MAKALAH KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH SITUSIONAL
OLEH: Asri Triwandany N
30140116002
Elizabet br Manalu
30140116024
PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS PADALARANG 2018
Kata Pengantar Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Atas rahmat dan
pertolongan-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
makalah
Keperawatan Jiwa yang berjudul “Harga Diri Rendah Situsional”. Dalam penulisan makalah ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah pengantar Keperawatan Jiwa Ibu Susanti Niman.,M.Kep.Ns.Sp.Kep.J Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Selanjutnya penulis berharap dapat menambah wawasan teman-teman dengan adanya materi ini, akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Padalarang, September 2018
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa traumatik seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut sangat mepengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga diri seseorang. Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua yang telah dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat harus dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah situasional, baik menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa untuk mengetahui tentang Harga Diri Rendah Situsional. C. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari BAB I yaitu Latar Belakang, Tujuan Penulisan, dan Sistematika Penulisan. BAB II Terdiri dari Tinjauan Teori yang Pengertian, Etiologi, Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Situsioanal. BAB III Penutup terdiri dari Simpulan, Saran, dan Daftar Pustaka
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah Situasioal 1. Pengertian Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kamampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009). Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara situsional. Situsional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecemasan, dicerai suami/isteri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban permekosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
2. Etiologi Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Dalam life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendahadalah pada masa kecil sring disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menurut lebih dari kemampuan (Yosep, 2009) Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah situsional meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi 1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua, harapan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis 2) Faktor yang memepengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender, tuntutan pekerjaan peran kerja, dan harapan peran budaya. 3) Faktor
yang
mempengaruhi
identitas
pribadi
meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial. b. Faktor Presipitasi Menurut Yosep, 2012 dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa, faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situsioanal. Secara situsional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, pemerkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Situsioanal Menurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala harga diri rendah situsional adalah: a. Mengkritik diri sendiri. b. Perasaan tidak mampu. c. Pendangan hidup yang pesimis. d. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain data di atas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah situsional, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan suara nada lemah. 4. Batasan karakteristik Harga Diri Rendah Situsional Batasan karakteristik menurut NANDA-1 (2012), yaitu: a. Bergantung pada pendapat orang lain. b. Perilaku bimbang. c. Kontak mata kurang. d. Pasif. e. Ekspresi rasa bersalah. f. Ekspresi rasa malu. g. Enggan mencoba hal baru. h. Enggan mencoba situasi baru.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Harga Diri Rendah Situsional menyebabkan klien merasa sukar berhubungan dengan orang lain dan tidak mempunyai kemandirian. Untuk itu, perawat harus mempunyai kesadaran diri yang tinggi agar dapat menerima dan mengevalusi perasaan sendiri sehingga dapat memakai dirinya sendiri secara terapeutik dalam merawat klien dan meningkatkan harga diri klien untuk memberikan motivasi klien. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus jujur, empati, terbuka dan penuh penghargaan, tidak larut dalam perasaan yang sedang dirasakan klien dan tidak menyangkalnya.
1. Pengkajian Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi seperti: psikologi, tanda dan tingkah laku, dan meknisme koping klien. Pengkajian meliputi bebebrapa faktor yaitu: a. Faktor predisposisi Menurut Yosep (2009), Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua, harapan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis. b. Faktor presipitasi Menurut Sunaryo (2004), faktor presipitasi meliputi: 1) Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang diduduki individual lain. 2) Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki banyak peran dalam kehidupannya. c. Perilaku Menurut Stuart (2006), perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah situsional sebagai berikut: 1) Mengkritik diri sendiri dan orang lain. 2) Perasaan tidak mampu. 3) Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan. 4) Rasa bersalah. 5) Keluhan fisik. 6) Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri. 7) Menarik diri secara sosial. 8) Khawatir.
d. Sumber koping Menurut Stuart (2006) semua orang, tanpa memperhatikan gangguan perilakunya, mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi: 1) Hobi dan kerajinan tangan. 2) Kesehatan dan perawatan diri. 3) Pendidikan atau pelatihan. 4) Hubungan interpersonal 5) Aktivitas olahraga dan aktivitas di luar rumah. e. Mekanisme koping Menurut Stuart (2206) mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan, pertahanan tersebut mencakup berikut: Jangka pendek: 1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri. (misalnya, konser musik, menonton tv). 2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok). 3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi, akademik, kontes untuk mendapatkan kepopuleran). Jangka panjang: 1) Penutupan identitas: adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu 2) Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat.
Format/data fokusnpada pengkajian harga diri rendah situasional (Keliat dan Akemat, 2009)
1. Keluhan Utama: 2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: 3. Konsep diri: a) Gambaran diri b) Identitas diri c) Harga diri d) Identitas e) Peran Jelaskan: Masalah Keperawatan: 4. Alam perasaan ( ) Sedih
( ) Putus Asa
( ) Ketakutan
( ) Gembira Berlebihan
Jelaskan: Masalah Keperawatan: 5. Interaksi selama wawancara: ( ) Bermusuhan
( ) Tidak Kooperatif
( ) Mudah Tersinggung
( ) Kontak mata kurang
( ) Defensif
( ) Curiga
Jelaskan: Masalah Keperawatan: 6. Penampilan: Jelaskan: Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan 1) Isolasi sosial 2) Harga diri rendah situasional 3) Koping individu tidak efektif
Pohon Masalah Isolasi Sosial Effect
Harga Diri Rendah Situasional Core Problem
Koping Individu Tidak Efektif Causa
2. Masalah konsep diri berkaitan dengan perasaan ansietas, bermusuhan dan rasa bersalah. Masalah ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkular bagi individu yang dapat menyebabkan respon koping maladaptif. Respon ini dapat terlihat pada berbagai macam individu yang mengalami ancaman integritas fisik atau sistem diri (Stuart, 2012 dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa). Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah: a. Harga Diri Rendah Situasional b. Koping Individu Tidak Efektif c. Isolasi Sosial
3. Intervensi Keperawatan Harga Diri Rendah Situasional
Tgl
Nama klien : ..........
Diagnosa Medis : ..........
Ruang
No. CM
: ..........
Diagnosa Keperawatan Harga diri rendah situasioal
Perencanaan Tujuan
Kriteria Evaluasi
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
: ..........
Intervensi
Rasional
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik. a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukan sifat empati dari menerima klien apa
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutna
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki: - Kemampuan yang dimiliki klien - Aspek positif keluarga - Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
adanya g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien h. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien 1.Diskusikan kemampuan aspek positif yang dimiliki klien. 2.Setiap bertemu klien hindarka dari memberi nilai negatif. 3.Utamakan memberi pujian yang realistik
1.Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. 2.Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
Diskusikan tingkat kemampuan klien serti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego sebagai dasar asuhan keperawatan. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri. Pujian yang realistis tidak menyebabkan melakukan kegiatan hanya karna ingin mendapat pujian Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah. Pengertian tentang kemampuan
penggunaan
Klien dapat menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Klien membuat rencana kegiatan harian
klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
1.Rencanakan brsama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan: - Kegiatan mandiri - Kegiatan dengan bantuan sebagian - Kegiatan yang membutuhkan bantuan total. 2.Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien. 3.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 1.Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 2.Beri pujian atas keberhasilan klien. 3.Diskusikan kemungkinan
yang dimiliki diri motivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya. Cotoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan
Memberi kesempatan kepada klien mandiri dirumah. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri. Meberikan kesempatan kepada klien untuk tetap
pelaksanaan dirumah Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga
1.Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah situasional. 2.Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. 3.Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
melakukan kegiatan yang bisa dilakukan Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri dirumah. Support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan. Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien dirumah
Contoh Rencana Keperawatan Harga Diri Rendah Situasional Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan NO
PASIEN
KELUARGA
SP1P
SP1K
1.
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalan merawat klien dirumah.
2.
Membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat digunakan.
3.
Membantu klien memilih atau menetapkan kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien.
Mejelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri yang dialami klien beserta proses terjadinya. Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan harga diri rendah.
4.
Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih.
Mendemonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah situasional
5.
Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien.
Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat klien dengan harga diri rendah situasional
6.
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP2P
SP2K
1.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat langsung kepada klien harga diri rendah sitasional
2.
Melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesai dengan kemampuan klien.
3.
Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan harian SP3K Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dan membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk minum obat. Menjelaskan follow up klien setelah pulang
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Contoh implementasi dan evaluasi keperawatan harga diri rendah situasional Nama klien : ..........
Diagnosa Medis : ..........
Ruang
No. CM
Hari/Tgl Senin, 23 juli 2018 09.15
: ..........
No. DK
DK
1
Harga diri rendah situasional
Intervensi SP1P Harga Diri Rendah Situasional
: ..........
Implementasi
Evaluasi
Melakukan SP1P Harga Diri Rendah Situasional 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan 3. Membantu pasien memilih/menetapkan kegatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
S : "saya sudah bisa menyapu dan mengaji sus" "sekarang saya ingin melakukan latihan menyapu sus" "saya ingin latihan menyapu setiap hari jam 10 pagi sus" O : - klien melakukan kegiatan menyapu - klien kooperatif - kontak mata baik A : SP1P tercapai P : - Perawat : lanjutkan SP2P harga diri rendah situasonal pada pukul 10.00 diruang perawatan pasien. - klien : motivasi klien untuk melakukan latihan menyapu sesuai jadwal kegiatan pada pukul 10.00
Senin, 23 juli 2018 10.00
1
Harga diri rendah situasional
SP2P Harga Diri Rendah Situasional
Melakukan SP2P Harga Diri Rendah Situasional 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 2. Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan klien 3. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
S : "baik sus, saya selalu mengaji setelah shalat" "pertama wudhu, pakaian rapih, ambil Al Qur'an lalu mengaji" "saya akan terus berlatih setiap hari setelah selesai shalat 5 waktu" O : - klien kooperatif - klien latihan mengaji - kontak mata baik A : SP2P Tercapai P : - perawat : lanjutkan SP budaya harga diri rendah situasional pada pukul 13.00 diruang perawatan pasien - klien : motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian, latihan menyapu pukul 10.00 dan latihan mengaji sehabis shalat 5 waktu
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Harga diri rendah situasional adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kamampuan diri. Tanda dan gejala harga diri rendah situasional, mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis. Harga diri rendah situasional terjadi secara tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecemasan, dicerai suami/isteri, putus sekolah, putus hubungan kerja, dan lain-lain. kita dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah
B. SARAN Pembaca dapat mengaplikasikan teori-teori mengenai harga diri rendah situasional sebagaimana yang sudah tertera di atas. Sehingga dapat membantu pembaca untuk melakukan serangkaian kegiatan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, mukhripah. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama