Teknologi Produksi Pertanian.docx

  • Uploaded by: Kurnia sari
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Teknologi Produksi Pertanian.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,021
  • Pages: 7
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis)

Disusun Oleh : Nama : Putri Kelas : X

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) A. Pendahuluan Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan sumber devisa non migas bagi Indonesia yang masuk dalam famili Euphorbiacea. Habitat asli tanaman karet yaitu di Amerika Selatan, terutama Brazil. Tanaman karet juga cocok ditanam di Indonesia, sebagian besar ditanam di daerah Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 2008 luas areal perkebunan karet mencapai 3,5 juta hektar yang sebagian besar yaitu 85% merupakan perkebunan karet rakyat dan hanya 8% perkebunan besar milik swasta serta 7% perkebunan besar milik Negara. Secara umum ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet mempunyai/memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Kedua jenis karet tersebut sama-sama digunakan untuk kepentingan industri. B. Permasalahan Permasalahan yang ada mengenai tanaman karet : 1. Produktivitas rendah 2. Mutu/kualitas karet rendah

C. Syarat Tumbuh Berikut ini beberapa syarat tumbuh optimal tanaman karet :  Tanah Tanah vulkanis ataupun tanah alluvial cukup sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet. Tanah vulkanis memiliki sifat fisika tanah yang cukup baik (struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase) tetapi sifat kimianya kurang baik (kandungan hara rendah). Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi drainase dan aerasenya kurang baik. Padas pada lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah terganggu. pH tanah yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet adalah 5-6 (asam mendekati normal). Batas toleransi pH tanah tanaman karet adalah 4-8. Pada umumnya sifat-sifat tanah yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet antara lain

aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan < 100 cm.  Iklim Tanaman karet memerlukan kondisi iklim tropis untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Daerah peneyebaran tanaman ini berkisar antara 15° LS dan 15° LU, dengan suhu udara harian 25-30°C.  Curah Hujan Curah hujan yang tinggi diperlukan untuk tanaman karet dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Hal tersebut dikarenakan tanaman karet ditanam untuk diambil getahnya (lateks) sehinga dapat diperkirakan seberapa besar peranan air hujan untuk produksinya. Curah hujan optimal adalah berkisar 2500 mm sampai 4000 mm per tahun dengan hari hujan berkisar 100 s/d 150 HH/tahun. Tanaman karet termasuk tanaman yang membutuhkan sinar matahari cukup panjang dengan durasi minimum 5-7 jam/hari.  Ketinggian Tempat Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m – 400 m dari permukaan laut (dpl). Pada ketinggian > 400 m dpl dan suhu harian lebih dari 30° C, akan mengakibatkan tanaman karet tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga mengganggu produksi lateks.  Angin Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar dengan tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas sehingga kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet.

D. Bahan Tanaman Produktivitas tanaman karet ditentukan oleh mutu bahan tanaman/bibit yang ditanam, mutu bibit/benih dipengaruhi oleh mutu genetik, mutu fisiologi dan mutu fisik. Khusus bahan tanaman ada tiga komponen yang perlu disiapkan yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood) dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam. Langkah pertama kegiatan pembibitan karet adalah menyiapkan batang bawah yang berasal dari biji tanaman karet yang melipti : 1. Seleksi biji. Biji-biji karet yang dikumpulkan di lapangan harus diseleksi berdasarkan kemurnian klon dan Budidaya dan Pasca Panen KARET 7 daya kecambah yang baik termasuk ukuran biji dan kesegaran biji. Biji karet memiliki daya kecambah baik adalah biji yang masih dalam keadaan segar. Artinya, baru jatuh dari pohonnya atau paling lambat empat hari setelah jatuh. Daya kecambah biji juga bisa diperkirakan berdasarkan ukurannya. Setelah dilakukan pengukuran, biji – biji karet dapat dikelompokkan menjadi lima ukuran seperti terlihat di Tabel 1

2. 3. 4. 5. 6.

Pengecambahan Pengeambahan menggunakan pintu kayu Pengecambahan di lahan Penyemaian Penyemaian menggunakan kantong plastik

Langkah kedua yang harus dilakukan adalah menyiapkan batang atas. Klon karet yang akan dijadikan batang atas dipilih sesuai dengan rekomendasi berdasarkan tipe iklim di berbagai provinsi. Berikut adalah istilah-istilah yang harus dipahami berkaitan dengan penyiapan batang atas. 1. Kayu okulasi 2. Mata tunas 3. Perisai dan jiwa E. Teknologi Produksi Karet 1. Pemberian Stimulan Untuk meningkatkan produksi karet biasanya digunakan stimulan yang mengandung bahan aktif etefon dan polyethylen-glicol. Pemberian stimulan bertujuan untuk memperpanjang masa pengaliran lateks dan meningkatkan produktivitas karet. Kedua bahan aktif tersebut dapat mengeluarkan gas etilen yang jika diaplikasikan akan meresap ke dalam pembuluh lateks. Di dalam pembuluh lateks gas tersebut menyerap air dari sel-sel yang ada di sekitarnya. Penyerapan air ini menyebabkan tekanan turgor naik yang diikuti dengan derasnya aliran lateks. Dapat dilihat pada tabel berikut mengenai dampak pemberian stimulan terhadap produksi tanaman karet Tabel 2. Pengaruh pemberian stimulant ethephon pada klon GT1 dan PR 261 Klon GT 1

PR 261

Perlakuan Tanpa stimulant Stimulan 10%

Hasil (kg/tahun/ha) 1843 2212

Peningkatan Tanpa stimulant

369 1265

Stimulan 10%

2060

Peningkatan

795

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian stimulan agar dapat bekerja secara optimal. Penggunaan dosis yang tepat, cara aplikasi yang tepat, serta tepat waktu. 2. Penanaman Tumpang Sari Penanaman tumpang sari pada lahan tanaman karet berguna untuk meningkatkan produktivitas lahan perkebunan karet. Sebelum karet siap menghasilkan, tanaman tumpang sari akan memberikan pendapatan selain membantu mengurangi rendahnya harga komoditas karet. Penanaman tumpang sari dilakukan saat: • Penanaman tanaman sela di areal peremajaan/perluasan karet dilaksanakan setelah persiapan lahan (setelah pengajiran dan pembuatan lubang tanam) dan dilakukan selama tanaman belum menghasilkan (TBM). • Jenis tanaman sela yang dianjurkan antara lain padi gogo, jagung, nenas, pisang, kacang tanah, dan kedelai. • Tidak dianjurkan ditanam tanaman sela karet yang mengganggu pertumbuhan karet dan menjadi tanaman inang atau sumber hama penyakit seperti ubi kayu. Intensitas pertanaman 1-2 kali/tahun dan ditanam di gawangan karet dengan jarak minimal 1 meter dari barisan karet.

DAFTAR PUSTAKA Rokhmah, Dewi Nur. 2017. PENINGKATAN HASIL SADAP KARET MENGGUNAKAN ETEPHONE. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar. Puslitbang Perkebunan – Badan Litbang Pertanian – Kementrian Pertanian Damanik, S., M. Syakir, Made Tasma, Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet.

Related Documents

Teknologi
April 2020 39
Teknologi
April 2020 33
Teknologi
December 2019 47
Teknologi
June 2020 31

More Documents from ""