Sosok Pancasilais “Baharuddin Lopa” Baharuddin Lopa merupakan sosok pancasilais yang sangat berjasa dalam menegakkan keadilan dan HAM. Baharuddin Lopa merupakan seorang jaksa. Lahir di Polewali Mandar, 27 Agustus 1935. Beliau pernah menjadi Jaksa Agung pada era pemerintahan Gus Dur yang terkenal bersahaja, jujur, dan berani. Bagi Lopa tak ada seorang pun yang kebal hukum. Prinsip inilah yang kemudian mendorongnya berjuang dalam penegakan hukum. Berbagai posisi dan jabatan penting dalam bidang penegakan hukum pun ia sandang seperti Kepala Kejaksaan Tinggi di Sulawesi Tenggara, Aceh, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan, lalu mengepalai pusdiklat Kejaksaan Agung di Jakarta, hingga akhirnya menjabat sebagai Jaksa Agung. Dia juga pernah menjadi anggota Komnas HAM pertama dan Sekertaris Jendral Komnas HAM tahun 1994-1998. Beliau diangkat menjadi Kajati Sulawesi Selatan pada tahun 1982-1986, pada saat itu juga dia merilis pengumuman di surat kabar yang isisnya meminta masyarakat atau siapa pun itu agar tidak memberikan sogokan kepada anak buahnya.Lopa juga menggebrak korupsi dibidang reboisasi, yang nilainya Rp 7 miliar. Tak hanya itu Lopa juga menyeret Tony Gozal alias Go Tiong Kien, seorang pengusaha besar di Seluawesi Selatan yang cukup berpengaruh dan memiliki kontak luas dengan orang-orang penting di Jakarta maupun di Makassar. Tony dianggap sebagai orang yang tak bisa disentuh hukum. Tetapi bagi Lopa tanpa pandang buluh menyeret Tony ke pengadilan dengan dakwaaan korupsi yang merugikan negara sebesar Rp 2 miliar bersama dengan stafnya Moh. Yamin. Namun upaya Lopa kandas karena majelis hakim yang dipimpin oleh J. Serang pada saat itu membebaskan Ton. Tapi Lopa tidak menyerah bersama dengan Yamin mereka mengajukan kasai ke MA, kemudian di tingkat kasasi, hakim MA kemudian memutuskan menjatuhkan hukuman 7 tahun penjara kepada Tony. Akan tetapi Tony mengajukan peninjauan kembali sehingga hukuman pidananya dikurangi menjadi 5 tahun. Meskipun Tony dijatuhi hukuman dan menghuni penjara Gunung Sari, Makassar, akan tetapi Lopa terpentul karena ia dmutasi menjadi staf ahli menteri Kehakiman di Jakarta. Namun Lopa berpendapat bahwa apapun yang terjadi walau umur dunia tinggal sehari, hukum harus ditegakkan. Atas keberaniannya menegakkan keadilan dan memberantas korupsi, Lopa menerima penghargaan antara lain Anugerah Government Watch Award (Gowa Award). Simbolisasi penghargaan itu ditandai dengan deklarasi hari anti korupsi yang diambil bersamaan dengan hari lahir Lopa, 27 Agustus. Beliau terpilih sebagai tokoh Anti Korupsi karena telah bekerja dan berjuang melawan ketidakadilan dengan memberantas korupsi di Indonesia tanpa putus asa selama lebih dari 20 tahun.