Laporan Kasus
Rahmat Fuadi Zain NIM 1707101030110
Pembimbing : dr. Ika Marlia,M.Sc, Sp.S SMF/BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH 2019
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN Stroke adalah sindroma klinis yang berkembang cepat terjadi mendadak akibat gangguan otak fokal maupun global dengan gejala – gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain yang jelas selain kelainan vascular.
EPIDEMIOLOGI Berdasarkan data insidensi, stroke merupakan penyebab kematian terbesar ketiga di negara-negara industri setelah penyakit jantung dan kanker.
Di Indonesia, penyebab kematian utama pada semua umur adalah stroke (15,4%), yang disusul oleh TB (7,5%), Hipertensi (6,8%), dan cedera (6,5%).
Hasil Riskesdas 2007, prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1.000 penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1.000.
Prevalensi stroke tertinggi Indonesia dijumpai di Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan terendah di Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Stroke hemoragik terjadi pada 20% kasus stroke, namun berakibat fatal pada orang yang mengalaminya
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas • • • • • • • • • • •
Nama Usia Jenis Kelamin Agama Status Perkawinan Alamat Suku Pekerjaan No CM Tanggal Masuk Tanggal Periksa
: Tn. M : 48 tahun : Laki-laki : Islam : Kawin : Simpang Mamplam, Bireun :Aceh : Wiraswata : 1199368 : 3 Februari 2019 : 8 Februari 2019
ANAMNESIS • Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran • Keluhan Tambahan : Kelemahan anggota gerak sebelah kanan yang dirasakan setelah penuruna kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang • Pasien datang dengan penurunan kesadaran yang dialami sejak 1 hari sebelum masuk di rumah sakit. Penuruna kesadaran dialami secara tina-tiba saat sedang istirahat. Menurut penejelasan keluarga pasien, awalnya pasien sedang duduk istirahat di warung kopi kemudian tiba-tiba tidak sadar dan langsung di bawa ke Rumah sakit di Biereun sebelum dibawa ke RSUDZA. Sakit kepala, muntah, dan kejang tidak ada.
• Riwayat penyakit dahulu Pasien mengalami hipertensi berat sejak 3 tahun terakhir, tekanan darah pasien pernah mencapai 230 mmHg. Riwayat Diabetes melitus disangkal. Riwayat asma disangkal. Riwayat pernah kejang serta trauma juga disangkal dan riwayat stroke sebelumnya juga disangkal.
• Riwayat penyakit keluarga Anggota keluarga ada yang mengalami hipertensi. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan diabetes mellitus, dan penyakit kronik lainnya dalam keluarga disangkal.
Riwayat penggunaan obat Pasien menggunakan obat anti hipertensi yang didapat dari dokter dan teratur minum obat. Riwayat kebiasaan sosial Pasien bekerja sebagai wiraswasta. Pasien dengan riwayat merokok berat. Riwayat minum minuman keras disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang seperti ganja, sabu, kokain dan golongan NAPZA lainnya disangkal.
Pemeriksaan Fisik • • • • • • •
Keadaan Umum Kesadaran Tekanan Darah Nadi Pernafasan Suhu Keadaan Gizi
: Buruk : E3 M4 V2 (GCS 9) : 212/111 mmHg : 61 kali/menit : 20 kali/menit : 36,5o C : Normoweight
Pemeriksaan Fisik VITAL SIGN GCS: E3 M4 V2
TD: 212/111 mmHg HR: 61 kali/menit
20 kali/menit
36,7◦C
PEMERIKSAAN FISIK Normocephali
Normotia, sekret (-), nafas cuping hidung (-), sianosis (+)
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
BJ I > BJ II, reguler, murmur pansistolik di semua katup
Pembesaran KGB (-)
Simetris, retraksi (-), bentuk normal SF ka = SF ki, Sonor (+/+) Ves (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
I: simetris (+) A: bising usus (+), organomegali (-) P: soepel P: timpani
Sianosis (+/+), Edema (-/-) Tidak diperiksa
STATUS NEUROLOGIS GCS Pupil RCL RCTL TRM
: E 3 M4 V2 : Bulat isokor (3 mm/3 mm) : (+/+) : (+/+) : Kaku kuduk (-)
Nervus Kranialis Nervus II (otonom)
Nervus III, IV, VI (gerakan okuler)
Kanan
Kiri
Ukuran Pupil
3 mm
3 mm
Bentuk pupil
bulat
Bulat
Refleks cahaya langsung
+
+
Refleks cahaya tidak langsung
+
+
Nistagmus
-
-
Strabismus
-
-
Eksoftalmus
-
-
Pergerakan bola mata
Kanan
Kiri
Lateral
Tidak dapat Tidak dapat diperiksa diperiksa
Atas
Tidak dapat Tidak dapat diperiksa diperiksa
Bawah
Tidak dapat Tidak dapat diperiksa diperiksa
Medial
Tidak dapat Tidak dapat diperiksa diperiksa
Diplopia
Tidak dapat Tidak dapat diperiksa diperiksa
Nervus Kranialis Nervus V (fungsi motorik)
Nervus XI (fungsi motorik)
Membuka mulut
Sulit dinilai
Menggigit dan mengunyah
Tidak dapat diperiksa
Nervus VII (fungsi motorik)
Mengangkat bahu
Dalam batas normal
Memutar kepala
Dalam batas normal
Kelompok sensoris Kanan
Kiri
Mengerutkan dahi
Kesan parese
Dalam batas normal
Menutup mata
Kesan parese
Dalam batas normal
Menggembungkan pipi
Kesan parese
Dalam batas normal
Memperlihatkan gigi
Kesan parese
Dalam batas normal
Sudut bibir
Kesan parese
Dalam batas normal
Nervus IX & X (fungsi motorik) Bicara
Sulit dinilai
Menelan
Tidak dapat dinilai
Nervus I (fungsi penciuman)
Dalam batas normal
Nervus V (fungsi sensasi wajah)
Dalam batas normal
Nervus VII (fungsi pengecapan)
Dalam batas normal
Nervus VIII (fungsi pendengaran)
Dalam batas normal
BADAN • Motorik Gerakan respirasi Bentuk columna vertebralis Gerakan columna vertebralis
: Thorakoabdominalis : Simetris : Kesan simetris
• Sensibilitas Rasa suhu Rasa nyeri Rasa raba
: sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai
Anggota Gerak
Motorik Pergerakan Kekuatan Tonus Trofi Gerakan Involunter
: (+/+) : 2222/5555 2222/5555 : N/N : N/N : -/-
Anggota Gerak (2) Refleks Fisiologis Biceps Triceps Patella Achilles
: (+3/+2) : (+3/+2) : (+3/+2) : (+3/+2)
Reflek Patologis Babinski Chaddok Gordon Oppenheim
: (-/-) : (-/-) : (-/-) : (-/-)
Klonus Paha : (-/-) Kaki : (-/-) Tanda Laseque: (-/-) Tanda Kernig : (-/-)
Sensibilitas Rasa suhu : sulit dinilai Rasa nyeri : sulit dinilai Rasa raba : sulit dinilai
• Gerakan Involunter Tremor : (-/-) Khorea : (-/-) Atetosis : (-/-) Mioclonus : (-/-) Spasme : (-/-) • Fungsi Vegetatif Miksi : Sulit dinilai Defekasi : Sulit dinilai
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pem Lab
7/2/2019
Hb
DARAH RUTIN 9,7 14,0-17,0 gr/dl
Nilai Normal
Pem Lab
7/2/2019
Nilai Normal
Eosinofil
5
0-6 %
Basofil
0
0-2 %
Netrofil
0
Ht
31
45-55 %
Eritrosit
3,6
4,7-6,1 x 103/mm3
batang
Leukosit
9,4
4,5-10,5 x 103/mm3
Netrofil
Trombosit
512
150-450 x 103/mm3
segmen
MCV
85
80-100 fL
Limfosit
17
20-40 %
MCH
27
27-31 pg
Monosit
5
2-8 %
MCHC
32
32-36 %
73
2-6%
50-70 %
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan
Nilai 15/01/2019 Rujukan Hati dan Empedu
Satuan
Kolesterol Total Kolesterol LDL
253 231
<200 <150
Mg/dL Mg/dL
Kolesterol HDL Trigelsrida
35 298
>60 <150
Mg/dL Mg/dL
Diabetes GDS Na K Cl
83 146 5,2 114
< 200 Elektrolit 132 – 146 3,7 – 5,4 98 – 106
mg/dL mmol/L mmol/L mmol/L
CT-Scan Kepala • Tampak lesi hiperdens berdensitas darah di korona radiata kiri hingga thalamus kiri dengan perifokal edema disekitarnya • System ventrikel Normal • Sulci dan gyri normal • Tidak tampak deviasi midline struktur • Tidak tampak kalsifikasi abnormal • Orbita normal • Tidak tampak fraktur • Tampak densitas cairan di sinus maxillaris kiri dan ethmoidalis • Sinus maxillaris kanan, spenoidalis, dan frontalis normal • Kesimpulan : ICH di korona radiata kiri hingga thalamus kiri dengan perifokal edema disekitarnya • Sinusitis maxillaris kiri dan ethmoidalis
Diagnosa Kerja
• Diagnosis Klinis
• Diagnosis Topis • Diagnosis Etiologis • Diagnosis Patologis
: Penuruna kesadaran (perbaikan) dan hipertensi encephalopati : korona radiata sinistra : Stroke hemoragik : ICH
Penatalaksanaan Medikamentosa • Head up 30֯ • IVFD Asering 20 gtt/menit • IV paracetamol 1gr/12jam • IV ceftriaxone 1 gr/12jam • IV citicholin 500mg/12jam • IV omeprazol 40 mg/24jam • Nomotop 4x60 mg • Amlodipin 1x10mg (malam) • Candesartan 1x16mg (pagi)
Prognosis Quo ad Vitam
Dubia Quo ad Functionam Dubia ad Malam
Quo ad Sanactionam Dubia ad Malam
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki berumur 48 tahun Menurut Riskesdas 2007, stroke merupakan penyebab kecacatan kronik yang paling tinggi pada kelompok umur di atas usia 45 tahun.(2) Semakin tua usia seseorang akan semakin mudah terkena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua usia, namun lebih dari 70% kasus stroke terjadi pada usia diatas 65 tahun. Laki-laki lebih mudah terkena stroke. Hal ini dikarenakan lebih tingginya angka kejadian faktor risiko stroke (misalnya hipertensi) pada lakilaki
Pasien dengan penurunan kesadaran sejak 1 hari SMRS Pada stroke, terjadi hipoksia serebrum yang menyebabkan cedera dan kematian sel-sel neuron. Kerusakan otak karena stroke, terjadi sebagai akibat pembengkakan dan edema yang timbul 24-72 jam pertama setelah kematian sel neuron. Stroke dapat dikenal dari gejala klinisnya yang bersifat onset mendadak dengan gejala klinis baik fokal ( paresis, sulit bicara, buta, dll) maupun global (gangguan kesadaran dan berkembang cepat serta mencapai maksimal dalam waktu beberapa menit sampai jam.
Penurunan Kesadaran
Dikutip melalui https://smhs.gwu.edu/urgentmatters/news/keep-it-simple-acute-gcs-score-binary-decision pada 31 Mei 2018.
Penurunan Kesadaran Dengan pelebaran massa, kesadaran menjadi somnolen karena terjadi kompresi hemisfer kontralateral atau penekanan ke bawah terhadap diensefalon. Stupor dapat berkembang menjadi koma, tetapi kelainan yang ditemukan sering bersifat asimetrik. Dengan penekanan terus-menerus, struktur thalamus, otak tengah, pons, serta medulla akan terkena secara berurutan dan pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan disfungsi pada ketinggian lesi. Apabila lesi mencapai ketinggian pons, maka akan bersifat fatal Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Chapter 10 Coma pada clinical neurology. Ed. 7. USA : McGraw-Hill companies : 2009.
Penurunan Kesadaran
Pasien dengan kelemahan anggota gerak kanan • Parese atau Paresis (kelemahan) merupakan berkurangnya kekuatan otot sehingga gerak voluntar sukar tapi masih bisa dilakukan walaupun dengan gerakan yang terbatas, menimbulkan kelemahan pada belahan tubuh kontralateral yang ringan sampai berat.
• Pada gejala klinis stroke dapat menimbulkan hemiparese yang tiba-tiba serta terdapat gejala dini pada pasien yaitu, terjadi gangguan artikulasi (disartria) serta gangguan membuka mata kiri (ptosis).
• Pada pasien terjadi hemiparese yang bersifat unilateral disertai gejala di atas, kelumpuhan dapat berupa lesi UMN atau serebelar. Pada kelumpuhan UMN unilateral atau serebelar dapat mengakibatkan gangguan (parese) dari nervus IX dan X. • Kelumpuhan UMN atau serebelar juga mengakibatkan gangguan (parese) nervus VII dan XII yang menyebabkan terbatasnya kebebasan lidah untuk bergerak ke satu sisi dan mendasari gangguan artikulasi (disartria).
• Kelumpuhan UMN atau sereblar juga mengakibatkan gangguan (parese) nervus III yang mempersyarafi m.levator palpebrae, sehingga mengakibatkan kelopak mata atas terjatuh, mata tertutup, dan tidak dapat membuka mata (ptosis). • Kelumpuhan UMN atau sereblar juga mengakibatkan gangguan pada N.III, IV, dan VI yang mengatur gerak bola mata, maka terjadi kesan penglihatan ganda
Penurunan Kesadaran Citicoline Citicolin (CD-choline) merupakan senyawa endogen yang berfungsi dalam metabolisme fosfolipid, yang bermanfaat dalam terapi stroke dengan memperbaiki kerusakan membran saraf lewat sintesis fosfatidikolin, memperbaiki aktifitas saraf kolinergik dengan meningkatkan produksi asetilkolin dan mengurangi akumulasi asam lemak di daerah kerusakan saraf. Pemberian : IV dosis 1000 mg/ hari memperbaiki derajat kesadaran, parameter neurologis seperti kekuatan otot, ambulasi dan fungsi kognitif. Frans, DS. Farmakologi Klinik Citicoline. Departemen Famakologi & Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia. 2010. p 1-2.
Hipertensi Candesartan candesartan merupakan anatgonisme pada reseptor angiotensin II (AT2), Valsartan menggeser angiotensin II dari respetor AT1 dan menghasilkan efek penurunan TD melalui mengantagonis vasokonstriksi yang diinduksi AT1, pembebasan aldosteron, katekolamin, vasopresin arginin, pengambilan air dan respon hipertropik. Sediaan valsartan 80 mg dan 160 mg sekali sehari.
Amlodipin Amlodipin bersifat long acting dan memiliki efek antioksidan dan meningkatkan produksi NO, mampu memperbaiki fungsi endotel, dapat menghambat progresifitas atherosklerosis. Menurunkan TD secara perlahan-lahan sehingga tidak menimbulkan refleks takikardi. Amlodipin tersedia dalam dua dosis 5 mg dan 10 mg yang diberikan secara oral sekali sehari.
Peter, K. Bagaimana menggunakan obat-obat Kardiovaskular secara rasional, Ed. I. 2014. Badan Penerbit FKUI, Jakarta.
BAB IV
KESIMPULAN
• Telah diperiksa seorang pasien laki-laki berusia 48 tahun dengan diagnosa Stroke hemoragik. Pasien memiliki faktor risiko terjadinya stroke yaitu hipertensi. Dilakukan pemeriksaan penunjang berupa Laboratorium darah rutin, Head CT scan non kontras dan foto thorax. Pada kasus ini diberikan terapi medikamentosa berupa IV.Citicolin 500mg/12jam,IV Ceftriaxone 1gr/12jam, IV Omeprazol 40 mg/24jam,Nimotop 4x60 mg, amlodipine 10 mg, serta Candesartan 16 mg. • Setelah mendapatkan terapi yang adekuat serta fisioterapi, kesadaran pasien sudah mulai membaik. Namun kelemahan anggota gerak masih ada, sehingga diperlukan latihan lanjutan dan perawatan dirumah untuk membuat klinis pasien semakin membaik.
TERIMA KASIH