SOLUSIO PLASENTA MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem reproduksi
Disusun Oleh : Kelompok 2 Faroh Munifah Kholda DJ Lara Aprily Maratus Sholihah Nia Nursoleha Nurwati Rinda Nurul Ridwansyah Septian Adi Prasetya Sugi Hartono Syifa NM Teguh Nur Khalifa Widya Fitriyani
YAYASAN INDRA HUSADA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN INDRAMAYU 2017
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternalplasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelumwaktunya yakni sebelum anak lahir. Di berbagai literatur disebutkan bahwa risiko mengalamisolusio plasenta meningkat dengan bertambahnya usia. Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum yangmemberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Terdapatfaktor-faktor lain yang ikut memegang peranan penting yaitu kekurangan gizi, anemia,paritas tinggi, dan usia lanjut pada ibu hamil. Di negara yang sedang berkembang penyebabkematian yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penangannya(direct obstetric death)
adalah
perdarahan,
infeksi,
preeklamsi/eklamsi.
Selain
itu
kematianmaternal juga dipengaruhi faktor-faktor reproduksi, pelayanan kesehatan, dan sosioekonomi.Salah satu faktor reproduksi ialah ibu hamil dan paritas. Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah
keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan
syok. Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi
pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu. Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi. Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.
B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi solusio plasenta ? 2. Apa klasifikasi solusio plasenta? 3. Bagaimana etiologi dari solusio plasenta ? 4. Apa saja patofisiologi dari solusio plasenta ? 5. Apa saja gambaran klinis dari solusio plasenta ? 6. Apa saja diagnosis untuk pasien dengan solusio plasenta ? 7. Apa saja komplikasi dari solusio plasenta ? 8. Apa prognosis dari solusio plasenta ?
B. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi solusio plasenta. 2. Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta. 3. Untuk mengetahui etiologi dan solusio plasenta. 4. Untuk mengetahui patofisiologi dari solusio plasenta. 5. Untuk mengetahui gambaran klinis dari solusio plasenta. 6. Untuk mengetahui diagnosis untuk solusio plasenta. 7. Untuk mengetahui komplikasi dari solusio plasenta. 8. Untuk mengetahui prognosis dari solusio plasenta.
BAB II LANDASAN TEORI A. DEFINISI Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan, maternal plasentadari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunyayakni sebelum anak lahir. Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasentadari tempat implantasinya yang normal pada lap isan desidua endometrium sebelum waktunyayakni sebelum anak lahir. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus uteri/korpus uteri sebelum janin lahir (PB POGI,1991). Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau berat janin di atas 500 gr (Rustam 2002 ).
Solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (menurut buku obstetric patologi 2002). Solusio plasenta atau abrupsion plasenta adalah pelepasan sebagian atau keseluruhan plasenta dari uterus selama hamil dan persalinan (Chapman V,2003) Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable,
dimana plaesnta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korfus) terkelupas atau terlepas sebelum kala III (Achadiat,2004). Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasi nya pada korpus uteri sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya plasenta dapat sebagian (parsialis),atau seluruhnya(to talis)atau hanya rupture pada tepinya (rupture sinus marginalis) (dr.Handayo,dkk) Klasifikasi Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian akan merembes anatara plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina (revealed hemorrhage). Akan tetapi, ada kalanya, walaupun jarang, perdarahan tersebut tidak keluar melalui vagina(concealedhemorrhage)jika:
Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding Rahim
Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah ketuban pecah karenanya
Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah rahim. Dalam klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya
gambaran klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan, solusio plasenta sedang dan solusio plasenta berat. Yang ringan biasanya baru di ketahui setelah plasenta lahir dengan adanya hematoma yang tidak luas pada permukaan maternal atau adanya ruptura sinus marginalis. Pembagian secara klinik ini baru definitif bila ditinjau retrospektif karena solusio plasenta sifatnya berlangsung progresif yang berarti solusio plasenta yang ringan bisa berkembang mejadi lebih berat
dari waktu ke waktu. Keadaan umum penderita bisa menjadi buruk apabila perdarahannya cukup banyak pada kategori concealed hemorrhage. 1. Solusio placenta ringan Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% tetapi atau ada yang menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml. Tumpahkan darah yang keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari sedikit sampai seperti menstruasi yang banyak. Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warba darah yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada. 2. Solusio placenta sedang Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mencapai separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml tetapi belum mencapai 1.000 ml. Umumnya pertumpahan darah terjadi ke luar dan ke dalam bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus, denyut jantung janin menjadi cepat, hipotensi dan takikardia 3. Solusio placenta berat Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar telah mencapai 1.000 ml atau lebih. Pertumpahan darah bisa terjadi ke luar dan kedalam bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinik jelas, keadaan umum penderita buruk disertai syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal
yang
ditandai
pada
oliguri
biasanya
telah
ada.
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda-tanda klinisnya, sesuai derajat terlepasnya plasenta. Pada solusio placenta, darah dari tempat pelepasan mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim dan akhirnya keluar dari serviks dan terjadi solusio placenta dengan pendarahan keluar
tampak. Kadang-kadang darah tidak keluar tapi
berkumpul di belakang placenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan ini disebut perdarahan ke dalam/tersembunyi. Kadang-
kadang darah masuk ke dalam ruang amnion sehingga perdarahan teteap bersembunyi.
B. ETIOLOGI Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi. 1. Faktor kardio-reno-vaskuler Glomerulonefritis
kronik,
hipertensi
essensial,
sindroma
preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. 2. Faktor trauma a. Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli. b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan c. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain 3. Faktor paritas ibu Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium 4. Faktor usia ibu Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. 5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) Yang hamil dapat menyebabkan silusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma. 6. Faktor pengunaan kokain Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasmepembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitive. 7. Faktor kebiasaan merokok Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya 8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta 9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain. C. PATOFISIOLOGI Terjadinya solusio plasenta di picu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudia terbelah dan meningkatkan lapisan tipi yang melekat pada mometrium. Sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan. Kompresi dan ahirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetep berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
D. PATHWAY
Trauma eksternal Trauma eksternal Defisiensi gizi
dekompresi uterus mendadak
tali pusat pendek
Merokok
Alkohol
Vosokonstriksi arteri spiralis
Peregangan berlebihan uterus
Kokain
Obstruksi Vena kava inferior
Aliran darah ke jantung (atrium kanan)
Trombosis COP Suplai O2 & nutrisi ke janin me
Janin kecil
Alirah darah ke desidua/ endometrium Anumali tumor uteri
Aliran darah ke seluruh tubuh berkurang
Perendaran darah me ke tumor Aliran darah ke uterus me
Degenerasi desidua
Tubuh merasa tidak mampu untuk mempertahankan janin
Ruptur arteri spiralis desidua
Perdarahan ke dalam desidua bosalus
Ektravasi hebat
Darah masuk ke kantung ketuban
MK : Nyeri
Uterus tegang Hematoma retroplasenta
Pertambahan besar hematoma
Tekanan di belakang plasenta
Sebagian atau seluruh plasenta lepas dari dinding uterus
Darah menembus selaput ketuban
Kematian
Penanganan lama
Abruptio/solusio plasenta
Oliguria dan proteinria
Uterus couvelair
Seluruh permukaan uterus akan berbecak biru atau ungu (uterus couvelaire)
Darah mengadakan ekstravasi diantara serabut otot uterus
Nekrosis tubuli ginjal akut atau nekrosis korteks ginjal akut
Gangguan perfusi ginjal MK : gangguan eliminasi urin
kerusakan jantung miometrium dan pembekuan retroplasenta
MK : volume cairan
Pembekuan intravaskuler
Syok
Persediaan fibrinogen akan habis
COP
Hipofibrinogenemi a
Perendaran darah
Gangguan pembekuan darah
Volume darah
Darah akan menyelundupkan di bawah selaput ketuban
Darah keluar ke vagina
MK : ansietas MK: risiko infeksi
MK : syok hipovolemik
MK: ketidakefektifan perfungsi jaringan
E. MANIFESTASI KLINIS 1. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri diperut yang terus-menerus, warna darah merah kehitaman. 2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul dibelakang plasenta hingga rahim teregang (wooden uterus) 3. Palpasi janin sulit karena rahim keras 4. Fundus uteri makin lama makin naik 5. Auskultasi DJJ sering negatif 6. Sering terjadi reniatan (hipvolemik dan neurogenik) 7. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan Macam-Macam solusio Plasenta : 1. Solusio plasenta ringan Salah satu tanda kecurigaan solusio plasenta adalah perdarahan pervaginam yang kehitam hitaman, berbeda dengan perdarahan pada plasenta previa yang berwarna merah segar. 2. Solusio plasenta sedang Plasenta telah terlepas 1/4 – 1/2 bagian .Walaupun
perdarahan
pervaginam tampak sedikit, seluruh perdarahannya yang mungkin telah mencapai 1000 ml. Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian – bagian janin sukar teraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantungnya sulit didengar dengan stetoskop biasa, harus dengan stetoskop ultrasonic. Tanda – tanda persalinan biasanya telah ada, dan persalinan akan selesai dalam 2 jam. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun kebanyakan terjadi pada solusi plasenta berat. 3. Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari ½ permukaannya
Dapat terjadi syok, dan janin meninggal
Uterus tegang seperti papan, dan sangat nyeri.
F. KOMPLIKASI Komplikasi dapat terjadi baik pada ibu maupun janin Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu antara lain: 1. Perdarahan baik anterpartum, intrapartum, maupun post – partum 2. Koagulopati konsumtif, DIC ; solusio plasenta merupakan penyebab koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan 3. Utero- urinal reflex 4. Ruptur uteri Komplikasi yang dapat terjadi pada janin antara lain Hipoksi , anemia retardasi pertumbuhan, kelainan susunan saraf pusat, dan kematian janin. Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu : 1. Syok perdarahan Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah. 2. Gagal ginjal Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta. Pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjl yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong
dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuriakan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui oleh pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hialng secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah. 3. Kelainan pembekuan darah Kelainan pembekuan darah dan solusio plasenta biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. 4. Apoplexia Uteroplacenta (Uterus Couvelaire) Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otootot rahim dan di bawah perimetrium latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus Couvelaire. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin : a. Fetal distress b. Gangguan pertumbuhan/perkembangan c. Hipoksia d. Anemia e. Kematian janin f. Kelainan susunan saraf pusat
G. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Konservatif Menunda pelahiran mungkin bermamfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan
hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus dianggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis 2. Aktif Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami
hipovolemia
beratdan
koagulopati
konsumtif.
Apabila
terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervagina kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut 2. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyongkonyong(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman 3. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti 4. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. 5. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain. a. Inspeksi Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan Pucat, sianosis dan berkeringat dingin. Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu). b. Palpasi Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas. Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
c. Auskultasi Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian. d. Pemeriksaan dalam Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup. Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang. Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta a) Pemeriksaan umum Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat dan kecil b) Pemeriksaan laboratorium Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia c) Pemeriksaan plasenta. Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter. d) Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG) Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta.
I. INFORMASI TAMBAHAN 1. Perawatan
solusio
plasenta
yang
dilakukan
tergantung
pada
keadaan bayi yang dikandung dan usia kehamilan. Plasenta yang sudah terlepas dari dinding rahim tidak bisa ditempelkan kembali. 2. Pasien mungkin akan dirawat di rumah sakit jika usia kehamilan di bawah
34
minggu,
detak
jantung
bayi
normal
dan
kondisi
tergolong ringan. Namun jika usia kehamilan sudah di atas 34 minggu dan solusio plasenta membahayakan ibu dan bayi yang dikandung,
maka
dokter
akan
menyarankan
untuk
segera
melakukan proses persalinan, biasanya dengan operasi caesar. Jika ibu
hamil
mengalami
darah akan dilakukan.
pendarahan yang parah, makan
transfusi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI A. Pengkajian Biodata Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara lain: 1. Nama Nama dikaji karena nama digunakan untuk mengenal dan merupakan identitas untuk membedakan dengan pasien lain dan menghindari kemungkinan tertukar nama dan diagnosa penyakitnya. 2. Jenis kelamin Pada solusio plasenta diderita oleh wanita yang sudah menikah dan mengalami kehamilan. 3. Umur Solusio plasenta cenderung terjadi pada usia lanjut (> 45 tahun) karena terjadi penurunan kontraksi akibat menurunnya fungsi hormon (estrogen) pada masa menopause. 4. Pendidikan Solusio plasenta terjadi pada golongan pendidikan rendah karena mereka tidak mengetahui cara perawatan kehamilan dan penyebab gangguan kehamilan. 5. Alamat Solusio plasenta terjadi di lingkungan yang jauh dan pelayanan kesehatan, karena mereka tidak pernah dapat pelayanan kesehatan dan pemeriksaan untuk kehamilan. 6. Riwayat persalinan Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah mengalami pelepasan plasenta.
7. Status perkawinan Dengan status perkawinan apakah pasien mengalami kehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan. 8. Agama Untuk
mengetahui
gambaran
dan
spiritual
pasien
sebagai
memudahkan dalam memberikan bimbingan kegamaan. 9. Nama suami Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberi persetujuan dalam perawatan. 10. Pekerjaan Untuk mengetahui kemampuan ekonomi pasien dalam pembinaan selama istrinya dirawat. 11. Keluhan utama a.
Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri
b.
Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
c.
Perdarahan yang berulang-ulang.
12. Riwayat penyakit sekarang Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli). 13. Riwayat penyakit masa lalu Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek, trauma, uterus / rahim feulidli. 14. Riwayat psikologis Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan penyebabnya.
15. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum 1) Kesadaran : Composmetis sampai dengan coma 2) Postur tubuh : Biasanya gemuk 3) Cara berjalan : Biasanya lambat dan tergesa-gesa 4) Raut wajah : Biasanya pucat b. Tanda-tanda vital 1) Tensi : Normal sampai turun (syok) 2) Nadi : Normal sampai meningkat (> 90x/menit) 3) Suhu : Normal / meningkat (> 370 c) 4) RR : Normal / meningkat (> 24x/menit) c. Pemeriksaan cepalo caudal 1) Kepala : Kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut biasanya rontok / tidak rontok. 2) Muka
: Biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
3) Hidung : Biasanya ada pernafasan cuping hidung 4) Mata
: Conjunctiva anemis
5) Dada
: Bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat da
dangkal, hiperpegmentasi aerola. 6) Abdomen a) Inspeksi : Perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea alba dan ligra b) Palpasi rahim keras, fundus uteri naik c) Auskultasi : Tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin. 7) Genetalia Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur. 8) Ekstimitas Akral dingin, tonus otot menurun.
B. Analisa Data Tanggal, Jam
Data Senjang (DS dan DO)
Penyebab/ Etiologi
Masalah Keperawatan
TTD dan Nama Jelas
3-April-
DS: -
Defisiensi gizi
Gangguan perfusi
(............)
2017, 14.00
DO:
↓
jaringan
Perawat
1. Ps. Tampak sesak napas 2. RR: 27 x/menit
↓
3. Ps.Menggunakan pernapasan hidung 4. CRT 5 detik
Suplai O2 dan nutrisi ke janin manurun
Janin kecil cuping
↓ Tubuh merasa tidak mampu untuk mempertahankan janin ↓ Ruptur arteri spiralis desidua ↓ Perdarahan kedalam desidua bosalus ↓ Hematoma retroplasenta ↓ Pertambahan besar hematoma ↓
Tekanan dibelakang plasenta meningkat ↓ Sebagian atau seluruh plasenta lepas dari dinding uterus ↓ Solutio plasenta ↓ Darah mengadakan ekstravasasi diantara serabut otot uterus ↓ Seluruh permukaan uterus akan berbecak biru atau ungu (uterus couvelaire) ↓ Uterus tegang ↓ Kerusakan jantung miometrium dan pembekuan retroplasenta ↓ Tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu ↓ Pembekuan intravaskuler ↓
Persendian fibrinogen akan habis ↓ Hipofibrinogenemia ↓ Syok hipovolemik ↓ Ketidakefektifan perfusi jaringan 3-April-
DS:-
Defisiensi gizi
2017, 14.00
DO:
↓
1. Ps. Tampak kurang nafsu makan 2. TD: 140/90 mmHg 3. RR: 27x/ menit 4. Ps. Tampak kesakitan
Suplai O2 dan nutrisi ke janin manurun ↓ Janin kecil ↓ Tubuh merasa tidak mampu untuk mempertahankan janin ↓ Ruptur arteri spiralis desidua ↓ Perdarahan kedalam desidua bosalus ↓
Nyeri akut
(............) Perawat
Hematoma retroplasenta ↓ Pertambahan besar hematoma ↓ Tekanan dibelakang plasenta meningkat ↓ Sebagian atau seluruh plasenta lepas dari dinding uterus ↓ Solutio plasenta ↓ Darah menembus selaput ketuban ↓ Darah masuk kekantung ketuban ↓ Ekstravasi hebat ↓ Uterus couvelair ↓ Nyeri akut
3-April-
DS:-
Defisiensi gizi
Potensial terjadinya
(............)
2017, 14.00
DO:
↓
syok hipovolemik
Perawat
1. TD: 140/90 mmHg
Suplai O2 dan nutrisi ke janin manurun
2. Terjadi perdarahan
↓
3. RR: 27x/ menit 4. HR:110x/ menit 5. Keringat dingin 6. Ps. Tampak pucat 7. Kesadaran somnolen
Janin kecil ↓ Tubuh merasa tidak mampu untuk mempertahankan janin ↓ Ruptur arteri spiralis desidua ↓ Perdarahan kedalam desidua bosalus ↓ Hematoma retroplasenta ↓ Pertambahan besar hematoma ↓ Tekanan dibelakang plasenta meningkat ↓
Sebagian atau seluruh plasenta lepas dari dinding uterus ↓ Solutio plasenta ↓ Darah mengadakan ekstravasasi diantara serabut otot uterus ↓ Seluruh permukaan uterus akan berbecak biru atau ungu (uterus couvelaire) ↓ Uterus tegang ↓ Kerusakan jantung miometrium dan pembekuan retroplasenta ↓ Tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu ↓ Pembekuan intravaskuler ↓ Persendian fibrinogen akan habis ↓
Hipofibrinogenemia ↓ Syok hipovolemik 3-April-
DS:-
Defisiensi gizi
2017, 14.00
DO:
↓
1. Tampak gelisah 2. Bingung 3. Ketakutan 4. Khawatir
Suplai O2 dan nutrisi ke janin manurun ↓ Janin kecil ↓ Tubuh merasa tidak mampu untuk mempertahankan janin ↓ Ruptur arteri spiralis desidua ↓ Perdarahan kedalam desidua bosalus ↓ Hematoma retroplasenta ↓ Pertambahan besar hematoma ↓
Ansietas
(............) Perawat
Tekanan dibelakang plasenta meningkat ↓ Sebagian atau seluruh plasenta lepas dari dinding uterus ↓ Solutio plasenta ↓ Darah akan menyelundup di bawah selimut ketuban ↓ Darah keluar ke vagina ↓ Ansietas 3-April-
DS:-
Defisiensi gizi
2017, 14.00
DO:
↓
1. Perilaku hiperbola 2. Ketidakakuratan mengikuti perintah 3. Ketidakakuratan mengikuti tes 4. Pengungkapan masalah
Suplai O2 dan nutrisi ke janin manurun ↓ Janin kecil ↓ Tubuh merasa tidak mampu untuk mempertahankan janin ↓
Defisit pengetahuan
(............) Perawat
Ruptur arteri spiralis desidua ↓ Perdarahan kedalam desidua bosalus ↓ Hematoma retroplasenta ↓ Pertambahan besar hematoma ↓ Tekanan dibelakang plasenta meningkat ↓ Sebagian atau seluruh plasenta lepas dari dinding uterus ↓ Solutio plasenta ↓ Darah akan menyelundup di bawah selimut ketuban ↓ Darah keluar ke vagina ↓ Ansietas
↓ Defisit pengetahuan 3-April-
DS:-
Defisiensi gizi
Resiko tinggi
(............)
2017, 14.00
DO:
↓
terjadinya fetal distres
Perawat
1. DJJ: 180x/ menit 2. Pergerakan bayi kurang
Suplai O2 dan nutrisi ke janin manurun ↓ Janin kecil ↓ Tubuh merasa tidak mampu untuk mempertahankan janin ↓ Ruptur arteri spiralis desidua ↓ Perdarahan kedalam desidua bosalus ↓ Hematoma retroplasenta ↓ Pertambahan besar hematoma ↓ Tekanan dibelakang plasenta meningkat
↓ Sebagian atau seluruh plasenta lepas dari dinding uterus ↓ Solutio plasenta ↓ Darah mengadakan ekstravasasi diantara serabut otot uterus ↓ Seluruh permukaan uterus akan berbecak biru atau ungu (uterus couvelaire) ↓ Uterus tegang ↓ Kerusakan jantung miometrium dan pembekuan retroplasenta ↓ Tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu ↓ Pembekuan intravaskuler ↓ Persendian fibrinogen akan habis
↓ Hipofibrinogenemia ↓ Gangguan pembekuan darah ↓ Volume darah menurun ↓ Pendarahan meningkat ↓ COP menurun ↓ Syok ↓ Janin ↓ Hipoksia ↓ Resiko tinggi terjadinya fetal distres
C. Daftar Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis, akral dingin, Hb turun, muka pucat & lemas. 2. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai terjadi distress / pengerasan uterus, nyeri tekan uterus. 3. Potensial terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan. 4. Ansietas berhubungan dengan keadaan yang dialami. 5. Kurang pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya berhubungan dengan kurangnya informasi. 6. Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang.
D. Intervensi Keperawatan No
Diagnosa
Intervensi Keperawatan
Keperawatan 1
Tujuan (NOC)
Rasional
Intervensi (NIC)
Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Kaji
tingkat
1. Untuk
jaringan
tindakan
perdarahan
mengantisipasi
berhubungan
keperawatan
setiap 15 – 30
terjadinya syok
dengan perdarahan selama ....x24 jam, ditandai
dengan di harapkan suplai/ 2. Monitor tanda-
conjunctiva anemis,
menit
kebutuhan darah ke
tanda vital
akral jaringan terpenuhi.
2. Untuk mengetahui tensi, nadi yang
dingin, Hb turun, Kriteria Hasil :
rendah, rr dan
muka pucat, lemas.
suhu tubuh yang
1. Conjunctiva tidak anemis
tinggi
2. Akral hangat
menunjukkan
3. Hb normal
gangguan
4. Muka
tidak
pucat 5. Tidak lemas.
sirkulasi darah 3. Bina hubungan saling
percaya
3. Agar
pasien
percaya tindakan
dengan pasien 4. Catat intake dan output
yang dilakukan 4. Untuk memantau produksi
urin
yang kurang dari 30
ml/jam
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. 5. Jelaskan
5. Agar
pasien
penyebab terjadi
paham
tentang
perdarahan
kondisi
yang
dialami 6. Kolaborasi
6. Agar
cairan
pemberian
infus
isotonik
cairan
infus
isotonik
dapat mengganti volume
darah
yang
hilang
akibat perdarahan 7. Kolaborasi
7. Agar mengganti
pemberian
komponen darah
tranfusi
darah
bila Hb rendah
yang
hilang
akibat perdarahan.
2
Gangguan
Rasa Setelah dilakukan 1. Kaji
Nyaman : Nyeri tindakan berhubungan dengan
nyeri
keperawatan
di
terjadi
distress
keperawatan
tandai di harapkan nyeri / dapat teratasi.
menentukan tindakan
kontraksi selama ....x24 jam,
uterus
tingkat 1. Untuk
selanjutnya. 2. Bantu
dan 2. a. Dapat
pengerasan uterus, Kriteria hasil :
ajarkan tindakan
mengalihkan
nyeri tekan uterus.
untuk
perhatian
melakukan
mengurangi rasa
klien
pada
tindakan untuk
nyeri :
nyeri
yang
mengurangi
a. Tarik
1. Klien
dapat
nyeri.
panjang
2. Klien
(dalam)
kooperatif
melalui
dengan
hidung
tindakan dilakukan.
yang
nafas
dirasakan.
dan
menghembuskan pelan-pelan melalui mulut. b. Memberikan posisi
b. Untuk
yang
mencegah
nyaman
penekanan
(miring
pada
kekiri
/
vena
cava.
kanan) c. Berikan
c. Agar
masage pada
membuat
perut
relax
dan
penekanan
pada
area tersebut
pada punggung 3. Jelaskan
3. Untuk
penyebab nyeri
mengetahui
pada klien
penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap
tindakan 3
Potensial terjadinya
Setelah dilakukan 1. Pantau syok tindakan
tanda-tanda
menentukan intervensi
hypovolemik
keperawatan
syok,
berhubungan
selama ....x24 jam,
menguap
dengan perdarahan. di harapkan syok hipovolemik tidak terjadi.
adanya 1. Untuk
pucat, terus
selanjutnya dan
keringat dingin,
mencegah syok
kepala pusing.
sedini mungkin
2. Kaji perdarahan 2. mengetahui
Kriteria hasil :
setiap 15 – 30
adanya
gejala
1. Perdarahan
menit
syok
sedini
berkurang 2. Tanda-tanda vital normal 3. Kesadaran kompos metit
mungkin. 3. Monitor tekanan 3. Untuk darah,
nadi,
pernafasan
mengetahui keadaan pasien
setiap 15 menit, bila
normal
observasi dilakukan setiap 30 menit. 4. Kaji konsistensi 4. Untuk abdomen tinggi uteri.
dan fundus
mengetahui perdarahan yang tersembunyi
5. Catat intake dan 5. Karena produksi output
urine
yang
kurang dari 30 ml/jam merupakan penurunan fungsi ginjal. 6. Berikan
cairan 6. Untuk
sesuai
dengan
program terapi
mempertahnkan volume
cairan
sehingga sirkulasi
bisa
adekuat
dan
sebagian persiapan
bila
diperlukan transfusi darah. 4
Ansietas
Setelah dilakukan 1. Anjurkan klilen 1. Dengan
berhubungan
tindakan
dengan
untuk
mengungkapkan
mengemukakan
perasaannya
selama ....x24 jam,
hal-hal
akan mengurangi
di harapkan klien
dicemaskan
keadaan keperawatan
yang dialami
yang
tidak cemas dan 2. Ajak dapat
mengerti
beban pikiran klien 2. Mengurangi
mendengarkan
kecemasan klien
tentang
denyut
tentag
keadaannya.
janin
Kriteria hasil :
jantung
janin
3. Beri penjelasan 3. Mengurangi
1. Penderita tidak cemas
tentang kondisi
kecemasan
janin
tentang kondisi /
2. Penderita
keadaan janin
tenang 3. Klien gelisah
kondisi
4. Beri tidak
informasi 4. Mengembalikan
tentang kondisi
kepercayaan dari
klien
klien
5. Anjurkan untuk 5. Dapat
memberi
manghadirkan
rasa aman dan
orang-orang
nyaman
terdekat
klien
bagi
6. Anjurkan klien 6. Dapat untuk
berdo’a
meningkatkan
kepada Tuhan
keyakinan kepada
Tuhan
tentang
kondisi
yang dilami 7. Menjelaskan tujuan
7. Penderita dan
tindakan
kooperatif
yang
akan diberikan 5
Kurang
Setelah dilakukan
1. Kaji
tingkat 1. Menentukan
pengetahuan klien tindakan
pengetahuan
intervensi
tentang
penderita
keperawatan
tentang
selanjutnya
keadaan keperawatan
patologi
yang selama ....x24 jam,
dialaminya
di
berhubungan
penderita
dapat
dengan kurangnya mengerti
tentang
informasi.
harapkan
keadaanya 2. Berikan
2. Penderita
penjelasan
mengerti
penyakitnya
tentang
menerima
Kriteria hasil :
kehamilan
1. Dapat
tindakan
dan
keadaannya serta
yang
pederita menjadi
menjelaskan
akan dilakukan
hal-hal
a. Pengetahua
yang
dan
berkaitan
tentang
dengan
perdarahan
penyakitnya
antepartum b. Penyebab c. Tanda
dan
gejala d. Akibat perdarahan terhadap ibu dan janin e. Tindakan
kooperatif
yang mungkin dilakukan 6
Resiko
tinggi Setelah dilakukan 1. Jelaskan resiko 1. Kooperatif pada
terjadinya
fetal tindakan
terjadinya dister
distress
keperawatan
janin / kematian
berhubungan
selama ....x24 jam,
janin pada ibu
dengan
perfusi di harapkan tidak 2. Hindari
tidur 2. Tekanan
darah ke plasenta terjadi fetal distress
terlentang
dan
berkurang.
anjurkan
tidur
Kriteria hasil : 1. DJJ
normal
/
ke posisi kiri
uterus
pada vena cava aliran
darah
kejantung
terdengar
menurun
2. Bisa
sehingga terjadi
berkoordinasi 3. Adanya
perfusi jaringan 3. Observasi
pergerakan bayi 4. Bayi
tindakan
lahir
tekanan
3. Penurunan darah
dan nadi klien
selamat
dan
peningkatan denyut
nadi
terjadi
pad
sindroma cava klien
vena
sehingga harus
monitor
di
secara
teliti 4. Oservasi
4. Penurunan
perubahan frekuensi
frekuensi dan
pola DJJ janin
plasenta mengurangi kadar
oksigen
dalam
janin
sehingga menyebabkan
perubahan frekuensi jantung janin 5. Berikan O2 10 – 5. Meningkat 12 liter dengan
oksigen
masker
janin
terjadi tanda distress
jika tandafetal
pada
BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasentadari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi : Faktor kardio-reno-vaskuler, Faktor trauma, Faktor paritas ibu, Faktor usia ibu, Leiomioma uteri (uterine leiomyoma), Faktor pengunaan kokain, Faktor kebiasaan merokok, Riwayat solusio plasenta sebelumnya, Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain. Terdapat Macam-Macam solusio Plasenta : Solusio plasenta ringan, Solusio plasenta sedang, Solusio plasenta berat. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu antara lain: Perdarahan baik anterpartum, intrapartum, maupun post – partum dan Komplikasi yang dapat terjadi pada janin antara lain : Hipoksi , anemia retardasi pertumbuhan, kelainan susunan saraf pusat, dan kematian janin.
B. SARAN 1.
Mahasiswa a. Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan yang cemerlang. b. Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada kasus solusio plasenta.
2. Akademik Bimbinglah mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA
Budi, John. 2010. Kasus Emergency Kebidanan Untuk Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Budi, John. 2011. Buku Ajar Obstetric untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mansjoer Arif Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: FK UI