Diabetus Melitus.docx

  • Uploaded by: sumardi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diabetus Melitus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,267
  • Pages: 13
Diabetus Melitus Definisi adalah

Thursday, March 2, 2017 Latest:     

SLE: Klasifikasi Nefritis Lupus (International Society of Nephrology and Renal Pathology Society) Sistemik Lupus Eritematosus : Faktor Risiko dan Patogenesis Sistemik Lupus Eritematosus : Pemeriksaan Autoantibodi pada SLE Faktor Risiko Kanker Payudara Sistemik Lupus Eritematosus: Manifestasi pada Berbagai Sistem Organ

MEDICINESIA Pengetahuan, lentera kesehatan     

Home Basic Medicine Clinical Aspects Journal and News Library

Journal and News Metabolik Endokrin Updates

Ringkasan Standar Pelayanan Medis Diabetes 2015- American Diabetes Association February 11, 2015 Medicinesia0 Comments ada, diabetes mellitus tipe 2, endokrin, guideline 2015, tipe 1 ShareTweet Artikel ini sudah dibaca 15251 kali!

Oleh dr. Rahmanu Reztaputra Artikel asli: Cefalu WT. Standarts of Medical Care in Diabetes-2015. Diabetes Care. 2015; 38: S1-93 Disclaimer: Artikel ini merupakan saduran dengan bahasa yang lebih sederhana dari artikel di atas. Target pembaca artikel ilmiah populer ini adalah mahasiswa rumpun ilmu kesehatan tingkat awal. Artikel ini lebih bertujuan sebagai pendahuluan atau membuka wawasan mengenai topik di atas. Untuk informasi yang lebih lengkap pembaca disarankan mencari artikel di atas.

Kabar gembira bagi seluruh tenaga medis dan semua pihak terkait pelayanan diabetes mellitus. American Diabetes Association pada Januari 2015 telah mengeluarkan pedoman pelayanan diabetes mellitus yang terbaru. Pedoman ini merupakan update dari edisi sebelumnya, yaitu tahun 2012. Dari bagian pengantar pedoman ini disebutkan bahwa buktibukti dan penelitian yang digunakan untuk penyusunan guideline ini dipublikasi paling awal 1 Januari 2014. Oleh sebab itu data-data yang digunakan di pedoman ini merupakan hasil penelitian yang masih baru. Ringkasan standar pelayanan medis ini mencakup beberapa bagian(subbab) yang telah terbagi pada pedoman lengkapnya. Perubahan-perubahan terbaru dalam artikel ini adalah:    

       

Nilai cutoff BMI untuk skrining diabetes dan prediabetes pada orang Amerika Asia adalah 23 kg/m2(sebelumnya 25) Semua individu, termasuk yang diabetes, harus membatasi waktu kurang gerak terutama tidak memiliki waktu duduk lebih dari 90 menit E-cigarretes tidak dianjurkan sebagai pengganti rokok Rekomendasi imunisasi terbaru dibuat mengacu pedoman imunisasi Centre for Disease Control and Prevention yang terbaru, terutama menyangkut PCV13 dan PPSV23 Target kadar glukosa puasa adalah 80-130 mg/dl (sebelumnya 70-130 mg/dl) Terdapat perubahan algoritma tatalaksana DM tipe 2 yang mencakup pilihan obat baru Target tekanan darah diastolic pasien hipertensi dengan DM adalah 90 mmHg (sebelumnya 80 mmHg) Dimulainya terapi statin berdasarkan ada tidaknya status resiko kardiovaskular, bukan kadar LDL Skrining status lipid dimulai saat diagnosis DM, usia mencapai 40 tahun, dan dilakukan rutin setelahnya. Pemeriksaan kaki dilakukan saat setiap kunjungan pada pasien dengan kaki yang kurang sensitif, memiliki deformitas, dan riwayat luka pada kaki. Target control glikemik pada anak dan remaja adalah HbA1C kurang dari 7,5 persen, meskipun terkadang diperlukan penyesuaian individual Dibuat subbab baru, yaitu penanganan pada wanita hamil, dengan rekomendasi sebagai berikut: o Memberikan konseling prakonsepsi tentang pentingnya mengurangi resiko terjadinya malformasi congenital, terutama menjaga kadar HbA1C kurang dari 7 persen, jika dapat dicapai tanpai hipoglikemia. o Obat yang memiliki potensi teratogenik harus dihindari pada wanita usia subur yang tidak memakai kontrasepsi yang andal o Penanganan awal diabetes gestasional adalah dengan modifikasi diet dan aktifitas fisik. Obat digunakan bila diperlukan. o Wanita dengan diabetes sebelum hamil perlu memiliki data pemeriksaan oftalmologik dasar pada trimester pertama dan dimonitor setiap trimester sesuai indikasi retinopati o Target HbA1C pada wanita hamil adalah kurang dari 6 persen o Obat yang biasanya digunakan pada wanita hamil adalah insulin, metformin, dan gliburid. Kebanyakan obat hipoglikemik oral lainnya dapat menembus plasenta dan tidak memiliki data keamanan jangka panjang.

Gambar 1. Algoritme pemakaian obat hipoglikemik pada pasien diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan rekomendasi ADA 2015. Untuk selengkapnya, Standards of Medical Care in Diabetes – 2015 (pdf) dapat diunduh di sini. Artikel Terkait 



Transient Ischemic Attack: Modifikasi Faktor Risiko dan… Orang yang mengalami TIA memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena stroke sehingga perlu dilakukan modifikasi faktor risiko. Pendekatan Klinis Hiperkalsemia Oleh dr. Rahmanu Reztaputra Artikel asli: Carroll MF, Schade DS. A practical approach to hypercalcemia. Am Fam Physician. 2003;67:1959-66 Disclaimer:…







Tatalaksana Migrain Akut Oleh dr. Rahmanu Reztaputra Artikel asli: Gilmore B, Michael M. Treatment of acute migraine headache. Am Fam Physician.2011;83(3):271-280 Disclaimer: Artikel… Transient Ischemic Attack: Diagnosis dan Evaluasi Oleh dr. Rahmanu Reztaputra Artikel asli: Simmons BB, Cirignano B, Gadebeku AB. Transient Ischemic Attack: Part I. Diagnosis and Evaluation.… Metaanalisis: Perbandingan Hasil Terapi dan Efek Samping… Sebuah metaanalisis dilakukan untuk membandingkan efikasi dan keamanan yang berkaitan dengan penggunaan obat penurun gula darah (termasuk insulin).

ShareTweet  

← Fibrilasi Atrium: Diagnosis dan Tatalaksana Tatalaksana Migrain Akut →

Medicinesia Sebuah website yang didedikasikan untuk mahasiswa kedokteran maupun ilmu kesehatannya lainnya di Indonesia.

Journal dan Berita Kesehatan

Journal and News

Metaanalisis: Perbandingan Hasil Terapi dan Efek Samping yang Berkaitan dengan Obat Penurun Gula Darah July 22, 2016 Medicinesia 0 Comments Sebuah metaanalisis dilakukan untuk membandingkan efikasi dan keamanan yang berkaitan dengan penggunaan obat penurun gula darah (termasuk insulin).

Ancaman Kejadian Mikrosefali pada Fetus dengan Ibu Terinfeksi Virus Zika February 11, 2016 0 Comments

Guideline Klinis Hematuria oleh American College of Physicians (ACP) February 5, 2016 0 Comments

Keracunan Sianida January 10, 2016 0 Comments

Cegah Dermatitis Atopik dengan Suplementasi Probiotik November 2, 2015 0 Comments

Transient Ischemic Attack: Modifikasi Faktor Risiko dan Tatalaksana May 5, 2015 0 Comments

Medicinesia

1 month ago

NGT yang tidak menunjukan adanya darah dapat terjadi pada sekitar 18% pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian atas, yang mana biasanya perdarahan bersumber dari duodenum. View on Facebook ·Share

Medicinesia 1 month ago

Pada masa awal perdarahan saluran cerna akut, kadar hemoglobin dalam darah dapat menunjukan nilai normal atau hanya sedikit berkurang. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan yang proporsional antara... See More View on Facebook ·Share

Medicinesia 1 month ago

Tanpa upaya pencegahan (yang berfokus pada eradikasi H. pylori, kontrol asam dan NSAIDs), satu dari tiga pasien dengan perdarahan saluran cerna akibat ulkus peptikum berisiko mengalami perdarahan ulan... See More View on Facebook ·Share

Medicinesia 1 month ago

Pasien dengan penyakit kardiovaskular menetap yang mengalami perdarahan gastrointestinal saat sedang dalam terapi aspirin dosis rendah sebaiknya segera memulai kembali terapi aspirin (dalam 1-7 hari) ... See More View on Facebook ·Share

Medicinesia 3 months ago

Sekitar 90% infeksi HIV pada bayi disebabkan penularan dari ibu. Hanya sekitar 10% yang terjadi karena proses transfusi. Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi paling tinggi adalah saat persalin... See More View on Facebook ·Share

Recent Posts       

Sistemik Lupus Eritematosus : Pemeriksaan Autoantibodi pada SLE Faktor Risiko Kanker Payudara Sistemik Lupus Eritematosus: Manifestasi pada Berbagai Sistem Organ SLE: Klasifikasi Nefritis Lupus (International Society of Nephrology and Renal Pathology Society) Sistemik Lupus Eritematosus : Faktor Risiko dan Patogenesis Pemilihan Terapi Antiretroviral (ARV) untuk HIV/AIDS Metaanalisis: Perbandingan Hasil Terapi dan Efek Samping yang Berkaitan dengan Obat Penurun Gula Darah

Most Read Posts      

Penanganan Kegawatdaruratan Jantung : Takikardi (6,425 views) Penanganan Kegawatdaruratan Jantung: Bradikardia (5,604 views) Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) (2,009 views) Metaanalisis: Perbandingan Hasil Terapi dan Efek Samping yang Berkaitan dengan Obat Penurun Gula Darah (1,589 views) Pemilihan Terapi Antiretroviral (ARV) untuk HIV/AIDS (1,400 views) Sistemik Lupus Eritematosus : Pemeriksaan Autoantibodi pada SLE (945 views)



DIABETES MELLITUS Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan

Angka insidensi dan prevalensi Diabetes Mellitus (DM) di berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan signifikan jumlah penyandang diabetes di tahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang akan di derita seumur hidup. Pengelolaan penyakit DM memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi, tenaga kesehatan lainnya, dan tak kalah pentingnya adalah pasien dan keluarga pasien. Pasien dan keluarga pasien perlu memahami tentang perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit dan penatalaksanaan DM agar pengelolaan DM oleh dokter menjadi lebih baik. Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA), Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS Tipe 1

Tipe 2 Tipe lain-lain

Destruksisel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut  Autoimun  Idiopatik Defeksekresi insulin yang progressif disertaresistensi insulin  Defekgenetiksel beta pankreas  Defekgenetik kerja insulin  Penyakit eksokrinpankreas  Endokrinopati  Infeksi  Karenaobat/zatkimia  Sebab imunologi yang jarang  Sindrom genetik lain yang berhubunngan dengan DM

Diabetes dalam kehamilan Standards of Medical Care in Diabetes 2010

Gejala Klinis Gejala Klasik DM :  Polidipsi  Poliuri  Polifagi  Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya

Gejalalainnya :  Lemah badan  Kesemutan  Gatal  Mata kabur  Gangguan ereksi pada pria  Gatal pada daerah kemaluan pada wanita Diagnosis Kriteria diagnosis DM tersaji dalam table berikut ini: 1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam Atau : 2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) adalah pemeriksaan glukosa setelah meminum 75 g glukosa anhydrous yang dilarutkan dalam air Atau: 3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu≥ 200 mg/dl dengan keluhan klasik Atau : 4. Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5% menggunakan metode HPLC yang terstandarisasi NGSP Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Type 2, PERKENI 2015

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Untuk penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang diajurkan adalah pemeriksaan glukosa darah secara ensimatik menggunakan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood) vena maupun kapiler, tetap dapat digunakan dengan memperhatikan angka-angka criteria diagnostic sesuai standar WHO. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan kedalam kelompok prediabetes yang meliputi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT) dengan criteria sbb : TGT

GDPT

Pada pemeriksaan TTGO, kadar glukosa plasma 2 jam pasca pembebanan antara 140-199 mg/dLdan pemeriksaan glukosa plasma puasa < 100mg/dl Bila hasil pemeriksaan glukosa puasa, kadar glukosa puasa antara 100-125 mg/dL dan pemeriksaan 2 jam post TTGO < 140 mg/dl Bila Hasil Pemeriksaan HbA1C 5.7-6.4%

Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Type 2, PERKENI 2015

Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan Jangka Pendek :  Hilangnya keluhan dan tanda DM  Mempertahankan rasa nyaman  Tercapainya target pengendalian glukosa darah Tujuan Jangka Panjang :  

Mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikro angiopati, makro angio pati dan neuro patiperifer Penurunan morbiditas dan mortalitas penderita DM Untuk mencapai tujuan, perlu dilakukan pengendali anglukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistic dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku. Evaluasi Medis perlu dilakukan secara lengkap saat pertemuan pertama, selanjutnya dilakukan secara berkala

1 Evaluasi medis lengkap Pada saat pertama kali ditemukan diagnosis DM, maka dokter akan melakukan pemeriksaan medis lengkap yang meliputi :  Riwayat penyakit  Pemeriksaan Fisik  Pemeriksaan Penunjang (laboratorium dan radiologi)  Tindakan rujukan bila perlu 2. Evaluasi medis secara berkala  Sesuai kebutuhan  Setiap 3-6 bulan  Setiap tahun

: Pemeriksaan kadar glukosa puasa dan 2 jam pp : HbA1C : Pemeriksaan jasmani lengkap Mikroa lbuminuria Kreatinin Albumin/globulin ALT Profil Lipid EKG Foto Rontgen Thorax Funduskopi

Terdapat 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu : 1. Edukasi 2. Terapi gizi medis

3. Latihan jasmani 4. Intervensi farmakologis Penatalaksanaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung dikombinasi dengan insulin, sesuai indikasi. 1. Edukasi Edukasi diberikan kepada pasien, dan keluarga untuk mengubah perilaku pasien dan keluarga dalam rangka mencapai hasil penatalaksanaan DM yang optimal 2. Terapi Gizi Medis (TGM) Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Komposisi makanan bagi penderita DM yang dianjurkan terdiri dari: Karbohidrat  Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.  Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan  Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi.  Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain  Sukrosa tidak boleh lebihdari 5% total asupan energi.  Pemanis alternative dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake)  Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari. Kalaudiperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari. Lemak  Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25 % kebutuhan kalori. Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.  Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori  Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.  Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain :daging berlemak dan susu penuh (whole milk).  Anjuran konsumsi kolesterol < 300 mg/hari. Protein  Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.  Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, tempe.  Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energy dan 65% hendaknya bernilai biologic tinggi.

Tips Diet Diabetes : Mengkonsumsi makanan berserat tinggi, karbohidrat kompleks Cermat dengan yang manis Memilih konsumsi lemak dengan bijak Makan secara teratur dan membuat catatan harian.

3. Latihan jasmani Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. 4. Intervensi Farmakologis Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Intervensi farmakologis dilakukan dengan pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin.

Related Documents


More Documents from "Hulayfa Adila"