Status Mental.docx

  • Uploaded by: Refian Perdana
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Status Mental.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,363
  • Pages: 15
A. STATUS MENTAL Pemeriksaan status mental dilakukan pada tanggal 8 Juni 2018.

A. Deskripsi umum 1. Penampilan: Seorang pria sesuai usia, rambut rapih, hygine dan perawatan diri baik. Pasien sering terlihat mengenakan kaos dan celana pendek. 2. Perilaku dan aktivitas psikomotor: Sedikit cemas terutama saat perawat lewat di depan pasien, kontak mata ada, menjawab pertanyaan sambil bermain gitar. Saat wawancara, pasien sering mengalihkan perhatian ke televisi dengan tatapan curiga, meskipun televisi sudah dimatikan. Setelah wawancara, pasien biasanya melanjutkan aktifitasnya seorang diri yaitu membuat pot berisi tanaman hias. 3. Sikap terhadap pemeriksa: Pasien sangat kooperatif selama wawancara. Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik walaupun pasien terkadang menolak membicarakan hal tertentu lebih dalam seperti membahas keluarganya. Pasien biasanya akan mengalihkan topik pembicaraan.

B. Pembicaraan (Speech): Spontan, jelas, lancar, antusias, menjawab sesuai pertanyaan.

C. Mood dan Afek 1. Mood (Suasana Perasaan): euthym, stabil. 2. Afek (Ekspresi afektif): afek serasi, normal. 3. Keserasian: Pikiran, perasaan, dan perilaku pasien serasi.

D. Gangguan Persepsi 1. Halusinasi : ada • Halusinasi visual • Sosok seperti orang berbaju hitam besar di dalam kamar setiap malam. • Halusinasi auditori •

Banyak sekali orang-orang yang mengancam akan membunuh saya “bahaya dia kalo dibiarin, harus kita abisin” , “kau bunuhlah diri kau sendiri sana” , “sok tau kali orang ini, berasa yang paling benar aja” • Halusinasi taktil



Pasien merasa setiap malam pasien selalu disiksa, selalu dipukuli di dalam kamar pasien dan nyeri dirasakan diseluruh tubuh pasien. 2. Ilusi : tidak ada 3. Depersonalisasi : tidak ada 4. Derealisasi : tidak ada E. Pikiran (Thoughts) 1. Arus pikir/proses pikir: 1. Produktifitas: Baik, banyak ide 2. Kontinuitas: Baik. 3. Hendaya Berbahasa: Tidak ditemukan hendaya berbahasa. 2. Isi pikir: 1. Preokupasi: Preokupasi terhadap matius 6 :5-15 serta menjadi dosen teologi 2. Waham  Waham persekutorik •



Pasien merasa akan dibunuh dan selalu diintai oleh “orang-orang” jahat yang ingin membunuhnya; selalu merasa dikejar dan diikuti oleh seseorang. Pasien merasa setiap minumannya telah ditaruh racun yang dirancang untuk membunuhnya. Sekarang ini di Dharmawangsa pasien menganggap sedang diculik oleh “orang-orang” tersebut

Halusinasi taktil •



Pasien merasa badannya sangat kesakitan sepanjang malam karena terus dipukuli oleh “orang-orang” tersebut tanpa henti. Pasien merasa sakit hingga pagi hari dan diberi obat untuk menghilangkan rasa sakit di pagi hari agar tidak ada orang yang tau tentang hal itu. Thought broadcasting



Setiap topik pembicaraan mengenai alkitab yang dijelaskan oleh pasien, pasien selalu melihat televisi dengan tajam dan berkata “tuh, denger kan, mereka tuh sebenernya udah tau apa yang kita omongin. Sengaja tuh dia kasi tau semua orang”  Waham kebesaran • Pasien merasa menjadi orang yang sangat penting dan sangat diburu karena pasien tau akan “kebenaran” di dunia ini. “orang-orang” itu tidak ingin pasien menyebarkan kebenaran tersebut di dunia ini. Ilmu yang dimiliki pasien inilah yang akan mampu menyelamatkan banyak orang. F. Sensorium dan Kognisi 1. Kesadaran: a. Kesadaran Neurologik b. Kesadaran Psikologik

: Compos Mentis : Normal

2. Intelegensia: Kemampuan intelegensia pasien sesuai pendidikannya dan wawasan pasien luas. 3. Orientasi: - Orientasi waktu: tidak terganggu Pasien dapat menyebutkan dengan tepat waktu, hari, tanggal, bulan, dan tahun. - Orientasi tempat: terganggu Pasien menyebutkan bahwa sekarang di kota Jakarta. Detail tempatnya tidak diketahui karena ini adalah markas rahasia “orang-orang” yang ingin membunuh Pasien.

-

Orientasi orang: tidak terganggu. Pasien dapat menyebutkan dan mengenali nama-nama pasien lain dan nama-nama koas dengan tepat. 4. Memori: - Jangka panjang : tidak terganggu Pasien dapat menceritakan presiden pertama RI. - Jangka pendek : tidak terganggu Pasien dapat menceritakan kembali kejadian-kejadian yang dialaminya bersama pewawancara 1 minggu sebelumnya. - Sesaat : tidak terganggu Pasien dapat menceritakan kembali aktivitas yang dia lakukan sebelum wawancara. - Segera : tidak terganggu Pasien dapat menyebutkan kembali 3 benda yang disebutkan (bolpen, buku, tas) 5. Konsentrasi dan perhatian: Tidak terganggu. Pasien mampu melakukan hitungan mundur dengan selisih 7 dari angka 100, pasien menyebutkan 93, 86, 79, 72, 65. Pasien dapat mengeja kata “DUNIA” dari akhir ke awal dan dari kanan ke kiri dengan baik. 6. Kemampuan membaca dan menulis: Tidak terganggu. Pasien dapat membaca koran dengan baik dan membaca instruksi “PEJAMKAN MATA ANDA” dan dapat menuliskan kalimat: “Nama saya Tobing”

7. Kemampuan visuospasial:

Tidak terganggu. Pasien dapat menirukan gambar yang bertumpang tindih yaitu pentagon dan dapat menggambarkan jam sesuai dengan instruksi yang diberikan.

8. Pikiran abstrak: Tidak terganggu. Pasien dapat mengartikan peribahasa “ada udang di balik batu” sebagai “ada maksud yang tersembunyi”. 9. Kemampuan menolong diri sendiri: Tidak terganggu. Pasien dapat mandi, makan, dan mengganti pakaian sendiri. G. Pengendalian Impuls Tidak terganggu. H. Judgement dan Tilikan 1. Judgement : Kesan tidak terganggu ● Daya nilai sosial : Tidak terganggu, pasien mengetahui norma-norma, seperti tidak boleh buang air sembarangan, mencuri, menyalahgunakan obat. ● Uji daya nilai : Tidak terganggu. Pasien dapat mengetahui apabila mencuri merupakan dosa, dan hal yang melanggar hukum dapat diancam dipenjara. ● Penilaian realitas (RTA) : Penilaian realitas baik, tidak terganggu. Pemikiran dan realitas selaras. 2. Tilikan : Derajat 1, karena pasien menyangkal bahwa dia sakit. I. Taraf Dapat Dipercaya Secara keseluruhan, pasien dapat dipercaya E. PEMERIKSAAN FISIS 

Status Internus Keadaan Umum

: Tampak sehat

Kesadaran

: E4M6V5 – Compos Mentis

Tekanan Darah

: 120/90

Denyut Nadi

: 90 x / menit

Frekuensi Pernafasan : 18 x / menit Suhu Badan

: 36,7℃

Sistem Kardiovaskular

: Denyut nadi kencang, regular

Sistem Respiratorius

: Chest expansion simetris, vesicular

Sistem Gastrointestinal : Tidak ada nyeri tekan, timpani Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada keterbatasan gerak



Sistem Urogenital

: Dalam batas normal

Sistem Dermatologi

: Dalam batas normal

Status Neurologis Saraf Kranialis (I-XII)

: Dalam batas normal

Rangsang Meningeal

: Tidak dilakukan

Gejala Peningkatan TIK : Tidak ditemukan Mata

: Tidak ditemukan kelainan

Pupil

: Bentuk bulat, pupil isokor 3mm/3mm, reflek cahaya langsung maupun tidak langsung +/+

Motorik

: Normotonus, tes koordinasi dalam batas normal 5

5

5

5

Sensibilitas

: Baik

Sistem Saraf Otonom

: Dalam batas normal (tidak bergejala)

Reflek Fisiologis

: Tidak dilakukan

Reflek Patologis

: Tidak dilakukan

Ggn. khusus lainnya

: Tidak ditemukan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Telah dilakukan pemeriksaan darah rutin tanggal 31 Mei 2018, secara umum pemeriksaan penunjang laboratorium ditemukan dalam batas normal

Pemeriksaan Darah Rutin Hb

15.2

Basofil

0

Leukosit

5.2

Eosinofil

1

Eritrosit

4.9

Neutrofil Batang

2

Hematokrit

44

Neutrofil Segmen

60

Trombosit

354

Limfosit

34

LED

8

Monosit

3

Kimia Darah Kolesterol Total

187

Protein

8

HDL

45

Albumin

4.7

LDL

112

Globulin

3.3

Trigliserida

181

SGOT

25

Asam Urat

5.5

SGPT

23

Karbohidrat Glukosa Puasa 88 Glukosa Darah 2 Jam Post-Prandial 102

Fungsi Ginjal Ureum

51 (N 10-50)

Kreatinin

1.01 (0.5-1.1)

BUN

24 (7-22)

G. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA  Menurut rekam medis, pasien diantar ke Sanatorium Dharmawangsa oleh keluarga pasien karena pasien sulit tidur, sangat mengganggu orang-orang di lingkungan sekitarnya dan pasien berusaha melukai diri sendiri dengan membentur-benturkan kepalanya ke tembok selama 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Hal ini dikarenakan 2 bulan yang lalu pasien kembali bertemu secara tidak sengaja dengan istri pasien yang dirasa sudah menyakiti hati pasien dan membuat pasien tertekan.  Terdapat waham persekutorik karena Pasien merasa akan dibunuh dan selalu diintai oleh “orang-orang” jahat yang ingin membunuhnya; selalu merasa dikejar dan diikuti oleh seseorang. Sekarang ini di Dharmawangsa pasien menganggap sedang diculik oleh “orang-orang” tersebut.  Terdapat Thought broadcasting karena setiap topik pembicaraan mengenai alkitab yang dijelaskan oleh pasien, pasien selalu melihat televisi dengan tajam dan menjelaskan bahwa orang di TV sudah tau apa yang kita bicarakan sekarang  Terdapat Waham kebesaran karena Pasien merasa menjadi orang yang sangat penting dan sangat diburu karena pasien tau akan “kebenaran” di dunia ini. “orang-orang” itu tidak ingin pasien menyebarkan kebenaran tersebut di dunia ini. Ilmu yang dimiliki pasien inilah yang akan mampu menyelamatkan banyak orang.  Terdapat waham taktil karena Pasien merasa badannya sangat kesakitan sepanjang malam karena terus dipukuli oleh “orang-orang” tersebut tanpa henti. Pasien merasa sakit hingga pagi hari dan diberi obat untuk menghilangkan rasa sakit di pagi hari agar tidak ada orang yang tau tentang hal itu.  Beberapa hari ini pasien mengaku dapat tidur lebih tenang karena tidak diganggu “orang-orang” itu.

Aksis I

Berdasarkan Ikhtisar Penemuan Bermakna, tidak terdapat kelainan fisik yang menyebabkan disfungsi otak sehingga tidak tergolong ke dalam F0. Gangguan Mental Organikl serta tidak adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif sehingga tidak tergolong ke dalam F1. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif. Pasien ini digolongkan kedalam gangguan jiwa Skizofrenia Paranoid (F20.0). Karena adanya gejala kejiwaan berupa waham persekutorik, waham kebesaran, , thought broadcasting, halusinasi visual, dan halusinasi auditorik dan taktil

Aksis II Tidak ada diagnosis (Z03.2). Pasien tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian manapun

Aksis III Tidak ada diagnosis aksis III

Aksis IV Pasien memiliki masalah dalam hubungan dengan pasangan (istri) (Z63.0)

Aksis V Berdasarkan skala Global Assessment of Functioning (GAF), GAF Current : 65 GAF HLPY : 65

V.

Evaluasi Multiaksial Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis Aksis III : tidak ada Aksis IV : Z63.0 Masalah dalam hubungan dengan pasangan Aksis V : GAF Current : 65 GAF HLPY : 65 VI. Daftar Masalah 1. Organobiologik : Tidak ada 2. Psikologik : Terdapat riwayat gangguan menilai realita berupa 1. Halusinasi visual 2. Halusinasi auditorik 3. Halusinasi taktil

Terdapat gangguan isi pikir berupa 1. Waham persekutorik 2. Waham kebesaran 3. Thought broadcasting 3. Sosial/Keluarga/Budaya : Pasien memiliki masalah hubungan dengan pasangan sejak 3 tahun lalu . VII. Prognosis A. Faktor-faktor yang mendukung kearah prognosis baik: 1. Halusinasi pasien mulai berkurang 2. Pasien bersikap kooperatif dengan dokter dan perawat 3. Pasien rutin mengonsumsi obatnya B. Faktor-faktor yang mendukung kearah prognosis buruk: 1. Pasien masih mempunyai waham yang sangat kuat 2. Pasien masih belum menyadari bahwa dirinya sedang sakit C. Kesimpulan prognosis: 1 Ad vitam : dubia ad bonam 2 Ad functionam : dubia ad bonam 3 Ad sanationam : dubia ad malam

VIII. TERAPI A. Psikofarmaka 1. Lorazepam : 2mg 1x1 tab 2. Aripiprazole : 10mg 2x1 tab 3. Olanzapine : Injection 1 vial, tanggal 30, 31 Mei dan 1 Juni 2018 B. Psikoterapi 1. Edukasi: - Berusaha menjelaskan kondisi pasien saat ini -

Mengedukasi pasien tentang pentingnya untuk konsumsi obat secara teratur Mengedukasi pasien tentang durasi pengobatan yang lama hingga bertahun-tahun Memotivasi pasien untuk terus berusaha mengurus dirinya dengan baik

2. Terapi suportif: Hubungan dokter-pasien dan perawat-pasien yang baik sehingga diharapkan dapat mengurangi perasaan curiga dan perasaan takut pasien agar pasien dapat lebih terbuka dengan sekelilingnya. 3. Terapi okupasi: Agar pasien dapat mengembangkan atau mempelajari kemampuan baru yang

dapat pasien lakukan sehari-hari supaya ragam aktivitas yang menarik minatnya dapat bertambah sehingga pasien tidak banyak menghabiskan waktunya menyendiri. 4. Cognitive-Behaviour Therapy C. Sosioterapi Mengedukasi keluarga pasien agar mereka dapat lebih memahami dan menerima keadaan pasien dan penyakit yang diderita pasien serta pentingnya dukungan pasien dalam membantu fungsi hidup pasien. Penting untuk memberikan pengetahuan mengenai Skizofrenia kepada keluarga beserta prognosisnya dan durasi waktu pengobatan yang diperlukan agar keluarga siap dalam memberikan dukungan kepada pasien.

IX. Diskusi Kasus Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut PPDGJ III1,2: ● Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): − “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; − “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus); “delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; − halusinasi auditorik: o Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau o mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau o jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh − Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain). Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: − Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

− − −

− −

afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus; Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu, atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; Gejala-gejala ‘negatif’, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal); Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self- absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Kriteria diagnostik Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ III1,2: − Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. − Sebagai tambahan: o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol; ▪ Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa; ▪ Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol; ▪ Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi, atau ‘passivity’, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas. ▪ Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol. Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut DSM V3: A. Gejala-gejala yang khas: Dua atau lebih dari gejala berikut yang bermakna dalam periode satu bulan (atau kurang jika berhasil diterapi), yaitu waham, halusinasi, pembicaraan yang janggal (mis. Sering derailment atau inkoherensia), perilaku janggal atau katatonik, dan adanya gejala negatif (spt afek datar, alogia, abulia). Setidaknya salah satunya adalah waham, halusinasi, atau pembicaraan yang

B.

C.

D.

E.

F.

janggal. Disfungsi sosial atau pekerjaan: Satu atau lebih dari area fungsional utama menunjukkan penurunan nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset dalam suatu rentang waktu yang bermakna sejak onset gangguan (atau bila onset pada masa anak-anak atau remaja terdapat kegagalan pencapaian tingkat interpersonal, akademik atau okupasi lainnya) seperti pekerjaan, hubungan interpersonal atau perawatan diri. Durasi: tanda-tanda gangguan terus berlanjut dan menetap sedikitnya enam bulan. Periode enam bulan ini meliputi satu bulan gejala-gejala fase aktif yang memenuhi kriteria A (atau kurang bila berhasil diterapi) dan dapat juga mencakup fase prodromal atau residual. Selama berlangsung. fase prodormal atau residual ini, tanda-tanda gangguan dapat bermanifestasi hanya sebagai gejala-gejala negatif saja atau lebih dari atau dua dari gejala-gejala dalam kriteria A dalam bentuk yang lebih ringan (seperti kepercayaan-kepercayaan ganjil, pengalaman perseptual yang tidak biasa). Penyingkiran skizofektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan mood dengan gambaran psikotik dikesampingkan karena: (1) tidak ada episode depresi, mania atau campuran keduanya yang terjadi bersamaan dengan gejala-gelala fase aktif, (2) jika episode mood terjadi intra fase aktif maka perlangsungannya relatif singkat dibanding periode fase aktif dan residual. Penyingkiran kondisi medis dan zat: Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi atau yang disalah gunakan) atau oleh suatu kondisi medis umum. Hubungan dengan suatu gangguan perkembangan pervasif: Jika terdapat riwayat autistik atau gangguan pervasif lainnya maka tambahan diagnosa skizofrenia hanya dibuat bila juga terdapat delusi atau halusinasi yang menonjol dalam waktu sedikitnya satu bulan (atau kurang jika berhasil diterapi). Skizofrenia paranoid jika preokupasi pada satu waham atau lebih atau sering berhalusinasi auditorik. Pada pasien ini terdapat waham yang dominan.

Pada pasien ini terdapat waham persekutorik, waham kebesaran dan thought broadcasting serta halusinasi visual, taktil, dan halusinasi auditorik yang sifatnya mengancam kehidupan pasien. Gejala-gejala tersebut sudah dirasakan selama kurang lebih 3 tahun dan sempat membaik, dan gejala kembali dalam 2 bulan terakhir. Dari data tersebut, diagnosis skizofrenia paranoid sudah dapat ditegakan. Diagnosis Kerja : Skizofrenia Paranoid (F20.0) Diagnosis banding: 1. Gangguan Waham Menetap tipe Persekutorik (F22.8)3 Kriteria diagnosis gangguan waham menetap: ● Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling

mencolok. Waham-waham tersebut harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat. ● Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap / “fullblown” mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa waham-waham tersebut ● ● ● ●

menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan afektif itu. Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak. Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat sementara. Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pikiran, penumpulan afek, dsb.) Pada gangguan waham menetap tipe persekutorik, pasien meyakini bahwa ada orang yang bermaksud untuk mencelakakan dia. Individu dengan gangguan ini biasanya memiliki perilaku yang impulsif dan sering marah, serta melakukan perbuatanperbuatan yang bisa mencelakakan orang lain dan dirinya sendiri. Pada pasien ini, diagnosis gangguan waham menetap tipe persekutorik disangkal karena pada pasien ditemukan adanya: o Halusinasi visual, auditorik, taktil o Thought broadcasting yang tidak boleh ada pada pasien dengan diagnosis gangguan waham menetap tipe persekutorik.

Terapi psikofarmaka yang diberikan pada pasien ini adalah antipsikotik. Obat antipsikotik terbagi menjadi golongan tipikal (1st generation) dan atipikal (2nd generation). Prinsip pemberian obat adalah monoterapi dan penggunaan antipsikotik mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Penggunaan obat antipsikosis digunakan dengan prinsip optimal response with minimal side effects. Lorazepam merupakan obat dari golongan benzodiazepine. Obat ini berfungsi sebagai penenang untuk pasien kejang, cemas dan gangguan tidur. Pada pasien ini pemberian lorazepam dirasa sudah tepat karena pada saat datang berdasarkan keterangan dari perawat, pasien tampak sangat agresif dan cemas. Olanzapine merupakan antipsikotik atipikal yang juga mampu memberikan efek sedasi.1 Pemberian olanzapine injeksi pada pasien ini sudah diberikan 3x karena pasien mengamuk dan menjadi sangat agresif sampai menyerang perawat. Pemberian secara injeksi mampu meningkatkan kadar olanzapine di dalam darah dengan cepat sehingga agresi yang ditimbulkan pasien dapat cepat teratasi. Olanzapine secara efektif mampu meredakan gejala akut dari skizofrenia. Penggunaan olanzapine dapat berefek pada peningkatan berat badan dan meningkatnya kadar glukosa dan kolesterol dalam darah apabila dibandingkan dengan obat antipsikotik lainnya.2,3

Aripiprazole merupakan obat antipsikotik atipikal yang bersifat partial agonis terhadap reseptor dopamine. Aripiprazole mampu digunakan untuk meredakan gejala akut skizofrenia dan mampu menjadi obat rumatan. Pemberian obat pada pasien ini dirasa cukup baik karena berdasarkan efek samping yang ditimbulkan, golongan tipikal memiliki efek ekstrapiramidal sedangkan golongan atipikal memiliki efek samping gangguan metabolik. Beberapa pasien memiliki kecenderungan untuk mengalami efek samping dari obat golongan tipikal, berupa tremor dan gejala-gejala Parkinson lainnya, maka pada kondisi tersebut dapat diberikan golongan atipikal. Pasien dengan gangguan metabolik seperti diabetes mellitus, hiperlipidemia dan obesitas dapat diberikan golongan tipikal Pada penggunaan obat antipsikosis jangka panjang, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin: darah rutin, urine lengkap, fungsi hati, ginjal untuk deteksi efek samping obat.4

X. Tindak Lanjut (Follow-Up) Subjektif : Gejala halusinasi berkurang, dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata. Objektif: Waham kebesaran (+). Halusinasi (+). Gangguan fungsi (-), penderitaan (-) Assesmen : Skizofrenia Paranoid Perencanaan : 1. Memberikan psikoterapi kepada pasien. 2. Pemberian obat anti psikotik 3. Follow-up kembali halusinasi dan waham pasien. 4. Edukasi keluarga mengenai kondisi pasien.

BAB 3 DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, B., Ruiz, P. and Sadock, V. (2015). Kaplan et Sadock's synopsis of psychiatry. 1st ed. Philadelphia [u.a.]: Wolters Kluwer. 2. Bruce TO. Review of olanzapine in the management of skizophrenia disorders. 2007;3(5):579–87. 3. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. (2014). 5th ed. Washington: American Psychiatric Publishing. 4. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III di Indonesia. (1993). 3rd ed. Jakarta: Department Kesehatan RI.

Related Documents

Status
November 2019 53
Status
May 2020 36
Status
June 2020 30
Status
November 2019 47
Status Where
October 2019 21
Status Peb.docx
April 2020 13

More Documents from "rahma"

Copying Mechanism
October 2019 18
Referat Obgyn.docx
October 2019 33
Lapkas Epipelsi Intractable
October 2019 26
Status Mental.docx
October 2019 23
Referat Amenorea
October 2019 19