Wawancara Dengan Seorang Pelaut

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Wawancara Dengan Seorang Pelaut as PDF for free.

More details

  • Words: 849
  • Pages: 3
Wawancara dengan Seorang Pelaut Narasumber : Bpk. Muhammad Darwis Nur Pewawancara : Monareza Restantia Shirly D. & Deriqqa Mawwadah

M

: Mengapa bapak memilih untuk menjadi seorang pelaut?

D

: Dulu saya tertarik karena adanya gaji besar. Saya banyak mendengar promosi bahwa orang bekerja di kapal akan mendapat gaji yang besar dan bisa berkunjung ke berbagai negara.

MD

: Apa dapat saya simpulkan bahwa bapak bercita-cita untuk menjadi seorang pelaut?

D

: Sebenernya bapak dulu tidak pernah membayangkan untuk jadi seorang pelaut, malah ingin menjadi guru.Tapi menjelangl tamat SMA, satu tim taruna akademi pelayaran mendatangi sekolah saya dan memberikan presentasi tentang prospek bila lulus di akademi pelayaran, baik lapangna kerja maupun income yang diperoleh yang cukup menantang. Ceritanya kalau lulus dari akademi pelayaran banyak dapat lapangan pekerjaan dan gaji yang besar karena memakai kurs US Dollar. Sehingga menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi saya.

MD

: Apakah banyak juga teman-teman bapak yang juga tertarik dan akhirnya masuk akademi pelayaran?

D

: Ya tidak.

MD : Oh begitu, oh ya apa tahap pendidikan pertama yang bapak lalui? Apa prosesnya sulit? D

: Waw sangat sulit.

MD

: Oh ya? Mengapa demikian?

D

: Yah karena sekolah pelayaran merupakan sekolah berbasis semi militer.

MD

: Wah apa yang dimaksud bapak dengan sekolah berbasis semi militer? Apa seperti sekolah STPDN yang dikenal dengan kekerasannya?

D

: Ya tidak, enak saja. Maksudnya itu berbasis militer, sebelum duduk di bangku kuliah semua siswa baru yang disebut taruna harus lulus mengikuti latihan fisik yang di instrukturi dari perwira angkatan laut.

MD

: Lalu, bagaimana hasil bapak dalam mengikuti tes tersebut?

D

: Misalnya baris-berbaris selama 3 bulan, kemudian jalan sepanjang 50 km hampir tipa hari selama kurun waktu yang sama, harus disiplin bangun jam 4 Subuh, latihan megang senjata, jurit malam di tengah hutan dilepas satusatu, direndam di tengah laut satu malam, terus lebih parah lagi ketika sedang tidur nyenyak alarm bunyi mesti harus bangun dengan lengkap dalam hitungan 3 menit sudah harus siap di lapangan.

MD

: Wah, saya juga sempat mengalami hal-hal seperti itu tapi ya tentu saja dengan intensitas keseraman yang jauh lebih ringan ketika GA dan LDK sekolah. Kegiatan Bapak super sangat menantang kekuatan fisik dan batin ya. Apa bapak atau salah satu teman bapak ada yang terbebani dan akhirnya tidak kuat menjalani proses yang cukup sulit ini?

D

: Adaa, ya tentu saja minta mengundurkan diri. Kalau saya sendiri ya lanjut.

MD

: Wah haha bapak yang hebat. Oh ya setelah lulus dari tes kemiliteran tersebut apa kelanjutannya, Pak?

D

: Ya selanjutnya, saya mengikuti teori dengan kuliah di Akademi Pelayaran selama 1,5 tahun. Selanjutnya saya mengikuti prola.

MD

: Prola? Dapat Bapak jelaskan?

D

: Prola itu disebut juga dengan proyek laut yang artinya semua teori yang kita peroleh di bangku kuliah dipraktekkan atau diimplementasikan dalam kerja nyata di atas kapal selama satu tahun.

MD

: Oh apa hal tersebut masih termasuk dalam proses sekolah? Oh ya berhubung dengan praktek, apa ada manfaat yang Bapak dapat dari kemiliteran yang telah diceritakan tadi?

D

: Ya tentu masih termasuk proses kuliah karena waktu kuliah menghabiskan 3 tahun. Artinya 1,5 tahun teori, 1 tahun praktek di kapal, dan setelah itu kembali ke bangku sekolah untuk evaluasi selama 6 bulan.

MD : Iya saya mengerti, bagaimana tentang manfaat kemiliteran yang saya singgung tadi? D

: Ya tentu saja sangat bermanfaat. Yak arena di atas kapal dituntut untuk selali kerja disiplin dan fisik harus selalu fit serta mental yang tahan banting.

MD

: Tahan banting? Tolong jelaskan, Pak.

D

: Tahan banting ya maksudnya karena di atas kapal orang yang bekerja berasal dari berbagai bangsa.

MD

: Loh apa hubungannya dengan perbedaan bangsa?

D

: Ya kan setiap bangsa kan tidak sama dia punya karakter maupun sifat. Jadi bila tidak kuat mental maka bisa-bisa stress.

MD

: Oh gitu, bagaimana hasil dari perjuangan baoak selama 3 tahun tersebut?

D

: Ya setelah melewati 3 tahun tersebut dan berhasil lulus dan dilantik menjadi perwira kapal niaga.

MD

: Kembali lagi ke motivasi awal bapak masuk ke akademi pelayaran kan karena lapangan kerja yang luas dan gaji yang besar, apa hal-hal tersebut terbukti?

D

: Ya pada awalnya sih sempat bertanya-tanya dan menimbulkan keraguan karena setelah lulus dan berangkat ke Ibukota mencari kerja ternyata cukup susah juga mendapatkan pekerjaan hingga saya menganggur satu tahun.

MD : Lalu apa setelah itu bapak mendapatkan apa yang bapak damba-dambakan tersebut? D

: Belum, ya karena pada saat mendapatkan pekerjaan ternyata gajinya jauh dari yang saya bayangkan sebelumnya. Tetapi ada secercah harapan karena ada sebagian teman yang se-almamater mendapatkan pekerjaan dengan mudah dan dengan gaji yang besar.

MD : Jadi bapak mendapatkan kesempatan tersebut seperti teman-taman bapak yang lain? D

: Ya tentu saja, tapi semua itu periu proses dan yang paling penting Karen rizki yang Tuhan berikan.

MD

: Oh ya sudah, Pak. Berhubung saya harus belajar untuk ujian blok 3, wawancara kali ini cukup sampai disina saja. Saya menyukai jawabanjawaban yang mewakili cerita Bapak tersebut. Mungkin di kesempatan lain Bapak dapat menyempurnakan cerita Bapak ini. Terimakasih atas waktu dan kesempatannya.

D

: Oh ya sudah sama-sama. Semoga sukses, Nak.

Related Documents