Sebagian besar dari kita pasti sering atau setidaknya pernah mendengar atau memperbincangkan istilah tingkat suku bunga bank, entah itu melalui televisi, radio, ketika berkunjung ke bank, papan pengumuman, atau media online lainnya. Dan yang paling pasti jika Anda ingin mengajukan pinjaman uang ke bank atau lembaga finansial entah itu untuk kebutuhan primer atau pun sekunder pasti Anda akan dihadapkan dengan besaran yang namanya tingkat suku bunga. Dan jika sekarang ini Anda sudah berkomitmen untuk menjadi seorang investor saham atau pun trader saham maka wajib tahu mengenai pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham itu sendiri. Dan Anda wajib memahami bagaimana secara fundamental suku bunga mampu mempengaruhi pergerakan harga saham.
Lihat Tingkat Suku Bunga Perlu dipahami bahwa tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap harga mata uang dan bisnis. Untuk pengaruh tingkat suku bunga terhadap pergerakan harga mata uang maka Anda bisa membaca tulisan pengaruh suku bunga terhadap pasar forex. Sedangkan pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham akan kita bahas secara detail disini. Di US tingkat suku bunga diatur oleh The Federal (FED) Reserve yang merupakan organisasi independen yang bertugas mengatur supply uang dan kebijakan ekonomi negara nya. Di masing-masing negara yang ada di dunia ini juga mempunyai semacam The FED yang mempunyai kebijakan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga. Di negara kita, Indonesia, Bank Indonesia (BI) mempunyai wewenang melakukan hal ini yaitu menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga.
Nah sekarang kita sudah tahu lembaga mana yang bertugas mengatur tingkat suku bunga. Dan kini saatnya kita bahas mengenai pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham. Besarnya tingkat suku bunga selalu berubah-ubah dan tidaklah selalu tetap (flat) dan pengetahuan dasar ini harus kita pahami terlebih dahulu. Kenapa tingkat suku bunga selalu berubah-ubah? Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia mempunyai kebijakan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga dengan tujuan mengatur tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tanpa adanya kendali dari BI akan tingkat suku bunga mungkin akan banyak sekali sistem keuangan yang ada mengalami keruntuhan karena adanya market bubble. Ketika tingkat suku bunga dinaikkan maka sebuah bisnis akan mengalami kesulitan dan lebih rentan. Hal ini disebabkan karena bisnis-bisnis tersebut tidak dapat lagi meminjam uang dengan harga yang murah dan pantas. Dan hal ini akan mempengaruhi besarnya profit yang akan didapat terutama bagi mereka yang mempunyai hutang banyak. Kemungkinan harga saham perusahaan akan mengalami penurunan atau koreksi ketika pemerintah melalui BI menaikkan tingkat suku bunga. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mempunyai banyak hutang akan meningkat beban perusahaannya yang pada akhirnya akan mengurangi profit yang telah mereka peroleh. Dan beban perusahaan yang meningkat ini diakibatkan karena semakin besarnya hutang yang harus dibayar oleh perusahaan tersebut akibat kenaikan tingkat suku bunga :) Hanya perusahaan yang kuat saja yang mampu bertahan ketika tingkat suku bunga dinaikkan yaitu mereka yang mempunyai tingkat hutang yang sehat. Profit mereka tetap akan datang dan hanya dipengaruhi oleh strategi bisnis tanpa harus pusing memikirkan pembayaran hutang yang meningkat akibat tingkat suku bunga. Dan hal ini adalah salah satu prinsip yang diajarkan oleh para investor tingkat dunia (Warren Buffet) ketika akan memilih saham perusahaan yaitu pilihlah perusahaan yang mempunyai tingkat hutang wajar dan tidak berlebihan. Jika Anda masih bingung mengenai tingkat suku bunga terhadap beban perusahaan mungkin ilustrasi berikut bisa membantu.
Anggap saja Anda adalah sebuah perusahaan dan berminat mempunyai sebuah rumah dengan sistem KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Ketika menggunakan sistem ini tentu Anda perlu membayar bunga terhadap pemberi hutang. Anggap saja harga rumah yang akan dibeli sebesar 200 juta Rupiah dengan tenor 5 tahun besarnya bunga yang harus dibayar 0.5% per bulan yang berarti sebesar 1 juta Rupiah. Bunga 0.5% ini bersifat flat selama 2 tahun pertama karena ini adalah promosi dari pemberi pinjaman. Setelah 2 (dua) tahun bunga yang harus Anda bayar mengikuti tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh BI. Dan ternyata menginjak tahun ketiga bank yang memberi Anda pinjaman tadi menaikkan suku bunga pinjaman nya katakanlah dari 0.5% menjadi 0.7% setiap bulannya akibat BI menaikkan tingkat suku bunga. Akibat kenaikan suku bunga ini maka pengeluaran Anda akan semakin membesar pula, yang semula Anda hanya membayar bunga pinjaman sebesar 1 juta Rupiah maka pada tahun ketiga ini Anda harus membayar bunga pinjaman sebesar 1,4 juta Rupiah yaitu naik 40%. Dan hal ini juga berlaku terhadap perusahaan yang mempunyai hutang kepada bank sebagai pemberi pinjaman bukan hanya kepada Anda yang sedang mengambil KPR :) tadi. Akibat kenaikan bunga pinjaman maka pengeluaran bulanan Anda pun akan mengalami kenaikan begitu juga dengan perusahaan yang berhutang. Selanjutnya bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham jika ternyata BI menurunkan tingkat suku bunganya. Yang jelas profit atau keuntungan yang akan dihasilkan oleh saham yang perusahaannya mempunyai banyak hutang akan semakin bertambah karena hutang telah menjadi leverage bagi mereka. Harga saham mereka pun akan dilirik karena profit terus bertambah sehingga harga saham pun kemungkinan akan mengalami kenaikan. Dan kemungkinan perusahaan akan semakin banyak mengambil hutang karena harga uang yang ditawarkan semakin rendah dan layak dipinjam untuk menjalankan bisnis mereka tetapi tentunya dengan strategi yang oke pula. Dan sentimen positif ini adalah sebuah tanda yang dapat kita gunakan sebagai indikator waktu yang tepat untuk mengakumulasi saham.
Tetapi harus diingat bahwa perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang mampu menghasilkan profit konsisten naik dan tentunya dengan tingkat hutang yang wajar (hal ini akan kita bahas di bab tersendiri ya). Dan banyak sekali contoh kegagalan bisnis yang diakibatkan oleh tidak adanya kendali atas hutang yang sebagian besar diyakini sebagai daya ungkit (leverage) keuntungan terutama ketika Anda berkecimpung didunia Trading Forex. Suku bunga adalah alat yang digunakan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil. Ketika BI melakukan perubahan suku bunga, hal ini akan mempengaruhi kinerja perekonomian, termasuk kinerja pasar saham. Suku bunga adalah alat yang digunakan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil. Ketika BI melakukan perubahan suku bunga, hal ini akan mempengaruhi kinerja perekonomian, termasuk kinerja pasar saham. You are here: Home / Investasi / Bagaimana Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham?
Bagaimana Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham? AccelaInfinia.com - Accelerate You Infinitely
Baca juga
Mengapa Harga Saham Selalu Berfluktuasi? 3 Faktor Penyebab Harga Saham Bergerak & Selalu Berubah Arti Price to Earnings Ratio Saham & Cara Menghitungnya
Suku bunga adalah alat yang digunakan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil. Ketika BI melakukan perubahan suku bunga, hal ini akan mempengaruhi kinerja perekonomian, termasuk kinerja pasar saham.
Pertimbangan Saat seorang investor melakukan penelitian sebelum memutuskan membeli atau menjual saham, dia harus mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk prospek pertumbuhan perusahaan, kondisi pasar saat ini (termasuk suku bunga) dan bagaimana membeli atau menjual saham cocok dengan rencana investasinya. Penting untuk dicatat bahwa perubahan harga saham dapat terjadi karena semua faktor ini. Suku Bunga dan Laba Nilai saham tergantung pada harga per saham. Sebagai aturan umum, ketika pendapatan perusahaan diperkirakan meningkat, harga saham akan naik. Peningkatan laba perusahaan biasanya terjadi ketika ekonomi tumbuh, yang terjadi ketika suku bunga diturunkan. Sebaliknya, ketika BI ingin meredam pertumbuhan ekonomi, mereka akan menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga akan menurunkan laba perusahaan dan menyebabkan harga saham jatuh. Suku Bunga dan Investor Investor dapat memilih untuk berinvestasi di saham atau obligasi, dengan pilihan investasi umumnya didasarkan pada hasil yang diharapkan dari setiap investasi. Misalnya, BI memutuskan menurunkan suku bunga. Ketika suku bunga diturunkan, obligasi diterbitkan dengan tingkat bunga yang lebih rendah. Akibatnya, investor menyadari mereka bisa mendapatkan lebih banyak uang dengan berinvestasi di saham, sehingga saham menjadi semakin diburu. Ketika banyak orang memilih berinvestasi di saham, harga saham mulai naik. Sebaliknya, ketika BI memutuskan menaikkan suku bunga, obligasi akan diterbitkan dengan tingkat bunga yang lebih tinggi. Hal ini akan mendorong investor untuk membeli obligasi, dan karena investor menjual saham mereka, harga saham akan jatuh.
Suku Bunga dan Konsumen Ketika BI memutuskan menurunkan suku bunga, konsumen dirangsang untuk membeli barang-barang seperti rumah dan mobil karena mereka dapat membiayai pembelian tersebut pada tingkat bunga yang lebih rendah. Seiring belanja konsumen mulai meningkat, pendapatan perusahaan juga akan meningkat. Karena investor melihat pendapatan perusahaan meningkat, mereka mulai membeli saham di perusahaan sehingga menyebabkan harga saham naik. Sebaliknya, jika suku bunga naik, konsumen menghemat uang mereka. Seiring belanja konsumen yang rendah, laba usaha menjadi menurun. Investor yang melihat penurunan laba usaha lantas menjual saham sehingga harga saham mulai jatuh. Suku Bunga dan Bisnis Ketika BI menurunkan suku bunga, kondisi ini mengurangi biaya investasi untuk bisnis. Bisnis mulai memperluas usahanya dan berinvestasi dalam berbagai proyek karena dinilai akan menguntungkan. Seiring bisnis yang mulai berkembang, investor membeli saham dengan harapan mampu menjual dengan harga lebih tinggi di masa depan. Peningkatan pembelian saham menyebabkan harga saham naik. Sebaliknya, jika BI memutuskan menaikkan suku bunga, bisnis akan mengurangi investasi karena dianggap kurang menguntungkan akibat meningkatnya biaya investasi. Seiring investor mengetahui penurunan investasi bisnis, mereka menganggap perekonomian mulai menurun dan menjual saham mereka, yang menyebabkan harga saham jatuh.[] Suku bunga memiliki pengaruh terhadap harga saham. Suku bunga BI atau disebut juga suku bunga acuan bagi perbankan dalam menentukan bunga tabungan, pinjaman, deposito dan instrument keuangan lainnya.
Ketika BI mengumumkan adanya kenaikan suku bunga, maka IHSG akan mengalami penurunan dan pemilik dana cenderung akan memindahkan dananya dari pasar modal ke instrumen keuangan lainnya baik itu deposito, obligasi maupun tabungan, sehingga akan mendapatkan return yang lebih tinggi dari pada pasar modal. Sebaliknya, apabila suku bunga BI turun, maka IHSG akan cenderung naik dan para pemilik dana akan memindahkan dananya dari instrument keuangan lainnya baik itu deposito, obligasi maupun tabungan ke instrumen investasi untuk mendapatkan return yang lebih tinggi Adanya kebijakan menaikkan atau menurunkan suku bunga oleh BI disebabkan oleh tingkat inflasi. Apabila terjadi inflasi yang tinggi, maka BI akan menaikkan suku bunga agar masyarakat kembali menyimpan uangnya di bank. Sehingga permintaan/tingkat konsumsi akan berkurang dan dapat mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya, apabila inflasi sangat kecil, maka BI akan meningkatkan suku bunga agar masyarakat tidak hanya menyimpan uangnya di bank dan mendorong agar meminjam uang dari bank untuk membuka usaha yang pada akhirnya akan menyerap tenaga kerja kemudian berdampak pada peningkatan perekonomian dan naiknya tingkat konsumsi. Naik turunnya tingkat suku bunga akan berpengaruh pada harga saham, tapi ingatlah bahwa di pasar modal terdapat banyak faktor yang menyebabkan perubahan harga saham. Hal terpenting adalah melihat prospek perekonomian dalam jangka panjang Faktor yang Mempengaruhi Naik Turunnya Suku Bunga Deposito
Bunga deposito merupakan dambaan semua orang. Tentu menyenangkan mendapatkan uang lebih hanya dengan menginvestasikan uang Anda pada sebuah produk investasi dengan risiko yang sangat rendah. Tanpa perlu mengontrol investasi, Anda bisa mendapatkan keuntungan. Hanya saja ada kalanya bunga deposito dapat naik dan turun. Serupa halnya dengan pasar saham yang harganya dapat selalu berubah-ubah. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan harga tersebut? Kali ini Finansialku akan membahasnya sehingga Anda bisa mengetahui kapan kondisi terbaik untuk menggunakan produk deposito ini. Berdasarkan hasil penelitian sebuah jurnal yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka pada Bank Umum di Indonesia (Almilia, L. S. Utomo, A. W. 2006) diambil kesimpulan bahwa ada 6 faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat suku bunga deposito.
Berikut adalah beberapa produk yang mempengaruhi naik atau turunnya suku bunga deposito:
[Baca Juga: 3 Alasan Mengapa Deposito Jadi Salah Satu Cara Untuk Bebas Keuangan]
#1 Perkembangan Likuiditas Perekonomian
Likuiditas perekonomian adalah jumlah uang yang beredar dalam sebuah negara. Perkembangan likuiditas perekonomian memiliki pengaruh positif terhadap terhadap tingkat suku bunga deposito. Artinya jika likuiditas perekonomian meningkat maka suku bunga deposito juga akan meningkat.
#2 Inflasi
Inflasi tentunya memiliki andil dalam perubahan suku bunga deposito. Tingkat inflasi memiliki pengaruh positif terhadap suku bunga deposito. Artinya jika inflasi meningkat maka suku bunga deposito akan meningkat.
#3 Perkembangan Perekonomian
Perkembangan perekonomian memiliki pengaruh negatif terhadap suku bunga deposito. Jika perekonomian negara meningkat maka suku bunga deposito secara umum akan turun.
[Baca Juga: Ini Manfaat Menyimpan Dana Darurat di Deposito ketika Suku Bunga Meningkat]
#4 CAR (Capital Adequacy Ratio )
CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, Bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8%. CAR memiliki pengaruh negatif terhadap suku bunga deposito. Jika CAR meningkat maka suku bunga deposito akan menurun.
#5 ROA (Return on Asset )
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut. ROA memiliki pengaruh positif terhadap suku
bunga deposito, maka jika ROA meningkat, suku bunga deposito juga akan meningkat.
#6 LDR (Loan to Deposits Ratio )
Loan to Deposits Ratio menggambarkan perbandingan antara uang yang dipinjamkan serta jumlah deposito yang dimiliki oleh bank. Bank bisa meminjamkan uang dalam bentuk kredit, KTA, dan lainnya. Dengan pinjaman tersebut maka bank akan mendapatkan keuntungan. Sementara dengan memiliki deposito dari nasabah maka bank sama dengan berutang kepada para nasabah. Kedua nilai tersebut diharapkan selalu berimbang, dengan begitu bank bisa mendapatkan keuntungan yang optimal. Jika jumlah pinjaman terlalu besar dibandingkan uang yang didepositokan oleh nasabah, artinya bank bisa kekurangan dana untuk dipinjamkan. Karena itu bank akan meningkatkan suku bunga deposito agar masyarakat tertarik untuk mendepositokan uangnya di bank tersebut. Sebaliknya jika bank memiliki deposito yang terlalu banyak maka bank akan menurunkan suku bunga deposito.
[Baca Juga: Bagaimana Cara Menyimpan Sertifikat Deposito yang Aman?]
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, keenam faktor yang telah dibahas di atas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penetapan tingkat suku bunga deposito berjangka satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan dua belas bulan pada bank umum di Indonesia. Pada penetapan suku bunga deposito berjangka 3 bulan faktor yang memiliki pengaruh terbesar adalah inflasi, ROA, dan LDR. Sementara itu untuk menentukan suku bunga deposito berjangka 6 bulan, ROA dan LDR memiliki pengaruh yang paling signifikan. Begitu pula halnya dalam menetapkan suku bunga deposito berjangka 12 bulan. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hasil penelitian tersebut, Anda dapat mengakses jurnal Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka pada Bank Umum di Indonesia (Almilia, L. S. Utomo, A. W. 2006).
[Baca Juga: Saat Tepat Masuk Produk Deposito]
Mengapa Anda Perlu Tahu?
Perubahan dalam suku bunga deposito dapat mempengaruhi rencana yang telah Anda susun untuk memenuhi berbagai tujuan keuangan yang
telah ditetapkan. Misalnya dana pendidikan anak, dana pensiun, dan lain sebagainya. Jika suatu waktu suku bunga deposito berubah (baik naik ataupun turun), maka perhitungan yang sudah Anda buat mungkin harus disesuaikan kembali. Jika suku bunga deposito turun, sudah pasti Anda harus meningkatkan dana yang diinvestasikan, dengan begitu kebutuhan tujuan keuangan dapat tetap terpenuhi sesuai target waktunya. Sementara jika suku bunga deposito meningkat maka dana yang diinvestasikan dapat dikurangi sehingga Anda dapat menggunakan dana yang berlebih untuk kebutuhan lain. Memang faktor-faktor tersebut terlihat cukup rumit, tetapi Anda perlu memahaminya agar siap untuk mengantisipasi setiap perubahan dalam suku bunga deposito. Jangan sampai Anda ketinggalan informasi dan tidak tahu langkah antisipasi apa yang harus dilakukan sehingga akhirnya tujuan keuangan yang ingin dicapai dengan deposito tidak terpenuhi.
Faktor-Faktor Penyebab Naik Turunnya Harga Saham, Apa Saja? Edited by Cermati.com • 24 April 2017 Shares 23
23
Naik turunnya harga saham lumrah terjadi. Adanya permintaan dan ketersediaan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi. Harga saham sekalipun saham tersebut masuk kategori blue chips juga bisa mengalami penurunan. Sebaliknya, saham yang dikategorikan Lapis Tiga tanpa diduga-duga harganya bisa naik secara signifikan. Ada sejumlah faktor mendasar yang dapat mengakibatkan harga saham naik ataupun turun. Secara umum, faktor-faktor tersebut diklasifikasikan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam perusahaan. Sementara faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar perusahaan. Faktor ini bisa dibilang sulit diatasi. Contohnya, adanya masalah-masalah berkaitan dengan ekonomi makro. Dari kedua faktor tersebut, faktor eksternal lebih dominan dalam memengaruhi harga saham. Untuk lebih jelasnya, bisa Anda ketahui dari penjelasan di bawah ini.
Baca Juga: Tertarik Berinvestasi Saham? Ini Tips dan Cara Aman Investasinya
1. Aksi Korporasi Perusahaan
Aksi Korporasi Memberi Andil bagi Perubahan Harga Saham via shutterstock.com
Aksi korporasi yang dimaksud di sini berbentuk kebijakan yang diambil jajaran manajemen perusahaan. Dampaknya dapat mengubah hal-hal yang sifatnya fundamental dalam perusahaan. Contoh dari aksi korporasi adalah terjadinya akuisisi, merger, right issue, atau divestasi. Kebijakan-kebijakan fundamental tersebut secara otomatis akan memengaruhi harga saham di bursa. Sebagai contoh, PT APA memutuskan untuk melakukan akuisisi terhadap PT ITU. Berita tersebut akan menimbulkan sejumlah spekulasi sehingga para pemain menganggap PT APA memiliki posisi yang lebih kuat daripada PT ITU. Efeknya, harga saham PT APA akan mengalami kenaikan.
2. Proyeksi Kinerja Perusahaan pada Masa Mendatang
Kinerja Perusahaan yang Baik Memicu Kenaikan Harga Saham via shutterstock.com
Perkiraan terhadap performa/kinerja perusahaan juga jadi salah satu yang turut memengaruhi fluktuasi harga saham. Sebab performa perusahaan dijadikan acuan bagi para investor maupun analis fundamental dalam melakukan pengkajian terhadap saham perusahaan. Di antara beberapa faktor, yang paling menjadi sorotan adalah tingkat dividen tunai, tingkat rasio utang, rasio nilai buku/Price to Book Value (PBV), earnings per share (EPS), dan tingkat laba suatu perusahaann. Perusahaan yang menawarkan dividend payout ratio (DPR) yang lebih besar cenderung disukai investor karena bisa memberikan imbal balik yang bagus. Dalam praktiknya, DPR berdampak pada harga saham. Selain itu, EPS juga turut andil terhadap perubahan harga saham. EPS yang tinggi mendorong para investor untuk membeli saham tersebut yang menyebabkan harga saham makin tinggi. Tingkat rasio utang dan PBV juga memberikan efek signifikan terhadap harga saham. Perusahaan yang memiliki tingkat rasio utang yang tinggi biasanya adalah perusahaan yang sedang bertumbuh. Perusahaan tersebut biasanya akan gencar dalam mencari pendanaan dari para investor. Meskipun demikian, perusahaan seperti ini biasanya juga diminati banyak investor. Sebab jika hasil analisisnya bagus, saham tersebut akan memberikan imbal tinggi (high return) karena ke depannya kapitalisasi pasarnya bisa meningkat.
3. Kebijakan Pemerintah Kebijakan Pemerintah Turut Memengaruhi Harga Saham via shutterstock.com
Kebijakan Pemerintah juga dapat memengaruhi harga saham meskipun kebijakan itu masih dalam tahap wacana dan belum terealisasi. Banyak contoh dari kebijakan Pemerintah yang menimbulkan volatilitas harga saham, seperti kebijakan ekspor impor, kebijakan perseroan, kebijakan utang, kebijakan Penanaman Modal Asing (PMA), dan lain sebagainya. Pemain saham tipe trader biasanya sangat peka terhadap isu sensitif seperti ini untuk mengambil keuntungan dengan melakukan spekulasi dalam aksi ambil untung trading harian.
4. Fluktuasi Kurs Rupiah terhadap Mata Uang Asing
Pergerakan Harga Saham Juga Tergantung Pergerakan Kurs via shutterstock.com
Kuat ataupun lemahnya kurs rupiah terhadap mata uang asing sering kali menjadi penyebab naik turunnya harga saham di bursa. Secara logika, ini sangat masuk akal. Konsekuensi dari fluktuasi kurs tersebut bisa berdampak positif ataupun negatif bagi perusahaan-perusahaan tertentu, khususnya yang memiliki beban utang mata uang asing. Perusahaan importir atau perusahaan yang memiliki beban utang mata uang asing akan dirugikan akibat melemahnya kurs. Sebab hal ini akan berakibat pada meningkatnya biaya operasional dan secara otomatis juga mengakibatkan turunnya harga saham yang ditawarkan. Sebagai contoh kasus adalah melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS sering kali melemahkan harga-harga saham di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
5. Kondisi Fundamental Ekonomi Makro
Efek dari Makro Ekonomi Juga Berimbas pada Harga Saham via shutterstock.com
Kondisi fundamental ekonomi makro juga memiliki dampak langsung terhadap naik dan turunnya harga saham, misalnya:
Naik atau turunnya suku bunga yang diakibatkan kebijakan bank sentral Amerika (Federal Reserve). Naik atau turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan nilai ekspor impor yang berakibat langsung pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Tingkat inflasi juga termasuk dalam salah satu faktor kondisi ekonomi makro.
Pengangguran yang tinggi yang diakibatkan faktor keamanan dan goncangan politik juga berpengaruh secara langsung terhadap naik atau turunnya harga saham.
Selain faktor itu, hubungan antara tingkat suku bunga perbankan dan pergerakan harga saham juga sangat jelas. Ketika suku bunga perbankan melejit, harga saham yang diperdagangkan di bursa akan cenderung turun tajam. Hal ini dapat terjadi karena beberapa kemungkinan:
Pertama, ketika suku bunga perbankan naik, banyak investor yang mengalihkan investasinya ke instrumen perbankan semisal deposito. Dengan naiknya suku bunga tersebut, investor dapat meraup keuntungan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan bermain saham. Kedua, bagi perusahaan, ketika suku bunga perbankan naik, mereka akan cenderung untuk meminimalkan kerugian akibat dari meningkatnya beban biaya. Hal ini terjadi karena sebagian besar perusahaan memiliki utang kepada perbankan.
6. Rumor dan Sentimen Pasar
Ilustrasi Analisis Sentimen Pasar via shutterstock.com
Pasar saham ini sangat rawan akan info-info manipulatif, berita, ataupun rumor. Sekadar isu saja yang entah darimana sumbernya bisa saja berpengaruh terhadap kenaikan atau
penurunan harga saham. Misalnya, seorang CEO atau direksi perusahaan tertentu membuat pernyataan yang negatif atau positif. Secara otomatis, harga saham perusahaan yang bersangkutan akan dapat terkoreksi, baik naik maupun turun secara tiba-tiba. Oleh karena itu, para analis sering kali menjadikan faktor ini menjadi pertimbangan tertentu sebelum memutuskan untuk mengambil saham tersebut. Mungkin untuk kasus ini tidak mudah diketahui para investor pemula saat mereka tidak jeli dalam memerhatikan informasi internal yang berasal dari perusahaan.
7. Faktor Manipulasi Pasar
Ilustrasi Manipulasi Pasar via shutterstock.com
Manipulasi pasar saham juga kerap terjadi dan bisa secara langsung berdampak pada naik atau turunnya harga saham. Bagaimana ini bisa terjadi? Manipulasi pasar biasanya dilakukan investor-investor berpengalaman dan bermodal besar dengan memanfaatkan media massa untuk memanipulasi kondisi tertentu demi tujuan mereka, baik menurunkan maupun meningkatkan harga saham. Namun, manipulasi pasar ini biasanya tidak bertahan lama. Karena perusahaan masih memiliki aspek-aspek fundamental yang terekam di dalam laporan keuangannya yang bisa digunakan untuk mengembalikan harga saham ke kondisi sebelumnya.
8. Faktor Kepanikan
Ilustrasi Panik via shutterstock.com
Faktor kepanikan ini juga bisa secara langsung berefek pada fluktuasi harga saham. Ambil contoh kasus pada tahun 2006, sewaktu muncul pemberitaan di media massa tentang meledaknya salah satu pipa milik Perusahaan Gas Negara (PGN) akibat lumpur Lapindo. Munculnya berita tersebut berdampak langsung pada harga saham PGN yang memiliki kode saham PGAS. Sebab banyak investor menjual saham PGAS. Namun, setelah melakukan analisis tentang meledaknya pipa tersebut, ternyata kejadian itu tidak menimbulkan efek yang signifikan terhadap keseluruhan bisnis Perusahaan Gas Negara (PGN). Akhirnya, sehari kemudian, harga saham PGAS mulai naik kembali.
Baca Juga: Tips Memilih Saham Terbaik dengan Analisis Fundamental dan Teknikal
Selalu Waspada dan Jangan Lengah Sebagai investor atau pemain saham, sangat penting untuk terus memantau pergerakan harga saham. Dengan mencermati faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, setidaknya risikorisiko yang bisa dihindari atau diantisipasi seminimal mungkin. Kerugian yang ditanggung
tidak sebesar bila sama sekali tidak tahu tentang faktor-faktor tersebut. Jadi, selalu waspada dan jangan lengah.