Solusio Ok.docx

  • Uploaded by: Libertus Si Maman
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Solusio Ok.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,226
  • Pages: 23
SOLUSIO PLASENTA

A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Pengertian Solusio plasenta adalah Lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya di atas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak. (Sastra winata sulaiman Dkk,Obsterti Ilmu Kesehatan Reproduksi ,edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,2003 hal.91)

Solusio plasenta adalah Lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya.(Manjoer Ariff dkk,Kapita selekta kedokteran edisi II, jilid I penerbit Media Aesculapius FKUI 2001 hal.279).

2. Etiologi Penyebab utama dari solusio plasenta ,masih belum di ketahui dengan jelas beberapa hal yang merupakan factor-faktor yang berpengaruh pada kejadian antara lain : a. Hipertensi esensialis atau preeklamsia b. Tali pusat yang pendek c. Trauma d. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena kava inferior e. kehamilan ganda pada waktu anak pertama lahir. f. Dekrompresi uterus mendadak g. Anomali atau tumor uterus h. Defisiensi gizi i. Merokok j. Konsumsi alcohol k. Penyalagunaan kokain l. Obstruksi venakava inferior dan vena ovarikal

3. Patofisiologi Terjadinya solusio plasenta di picu oleh perdarahan ke dalam desiduabasalis. Yang kemudian terbelah dan meningagalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desisual yang menyebabkan pelepasan,Kompresi,dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma, retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah,hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta.karen uterus tetap berdistensi dengan adaya janin,uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.

4. Manifestasi klinis Perdarahan yang di sertai nyeri, juga di luar his Anemi dan syok, beratnya anemi dan syok, sering tidak sesuai dengan banyak darah yang keluar, rahim keras seperti papan dan nyeri di pegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang placenta hingga rahim teregang, palpasi sukar karena rahim keras, vundus uteri makin lama makin naik bunyi jantung biasanya tidak ada, pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah) Sering ada proteinuri karena di sertai preeklamsia

5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan

laboratorium

darah:

Hemoglobin,

Hematokrit,

Trombosit,

waktuprotrombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen dan elektrolit plasma, KTG untuk menilai kesejahteraan janin, USG untuk menilai letak plasenta,usia gestasi,dan keadaan janin

6. Komplikasi a. Oliguria b. Gagal ginjal c. Gawat janin d. Kematian janin e. Apoplesia uteroplasenta(Uterus couvelaire) f. Bila janin dapat di selamatkan,dapat terjadi komlikasi afiksia,Bblr dan sindrom gagal nafas.

7. Klasifikasi Penempilan solusio plasenta di bagi menjadi: a. Solusio plasenta ringan. Ruptur snus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervagina berwarna kehitaman dan sedikit.Perut agak tersa sakit atau terus menerus agak tegang.Bagian-bagian janin masih muda teraba.

b. Solsio plasenta sedang Plasenta telah terlepas lebih dari ¼ .Tanda dan gejala dapat tibul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit perut terus aenerus lalu terjadi perdarahan pervagina.Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian jann sukar di raba. Telah ada tanda-tanda persalinan.

c. Solusio plasenta berat Plasenta telah telah terlepas dari 2/3 permukaannya penderita jatu syok dan janinnya telah meninggal.Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.Perdarahan Pervaginam bisa belum terjadi.Telah ada kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal.

8. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Medis 1) Solusio plasenta ringan a) Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak b) Keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan secara konservatif c) Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang masih baik dilakukan SC d) Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan premature dilakukan perawatan inap

2) Solusio plasenta tingkat sedang dan berat Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderita. Tatalaksananya adalah : a) Pemasangan infuse dan transfusi darah

b) Memecahkan ketuban c) Induksi persalinan atau dilakukan SC

3) Terapi konservatif (ekspetatif) Prinsipnya kita hanya menunggu sampai perdarahan berhenti dan pertus berlangsung spontan.Menurut cara ini perdarahan akan berhneti sendiri jika tekanan intara uterin bertamba lama bertamba tinggi sehingga menekan pembuluh dara arteri yang robek sambil menunggu atau mengawasi kita berikan: a) Suntikan morfin subkutan b) Stimulasi dengan kardiotonika seperti :coramine, cardisol, pentasol c) Transfusi darah

4) Terapi aktif Prinsip kita mencoba melakukan tindakan dengan maskud agar anak segera di lahirkan

dan

perdarahan

berhenti

misalnya

dengan

operatif

dan

obstetric.Langka-langka: a) Amniotomi (pemecahan ketuban) dan pemberian oksitosin kemudian awasi serta pimpin partus spontan. b) Accouchementforce,pelebaran

dan

peregangan

serfiks

di

ikuti

denganpemasangan cunam wilet gausz atau fersibrakston-hicks. c) Bila pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap,dean kepala sudah turun sampai hodge III-IV,maka bila hjanin hidu lakukan ekstrasi fakum atau forest tetapi bila janin meninggal lakukanlah embriotomi. d) Seksiosesarea biasanya di lakukan pada keadaan: 

Solusioplasenta dengan anak hidup,pembukaan kecil.



Solusioplasenta dengan toksemia berat,perdarahan agak banyak,tetapi pembukaan masih kecil.



Solusioplasenta dengan panggul sempit atau letak lintang

e) Histerektomi

dapat

dilakukan

bila

terjadi

afibrinogenemia

atau

hipofibrinogenemia dan kalo persediaan darah atau fibrinogen tidak atau tidak cukup.selain itu juga ada coufilair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak baik

f) Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin di pertahan kan Pada hipofibrinogenemia,berikan darah segar beberapa kantong plasma darah dan fibrinogen 4-6 gram.

b. Penatalaksanaan Keperawatan 1) Anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri ,tidak melakukan senggama,menghindari peningkatan tekanan rongga perut,misalnya batuk,mengedan karena sulit buang air besar. 2) asang infus NACL fisiologis.Bila tidak memungkinkan beri cairan peroral. 3) Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan.Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.

B. KONSEP DASAR ASKEP 1. Pengkajian a. Anemnesis 

Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut;kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang paling sakit,dimana plasenta terlepas.



Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (Non-recurrent) terdiri dari darah segar dan beku-bekuan darah



Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi)



Kepala terasa pusing,lemas,muntah,pucat,pandangan berkunang-kunang,ibu kelihatan anemis tidak sesuai banyaknya darah yang keluar



Kadang-kiadang ibu dapat menceritakan trauma dan factor kausal yang lain.

b. Inspeksi 

Pasien gelisah,sering mengerang karena kesakitan



Pucat,sianosis,keringat dingin



Kelihatan darah pervaginam

c. Palpasi 

Fundus

uteri

tambah

naik

karena

terbentuknya

retroplasenter

hematoma;uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan 

Uterus teraba tegang dank eras seperti papan yang di sebut uterus in bois(woonden uterus)baik waktu his maupun di luar his



Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas



Bagian –bagian janin susah di kenali,Karena perut (uterus) tegang

d. Auskultasi Sulit karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas 140,kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.

e. Pemeriksaan dalam 

Serfiks bisa telah terbuka atau masih tertutup



Kalo sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik sewaktu his atau di luar his



Kalo ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, di sebut prolapsus plasenta,ini sering di kacaukan dengan plasenta previa.

f. Pemeriksaan Umum 

Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler,tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.



Nadi cepat,kecil,filiformis

g. Pemeriksaan laboratorium 

Urin Albumin(+) ,pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit



Darah Hb menurun (anemi),pemeriksaan golongan darah,kalo bisa cross match test.Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah

a/hipofibrinogenemia,maka di periksakan pula COT (Clot Observation test)tiap 1 jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg %).

h. Pemeriksaan plasenta Sesudah bayi dan plasenta lahir,kita periksa plasentanya.Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas(krater)dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta,yang di sebut hematoma retroplasenter.

Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d tekanan darah meningkat 2. Defisist volume cairan tubuh b/d perdarahan 3. Gangguan perfusi jaringan tubuh b/d terlambatnya peredaran darah ke jaringan bagian distal 4. Resti cedera terhadap janin b/d insufiensi plasenta 5. Ketakutan b/d ancaman kematian terhadap diri sendiri dan janin Intervensi Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d tekanan darah meningkat Tujuan Kriteria Hasil

: Klien akan menunjukan nyeri/ketidak nyamanan hilang : 

Nyeri hilang



TTV dalam batas normal



Nyeri tekan hilang atau berkurang

Intervensi dan rasional a. Tentukan sifat dan lokasi dan durasi nyeri,kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri abdomen R/ Membantu di dalam mendiagnosa dalam memilih tindakan,solusio

plasenta

dengan nyeri hebat ,khususnya bila terjadi hemoragi renoplasenta tersembunyi

b. Kaji stress psikologi klien atau pasangan dan respon emosional terhadap kejadian R/ Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat ketidak nyamanan karena sindrom ketegangan,karena sindrom ketegangan,takut nyeri.

c. Berikan lingkungan yang tenang untuk mengalihkan rasa nyeri, instruksikan klien menggunakan metoderelaksasi (misalnya napas dalam dan distraksi) R/ Dapat membantu dalam menurunkan tingkatan ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.

d. Kolaborasi pengosongan rahim secepat mungkin dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus dan oksytoksin R/ Pemecahan ketuban tidak dimaksudkan untuk menghentikan perdarahan tapi untuk mempercepat persalinan dan mengurangi regangan dinding rahim

e. Berikan obat sesuai indikasi R/ mengurangi rasa nyeri

2. Defisit volume cairan tubuh b/d perdarahan Tujuan

: Klien akan mempertahankan keseimbangan tubuh yang adekuat

Kriteria hasil : 

TTv dalam batas normal



Pengisian kapiler cepat



Tidak anemia pucat

Intervensi dan rasional a. Evaluasi,laporkan dan catat jumlah serta kehilangan darah R/ Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnose

b. Catat tanda-tanda vital,pengisian kapiler pada dasar kuku,arna membran mukosa atau kulit dan suhu R/ sianosis dan perubahan pada tekanan darah dan nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok

c. Pantau aktivitas uterus,dan adanya nyeri tekan abdomen R/ Membantu menentukan sifat hemoragi dan kemungkinan hasil dan peristiwa hemoragi

d. Pantau masukan atau keluaran cairan R/ menentukan luasnya kehilangan cairan

e. Kolaborasi berikan larutan intravena,ekspander plasma dan darah lengkap atau selsel kemasan sesuai indikasi R/ Meningkatkan volume darah,sirkulasi,dan mengatasi gejala-gejala syok

3. Gangguan perfusi jaringan tubuh b/d terlambatnya peredaran darah ke jaringan bagian distal Tujuan : klien akan menunjukan perfusi jaringan yang adekuat Kriteria hasil : 

TTV dalam batas normal



Perdarahan berkurang atau hilang

Intervensi dan Rasional a. Perhatikan status psikologi ibu ,status sirkulasi dan volume darah R/ Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan,kemungkinan menyebabkan hipodemia atau hipoksia urgioplasenta

b. Auskultasi dan laporan DJJ, bradikardia dan takikardia catat perubahan pada aktivitas janin R/ Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin.Pada awalnya janin berespon pada enurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan.

c. Catat kehilangan darah ibu mungkin dan adanya kontraksi uterus R/ Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta.

d. Catat perkiraan tanggal Kehilangan (PTK) dan tinggal fundus R/ PTK memberikan perkiraan untuk menentukan viabilitas janin

e. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri R/ menghilangkan tekanan pada vena inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta (janin dan pertukaran oksigen )

f. Kolaborasi berikan suplemen oksigen klien R/ Meningkatkan ketersediaan oksigen utnuk janin

4. Resti cedera terhadap janin b/d insufiensi plasenta Tujuan :Klien akan menunjukan berkurangnya ketakutan dan perilaku yang menun jukan ketakutan

Kriteria hasil : 

Tidak takut



Tidak gelisah

Intervensi dan Rasional a. Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan R/ Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi

b. Pantau respon verbal dan nonverbal klien /pasangan R/ Menendakan tingkat rasa takut yang sedang di alami klien/pasangan

c. Dengarkan masalah klien R/ Memberikan kesempatan mengungkapkan ketakutan atau masalah dan untuk mengembangkan solusi sendiri

d. Berikan jaaban yang jujur R/ jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan baik

5. Ansietas b/d ancaman kematian terhadap diri sendiri dan janin Tujuan : klien akan menunjukan perubahan perilaku atau gaya hidup untuk menekan kadar resiko dalam melindungi diri serta janin. Kriteria hasil : 

Tidak takut



Tidak ada perdarahan

Intervensi dan Rasional a. Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin seperti anemia atau hemoragi R/ factor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi oksegenasi ibu mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen janin / plasenta

b. Tentukan penyalagunaan zat seperti tembakau alcohol dan obat-obatan lain R/ Penggunaan /penyalagunaan dapat mengakibatkan sindrom alcohol janin sampai kelainan/perlambatan perkembangan yang khusus

c. Kaji adanya potensial resiko pada janin R/ Bayi yang lahir dari ibu solusio plasenta bersifat prematuritas ,berat badan lahir rendah dan trauma kelahiran

d. Kolaborasi

singkirkan

masalah

maternal

atau

obat-obatan

mempengaruhi peningkatan DJJ(mis:anemia) R/ factor-faktor dapat meningkatkan frekuensi jantung ibu dan janin.

yang

dapat

PEMBAHASAN PLASENTA PREVIA

A.

KONSEP DASAR MEDIS

1.

Pengertian

Plasenta prefia adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. (Manjoer Arif dkk,Kapita selekta kedokteran edisi II, jilid I penerbit Media Aesculapius FKUI 2001 hal 276). Plasenta prefia adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawa rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir(ostium uteri internal).(Mochtar Rustam, Sinobsis Obstetri ,Jilid I, edisi II EGC:1998,hal 269) Plasenta prefia adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.(Sastrawinata sulaiman,obstertri patologi ilmu kesehatan patologi edisi 2,EGC:2005,hal.83) 2.

Klasifikasi

Plasenta Previa Totalis ; seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta. Plasenta Previa Lateralis ; hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta. Plasenta Previa Marginalis ; hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan plasenta. d.

(Sastra Winata Sulaiman Dkk,Obsterti Ilmu Kesehatan Reproduksi ,edisi 2, Penerbit Buku

Kedokteran EGC,2003 hal.84) 3.

Etiologi

Umur dan Paritasi Pada primigravida,umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada umur di bawah 25 tahun lebih sering pada paritas Hipoplasia endometrium:bila hamil pada umur muda Endometrium cacat pada bekas persalinan perulang-ulang,bekas operasi,kuretase dan manual plasenta.

Korpus luteum bereaksi lama endometrium belum siap menerima konsepsi. Tumor-tumor seperti mioma uteri dan polip endometrium. Kadang-kadang pada malnutrisi (MPH,Mochtar Rustam.dr Prof.Jilid 1,Edisi 2 EGC:1998 Hal 272)

4.

Patofisiologi

Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu,saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis ,umumnya terjadi pada trimester 3 karena uterus lebih banyak mengalami perubahan –perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus merginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otak segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal,implantasi plasenta di segmen bawah rahim disebabkan : Endometrium difundus uteri belum siap menerima implantasi Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi janin 5.

Manifestasi Klinis

Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri. Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun ; baru ketika ia bangun,ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke tujuh. Hal ini disebabkan oleh : 1)

Perdarahan sebelum bulan ke tujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus.

2)

Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakkan antara plasenta dan dinding

rahim. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak di bawah kutub bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.

Pada plasenta previa ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal serta robekannya marginal sedangkan plasenta letak rendah robekkannya beberapa cm dari tepi plasenta. (Sastra winata sulaiman Dkk,Obsterti Ilmu Kesehatan Reproduksi ,edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,2003 hal.86) Perdarahan biasanya terjadi pada trimester ketiga,erdarahan pervaginam berwarna kehitam – hitaman yang sedikit sekali tanpa rasa nyeri sampai dengan yang di sertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok, dan kematian janin intrauterin. Tanda vital dapat normal sampai menunjukan tanda syok. Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian –bagian janin sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah. (Manjoer Ariff dkk,Kapita selekta kedokteran edisi 2, jilid I penerbit Media Aesculapius FKUI 2001 hal.279). 6.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium darah: hemoglobin, hematokrit,trombosit,waktu protrombin,waktu pembekuan,waktu tromboplastin parsial,kadar fibrinogen dan elektrolit plasma KTG untuk menilai kesejahteraan janin. USG untuk menilai letak plasenta,usia gestasi,dan keadaan janin. (Manjoer Ariff dkk,Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2, Jilid I, Penerbit Media Aesculapius FKUI 2001, Hal.279).

7

Komplikasi

Prolaps tali pusat Prolaps plasenta Plasenta melekat,sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dengan kerokan. Robekan – robekan jalan lahir karena tindakan

Perdarahan pos partum Infeksi karena perdarahan yang banyak Bayi prematur atau lahir mati (MPH,Mochtar Rustam.dr Prof.Edisi 2 Jilid 1,EGC:1998 Hal 272

8

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu : Terminasi Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut misalnya : kehamilan cukup bulan,perdarahan banyak,parturien,dan anak mati ( tidak selalu ) 1)

Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,yang dengan

demikian menutup pembuluh – pembuluh darah yang terbuka ( Tamponade pada plasenta ). 2)

Dengan seksio sesarea dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim dapat

berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada persalinan pervaginam. Ekspektatif Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup didunia luar baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ekspektatif ialah bahwa keadaan ibu dan anak masih baik ( HB nya normal ) dan perdarahan tidak banyak. Pada terapi ekspektatif pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak ±2500 gr atau kehamilan sudah samapi 37 minggu. Selama terapi ekspektatif diusahakan untuk menetukkan lokalisasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum ibu. Jika kehamilan 37 minggu telah tercapai,kehamilan diakhiri menurut salah satu cara yang telah diuraikan. Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan – tindakan intrauterin. Jenis persalinan yang digunakan untuk pengobatan plasenta previa dan dan kapan melaksanakannya bergantung pada faktor – faktor sbb : Perdarahan yang banyak,pembukaan kecil,nulipara,dan tingkat plasenta

previa yang mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaliknya perdarahan yang sedang atau sedikit pembukaan yang sudah besar,multiparitas dan tingkat plasenta previa yang ringan dan anak yang mati cenderung untuk dilahirkan pervaginam. Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil ( belum matur ) dipertimbnagkan terapi ekspektatif. Perlu diperhatikan bahwa sebelum melakukan tindakan apapun pada penderita plasenta previa,harus selalu tersedia darah yang cukup. Cara – cara vaginal terdiri dari : Pemecahan ketuban Versi Braxton Hicks Cunan Willett – Gauss (Sastra winata sulaiman Dkk,Obsterti Ilmu Kesehatan Reproduksi ,edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,2003 hal.86) Penatalaksanaan Keperawatan 1)

Anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri ,tidak melakukan

senggama,menghindari peningkatan tekanan rongga perut,misalnya batuk,mengedan karena sulit buang air besar 2)

Pasang infus NACL fisiologis.Bila tidak memungkinkan beri cairan peroral.

3)

Penanganan di Rumah Sakit dilakukan berdasarkan usia kehamilan,bila terdapat

rejatan,usia gestasi < 37 minggu,taksiran berat janin < 2500 gr,maka : Bila perdarahan sedikit,rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan mobilisasi bertahap Beri kortikosteroid 12 mg intra vena perhari selama 3 hari. Bila perdarahan berulang lakukan PDMO. Bila ada kontraksi,tangani seperti persalinan preterm. Bila tidak ada renjatan,usia gestasi 37 minggu atau lebih,taksiran berat janin 2500 gr atau lebih,lakukan PDMO. Bila ternyata plasenta previa,lakukan persalinan perabdominam. Bila bukan usahakan partus pervaginam. (Manjoer Ariff dkk,Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2, Jilid I, Penerbit Media Aesculapius FKUI 2001, Hal.278).

B. KONSEP DASAR ASKEP 1.

Pengkajian

Anamnesis 1)

Gejala pertama yang membawa sisakit ke Dokter atau Rumah Sakit adalah perdarahan

pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut ( trimester 3 ) 2)

Sifat perdarahannya tanpa sebab ( causeless ),tanpa nyeri ur( painless ) ,dan berulang (

recurrent ). Perdarahan timbul sekonyong – konyong tanpa sebab apapun. Kadang – kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah dipenuhi darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak dari sebelumnya sebab dari perdarahan ialah karena ada plasenta dan pembuluh darah yang robek karena terbentukknya segmen bawah rahim, terbukanya ostium atau oleh manipulasi intravaginal atau rektal. Sedikit atau banyaknya perdarahan tergantung pada besar dan banyaknya pembuluh darah yang robek dan plasenta yang lepas. Biasanya wanita mengatakan banyaknya perdarahan dalam berapa kain sarung,berapa gelas dan adanya darah – darah beku ( stosel ) Inspeksi Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam ; banyak,sedikit,darah beku dsb. Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan pucat atau anemis. Palpasi Abdomen Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah. Sering dijumpai kesalahan letak janin. Bagian terbawah janin belum turun,apabila letak kepala,biasanya kepala masih goyang atau terapung ( floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul. Bila cukup pengalaman ( ahli ) dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim,terutama pada ibu yang kurus. Pemeriksaan Inspekulo Dengan memakai spekulum secara hati – hati dilihat dari mana asal perdarahan,apakah dari dalam uterus atau dari kelainan serviks,vaginal,varises pecah dan lain – lain.\ Pemeriksaan Radio – Isotop

Plasentografi jaringan lunak ( soft tissue plasentography ) yaitu membuat foto dengan sinar rontgen lemah untuk mencoba melokalisir plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli radiologi yang berpengalaman . Sitografi ; mula – mula kandung kemih dikosongkan,lalu dimasukkan 40 cc larutan NaCL 12,5 %,kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih berselisih > dari 1 cm, maka terdapat kemungkinan plasenta previa. Plasentografi indirek ; yaitu membuat fotoseri lateral dan anteroposterio yaitu ibu dalam posisi berdiri atau duduk ½ berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi berpengalaman dengan cara menghitung jarak antara kepala simpisis dan kepala promontorium. Arteroigrafi ; dengan memasukkan zat kontras kedalam arteri vermoralis. Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka ia akan banyak menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat dalam foto dan juga lokasinya. Amniografi: dengan memasukan zat kontras kedalam rongga amnion, lalu di buat foto dandi lihat dimana terdapat daerah kosong (diluar janin) dalam rongga rahim. Radio- isotop plasentografi ; dengan menyuntikkan zat radio aktif biasanya RISA ( rdoiodinated serum albumin) secara intravena lalu diikuti dengan detektor GMC. Ultrasonografi Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin. Cara ini sudah mulai dipakai di Indonesia. Pemeriksaan Dalam Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetrik untuk diagnosis plasenta previa. Walaupun ampuh namun kita harus berhati – hati karena bahayanya juga sangat besar. Bahaya pemeriksaan dalam : Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat. Hal ini sangat berbahaya bila sebelumnya kita tidak siap dengan pertolongan segera. Terjadi infeksi Menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus dan prematurus.

Tehnik dan Persiapan Pemeriksaan Dalam Pasang infus dan persiapkan donor darah. Kalau dapat,pemeriksaan dilakukan di kamar bedah dimana fasilitas operasi segera telah tersedia. Pemeriksaan dilkukan secara hati – hati dan secara lembut. Jangan langsung masuk kedalam kanalis servikalis,terapi raba dulu bantalan antara jari dan kepala janin dan forniks ( anterior dan posterior ) yang disebut uji forniks. Bila ada darah beku dalam vagina keluarkan sedikit – sedikit dan pelan – pelan. Kegunaan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum : Menegakkan diagnosis apakah perdarahan oleh plasenta previa tau oleh sebab – sebab lain. Menentukkan jenis klasifikasi plasenta previa,supaya dapat diambil dan sikap tindakan yang tepat. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum : Perdarahan banyak lebih dari 500 cc. Perdarahan yang sudah berulang – ulang ( recurent ). Perdarahan sekali,banyak,dan Hb di bawah 8 gr %,kecuali bila persediaan darah ada dan keadaan sosial ekonomi penderita baik His telah mulai dan janin sudah dapat hidup diluar rahim. (MPH,Mochtar Rustam.dr Prof.Edisi 2 Jilid 1,EGC:1998 Hal 274 ) Patofiologi Berhubungan Dengan Penyimpangan KDM

2.

Diagnosa Keperawatan

Defisit volume cairan b.d output yang berlebihan Gangguan perfusi jaringan b.d transport O2 dan nutrisi ke jaringan menurun. Cemas b.d ketidaktahuan

3.

Intervensi keperawatan Diagnosa 1. Devisit volume cairan b.d output yang berlebihan : Klien akan menunjukkan adanya tanda – tanda keseimbangan

Tujuan

volume cairan . Kriteria hasil : Perdarahan pada vagina berkurang Intervensi

:

Evalusi dan laporkan serta catat jumlah serta sifat kehilangan darah,lakukan perhitungan pembalut,timbang pembalut. R/ perkiraan kehilangan darah membantu diagnosa setiap gram peningkatan berat pembalut = kira – kira 1 ml darah. Lakukan tirah baring,instruksikan klien untuk menghindari falsoiva maneuver dan koitus. R/ perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas peningkatan tekanan abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus ) dapat merangsang perdarahan. Posisikan klien dengan tepat,telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semifowler pada plasenta previa,hindari posisi trendelemburg. R/ mengalami keadekuatan darah yang tersedia untuk otak. Peninggian panggul menghindari kompresi vena cava. Posisi semifowler memungkinkan janin bertindak sebagai tampon. Posisi trendelumberg dapat menurunkan keadaan pernapasan ibu. Catat TTV,pengisian kapiler pada dasar kuku,warna membran mukosa atau kulit dan suhu,ukuran vena sntral bila ada. R/ membantu menetukkan beratnya kehilangan darah meskipun sianosis dan perubahan pada TD dan nadi merupakan tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi dan syok,juga pantau keadekuatan pengganti cairan. Kolaborasi Berikan larutan intravena,ekpander plasma,darah lengkap atau sel – sel kemasan sesuai indikasi. R/ meningkatkan volume darah,sirkulasi dan mengatasi gejala – gejala syok.

Diagnosa 2. Gangguan perfusi jaringan b.d trnansport O2 dan nutrisi ke jaringan menurun Tujuan

: klien akan menunjukka perfusi jaringan yang adekuat

kriteria hasil

:

Perdarahan vagina hilang BJJ normal atau dapat di dengar. Intervensi

:

Perhatikan status fisiologis ibu,status sirkulasi dan volume cairan darah. R/ kejadian darah potensial merusak hasil kehamilan,kemungkinan menyebabkan hipovolemia dan hipoksia uteri plasenta. Catat kehilangan darah ibu dn adanya kontraksi uterus R/ bila kontraksi uterus diservik tirah baring dan mendekati mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan,kehilangan darah ibu berlebihan menurunkan perfusi plasenta. Anjurkan tirah baring pada posisi miring ke kiri. R/ menghilangkan tekanan pada vena cava inferior dan meningkatkan sirkulasi,plasenta atau janin dan pertukaran oksigen. Kolaborasi § Berikan suplay O2 pada klien § R/ meningkatkan ketersediaan oksigen untuk janin. Diagnosa 3.

Kecemasan b.d ketidaktahuan

Tujuan : Klien akan menunjukan profil darah dengan hitung SDP,HB dan pemeriksaan koagulasi DBN normal. Intervensi : Kaji jumlah darah yang hilang,pantau / tanda syok. R/ hemoragi berlebihan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibatkan infeksi pasca partum,anemia pasca partum Pantau respon merugikan pada pemberian darah seperti alergi untuk reaksi hemolisis,infeksi.

R/ penekanan dan intervensi dini dapat mencegah situasi yang mengancam hidup Berikan informasi tentang resiko penerimaan produksi darah R / menghindari terjadi komplikasi seperti hepatitis,HIV,dapat tidak bermanifestasi selama perawatan di RS Kolaborasi Dapatkan golongan darah dan pengecekan silang R / meyakinkan produk yang tepat akan tersedia bila di perlukan pengganti darah Berikan pengganti cairan R / memepertahankan volume sirkulasi untuk mengatasi kehilangan cairan

Related Documents


More Documents from "Aulia Dwi Zhukmana"