BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan hal yang utama untuk menunjang dalam bertansportasi secara aman, nyaman dan mudah maka dari itu dibutuhkan perkerasan jalan yang memadai dan layak untuk dipergunakan. Lapisan perkerasan jalan menggunakan aspal merupakan salah satu perkerasan yang banyak digunakan di Indonesia, karena mudah didapat, efisien dan lebih ekonomis. Lapis pondasi adalah lapisan pada sistem perkerasan yang terletak dibawah lapis pondasi bawah yang berfungsi menyebarkan tegangan dari lapis permukaan kepada lapisan dibawahnya. (Sumber : Departemen PU, Buku 3). Pada proyek ini, lapis pondasi agregat yang digunakan hanya lapis pondasi agregat (LPA) kelas A. Namun akan di jelaskan juga mengenai lapis pondasi agregat (LPA) kelas B dan kelas C. Dalam Pembangunan Jalan Tol Manado – Bitung (CSU01) Sulawesi Utara Lapis Pondasi Atas, direncanakan dengan ketebalan 30cm. Dalam pembangunan proyek jalan tol ini, Sino Road and Bridge Group co.ltd. – PT. Hutama Karya (Persero) (Joint Operation) mendapat bagian untuk mengerjakan pembangunan proyek tol Manado – Bitung paket (CSU-01). Lokasi kontraktor di Desa Kawangkoan Baru Kec. Kalawat Kab. Minahasa Utara, dilengkapi fasilitas kantor, direcsi keet, gudang penyimpanan besi, laboratorium, batching plant, tempat tinggal karyawan dll. Proyek Jalan Tol (CSU-01) ini merupakan proyek terbesar yang ada di daerah Sulawesi Utara dengan dana yang mencapai 1,24 Triliun, dengan panjang lokasi pekerjaan sejauh 7 Km yang mencakup 4 overpass dan 4 jembatan yakni Jembatan Alur Tondano, Jembatan Sungai Tondano, Jembatan Kawangkoan dan Jembatan Tembran. Pekerjaan yang berjalan di lapangan yaitu pekerjaan galian dan timbunan, pekerjaan LC (Lean Concrete), Pekerjaan drainase, pekerjaan rigid pavement, Pekerjaan (Pembesian, instal besi, pengeboran, pengecoran) untuk pondasi bore pile pada jembatan. Berikut gambaran umur data proyek :
a. Kegiatan Proyek
: PEMBANGUNAN TOL MANADOBITUNG (CSU-01)
b. Nama Paket Pekerjaan
: TOLL ROAD DEVELOPMENT OF MANADO - BITUNG
c. Lokasi
: KAB. MINAHASA UTARA
d. No./Tgl. Kontrak
: HK.02.03/TBM-01/330/2015 Tgl. 28 SEPTEMBER 2015
e. Nilai Kontrak
: Rp. 1.240.921.634.000,-
f. Sumber Dana
: LOAN CHINA DAN APBN
g. Waktu Pelaksanaan
: 900 HARI KALENDER
h. Waktu Pemeliharaan
: 730 HARI KALENDER
i. Konsultan Supervisi
: PT. SEECONS JO.
j. Kontraktor Pelaksana
: SINO ROAD AND BRIDGE GROUP CO.,LTD – PT. HUTAMA KARYA (Persero) JO
1.2 Maksud dan Tujuan Laporan ini bertujuan untuk memahami metode perbaikan lapis pondasi atas dan memahami kendala-kendala yang terjadi di lapangan beserta solusinya pada proyek pembangunan jalan Tol 01 Manado – Bitung STA (0+000 – 7+000) Manado, Sulawesi Utara.
1.3 Pembatasan Masalah Untuk menyelesaikan tulisan ini, penulis membatasi masalah sebagai berikut : 1.Metode perbaikan lapis pondasi atas khususnya pengaruh sengregasi
1.4 Metodologi Penelitian Dalam penulisan Laporan ini dilakukan beberapa cara untuk dapat mengumpulkan data yang mendukung agar Laporan ini diselesaikan dengan baik, beberapa cara yang dilakukan antar lain :
1. Metode Observasi Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan data teknis pondasi bored pile diperoleh langsung dari hasil survei Proyek Pembangunan Jalan Tol 01 Manado Bitung, Sulawesi Utara. 2. Pengambilan Data Pengambilan data yang diperlukan dalam perencanaan diperoleh dari Jalan Tol manado – Bitung , Sulawesi utara selaku PPK berupa hasil data PDA, PIT dan CSL. 3. Melakukan Studi Keperpustakaan Membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang ditinjau untuk penulisan Laporan ini. 4. Pengambilan data dari literatur Yaitu dengan cara mengumpulkan data dari bukubuku literatur yang berhubungan dengan pokok pembahasan, serta pengambilan data-data pendukung dan teori dasar melalui media elektronik. 5. Konsultasi langsung dengan dosen pembimbing serta pihak-pihak yang terkait dengan penyusunan laporan Laporan ini
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Studi kasus berasal dari terjemahan dalam bahasa inggris “a case study” atau “case studies”. Studi kasus merupakan sebuah penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu. 2.2 Definisi Segregasi adalah pemisahan agregat kasar dari adukannya akibat campuran yang kurang lecak. Penyebab segregasi pada lapis pondasi agregat adalah : 1. Gradasi agregat yang kurang baik. 2. BJ agregat kasar ≥ BJ agregat halus. 3. Agregat halus terlalu sedikit 4. Tinggi jatuh penuangan agregat terlalu tinggi. 5. Penggunaan alat penggetar yang terlalu lama. Sukirman (1999) menjelaskan bahwa gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat merupakan hal yang penting dalam menentukan stabilitas perkerasan. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanaan. Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisa saringan dengan menggunakan 1 set saringan dimana saringan yang paling kasar diletakan diatasdan yang paling halus diletakan paling bawah. Satu set saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan tutup. Gradasi agregat dapat dikelompokan ke dalam agregat bergradasi baik dan agregat bergradasi buruk. Agregat bergradasi baik adalah agregat yang ukuran butirnya terdistribusi merata dalam satu rentang ukuran butir.
Agregat bergradasi baik disebut pula agregat bergradasi rapat, mempunyai pori sedikit, mudah dipadatkan dan mempunyai stabilitas tinggi. Agregat bergradasi baik dapat dibedakan atas 2 bagian : a. Agregat bergradasi kasar Mempunyai susunan ukuran menerus dari kasar sampai halus, tetapi dominan berukuran halus b. Agregat bergradasi halus Mempunyai susunan ukuran menerus dari kasar sampai dengan halus, tetapi dominan berukuran halus. Agregat bergradasi buruk tidak memenuhi persyaratan gradasi baik. Terdapat berbagai macam nama gradasi agregat yang dapat dikelompokan ke dalam agregat bergradasi buruk, seperti : a. Agregat bergradasi seragam Agregat yang hanya terdiri dari butir-butir agregat yang mempunyai ukuran sama atau hampir sama. Campuran agregat ini mempunyai Pori antar butir yang cukup besar, sehingga dinamakan juga agregat yang bergradasi terbuka. Rentang distribusi ukuran butir agregat bergradasi seragam tersebar pada rentang yang sempit. b. Agregat bergradasi terbuka Agregat yang distribusi ukuran butirnya sedemikian rupa sehingga pori-porinya tidak terisi dengan baik. c. Agregat bergradasi senjang Agregat yang distribusi ukuran butirnya tidak menerus, atau ada bagian ukuran yang tidak ada, jika ada hanya sedikit sekali.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Segregasi pada Pelaksanaan Lapis Pondasi Atas 3.1.1 Peninjauan pelaksanaan LPA di lapangan Peninjauan akan kemungkinan terjadinya segregasi serta pengaruhnya pada pelaksanaan lapis pondasi agregat di lapangan akan ditinjau dari 2 sisi yaitumetode pelaksanaan serta faktor-faktor tambahan. 3.1.2 Teknis pelaksanaan lapis pondasi atas di lapangan Teknis pelaksanaan lapis pondasi agregat kelas A di lapangan akan ditinjau memalui tahapan pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A dengan 3 tinjauan masalah segregasi, yaitu pada : 1. Mobilisasi. 2. Penghamparan dengan motor grader. 3. Pemadatan dengan vibro roller. Untuk meninjau masalah segregasi yang terjadi pada 3 prosedur pelaksanaan di atas, maka akan diuraikan kembali prosedur pelaksanaan serta kemungkinan terjadinya segregasi pada proses tersebut. 1) Mobilisasi Agregat LPA kelas A diantar dengan dump truk. Waktu perjalanan yang ditempuh kurang lebih 1 jam perjalanan dari quarry ke lokasi. Permasalahan terjadinya segregasi : a) Dalam perjalanan dari quarry ke lokasi ada getaran-getaran yang terjadi (misalnya; jalan yang bergelombang, rem mendadak, dan sebagainya) sehingga agregat didalam dump truk khususnya yang lebih kecil mengalami penurunan.
b) Kemungkinan terjadinya kehilangan material pada saat perjalanan akibat angin. Agregat yang kemungkinan bisa hilang adalah abu batu karena yang paling ringan ketika diterpa angin. c) Proses pelaksanaan LPA dilaksanakan di bulan Desember dengan cuaca yang banyak terjadi hujan. Agregat (yang lebih halus) yang terkena hujan akibat tidak ditutupi dengan terpal dapat menyatu dan menempel di dinding maupun lantai dump truk dan saat penuangan material-material tersebut tertinggal. Pengaruh kemungkinan segregasi pada pelaksanaan :
Kehilangan agregat-agregat kecil (abu batu) dapat menyebabkan kurangnya material untuk penghamparan.
Solusi : a) Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perjalanan ke lokasi akan terjadi getaran-getaran. Maka dari itu, pemilihan rute yang tepat serta operator yang handal dapat membantu meminimalisir getaran-getaran tersebut. b) Menggunakan terpal dengan kondisi baik (tidak sobek, bahan yang tebal, diikat dengan baik) agar supaya tidak terjadi kehilangan material maupun material yang basah dan menempel di dump truk.
Gambar 3.1 Dinding dalam dump truck basah 2. Penghamparan dengan motor grader Pelaksanaan penghamparan dilakukan dengan memperhatikan kerapihan dan meratanya permukaan. Lalu penggilasan yang dimulai dari sepanjang tepian lalu ke arah
sumbu jalan. Setelah permukaan cukup rata, mulai proses super elevasi dari permukaan yang rendah ke bagian yang lebih tinggi untuk mencapai nilai tebal gembur yang di rencanakan. Ketebalan diukur dengan meteran dan papan kayu kecil yang ditempatkan di permukaan LPA.
Kemungkinan terjadi segregasi : Pada proses penghamparan dengan motor grader, operator mengalami kesulitan dalam mengendarai alat berat ini sehingga harus memakan banyak waktu untuk pekerjaan penghamparan. Proses penghamparan yang tidak merata dapat menimbulkan kemungkinan segregasi.
Pengaruh kemungkinan segregasi pada pelaksanaan : - Pengukuran tebal gembur tidak efektif.
Solusi : 1. Operator harus handal dan berpengalaman dalam mengendarai motor grader sehingga pekerjaan dapat berlangsung secara efisien baik dari segi waktu maupun hasil penghamparan yang merata.
Gambar 3.2 Penghamparan angregat LPA dengan motor grader
3. Pemadatan dengan vibro roller Rencana pemadatan dengan vibro roller adalah dengan jumlah passing 6 kali, 8 kali dan 10 kali. Pada passing ke 6 ternyata setelah di jumlah kepadatan masih kurang, maka di tambah 2 kali passing dan memenuhi syarat kepadatan. Jadi, total passing adalah 8 kali dengan prosedur 1 kali passing tanpa getaran,7 kali passing dengan getaran:
Kemungkinan terjadi segregasi : a. Pada proses pemadatan tanpa getaran dengan vibro roller pada passin yang ke 1 tampak adanya segregasi atau pemisahan butiran yang menimbulkan banyak rongga di permukaan LPA. b. Proses penggetaran vibro roller yang terlalu lama juga dapat menyebabkan agregat pecah-pecah.
Pengaruh kemungkinan segregasi pada pelaksanaan : - Pecahnya agregat yang besar menjadi lebih kecil membuat agregat halus lebih banyak dan membuat komposisi jadi tidak ideal sesuai dengan rencana. Solusi : a. Pemberian abu batu pada area yang terjadi segregasi agar dapat mengisi rongga-rongga yang kosong akibat pemisahan butiran agregat sebelum di padatkan kembali. b. Pemadatan dengan teknis yang tepat dapat menanggulangi masalah pecahnya agregat. c.
3.1.3 Faktor tambahan
Kemungkinan terjadi segregasi akibat cuaca : Selama pelaksanaan pekerjaan LPA ini sering hujan. Sehingga membuat lokasi penghamparan khususnya agregat yang terkena hujan menjadi tidak merata. Hujan membuat agregat halus (abu batu) menjadi turun (terdapat lubang-lubang akibat terkena hujan).
Pengaruh kemungkinan segregasi pada pelaksanaan : - Terlambatnya jadwal pelaksanaan dan membuat lokasi penghamparan menjadi rusak.
Solusi : a. Menutup LPA dengan terpal dengan sigap ketika hujan mulai turun. Agar material terlindungi.Jika perlu, hamparkan abu batu untuk mengisi permukaan yang berlubang atau berongga akibat terkena hujan
Gambar 3.3 Lokasi penghamparan LPA ditutupi dengan terpal
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan Semua pelaksanaan pekerjaan untuk infrastruktur mulai dari awal pelaksanaan sampai selesai pasti ditemui permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut terjadi akibat berbagai faktor baik itu dari segi perencanaan, metode pelaksanaan bahkan masalah non teknis seperti cuaca. Oleh sebab itu, diperlukannya kesigapan dalam memecahkan masalah yang terjadi secara tepat dan efisien guna menanggulangi masalah yang terjadi. Pada pelaksanaan lapis pondasi agregat kelas A, salah satu masalah yang terjadi dan menjadi bahan studi kasus adalah masalah segregasi terhadap pekerjaan LPA yaitu : 1. Mobilisasi 2. Penghamparan dengan motor grader 3. Pemadatan dengan vibro roller 4. Cuaca hujan Pengaruhnya pada pelaksanaan : 1. Kehilangan agregat-agregat kecil (abu batu) dapat menyebabkan kurangnya material untuk penghamparan. 2. Pengukuran tebal gembur tidak efektif. 3. Pecahnya agregat yang besar menjadi lebih kecil membuat agregat halus lebih banyak dan membuat komposisi jadi tidak ideal sesuai dengan rencana. 4. Terlambatnya jadwal pelaksanaan dan membuat lokasi penghamparan menjadi rusak. Solusi yang diambil : 1. Pemilihan rute yang tepat dan operator yang handal serta pemasangan terpal dengan kondisi baik sebagai penutup agregat dapat membantu meminimalisir kehilangan material di perjalanan.
2. Operator harus handal dan berpengalaman dalam mengendarai motor grader sehingga pekerjaan dapat berlangsung secara efisien baik dari segi waktu maupun hasil penghamparan yang merata. 3. Metode pemadatan yang tepat disertai pemberian abu batu pada area yang terjadi segregasi agar dapat mengisi rongga-rongga yang kosong akibat pemisahan butiran agregat sebelum di padatkan kembali. 4. Menutup LPA dengan terpal dengan sigap ketika hujan mulai turun. Agar material terlindungi.
BAB V DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=pemadatan+motor+grader&safe=strict&client=firefox-bab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjLvrrC2Z3fAhURY48KHXNEBY8Q_A UIDigB&biw=1366&bih=654#imgdii=kvIyLdad-J2P3M:&imgrc=PPqr5lbVYxqj0M: https://www.kumpulengineer.com/2016/08/lpa-lpb-dan-lpc.html http://sipiluty11.blogspot.com/2015/04/pelaksanaan-pekerjaan-lapis-pondasi.html https://jualbatusplit.wordpress.com/2018/02/12/perbedaan-batu-agregat-a-dan-b/