Satuan Acara Penyuluhan Ode B.docx

  • Uploaded by: LainunLutfi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Satuan Acara Penyuluhan Ode B.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,602
  • Pages: 9
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERAN KELUARGA MENCEGAH KEKAMBUHAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA

A. LATAR BELAKANG Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-Spritual yang komperhensif. Klien dapat berupa individu, keluarga dan komunitas baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Bentuk Asuhan keperawatan jiwa meliputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem social (Sandra, 2009). Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana timbulnya kembali suatu penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam faktor penyebab. Pencegahan kekambuhan adalah mencegah terjadinya peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan. Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama, dan 79% pada tahun ke dua. Kekambuhan biasa terjadi karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh (Nolen, 2001). Secara global angkan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa ini mencapai 50% hingga 92% yang disebabkan karena ketidakpatuhan dalam berobat maupun karena kurangnya dukungan dan kondisi kehidupan yang rentan dengan meningkatan stress (Sheewangisaw, 2012). Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem pendukung utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada dirumah. Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Melihat fenomena diatas, maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini diharapkan keluarga dan klien mendapatkaninformasi dan pengetahuan tentang pencegahan serta pendidikan tentang peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien dapat : 1. Menjelaskan tentang pengertian kekambuhan 2. Menjelaskan tentang gejala-gejala kekambuhan 3. Menjelaskan tentang penderita yang dikatakan kambuh 4. Menjelaskan faktor penyebab kekambuhan D. PENGANTAR Topik

: Keperawatan Jiwa

Sub topic

:Peran Keluarga Mencegah Kekambuhan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa

Penyuluh

: Julianti Ode Labae

Sasaran

: Keluarga dan Klien

Hari / tanggal : Selasa /26 Maret 2019 Jam

: 09.00-09.30

Waktu

: 30 menit

Tempat

: Poli Jiwa RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI KLATEN

E. Materi Terlampir F. Metode Ceramah Dan Tanya Jawab G. Media Leaflet

H. Kegiatan Pembelajaran No 1.

Waktu 3 menit

Kegiatan Penyuluh

Kegiatan Peserta

Pembukaan :

TTD

1. menjawab salam

1. Memberi salam

2. mendengarkan

2. Menyampaikan tujuan

dan

memperhatikan

3. Menyampaikan kegiatan pembelajaran 4. menjelaskan materi atau pokok penyuluhan yang akan disampaikan 2.

20 menit

Pelaksanaan

1. Mendengarkan

Menjelaskan materi :

2. Memperhatikan

1. Melakukan apersepsi 2. Menjelaskan

3. Menanyakan apabila

pengertian

ada pertanyaan

dari kekambuhan 3. menjelaskan tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa 4. menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi

kekambuhan pada klien gangguan jiwa 5. menjelaskan peran klien dan

keluarga

dalam

mencegah kekambuhan 6. memberikan kesempatan bagi klien dan keluarga untuk bertanya

3.

5 menit

Evaluasi 1. Melakukan (bertanya

1. Mengulang apa yang evaluasi kembali

ke

klien dan keluarga terkait

sudah dijelaskan 2. Menjawab pertanyaan

materi

yang

sudah

disampaikan 2. memberikan reinforcement positif 3. menyimpulkan kegiatan 2 menit

Penutup 1. mengucapkan

1. Menyepakati kontrak terima

kasih dan kontrak waktu

waktu 2. Menjawab salam

selanjutnya 2. mengucapkan salam

I. EVALUASI Pertanyaan: 1. Apa yang dimaksud dengan kekambuhan ? 2. Bagaimana tanda atau gejala dari kekambuhan ? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kekambuhan ? 4. Apa yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah kekambuhan ?

J. LAMPIRAN MATERI 1. Pengertian Kekambuhan Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya mereda (Dorland, 2002) Kekambuhan yaitu kembalinya gejala – gejala penyakit sehingga cukup parah dan mengganggu aktivitas sehari – hari dan memerlukan rawat inap dan rawat jalan yang tidak terjadwal (Boyd dan Nihart, 1998) 2. Tanda – tanda kekambuhan Tahap I : Penderita memperlihatkan ketegangan yang berlebihan (overextension), sering mengeluh cemas terus-menerus, tak dapat konsentrasi, lupa kata-kata dalam pertengahan kalimat, adanya hambatan mental dalam aktivitas dan penampilan diri yang menurun. Tahap II : Memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction conciusness), depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan fobia, mengeluh sakit di seluruh tubuh (somatisasi), menarik diri dari aktivitas sehari-hari dan membatasi stimulus eksternal. Tahap III : Kadang-kadang menunjukan penampilan psikotik, hipomania, gangguan persepsi, gangguan isi pikir dan gagal memakai mekanisme pembelaan yang matang Tahap IV : Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan waham secara terus menerus Tahap V : Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga sebagai penipu. Dapat pula penderita mengamuk. Tahap VI : Penderita nampak seperti robot dan bingung serta gelisah. Jika muncul tanda-tanda di atas segera : a. Bantu klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan.

b. Segera kontrol ke RS, sehingga segera mendapat pertolongan.

3. Penyebab kekambuhan Faktor – faktor yang menyebabkan kekambuhan : a. menyebabkan efek samping “tardive dyskinesia” (gerakan tidak terkontrol) b. Lingkungan dengan stressor tinggi c. Keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi d. Kurangnya aktivitas dan latihan serta suplai nutrisi. 4.

Perawatan penderita di rumah Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan dalam merawat pasien dirumah antara lain : a. Memberikan kegiatan/ kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari – hari. b. Selalu menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam melakukan suatu kegiatan, misalnya : makan bersama, bekerja bersama, bepergian, dll. c. Meminta keluarga atau teman untuk menyapa klien, jika klien mulai menyendiri atau berbicara sendiri d. Mengajak ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat, misalnya : pengajian, kerja bakti, dll. e. Berikan pujian, umpan balik atau dukungan untuk ketrampilan sosial yang dapat dilakukan pasien f. Mengontrol kepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan resep dokter g. Jika klien malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara halus dan empati. Hindari tindakan paksa yang menimbulkan trauma bagi pasien. h. Kontrol suasana lingkungan atau pembicaraan yang dapat memancing terjadinya marah i. Mengenali tanda – tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhan j. Segera kontrol ke dokter atau RS jika muncul perubahan perilaku yang menyimpang atau obat habis.

5. Dampak Kekambuhan Dampak gangguan jiwa bagi keluarga sangat besar, apalagi ada beberapa anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Dampak dari anggota yang menderita gangguan jiwa bagi keluarga diantaranya keluarga belum terbiasa dengan adanya gangguan jiwa. Dampak-dampak gangguan jiwa bagi keluarga, seperti:

a. Penolakan Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita gangguan jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut dan menyakini memiliki penyakit berkelanjutan. Selama episode akut anggota keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi pada mereka cintai. Pada proses awal, keluarga akan melindungi orang yang sakit dari orang lain dan menyalahkan dan merendahkan orang yang sakit untuk perilaku tidak dapat diterima dan kurangnya prestasi. Sikap ini mengarah pada ketegangan dalam keluarga, dan isolasi dan kehilangan hubungan yang bermakna dengan keluarga yang tidak mendukung orang yang sakit. Tanpa informasi untuk membantu keluarga belajar untuk mengatasi penyakit mental, keluarga dapat menjadi sangat pesimis tentang masa depan. Sangat penting bahwa keluarga menemukan sumber informasi yang membantu mereka untuk memahami bagaimana penyakit itu mempengaruhi orang tersebut. Mereka perlu tahu bahwa dengan pengobatan, psikoterapi atau kombinasi keduanya, mayoritas orang kembali ke gaya kehidupan normal. b. Stigma Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua dalam anggota keluarga mengetahuinya. Keluarga menganggap penderita tidak dapat berkomunikasi layaknya orang normal lainnya. Menyebabkan beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk mengundang penderita dalam kegiatan tertentu. Hasil stigma dalam begitu banyak di kehidupan sehari-hari, Tidak mengherankan, semua ini dapat mengakibatkan penarikan dari aktif berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari. c. Frustrasi, Tidak berdaya dan Kecemasan Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan tingkah laku aneh dan tak terduga. Hal ini membingungkan, menakutkan dan melelahkan. Bahkan ketika orang itu stabil pada obat, apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi. Anggota keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki. Keluarga dapat menjadi marah marah, cemas, dan frustasi karena berjuang untuk mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya penderita lakukan.

d. Kelelahan dan Burnout Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang yang dicintai yang memiliki penyakit mental. Mereka mungkin mulai merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit yang harus terus-menerus dirawat. Namun seringkali, mereka merasa terjebak dan lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-hari, terutama jika hanya ada satu anggota keluarga mungkin merasa benar-benar di luar kendali. Hal ini bisa terjadi karena orang yang sakit ini tidak memiliki batas yang ditetapkan di tingkah lakunya. Keluarga dalam hal ini perlu dijelaskan kembali bahwa dalam merawat penderita tidak boleh merasa letih, karena dukungan keluarga tidak boleh berhenti untuk selalu mensupport penderita. e. Duka Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki penyakit mental. Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari kehidupan seharihari, dan penurunan yang dapat terus-menerus. Keluarga dapat menerima kenyataan penyakit yang dapat diobati, tetapi tidak dapat disembuhkan. Keluarga berduka ketika orang yang dicintai sulit untuk disembuhkan dan melihat penderita memiliki potensi berkurang secara substansial bukan sebagai yang memiliki potensi berubah f. Kebutuhan Pribadi dan Mengembangkan Sumber Daya Pribadi Jika anggota keluarga memburuk akibat stres dan terlalu banyak pekerjaan, dapat menghasilkan anggota keluarga yang sakit tidak memiliki sistem pendukung yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, keluarga harus diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara fisik, mental dan spiritual yang sehat. Memang ini bisa sangat sulit ketika menghadapi anggota keluarga yang sakit mereka. Namun, dapat menjadi bantuan yang luar biasa bagi keluarga untuk menyadari bahwa kebutuhan mereka tidak boleh diabaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Schizophernia At Amanuel Mental Specialized Hospital. Congress On Public Health, 1(1), 1-10. Nanda International, Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2009-2011, Egc, Jakarta, 2010. Contributing The Outcome Of Schizophrenia In Developing And Developed Countries: A Sheewangisaw, Z. (2012). Prevalence And Associated Factors Of Relapse In Patent With Cynthia M. Taylor, Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan, Egc, Jakarta, 2010 Nadeed, M., Akter, K. A., Tabassum, F., Malwa, R., & Rahman, M. (2012). Factors Intansari Nurjanah, Pedoman Gangguan Jiwa, Mocomedia, Yogyakarta, 2004 Brief Review. International Current Pharmateutical Journal, 1(2), 81-85. Www.P Ublikasiilmiah.Ums.Ac.Id/Bitstream/Handle/.../4f.Pdf

Related Documents


More Documents from "Firda Rahmawati"