Olivier Giroud, Sosok Jawara Dunia Yang Terlupakan Anugerah Pamuji Online Journalist Terakhir diperbarui 6 jam yang lalu 11:39 24/03/19 KOMENTAR(0)
KUALIFIKASI KEJU ARAAN EROPA
PRANCIS
ARSENAL FC
CHELSEA FC
MONTPELLIER H SC
O. GIROUD
Dia bukan Salah, Neymar atau Mbappe, apalagi disejajarkan dengan Messi-Ronaldo. Tapi, dedikasinya pada sepakbola terbayar dengan menjadi jawara dunia. Sepakatkah menyebut seorang Olivier Giroud legenda? Mungkin terlalu berlebihan. Setujukah memandangnya sebagai salah satu striker terbaik dunia? Barangkali akan ada yang bilang overrated. Atau setidaknya, maukah menilai bomber jangkung ini sebagai sosok bermental juara? Yang terakhir tampaknya akan sulit dibantah. Giroud memang bukan Cristano Ronaldo, bukan pula Lionel Messi. Nama Giroud juga bila disandingkan dengan pemain-pemain beken kekinian seperti Neymar, Kylian Mbappe, Antoine Griezmann, atau Mohamed Salah, publik sepakbola mungkin akan dengan mudah langsung menyingkirkan penyerang berusia 32 tahun tersebut.
Pilihan Editor
Starting XI: Sancho & Youngster Dengan Penampilan Terbanyak Musim Ini Diego Lainez - Lionel Messi Baru Dari Meksiko Kualifikasi Piala Asia U-23 2020: Jadwal Timnas Indonesia Lionel Messi Tak Mampu Tutupi Krisis Argentina Namun ingat, dedikasi Giroud untuk sepakbola selama satu dekade terakhir layak mendapatkan penghormatan khusus.
Garis bawahi pula, Giroud adalah pemain berstatus jawara dunia. Ya, jawara dunia, seiring dengan keberhasilannya membantu timnas Prancis berdiri di podium kampiun pada Piala Dunia 2018 musim panas lalu.
Tak banyak publik sepakbola bisa mengakui pencapaian Giroud selama ini. Lahir di Chambery, Prancis, Giroud melakoni debut profesionalnya di kancah Ligue 2 bersama Grenoble di usia 19 tahun pada kampanye 2005/06. Di pengujung musim, kesuksesannya menjadi topskor membuka jalan baginya naik drajat untuk memperkuat tim kasta teratas, Montpellier. Di klub inilah Giroud mulai menyedot perhatian Eropa. Dua musim berbaju Montpellier, Giroud mampu mengemas 33 gol, termasuk total 21 golnya ketika membawa klub secara mengejutkan juara Ligue 1 Prancis pada edisi 2011/12. Sepatu Emas Ligue 1 berhak jadi miliknya kala itu. Arsenal buru-buru datang mengetuk pintu untuk membawa Giroud muda berkancah di Liga Primer Inggris. Tak butuh adaptasi lama, Giroud segera mencetak gol perdananya untuk menandai kedatangannya di Negeri Ratu Elisabeth. "Dia adalah finisher yang yahut, namun saya yakin dia tengah mencari kepercayaan diri dan gol itu bisa membantunya. Saya berharap, dia bisa melanjutkannya ke ajang Liga Primer," ujar Wenger kala Giroud mencetak gol perdana bagi Arsenal ke gawang Conventry di Piala Liga 2012 silam. Terbukti, Giroud terus melambung. Di bawah panji The Gunners, total dia mengumpulkan 250 penampilan dan mengoleksi 105 gol selama lima setengah tahun. Selama periode itu pula, Giroud mempersembahkan Arsenal tiga titel Piala FA [2013/14, 2014/15, 2016/17], berhasil meraih gelar pribadi yakni FIFA Puskas Award dan menyemen tempat di timnas Prancis.
2018 lalu, Chelsea mempertahankan jasa Giroud untuk tetap berada di Liga Primer dengan memboyongnya dari Emirates Stadium. Torehan Piala FA musim 2017/18 cukup mengharuman musim debutnya di Stamford Bridge sebelum di musim panas tahun itu, semua orang tahu, Giroud menyelesaikan 500 menit dalam tujuh pertandingan Piala Dunia 2018. Meski nirgol, Giroud menjadi pilihan terdepan untuk memimpin lini depan pasukan Didier Deschamps untuk keluar sebagai juara dunia. Underrated? Boleh jadi. Namun, Giroud hanyalah Giroud. Striker sederhana tapi punya jaminan mutu. Postur jangkung, badan besar, tetapi kapabel dalam menguasai seluruh area penyerangan. Semua karena gaya bermainnya yang dibangun di atas pengorbanan. Dia bukan striker oportunis, bukan pula bomber egois. Rekor golnya sepanjang berkarier secara profesional tidak terlalu wah, yaitu 211 gol dalam 515 total pertandingan yang telah dilaluinya. Namun, kepiawaiannya menahan bola dan membuat kreasi bagi rekan-rekannya tergambar dalam total 77 assist yang telah dikoleksinya. Silakan cari striker yang punya mental berbagi sepertinya. Ada, tapi terbilang langka. Sedikit di antara ribuan striker dunia bisa memiliki perpaduan teknik penguasaan bola yang bagus, mampu memainkan sentuhan pertama secara brilian dan jago dalam duel udara. Di dua penampilan terakhirnya untuk klub dan timnas, Giroud seolah kembali mengajak publik sepakbola untuk melek dengan keberadaan dirinya. Giroud mengemas hattrick saat Chelsea membantai Dynamo Kiev 5-0 di Liga Europa sebelum jeda internasional, dilanjutkan dengan sebiji golnya yang membantu Prancis menghancurkan Moldova 4-1 di kualifikasi Euro 2020. Juara Piala Dunia, merebut penghargaan Puskas Award, membawa tim underdog [Montpellier] juara Ligue 1, mencetak lebih dari 200 gol di level klub, mungkin akan membuat seorang pemain masuk dalam buku sejarah, atau paling tidak selalu dikenang sebagai salah satu striker tersohor yang pernah ada. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Giroud.
Giroud tak pernah merasakan dielu-elukan publik sepakbola sebagai striker terbaik di generasinya. Namun, kehidupan tetap berjalan. Giroud dengan dedikasi besarnya terhadap sepakbola terus bermain dengan segala kerendahan hatinya. Itulah Giroud, jauh dari gemerlap kebintangan, tak suka membuat kontroversi di dalam dan luar lapangan. Tapi telah membuktikan sebagai seorang jawara dunia. Mungkin, publik sepakbola baru akan sadar ketika dia gantung sepatu, bahwa jagat sepakbola pernah memiliki striker terbaik dunia yang terlupakan.