STRATEGI UNTUK MENGONTROL PENYAKIT TIDAK MENULAR
DISUSUN OLEH :
ARINI SETIAWATY (173313010005)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu nya. Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah epidemiologi penyakit tidak menular mengenai “Strategi untuk mengontrol penyakit tidak menular”. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari
pembaca,demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindunganNya.
Medan, 31 Maret 2019
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Hampir semua jenis penyakit tidak menular (PTM) bisa dicegah dengan pola hidup sehat. Kementerian Kesehatan menyarankan masyarakat menerapkan cerdik dan patuh untuk mengendalikan serangan PTM. Cerdik merupakan akronim cek kondisi kesehatan berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat dengan kalori seimbang, istirahat yang cukup, dan kendalikan stres. Patuh merupakan akronim periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, atasi penyakit dengan pengobatan tepat dan teratur, tetap diet sehar dengan gizi seimbang, upayakan beraktivitas fisik dengan aman, hindari rokok, alkohol, dan zat karsinogenik lainnya. PATUH diterapkan bagi pasien PTM, sehingga bisa hidup berdampingan dengan penyakitnya. Pasien PTM sebaiknya tidak sekadar rajin minum obat, tapi juga rutin melakukan kontrol dan pemeriksaan teratur. Data Kementerian Kesehatan menyatakan, hanya 1/3 dari 30 persen PTM terdeteksi yang rutin kontrol dan melakukan terapi. Sebanyak 70 persen serangan penyakit tak menular (PTM) tak terdeteksi. Penderita umumnya baru mengetahui serangan PTM di serangan tingkat lanjut. Akibatnya peluang sembuh makin minim karena penyakit yang makin parah.Serangan PTM tak hanya merugikan pasien, tapi juga keuangan negara melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). PTM yang tak mungkin sembuh, menyebabkan penurunan produktivitas hingga pasien menjadi tanggungan warga di sekitarnya. Semua jenis PTM bisa diccegah dengan pola hidup sehat. RUMUSAN MASALAH 1. Apa strategi untuk mengontrol PTM 2. Apa saja prinsip - prinsip pencegahan PTM 3. Apa regulasi yang telah dan akan dikeluarkan Pemerintah terkait dengan PTM
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui strategi untuk mengontrol PTM 2. Untuk mengetahui prinsip - prinsip pencegahan PTM 3. Untuk mengetahui regulasi yang telah dan akan dikeluarkan Pemerintah terkait dengan PTM
BAB II PEMBAHASAN
A. STRATEGI UNTUK MENGONTROL PTM Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan penyebab kematian yang merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Program PTM telah direvisi dengan rencana strategis PTM tahun 2015-2019, dan rencana kerja PTM Indonesia 2015-2019 telah diluncurkan Oktober 2015 Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara, yaitu : 1.Advokasi,
kerjasama,
bimbingan
dan
manajemen
PTM
2. Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui pemberdayaan masyarakat 3. Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi sektor swasta danprofesional 4. Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM
Advokasi, kemitraan, jejaring, dan peningkatan kapasitas merupakan kegiatan utama dari program pengendalian PTM Indonesia.Untuk kolaborasi antar sektor dan keterlibatan masyarakat, jejaring telah dibentuk, program pengendalian PTM telah ditingkatkan dengan dukungan politis yang kuat dan berkoordinasi dengan masyarakat sipil.Program Pengendalian PTM di Indonesia diprioritaskan pada strategi 4 by 4 sejalan dengan rekomendasi global WHO
(Global
Action
Plan
2013-2020),
fokus pada 4 penyakit PTM Utama Penyebab 60% kematian yaitu :
Kardiovaskulair,
Diabetes Melitus,
Kanker,
Penyakit Paru Obstruksi Kronis
dan pada Pengendalian 4 faktor risiko bersama yaitu
diet tidak sehat (diet gizi tidak seimbang, kurang konsumsi Sayur dan Buah serta tinggi konsumsi Gula, Garam dan lemak),
kurang aktivitas fisik,
merokok, serta
mengkonsumsi alkohol.
Pengendalian 4 “faktor risiko bersama” ini dapat mencegah terjadinya 4 Penyakit Tidak Menular Utama sampai 80%. Pencegahan dan Pengendalian PTM lainnya : Selain keempat Penyakit Tidak Menular Utama, fokus Pengendalian PTM juga diarahkan pada berbagai Penyakit dan kondisi yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas Hidup manusia, yaitu :
Gangguan Pendengaran,
Gangguan Penglihatan,
Disabilitas, dan
Gangguan Thyroid, serta
Penyakit
yang menyebabkan
beban
Thalassemia, Osteoporosis dan Psoriasis.
pembiayaan
kesehatan
seperti
Lupus,
Pos Pembinaan Terpadu PTM (POSBINDU) Fokus Pencegahan dan Pengendalian PTM diutamakan untuk:
Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari Faktor Perilaku berisiko,
Mampu mengindentifikasi dan memodifikasi perilaku berisikonya agar tidak menjadi onset PTM serta
menemukan dini kasus-kasus berpotensi PTM agar dapat dirujuk ke FKTP dan ditangani sesuai standar.
Penemuan dini faktor risiko biologis seperti
Obesitas,
tensi darah tinggi,
gula darah tinggi,
Gangguan Penglihatan,
Gangguan Pendengaran,
serta deteksi Dini kanker Serviks dan payudara
Dilakukan dengan pembudayaan Pemeriksaan Kesehatan secara berkala setiap 6 bulan sekali atau minimal setahun sekali pada Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular).
Posbindu PTM pengembangannya berbasis wilayah, disetiap desa atau kelurahan diharapkan minimal terdapat 1 Posbindu PTM untuk menjangkau seluruh Penduduk usia 15 tahun keatas di wilayah tersebut. Penatalaksanaan Terpadu PTM (PANDU) Penatalaksanaan Terpadu PTM di FKTP (Pandu PTM), penatalaksanaannya diarahkan untuk mengendalikan PTM dan merupakan upaya prevensi sekunder untuk mencegah terjadinya berbagai macam komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan, peningkatan pembiayaan kesehatan dan kematian dini (kematian pada usia 30-70 tahun).
Upaya Promotif dan Preventif Penguatan kesadaran masyarakat adalah Kunci Utama keberhasilan upaya promotif preventif PTM, untuk itu sejak tahun 2015, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM Sudah membuat terobosan peningkatan kesadaran masyarakat melalui website dan media Sosial secara masif dan berkesinambungan.Upaya juga dilakukan dengan berbagai mitra swasta, pers online maupun cetak, blogger, bioskop, kereta api, media televisi serta internet. Program Pengendalian Tembakau Merokok merupakan salah satu faktor risiko PTM penyebab penyakit Kardiovaskular, Kanker, Paru Kronis, dan Diabetes. Hal tersebut sekaligus merupakan faktor risiko penyakit menular seperti TBC dan Infeksi Saluran Pernapasan, masalah kesehatan yang menimpa banyak umat manusia.Undang-Undang Kesehatan No. 36/2009 dan Peraturan Pemerintah No. 109/2012 menyatakan bahwa tembakau dan segala produknya adalah zat adiktif dan harus diatur guna melindungi kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan. Untuk memandu kegiatan pengendalian tembakau, terdapat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40/2013 tentang Jalur Pengendalian Tembakau (2009-2024) yang dapat mengurangi prevalensi merokok sebesar 10% pada tahun 2024. Program
pengendalian
tembakau
di
Indonesia
meliputi
:
(1) melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok dengan menetapkan kawasan bebas rokok di 7 tempat (sekolah, sarana bermain anak, fasilitas pelayan kesehatan, rumah ibadah, transportasi
umum,
tempat
kerja,
ruang
publik
dan
tempat-tempat
lainnya;
(2) memperingatkan masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan dengan cara menyantumkan gambar pada kemasan rokok (Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/2013), iklan
layanan
masyarakat,
dan
EIC
lainnya
termasuk
media
sosial;
(3) membatasi tayangan iklan rokok di televisi pada pukul 5 pagi hingga 9.30 malam; (4) melarang penjualan rokok kepada anak-anak berusia di bawah 18 tahun dan wanita hamil; (5)”offer help to quit tobacco” telah disampaikan oleh Puskesmas bekerjasama dengan WHO Kawasan Tanpa Rokok Peraturan untuk melindungi masyarakat dari asap rokok tidak hanya dalam lingkup nasional namun juga dalam lingkup daerah. Saat ini terdapat 186 kota/kabupaten di seluruh
provinsi di Indonesia yang telah mengembangkan dan melaksanakan peraturan bebas asap rokok dalam beragam jenis dan tahap.Pemerintah Indonesia telah memasukkan 3 indikator untuk pencegahan dan pengendalian PTM yang berkaitan dengan merokok, obesitas dan hipertensi ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019. Standar Pelayanan Minimal Deteksi dini faktor risiko PTM dan pengobatan yang tepat standar bagi hipertensi dan diabetes mellitus juga telah termasuk dalam Kebutuhan Standar Minimum Layanan Kesehatan bagi semua pemerintah kabupaten. Hal ini akan memaksa otoritas kabupaten untuk memastikan bahwa sistem layanan kesehatan akan memenuhi kebutuhan, mencapai semua indikator,
dan
menyediakan
anggaran
yang
cukup.
Dalam Permenkes nomor 43 tahun 2016 tentang SPM bidang kesehatan bagi pemerintah daerah kabupaten/ kota disebutkan bahwa :
- Pelayanan kesehatan pada usia produktif menyebutkan bahwa Setiap warga Negara usia 15-59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
- Pelayanan kesehatan pada usia lanjut menyebutkan bahwa Setiap warga Negara usia 60 tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
- Skrining kesehatan sesuai standar dapat dilakukan di puskesmas dan jaringannya termasuk Posbindu PTM.
Upaya percepatan untuk mencapai dan mendeteksi kasus PTM tak terdiagnosa akan dioptimalkan dengan memastikan bahwa semua kasus segera dirawat di Puskesmas yang dirujuk. Kemitraan dan pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat untuk deteksi dan intervensi modifikasi faktor risiko dengan menerapkan kegiatan Posbindu telah dimulai sejak tahun 2006 dan diperluas hingga meliputi 34 provinsi di negara kita. Selama dekade terakhir, pemerintah Indonesia telah memperkuat kolaborasi antara pihak pemerintah dan swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), guna melengkapi keterlibatan organisasi profesional dalam kampanye promosi kesehatan, pembangunan kapasitas penyedia jasa kesehatan dan memperkuat sistem mentoring layanan PTM.Pelayanan PANDU PTM juga ditanggung oleh
skema asuransi kesehatan nasional di fasilitas pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier, termasuk fasilitas swasta yang berpartisipasi. Indonesia telah mencapai sebagian besar target yang telah diberlakukan selama tahun 2013. Indonesia telah melakukan Stepwise Surveillance atau STEPS secara berkala pada tahun 2007 dan 2013, survei berikutnya akan dilakukan pada tahun 2018, dimasukkan ke dalam kesiapan fasilitas tempat untuk Ketersediaan Layanan dan Kesiapan Penilaian atau Service Availability and Readiness Assessment (SARA) pada tahun 2010 dan 2014, membangun sistem pengawasan PTM online, dan memperluas layanan PTM untuk masyarakat lewat Puskesmas dan Posbindu. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, berkomitmen untuk menjadikan program pencegahan dan pengendalian PTM sebagai prioritas. Kebijakan dan sejumlah strategi telah dikembangkan guna menciptakan program dan kegiatan yang tepat untuk mengatasi masalah PTM. Dukungan kebijakan telah diberikan oleh sektor pemerintah tingkat atas dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait dari pihak pemerintah maupun swasta.Strategi nasional berfokus pada promosi dan pencegahan melalui intervensi dan pendidikan berbasis komunitas, sistem pengawasan, kerjasama, dan manajemen layanan kesehatan. Strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Indonesia Langkah - Langkah kebijakan dan strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam mencapai target indikator adalah : 1.Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat sehingga dapat terhindar dari faktor risiko. 2.Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui penguatan sumber daya , dan standardisasi pelayanan, 3.Meningkatkan kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, dan pemangku kepentingan terkait, 4.Menyelenggarakan Surveilans dengan mengintegrasikan dalam sistem surveilans penyakit tidak menular diFasilitas Pelayanan Kesehatan dan masyarakat.
5.Meningkatkan advokasi kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, dan pemangku kepentingan terkait.
B. PRINSIP- PRINSIP PENCEGAHAN PTM Pertama, mengutamakan preventif, promotif melalui berbagai kegiatan edukasi dan promotif-preventif,dengan tidak mengesampingkan aspek kuratif-rehabilitatif melalui peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan. Kedua, melaksanakan pencegahan pada seluruh siklus hidup manusia, sejak dalam kandungan, hingga bayi, balita, anak sekolah, remaja, dewasa, diikuti perbaikan budaya hidup bersih dan sehat. Yang dimaksud seluruh siklus hidup adalah sejak hamil, lahir, anak sekolah, remaja, dewasa, usia lanjut sesuai dengan masalah pada kelompok usia tersebut. Pada kelompok usia 1000 hari pertama, fokus pencegahan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar gizi dan kesehatan agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan. Ketiga, menerapkan Pedoman Gizi Seimbang, yang difokuskan pada peningkatan konsumsi sayur dan buah, pangan hewani, dengan mengurangi lemak serta minyak dan membatasi gula dan garam. Keempat, menggerakkan masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik dan menimbang berat badan secara teratur. Kelima, melibatkan semua sektor, baik Pemerintah maupun masyarakat, untuk secara nyata melakukan sinergi dalam melakukan PTM. C . REGULASI YANG TELAH DAN AKAN DIKELUARKAN PEMERINTAH MENGENAI PTM Pertama, untuk menjamin agar bayi memperoleh haknya untuk mendapatkan ASI Eksklusif sebagaimana diamanatkan Undang Undang Nomor 36 tahun 2009, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Selain itu, telah diterbitkan pula dua Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu tentang penyediaan fasilitas khusus menyusui di tempat umum dan tempat kerja; serta tentang penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya. Menkes menghimbau agar seluruh organisasi profesi bidang kesehatan untuk benar-benar memahami dan menjalankan peraturan tersebut.
Kedua, peraturan Pemerintah nomor 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang mengandung zat adiktif berupa tembakau bagi kesehatan yang antara lain mengatur perlindungan kesehatan masyarakat dari bahaya penggunaan bahan yang mengandung karsinogenik dan adiktif. Ketiga, peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang pencantuman informasi kandungan gula, garam dan lemak serta pesan kesehatan untuk pangan olahan dan pangan siap saji. Keempat, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, yang menekankan pada peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar pangan, gizi dan kesehatan pada ibu hamil sampai anak usia 2 tahun. Kelima, dalam waktu dekat Menteri Kesehatan akan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Angka Kecukupan Gizi dan Pedoman Gizi Seimbang sesuai dengan rekomendasi Widyakarya Pangan dan Gizi tahun lalu.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Pencegahan 1.Advokasi,
dan
Pengendalian
kerjasama,
faktor
risiko
bimbingan
PTM dan
meliputi
4 cara,
yaitu
manajemen
:
PTM
2. Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui pemberdayaan masyarakat 3. Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi sektor swasta danprofesional 4. Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM Prinsip-prinsip pencegahan PTM : mengutamakan preventif,melaksanakan pencegahan pada seluruh siklus hidup manusia, menerapkan Pedoman Gizi Seimbang, menggerakkan masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik dan menimbang berat badan secara teratur, melibatkan semua sektor, baik Pemerintah maupun masyarakat, untuk secara nyata melakukan sinergi dalam melakukan PTM. B. SARAN Setelah kita mengkaji materi tentang” Strategi untuk mengontrol penyakit tidak menular” diharapkan kepada penulis dan pembaca agar mampu menerapkan pengetahuan yang telah di peroleh dari makalah ini. C. DAFTAR PUSTAKA www.harnas.co/2017/03/08/cerdik-dan-patuh-kendalikan-ptm http://www.p2ptm.kemkes.go.id/profil-p2ptm/latar-belakang/strategi-pencegahan-danpengendalian-ptm-di-indonesia sehatnegeriku.kemkes.go.id › Rilis Sehat