ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI
Disusun oleh : 1. AMILYA LATIFAH NUR
P1337420616008
2. PUTRI ISMAULIDIA
P1337420616010
3. ROKHILAH RIZQIL ULLA
P1337420616011
4. WIJI RAHAYUNINGTYAS
P1337420616012
5. RIFA AINUN NAJIHAH
P1337420616013
6. ROSY NOOR AZIZAH
P1337420616014
7. RAKA LUTFIANA IKHSANTI
P1337420616015
8. KURNILAM NUR CIPTANINGSIH
P1337420616016
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG 2019
A. Kerangka Konsep Kehilangan orang disayang Kesedihan, pemarah, ketidakpedulian
Penyalahgunaan obat
kelelahan
Kesalahan memalukan Hidup sendiri
Kehilangan minat aktivitas
Penyakit
Perubahan kepribadian yg ekstrim
Perasaan tidak berharga PENCEGAHAN
Gelisah Kesulitan berkonsentrasi
Perceraian orangtua PENYEBA B
GEJALA
Bullied KDRT
Penyalahgunaan alcohol dan obat
SUICIDE
Patah hati Isolasi social
Kinerja buruk FAKTA
Susah tidur
MALAYSIA
EFFECTS
Halusinasi
Pengalaman tragis
Tidak peduli penampilan
2 KASUS MENINGGAL
INDIVIDUAL
Indans 28% Malay 13%
FAMILY/FRIEND S
SOCIETY
Rate suicide Kehilangan gairah hidup Chinese 49%
KETIDAKBERGUNAAN
Dunia 1 jt orang meninggal/tahun
MELAKUKAN SUICIDE
PENGARUH BUNUH DIRI KECENDERUNGAN MENUJU DEPRESI KETERKEJUTAN
CONTOH BURUK
1 meninggal/40 dtk
KESEDIHAN
1 dampak suicide setidaknya 6 orang
Lithuania DEPRESI
russia Belarus
Rata-rata tertinggi kazakhstan
china
B. Pengertian Bunuh Diri Bunuh diri didefinisikan sebagai usaha seseorang untuk mengakhiri hidupnya dengan cara suka rela atau sengaja. Kata suicide berasal dari kata latin sui yang berarti diri (self), dan kata Caedere yang berarti membunuh (to kill). (Husain,2005). Terdapat tiga macam perilaku bunuh diri yaitu sebagai berikut : 1. Isyarat Bunuh Diri Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri. 2. Ancaman Bunuh Diri Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai oleh rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. 3. Percobaan Bunuh Diri Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. C. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Bunuh Diri 1. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi pada klien dengan resiko bunuh diri adalah faktor : a. Faktor Biologis 1) Penggunaan alkohol dan narkotik (Substance Abuse) Penggunaan alkohol dan narkotik merupakan factor yang sangat
penting
dalam percobaan bunuh diri. (Murphy, 2000. Dalam Husain, 2005:73) 2) Penyakit-penyakit jasmani (Physical Illnesses) Penyakit-penyakit
jasmani
termasuk
hal-hal
yang
paling
sering
mengakibatkan bunuh diri, khususnya bagi orang-orang tua. Rasa sakit merupakan faktor penting dalam sekitar 20% dari kasus bunuh diri yang dilakukan orang-orang tua. (Harwood&Jacoby, 2000) 3) Faktor-faktor genetis (Genetic Factors) Tindakan bunuh diri yang dilakukan salah satu anggota keluarga atau kerabat bukanlah sebab langsung bagi bunuh diri, namun para anggota keluarga ini lebih rentan terhadap bunuh diri dari pada yang lain. Hal ini mengacu pada kenyataan bahwa depresi dan penyakit-penyakit lainnya.
4) Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa secara serotonegik, opiatergik, dan dopaminergik menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku merusak diri. b. Faktor psikologis 1) Kondisi keluarga a) Kebimbangan tentang harga diri, serta menumbuhkan perasaan bahwa mereka tidak disukai, tidak diperlukan, tidak dipahami dan tidak dicintai keluarga b) Keluarga yang menerapkan sistem pendidikan yang tidak layak. c) Para orangtua berlaku keras terhadap anak, mengabaikannya, atau hanya memperhatikan pertumbuhan fisiknya saja dan bukan prilakunya. d) Hilangnya cinta bisa terjadi karena faktor kematian, perceraian, atau menurunnya kasih sayang. 2) Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor risiko penting untuk perilaku destruktif. 3) Perasaan terisolasi Perasaan ini dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti. Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri. 4) Diagnosis psikiatri Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, skizofrenia, dan penyalahgunaan zat. 5) Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya risiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi. c. Faktor sosial dan budaya 1) Lingkungan psikososial Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, hidup sendiri, tidak bekerja dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
2) Pengaruh media massa Berita tentang bunuh diri kadang dapat memicu tindakan bunuh diri, terutama bagi orang-orang yang memang telah mempersiapkan diri
untuk
melakukannya. 2. Faktor Presipitasi Stuart (2006) menjelaskan
faktor pencetus dapat berupa kejadian yang
memalukan, seperti masalah interperonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untuk melakukan perilaku bunuh diri. a. Perilaku Koping Kien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor sosial maupun budaya. Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan percobaan bunuh diri. Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stres dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri. b. Mekanisme Koping Seseorang mungkin memakai beberapa mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif . Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Peningkatan
Beresiko
Destruktif diri
Pencederaan
diri
destruktif
tidak
diri
Bunuh diri
langsung Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan
agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang. . Faktor presipitasi ini dapat bersifat biologis, psikologis, dan sosiokultural. Waktu merupakan dimensi yang juga mempengaruhi stres, yaitu berapa lama terpapar dan berapa lama frekuensi terjadinya stres. Adapun faktor presipitasi yang sering terjadi yaitu : 1) Kejadian yang menekan (stressfull) Ada tiga cara mengkategorikan kejadian yang menekan kehidupan, yaitu aktivitas sosial, lingkungan sosial, dan keinginan sosial. Altivitas sosial meliputi keluarga, pekerjaan, pendidikan, sosial, kesehatan, keuangan, aspek legal, dan krisis komunitas. Lingkungan sosial adalah kejadian yang dijelaskan sebagai jalan masuk dan jalan keluar. Jalan masuk adalah seseorang yang baru memasuki lingkungan sosial. Keinginan sosial adalah keinginan secara umum seperti pernikahan. 2) Ketegangan hidup Stres dapat meningkat karena kondisi kronis yang meliputi ketegangan keluarga yang terus-menerus, ketidakpuasan kerja, dan kesendirian. Beberapa ketegangan hidup yang terjadi adalah perselisihan yang dihubungkan dengan hubungan perkawinan, perubahan orang tua yang dihubungkan dengan remaja dan anak-anak, ketegangan yang dihubungkan dengan ekonomi keluarga, serta overload yang dihubungkan dengan peran. D. Tanda dan Gejala Bunuh Diri Santrock (2003) mendaftarkan tanda-tanda awal seseorang melakukan bunuh diri, yaitu sebagai berikut: a. Melakukan ancaman untuk bunuh diri b. Sudah pernah mencoba bunuh diri sebelumnya. c. Mengalami depresi seperti perasaan putus asa, harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri d. Terjadi peristiwa kehilangan dalam kehidupannya seperti kehilangan anggota keluarga, binatang peliharaan atau kekasih akibat kematian, perceraian, diabaikan atau putusnya suatu hubungan. e. Mendapat tekanan dalam hidup dan kurang adanya afeksi dan dukungan emosional dari orang disekitarnya. f. Gangguan tidur, kebersihan diri dan kebiasaan makan.
g. Hilangnya minat secara tiba-tiba terhadap aktivitas yang disukai atau aktivitas yang menjadi rutinitas. h. Terjadi pola perubahan tingkah laku yang dramatis, yaitu seseorang yang periang secara tiba-tiba menjadi pemurung dan penyendiri. i. Menarik diri dari lingkungan sekitar, merasa disingkirkan oleh orang yang berarti baginya. j. Adanya serangkaian kecelakaan atau tingkah laku beresiko yang tidak terencana. k. Adanya psikosis, terutama penderita psikosis yang impulsif, serta adanya perasaan curiga, ketakutkan dan panik. Keadaan semakin berbahaya bila penderita mendengar suara yang memerintahkan membunuh dirinya (halusinasi). Disamping itu sebuah asosiasi yang peduli untuk mencegah bunuh diri yaitu National Suicide Prevention Lifeline menguraikan beberapa gejala yang mengarah pada tindakan bunuh diri yaitu: a. Membicarakan bahwa ia ingin mati atau ingin membunuh dirinya sendiri. b. Mencari cara untuk melakukan bunuh diri, seperti membeli senjata, atau membeli racun c. Hal yang dibicarakannya mengenai keputusasaan dan ketidakpantasan untuk hidup d. Berbicara mengenai sakit yang mendalam dan merasa terperangkap terhadap masalah hidup. e. Merasa menjadi beban bagi orang lain. f. Sering menggunakan alkohol dan obat-obatan. g. Cemas dan gelisah, serta berperilaku sembrono. h. Tidak bisa tidur, atau justru malah tidur seharian. i. Menarik diri dari pergaulan dan mengisolasi dirinya sendiri. j. Bersikap marah-marah dan mengatakan ingin melakukan balas dendam. k. Menunjukkan perubahan suasana hati yang ekstrim. E. Diagnosa Keperawatan 1. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan bunuh diri : a. Risiko bunuh diri b. Harga diri rendah kronik c. Isolasi social d. Keputusasaan e. Citra tubuh, gangguan f. Ansietas
g. Duka Cita, terganggu h. Koping individu, ketidakefektifan i. Penatalaksanaan regimen therapeutik in efektif j. Koping keluarga, Ketidakmampuan. k. Defisit perawatan diri l. Resiko perilaku kekerasan 2. Prioritas Masalah keperawatan pada Bunuh Diri
F. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh diri salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (Videbeck,2008) obat – obat yang biasanya digunakan pada klien risiko bunuh diri adalah SSRI (Selective Serotonine Reuptake Inhibitor), (Fluoksetin 20 mg/hari per oral), Venlafaksin (75-225 mg/hari peroral), nefazodon (300-600 mg/hari per oral), Trazodon (200-300 mg/hari per oral), dan bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat – obatan tersebut sering dipilih karena tidak berisiko letal akibat overdosis. Mekanisme kerja obat tersebut akan bereaksi dengan sistem neurotransmitter monoamine di otak khususnya norapenefrin dan serotonin. Kedua neurotransmitter ini dilepas di seluruh otak dan membantu mengatur keinginan, kewaspadaan, perhatian, mood, proses sensori dan nafsu makan. 2. Penatalaksanaan Keperawatan Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan risiko bunuh diri selanjutnya perawat dapat merumuskan diagnosa dan intervensi yang tepat bagi klien. Tujuan dilakukannya intervensi pada klien dengan risiko bunuh diri adalah (Keliat,2009) a. Klien tetap aman dan selamat b. Klien mendapat perlindungan diri dari lingkungannya
c. Klien mampu mengungkapkan perasaannya d. Klien mampu meningkatkan harga dirinya e. Klien mampu menggunakan cara penyelesaian yang baik Terapi Lingkungan pada Kondisi Bunuh Diri a. Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain. b. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci. c. Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keselur4uhan ruanagn mudah dipantau oleh petugas kesehatan. d.
Ruangan yang menarik, misalnya dengan warna cerah, ada poster dll.
e. Hadirkan musik yang ceria, televisi, film komedi, bacaan ringan dan lucu. f. Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang pribadi klien. g. Lingkungan sosial: komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasiien sesering mungkin, memberikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima pasien apa adanya tidak engejek atau merendahkan, meningkatkan harga diri pasien, membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap, membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya, sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan biarkan pasien sendiri dalam waktu yang lama. (Yosep, 2010).
DAFTAR PUSTAKA Stuard, G. W. (2013), Principles and Practice of Psychiatric Nursing (9 ed.). Missouri: Mosby, inc. Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yusuf, A. Fitryasari, R. Nihayati, H.E. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Kartono, K. 2000. Hygiene Mental. Jakarta : CV. Mandar Maju. Santrock (2003) John W. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Keliat, Budi Anna, Akemat. 2012. Model Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC