humoris, bukti : “memasukkan berbagai macam guyon sunda yang membuat hadirin terpingkal-pingkal" – halaman 220 4. Plot/Alur Alur yang digunakan dalam novel ini adalah campuran 1). Eksposisi Kisah dimulai dari seorang wartawan VOA, yang sedang berada di Washington DC. Wartawan tersebut bernama ALif Fikri. Tanpa disengaja ia mengecek laptopnya tiba-tiba ada pesan masuk dari orang yang Batutah. Setelah berbalas-balas esan, ternyata ia adalah teman lama Ali dari pesantren sekolah lamanya yaitu Pondok Madani. 2). Intrik Alif tak ingin besekolah di sekolah di madrasah ataupun pesantren, sedangkan Amaknya tidak rela bila Alif masuk sekolah SMA umum, karena Amaknya ingin anak laki-lakinya bersekolah agama, dan menjadikan anaknya sebagai pemimpin agama di masa depan, seperti Buaya Hamka. 3). Komplikasi Baso bercerita kepada kawan-kawan shahibul menara, bahwa sepertinya ia harus meninggalkan PM duluan dibanding dengan kawan-kawan yang lain. Karema ia harus merawat neneknya yang sedang sakit parah. Pada akhirnya paman Latimbang menjemput Baso yang saat itu berada di PM, dan Baso harus meninggalkan PM selamanya. 4). Klimaks Uztad Torik begitu marah saat mendengar bahwa ada siswa yang pergi dari PM tanpa izin terlebih dahulu, Mereka itu adalah Said, Alif dan Atang. Sebelum itu, merkea memnita izin ke Ponorogo untuk mencari barang, namun barang itu tidak ada, dan merekapun harus pergi ke Surabaya untuk mendapatkan barang tersebut. Pada Akhirnya mereka bertiga diberikan hukuman, yaitu mencukur habis rambutnya. 5). Antiklimaks Semua siswa PM kelas 6, sudah berhasil menyelesaikan ulangan akhir, untuk menentukan kelulusan mereka. Kemudian mereka semuapun berpisah, begitu juga dengan shahibul menara yang akan menempuh jalanya masing-masing untuk menggapai impian mereka. 6). Resolusi Shahibul menara telah mencapai impiannya masing-masing dan berencana akan mengadakan reuninan setelah tidak bertemu selama bertahun-tahun.

5. Gaya Bahasa 1). Hiperbola > “kami bisa makan bagai kesurupan"- hal. 122 > “ Kyai Rais telah menyetrum 3000 murid kesayangannya" – hal. 190 2). Personifikasi > “ wajah dingin mencucuk tulang ….." – hal. 2 > “jantungku melonjak-lonjak girang" – hal. 5 > “ Cerita kyai Rias terus berputar di kepalaku" -hal. 142 > “ Sejak dari pagi buta…." – hal. 214 3). Asosiasi > “ Kami seperti sekawanan tentara yang terjebak…." – hal. 64 > “ Mukanya dingin seperti besi" – hal. 124 6. Sudut pandang Dalam novel Negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi ini, si penulis menggunakan orang pertama pelaku utama, karena menggunakan kata ganti “Aku". 7. Amanat Cerita Novel Negeri 5 menara ini memberikan kesan dan pesan moral pendidikan yang sangat dalam. kita harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras untuk meraih apa yang kita impikan. tapi ingatlah dibalik kesuksessan tersebut ada orangtua yang selalu mendoakan kita, jadi kita juga harus sertamerta menghormati, menyayangi dan berbakti kepada orang tua. Jangan pernah meremehkan impian walu setinggi apapun, Tuhan sungguh Maha mendengar. Man Jadda Wajada siapa yang bersungguh-sungguh dapatlah ia.

RESENSI UNSUR EKSTRINSIK NOVEL NEGERI 5 MENARA

From: Celebrity – Okezone.com Nilai agama Novel ini menceritakan tentang kehidupan sekitar dunia pesantren sehingga banyak mengajarkan nilai agama yang jarang di dapat dalam novel-novel lain. Nilai Moral Kebersamaan Sahibul menara dalam menghadapi kerasnya dunia pendidikan di pesantren mengajarkan bahwa sebagai penuntut ilmu, kita harus sabar dan tidak mudah menyerah untuk menuntaskan apa yang telah dimulai.

KELEBIHAN NOVEL NEGERI 5 MENARA kelebihan novel negeri 5 menara ini adalah dapat menginspirasi pembaca, terutama anak muda zaman sekarang untuk lebih bersemangat dalam meraih cita-cita dan rasa patuh kepada orang tua. novel ini juga dapat mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok pesantren yang tidak hanya berfokus kepada ilmu-ilmu agama saja. karena dalam novel ini selain belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu pengetahuan umum seperti bahasa inggris, bahasa arab, kesenian dan lain sebagainya. Kita juga dapat memetik pelajaran yang berharga yaitu jangan pernah meremehkan sebuah impian walau setinggi apapun, yakinlah bahwa kamu dapat mencapainya, dan berdoalah kepada Allah, karena Allah Maha mendengar do’a dari hambanya.

KEKURANGAN NOVEL NEGERI 5 MENARA kekurangan novel negeri 5 menara ini adalah adanya ketidak jelasan gambaran beberapa tokoh yang pada akhir cerita perjalanan hidupnya seperti apa? bagai mana keadaan orang tersebut?

Teks Ulasan Negeri 5 Menara

Negeri 5 Menara Novel Negeri 5 Menara adalah sebuah karya fiksi yang diangkat dari kisah nyata seorang penulis berbakat Ahmad Fuadi. Film ini disutradarai oleh Affandi Abdul Rachman dan di bintangi oleh Billy Sandy sebagai Baso dari Goa, Rizky Ramdan sebagai Atang dari Bandung, Ernest Samudera sebagai Said dari Surabaya, Jiofani Lubis sebagai Raja dari Medan, Aris Putra sebagai Dulmajid dari Madura. Film ini diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama. Film “Negeri 5 Menara” berkisah tentang Alif, pemuda yang menghabiskan hidupnya di tengah keluarga religius di Tanah Gadang. Ia bermimpi menjejakkan kaki di Pulau Jawa dan masuk dalam barisan mahasiswa sebuah kampus terfavorit di Bandung yakni ITB. Sayang, orang tuanya menganggap sia-sia kalau sudah sampai di Jawa, Alif tidak menuntut ilmu agama. Jadilah Alif seorang murid Pondok Madani. Untungnya, ada kelima sahabatnya yang sukses membuat Alif sedikit kerasan di tengah peraturan yang mengikat dan kadang terkesan konyol. Mereka dipersatukan oleh hukuman jewer berantai akibat terlambat datang ke masjid, sehingga membuat Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam sering menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Adanya Ustaz Salman yang mendadak punya posisi signifikan dengan keberadaan Alif dan kawan-kawannya. Ustaz Salman selalu tampil heroik ketika enam sekawan itu terjepit dalam situasi lemah. Di awal, pengaruh Ustaz Salman begitu terasa nyata dengan kalimat menggugah: “Man Jadda Wajada”. Semangat yang di awal begitu terasa menggugah hati keenam sahabat itu malah luruh begitu saja justru di saat keenamnya tersebut makin akrab. Namun ditengah keakraban mereka, Baso siswa asal Gorontalo, mungkin menyisakan sedikit kesan yang berbeda jika dibandingkan lima tokoh lainnya. Ia tampak sederhana, cerdas, dan bersahaja. Di balik kesederhanaannya itu, ada sisi yang begitu menyentuh Alif dan kawan-kawan. Diantaranya Baso sukses meredam emosi-emosi Alif atau teman-teman saat menemukan perselisihan. Pada saat Baso harus kembali ke kota kelahirannya demi mengurus neneknya yang sakit keras. Kelima kawannya mengelilinginya dengan wajah sedih, nyaris berlinang air mata.Baso sebagai orang yang ditangisi terlihat santai dan tidak menahan beban. Peranannya hanya memberi dampak pada jalan cerita dan merekatkan tokoh-tokoh lainnya. Kelekatan para tokoh ini yang akhirnya membangun kehangatan antarpribadi. Momen yang satu per satu terjadi itulah yang membuat adanya pertemuan rasa nyaman, persahabatan, dan juga nostalgia ambisi yang dibangun lewat ansambel pemain film ini yang awalnya diambisikan oleh Baso. Namun karena sosok Baso telah meninggalkan Pondok Madani, maka demi menghormati harapan si Baso, 5 sahabat lainnya lah yang melanjutkan ambisi tersebut. Dan hasilnya sangat memuaskan para penonton mereka. Di akhir film ditampilkan keberhasil mereka berenam berkat kerja keras dan kesungguhan mereka sesuai dengan prinsip yang mereka jalankan belajar dengan keikhlasan dan mengamalkan “Man Jadda Wajada”.

Film Negeri 5 Menara disajikan dengan sangat baik, karena memberikan pesan moral yang baik bagi penonton, akan tetapi masih terdapat kelemahannya karena cerita terlalu banyak yang dipotong sutradara. Sehingga cerita tidak tersampaikan dengan utuh. Banyak adegan-adegan yang ada di dalam novel tidak disampaikan di dalam Film. Seperti: di dalam novel Alif tidak ingin Sekolah di Pesantren tetapi ingin ke SMA, dan Ibunya tetap bersikukuh menginginkan Alif sekolah di Pesantren. Kemudian Alif mendapat surat dari Pamannya bahwa ada Pesantren di Jawa bernama Pondok Madani yang dapat dijadikan pertimbangan Alif untuk melanjutkan sekolahnya. Lalu Alif pun memenuhi keinginan Ibunya untuk sekolah di Pesantren tetapi dengan syarat dia tidak mau sekolah di Pesantren Padang tetapi ingin ke Pondok Madani. Mula-mula orang tuanya ragu akan tetapi karena Alif bersikeras akhirnya mengizinkan. Berbeda dengan yang disajikan di film karena di film justru orang tua Alif yang menginginkan Alif sekolah di Pesantren Pondok Madani dan Alif sama sekali tidak menerima surat dari Pamannya. Itu hanya salah satu contoh, karena banyak sekali cerita yang dipotong. Mungkin sutradara sengaja memotong cerita karena kendala waktu tayang di bioskop yang berdurasi hanya 1,5 jam atau 2 jam. Secara keseluruhan, film ini sangat terasa begitu akrab bagi penonton film Indonesia. Tentunya dengan formula mujarab ini menginspirasi banyak orang mengenai persahabatan, keikhlasan, kesungguhan atau kerja keras. Apalagi di Indonesia yang terdiri dari berbagai daerah dan suku yang berbeda sangat cocok sekali untuk diterapkan dalam kehidupan seharihari yang penuh dengan perbedaan. Selain itu, semangat yang dilandasi oleh keikhlasan, dan kerja keras dalam film ini dapat memotivasi generasi muda untuk lebih baik menentukan masa depan yang baik dengan pendidikannya.

Struktur Kalimat Orientasi Novel Negeri 5 Menara adalah sebuah karya fiksi yang diangkat dari kisah nyata seorang penulis berbakat Ahmad Fuadi. Film ini disutradarai oleh Affandi Abdul Rachman dan di bintangi oleh Billy Sandy sebagai Baso dari Goa, Rizky Ramdan sebagai Atang dari Bandung, Ernest Samudera sebagai Said dari Surabaya, Jiofani Lubis sebagai Raja dari Medan, Aris Putra sebagai Dulmajid dari Madura. Film ini diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama. Penafsiran Film “Negeri 5 Menara” berkisah tentang Alif, pemuda yang menghabiskan hidupnya di tengah keluarga religius di Tanah Gadang. Ia bermimpi menjejakkan kaki di Pulau Jawa dan masuk dalam barisan mahasiswa sebuah kampus terfavorit di Bandung yakni ITB. Sayang, orang tuanya menganggap sia-sia kalau sudah sampai di Jawa, Alif tidak menuntut ilmu agama. Jadilah Alif seorang murid Pondok Madani. Untungnya, ada kelima sahabatnya yang sukses membuat Alif sedikit kerasan di tengah peraturan yang mengikat dan kadang terkesan konyol. Mereka dipersatukan oleh hukuman jewer berantai akibat terlambat datang ke masjid, sehingga membuat Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam sering menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing.

Adanya Ustaz Salman yang mendadak punya posisi signifikan dengan keberadaan Alif dan kawan-kawannya. Ustaz Salman selalu tampil heroik ketika enam sekawan itu terjepit dalam situasi lemah. Di awal, pengaruh Ustaz Salman begitu terasa nyata dengan kalimat menggugah: “Man Jadda Wajada”. Semangat yang di awal begitu terasa menggugah hati keenam sahabat itu malah luruh begitu saja justru di saat keenamnya tersebut makin akrab. Namun ditengah keakraban mereka, Baso siswa asal Gorontalo, mungkin menyisakan sedikit kesan yang berbeda jika dibandingkan lima tokoh lainnya. Ia tampak sederhana, cerdas, dan bersahaja. Di balik kesederhanaannya itu, ada sisi yang begitu menyentuh Alif dan kawan-kawan. Diantaranya Baso sukses meredam emosi-emosi Alif atau teman-teman saat menemukan perselisihan. Pada saat Baso harus kembali ke kota kelahirannya demi mengurus neneknya yang sakit keras. Kelima kawannya mengelilinginya dengan wajah sedih, nyaris berlinang air mata.Baso sebagai orang yang ditangisi terlihat santai dan tidak menahan beban. Peranannya hanya memberi dampak pada jalan cerita dan merekatkan tokoh-tokoh lainnya. Kelekatan para tokoh ini yang akhirnya membangun kehangatan antarpribadi. Momen yang satu per satu terjadi itulah yang membuat adanya pertemuan rasa nyaman, persahabatan, dan juga nostalgia ambisi yang dibangun lewat ansambel pemain film ini yang awalnya diambisikan oleh Baso. Namun karena sosok Baso telah meninggalkan Pondok Madani, maka demi menghormati harapan si Baso, 5 sahabat lainnya lah yang melanjutkan ambisi tersebut. Dan hasilnya sangat memuaskan para penonton mereka. Di akhir film ditampilkan keberhasil mereka berenam berkat kerja keras dan kesungguhan mereka sesuai dengan prinsip yang mereka jalankan belajar dengan keikhlasan dan mengamalkan “Man Jadda Wajada”. Evaluasi Film Negeri 5 Menara disajikan dengan sangat baik, karena memberikan pesan moral yang baik bagi penonton, akan tetapi masih terdapat kelemahannya karena cerita terlalu banyak yang dipotong sutradara. Sehingga cerita tidak tersampaikan dengan utuh. Banyak adegan-adegan yang ada di dalam novel tidak disampaikan di dalam Film. Seperti: di dalam novel Alif tidak ingin Sekolah di Pesantren tetapi ingin ke SMA, dan Ibunya tetap bersikukuh menginginkan Alif sekolah di Pesantren. Kemudian Alif mendapat surat dari Pamannya bahwa ada Pesantren di Jawa bernama Pondok Madani yang dapat dijadikan pertimbangan Alif untuk melanjutkan sekolahnya. Lalu Alif pun memenuhi keinginan Ibunya untuk sekolah di Pesantren tetapi dengan syarat dia tidak mau sekolah di Pesantren Padang tetapi ingin ke Pondok Madani. Mula-mula orang tuanya ragu akan tetapi karena Alif bersikeras akhirnya mengizinkan. Berbeda dengan yang disajikan di film karena di film justru orang tua Alif yang menginginkan Alif sekolah di Pesantren Pondok Madani dan Alif sama sekali tidak menerima surat dari Pamannya. Itu hanya salah satu contoh, karena banyak sekali cerita yang dipotong. Mungkin sutradara sengaja memotong cerita karena kendala waktu tayang di bioskop yang berdurasi hanya 1,5 jam atau 2 jam. Rangkuman Secara keseluruhan, film ini sangat terasa begitu akrab bagi penonton film Indonesia. Tentunya dengan formula mujarab ini menginspirasi banyak orang mengenai persahabatan, keikhlasan, kesungguhan atau kerja keras. Apalagi di Indonesia yang terdiri dari berbagai daerah dan suku yang berbeda sangat cocok sekali untuk diterapkan dalam kehidupan seharihari yang penuh dengan perbedaan. Selain itu, semangat yang dilandasi oleh keikhlasan, dan kerja keras dalam film ini dapat memotivasi generasi muda untuk lebih baik menentukan masa depan yang baik dengan pendidikannya.

Kaidah Kebahasaan A. Kosakata 1. Signifikan : Yang dijadikan anutan; perbedaannya kecil sekali 2. Durasi : Lamanya sesuatu berlangsung; rentang waktu 3. Bioskop : Gedung tempat pertunjukan film cerita 4. Ambisi : Keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (seperti pangkat, kedudukan) atau melakukan sesuatu 5. Nostalgia : Kerinduan (kadang-kadang berlebihan), kenangan manis pada masa yang telah lama silam. 6. Heroik : Bersifat pahlawan 7. Pesantren : Asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dan pondok 8. Awan lembayung : Awan sore yang berwarna merah jingga 9. Inspirasi : Ilham 10. Religius : Bersifat keagamaan 11. Ansambel : Kelompok pemain musik (penyanyi) yang bermain bersama secara tetap 12. Adaptasi : Penyesuaian thd lingkungan, pekerjaan, dan pelajaran. B. Istilah Bahasa Asing 1. Man Jadda Wajada 2. Sahibul

C. Verba dan Nomina Kata Dasar Anggap Beri Tuntut Urus Sentuh Patuh Nama Izin Bangun

D. Antonim Kata Perbedaan Kelemahan persahabatan melanjutkan Lemah

Verba

Nomina

menganggap memberi menuntut mengurus menyentuh memenuhi menamakan mengizinkan membangun

anggapan pemberian tuntutan urusan sentuhan patuh penamaan pengizinan pembangunan

Antonim persamaan kelebihan permusuhan mengulang kuat

memberi mengizinkan dipersatukan

meminta melarang dipisahkan

E. Sinonim Kata menatap mengurus cerdas

Sinonim melihat memelihara/merawat pintar

F. Pronomina 1. Ia bermimpi menjejakkan kaki di Pulau Jawa…. 2. … di saat keenamnya tersebut makin akrab. 3. Kelima kawannya mengelilinginya dengan wajah sedih….

G. Konjungsi a. Konjungsi Koordinatif 1. Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara. 2. Diantaranya Baso sukses meredam emosi-emosi Alif atau teman-teman saat menemukan perselisihan. 3. … Alif tidak ingin Sekolah di Pesantren tetapi ingin ke SMA …. b. Konjungsi Subordinatif 1. … mungkin menyisakan sedikit kesan yang berbeda jika dibandingkan lima tokoh lainnya. 2. Namun, karena sosok Baso telah meninggalkan Pondok Madani, …. 3. … Pondok Madani, maka demi menghormati harapan Baso, 5 sahabat lainnya lah yang melanjutkan ambisi tersebut.

c. Konjungsi Korelatif 1. Film Negeri 5 Menara disajikan dengan sangat baik, karena memberikan pesan moral yang baik bagi penontonnya yang muda maupun tua, …. d. Konjungsi Antarkalimat 1. Akan tetapi masih terdapat kelemahannya karena cerita terlalu banyak yang dipotong sutradara. Sehingga cerita tidak tersampaikan dengan utuh. H. Preposisi 1. Film “Negeri 5 Menara” berkisah tentang Alif, pemuda yang menghabiskan hidupnyadi tengah keluarga religius di Tanah Gadang. 2. Ia bermimpi menjejakkan kaki di Pulau Jawa dan masuk dalam barisan mahasiswa sebuah kampus terfavorit di Bandung yakni ITB. 3. Mereka dipersatukan oleh hukuman jewer berantai akibat terlambat datang ke masjid. 4. Ernest Samudera sebagai Said dari Surabaya, Jiofani Lubis sebagai Raja dari Medan 5. Pada saat Baso harus kembali ke kota kelahirannya demi mengurus neneknya yang sakit keras. 6. Sehingga membuat Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. 7. Film ini sangat terasa begitu akrab bagi penonton film Indonesia.

I. Artikel 1. Namun karena sosok Baso telah meninggalkan Pondok Madani, maka demi menghormati harapan si Baso J. Kalimat Simpleks dan Kompleks a. Kalimat Simpleks 1. … pemuda yang menghabiskan hidupnya di tengah keluarga religius di Tanah Gadang. b. Kalimat Kompleks 1. Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara.

Related Documents


More Documents from "zairul"

Buku Seni Budaya.docx
July 2020 25
Teks Ulasan Irma.docx
June 2020 15
Lks New.docx
December 2019 34
Bhn Ajar Keton.docx
April 2020 18
Rpp Prit.docx
December 2019 26