Seri Ladership

Seri Ladership

LOW PROFIL (Swa, no 05/XXI/3-16 Maret 2005) Good to great karya Prof. Jim Collins memuat 11 perusahaan dari 1.437 publik unggulan AS yang berhak mendapatkan predikat Great. Kriteria yang digunakan: perusahaanperusahaan itu mesti berhasil melakukan peningkatan berbagai ukuran kinerja jauh diatas rata-rata kinerja pasar, lalu mempertahankan kinerja yang cemerlang itu selama 15 tahun berturut-turut. Ternyata dari 11 perusahaan Great itu dipimpin oleh CEO rendah hati. Para CEO yang bergaya low profile adalah benang merah yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Great versi Collins. Mereka tidak ingin menonjolkan diri, dan selalu mengatakan kinerja hebat mereka tercapai berkat talenta orang lain di bawahnya. Sebaliknya para bawahan ketika diwawancarai menegaskan bahwa karakter dan kompetensi pemimpin para CEO-lah yang sebenarnya menjadi kunci keberhasilan perusahaan. Kompetensi apa yang harus dimiliki pemimpin masa depan?. Para mahasiswa S-2 pada sekolah Manajemen Johnson-Universitas Cornell menjawab bahwa pemimpin masa depan harus mampu menguasai pasar, punya visi, mampu membaca dan mengantisipasi perubahan, serta menguasai teknologi informasi. Sedangkan jawaban para praktisi yang termasuk dalam eksekutif perusahaan Top 100 versi Fortune adalah pemimpin masa depan harus memiliki kemampuan membangun team yang solid dan memilkiki Compassion (cinta kasih). Rendah hati, itulah syarat menjadi team player yang baik. Tinggi hati (ego yang besar) akan mengurang kemampuan seseorang bekerja sama secara harmonis, produktif dan bersinambung dengan orang lain. Ia hanya mampu memperhatikan refleksi (kepentingan) dirinya sendiri. Pemimpin yang rendah hati, akan memberi pengakuan (respek) terhadap apa yang diyakini, apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan orang lain (bawahan). Dalam berinteraksi dia tidak bersikap I am righ! Seperti orang yang tak pernah atau tak mungkin salah. Ia lebih memilih I am righ?. Sikap demikian bermaksud menjadikan dia sebagai pendengar yang baik. Orang yang rendah hati akan peka terhadap apa yang terucap maupun tersirat ketika berkomunikasi dengan orang lain. Suasana yang demikian menunjang upaya mencapai setiap keputusan bersama.

Pemimpin yang rendah hati ternyata lebih sering menuai hasil yang lebih baik dan konsisten ketimbang orang lain. Karena bawahan akan melakukan sesuatu dengan rasa ikhlas akan mencurahkan perhatian dan upaya penuh pada pekerjaan yang dilaksanakannya. Keikhlasan itu akan memupuk kreativitas dan dedikasi yakni, komitmen terhadap sasaran yang ditetapkan bertsama dan kepatuhan terhadap standar dan peraturan yang berlaku. Sehingga Gerakan Mutu Terpadu (Total Quality Movement)nya Edwards Deming tahun 1960-an memperkuat daya saing perusahaan-perusahaan Jepang. Asian Wall Street Journal menurunkan berita bersejarah pada Januari lalu: Ford Motors kini bukan lagi perusahaan otomotif terbesar kedua di dunia sesudah General Motor sejak 2003. toyota Motor Company dari Jepang telah menyalip Ford dengan prestasinya menjual 60.000 unit lebih banyak!!!. Toyota Production System, Ishikawa merinci 3 kunci sukse yakni: pendidikan, pendidikan dan pendidikan-yang mendasari budaya perusahaan Toyota.itulah caranya menekankan betapa penting dilakukan pendekatan mencerdaskan karyawan dan dengan sndirinya mengakui kecerdasan itu. Pendidikan yang diberikan kepada 350 ribu karyawan mereka sebenarnya halhal yang sangat sederhana tetapi tepat sasaran, anatar lain dan yang paling sulit diterapkan di AS: Jangan memulai sesuatau kecuali bawahan anda sudah setuju, mengerti dan menerima apa yang akan dikerjakan itu. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .