Laporan Pendahuluan Halusinasi.docx

  • Uploaded by: LainunLutfi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Halusinasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,184
  • Pages: 6
HALUSINASI 1. PENGERTIAN Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadinya pada saat kesadaran individu itu baik (Stuart, 2007). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014: 129) Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.(Kusumawati & Hartono, 2012:102) 2. ETIOLOGI a. Faktor Predisposisi Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sehjak kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stres. 1) Faktor Sosiokultura Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya. 2) Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya neutransmitter otak. 3) Faktor Psikologi Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyataa menuju alam hayal

4) Faktor Genetik dan Pola Asuh Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh padapenyakit ini. (Prabowo, 2014: 132-133) b. Faktor Presipitasi 1) Biologis Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan. 2) Stress Lingkungan Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. 3) Sumber Koping Sumber

koping

mempengaruhi

respon

individu

dalam

menamggapi

stress.(Prabowo, 2014) 4) Perilaku Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak. a) Dimensifisik Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu yang lama b) Dimensiemosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut. c) Dimensi intelektual d) Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi

merupakan usha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengotrol semua perilaku klien. e) Dimensi social Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interkasi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung. f)

Dimensi spiritual Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu.(Damaiyanti, 2012

3. JENIS JENIS HALUSINASI a.

Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik) Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suarasuara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi Pengihatan (visual) Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya, gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan. c. Halusinasi Penghidu(Olfaktori) Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-kadang

terhidu bau harum. Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia. d. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik) Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. e. Halusinasi Pengecap (Gustatorik) Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan. f. Halusinasi sinestetik Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalirmelalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. (Yosep Iyus, 2007) g. Halusinasi Viseral Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya a) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis. Misalnya sering merasa diringa terpecah dua. b) Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang dialaminya seperti dalam mimpi. (Damaiyanti, 2012: 55-56) 4. PENGKAJIAN Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Cara pengkajian lain berfokus pada fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Isi pengkajian meliputi : Identitas klien, keluhan utama/alasan masuk, faktor predisposisi, dimensi fisik / biologis, dimensi psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan. Dari data yang dikumpulkan, perawat langsung merumuskan masalah keperawatan pada setiap kelompok data yang terkumpul. Pada dasarnya masalah klien saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon masalah. Pohon masalah ini diharapkan dapat memudahkan perawat dalam menyusun diagnosa keperawatan

5. POHON MASALAH Menurut Dalami(2009), dalam pengumpulan data diperlukan perumusan masalah keperawatan yang pada dasarnya saling berhubungan dan digambarkan pada pohon masalah Effect

Core Problem

Causa

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Risiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi b. Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan menarik diri 7. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN a. Diagnosa keperawatan I : Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan

perubahan persepsi sensori : halusinasi Tujuan Umum : Klien tidak menunjukkan perilaku kakarasan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Tujuan Khusus : - Klien dapat membina hubungan saling percaya - Klien dapat mengenal halusinasinya - Klien dapat mengontrol halusinasinya - Klien dapat dukungan dari keluarga - Klien dapat menggunakan obat dengan benar b. Diagnosa keperawatan II : Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan menarik diri. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi Tujuan Khusus :  Klien dapat membina hubungan saling percaya - Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri  Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain  Mengkaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain  Klien dapat melaksanakan hubungan sosial  Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"