SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASMA BRONCHIALE
Pokok bahasan
: Asma Bronchiale
Sasaran
: Pasien/ keluarga
Nama penyuluh
: Gresta
NIM
: 2010.c.02a.0105
Waktu
: ±15 menit
Hari/tanggal
:
Tempat
: Puskesmas Bukit Hindu Palangka Raya
A. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti proses penyuluhan selama + 15 menit, pasien mampu memahami tentang Penyakit Asma Bronchiale. 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti proses kegiatan selama + 15 menit diharapkan pasien dapat mengetahui: a. Pengertian penyakit asma. b. Penyebab asma. c. Tanda dan gejala asma. d. Pengobatan penyakit asma. e. Penanganan jika terjadi serangan.
B. Materi Penyuluhan Terlampir.
C. Kegiatan Penyuluhan No
Kegiatan
Waktu
Petugas
Sasaran
Penyuluhan 1.
Pembukaan
2 menit
1. Mengucapkan salam.
Menjawab salam
2. Menjelaskan topik yang
Mendengarkan
dibahas. 3. Menjelaskan tujuan
Menyimak
penyuluhan.
2.
Penyampaian materi
10 menit
1. Memberikan penjelasan tentang penyakit Asma
Mendengar menyimak
yang meliputi: f. Pengertian
penyakit
asma. g. Penyebab asma. h. Tanda dan gejala asma. i. Pengobatan
penyakit
asma. j. Penanganan jika terjadi serangan. 2. Memberikan kepada
kesempatan Bertanya
pasien
untuk
bertanya 3. Menjawab pertanyaan
3.
Penutup
3 menit
Evaluasi : 1. Menyampaikan materi
Menyimak
penyuluhan bersama pasien. 2. Memberikan evaluasi secara lisan. 3. Memberi salam/penutup.
Memberi salam
dan
D. Metode yang Digunakan 1. Penyuluhan. 2. Tanya jawab.
E. Media Leaflet
F. Evaluasi 1) Evaluasi skunder (a)
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerjasama dengan keluarga.
2) Evaluasi Proses (a)
Keluarga antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
(b)
Keluarga terlihat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3) Evaluasi hasil (a)
Keluarga memahami materi yang disampaikan pemateri.
(b)
Ada umpan balik positif dari keluarga, dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh.
G. Daftar Pustaka Crockett Antony. 1997. Penanganan Asma Dalam Perawatan Primer. Hipokrates : Jakarta Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media Aesculapius : Jakarta.
LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN ASMA BRONCHIALE
1. Definisi: Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakhea dan bronki terhadap berbagai macam rangsangan yang manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajad penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya, tampaknya suatu perubahan status imunologis si penderita. (United States Nasional Tuberculosis Assosiation 1967).
2. Klasifikasi Secara etiologis asma bronkial dibagi dalam 3 tipe: a. Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik) Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan (exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah: serangan timbul setelah dewasa, pada keluarga tidak ada yang menderita asma, penyakit infeksi sering menimbulkan serangan, ada hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik, rangsangan psikis mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi asma, perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik merupakan keadaan peka bagi penderita. b. Asma bronkial tipe atopi (Ekstrinsik). Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap alergen lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkial. Pada tipe ini mempunyai sifat-sifat: timbul sejak kanak-kanak, pada famili ada yang menderita asma, adanya eksim pada waktu bayi, sering menderita rinitis. Di Inggris jelas penyebabya House Dust Mite, di USA tepungsari bunga rumput. c. Asma bronkial campuran (Mixed) Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik maupun ekstrinsik.
3. Beberapa faktor yang sering menjadi pencetus serangan asma ialah: a. Alergen, baik yang berupa inhalasi seperti debu rumah, tungau, serbuk sari, bulu binatang, bulu kapas, debu kopi/teh, maupun yang berupa makanan seperti udang, kepiting, zat pengawet, zat pewarna dsb. b. Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti Respiratory syncitial, parainfluensa, dsb. c. Ketegangan atau tekanan jiwa. d. Olahraga/kegiatan jasmani, terutama lari. e. Obat-obatan seperti penyekat beta, salisilat, kodein, dsb. f. Polusi udara atau bau yang merangsang seperti asap rokok, semprot nyamuk, parfum, asap industri, dsb.
4. Patofisiologi Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap pada permukaan sel mast atau basofil
Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil Kontraksi otot polos
Spasme otot polos, sekresi kelenjar bronkus meningkat
Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus kecil pada tahap inspirasi dan ekspirasi
Edema mukosa bronkus
Keluarnya sekrit ke dalam lumen bronkus SesakSesak napasnapas
Tekanan partial oksigen di alveoli menurun
Oksigen pada peredaran darah menurun
Hipoksemia
CO2 mengalami retensi pada alveoli
Kadar CO2 dalam darah meningkat yang memberi rangsangan pada pusat pernapasan
Hiperventilasi
5. Tanda dan Gejala Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajad hiperaktifitas bronkus.Obstruksi jalan nafas dapat revesible secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala asma antara lain : a. Bising mengi ( weezing ) yang terdengar atau tanpa stetoskop b. Batuk produktif, sering pada malam hari c. Sesak nafas d. Dada seperti tertekan atau terikat e. Pernafasan cuping hidung 6. Dampak Asma Pada klien dengan serangan asthma, maka terjadi penurunan nafsu makan, minum sehingga mempengarui status nutrisi klien. Dalam istirahat klien sangat terganggu sehingga dapat menyebabkan kelelahan. Adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan oksigen mempengarui toleransi dalam melakukan aktivitas, kelelahan cepat lelah dan ketidak mampuan memenuhi ADL. Klien dapat tumbuh dan berkembang menjadi
rendah
diri,
merasa
tidak
mampu,
berkepribadian
labil,mudah
tersinggung,gelisah dan cemas. Adanya keterbatasan aktifitas, klien lebih tergantung pada orang lain, terkadang klien tidak dapat berperan sesuai dengan peranya 1. Penatalaksanaan: 1. Waktu serangan. 1) Bronkodilator a. Golongan adrenergik: Adrenalin larutan 1 : 1000 subcutan. 0,3 cc ditunggu selama 15 menit, apabila belum reda diberi lagi 0,3 cc jika belum reda, dapat diulang sekali lagi 15 menit kemudian. Untuk anak-anak diberikan dosis lebih kecil 0,1 – 0,2 cc. b. Golongan methylxanthine: Aminophilin larutan dari ampul 10 cc berisi 240 mg. Diberikan secara intravena, pelan-pelan 5 – 10 menit, diberikan 5 – 10 cc. Aminophilin dapat diberikan apabila sesudah 2 jam dengan pemberian adrenalin tidak memberi hasil. c. Golongan antikolinergik: Sulfas atropin, Ipratroprium Bromide. Efek antikolinergik adalah menghambat enzym Guanylcyclase.
2) Antihistamin. Mengenai pemberian antihistamin masih ada perbedaan pendapat. Ada yang setuju tetapi juga ada yang tidak setuju. 3) Kortikosteroid. Efek kortikosteroid adalah memperkuat bekerjanya obat Beta Adrenergik. Kortikosteroid sendiri tidak mempunayi efek bronkodilator. 4) Antibiotika. Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali: sebagai profilaksis infeksi, ada infeksi sekunder. 5) Ekspektoransia. Memudahkan dikeluarkannya mukus dari saluran napas. Beberapa ekspektoran adalah: air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril guaiacolat (ekspektorans) 2. Diluar serangan Disodium chromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dinding membran dari cell mast atau basofil sehingga: mencegah terjadinya degranulasi dari cell mast, mencegah pelepasan histamin, mencegah pelepasan Slow Reacting Substance of anaphylaksis, mencegah pelepasan Eosinophyl Chemotatic Factor). Pengobatan Non Medikamentosa: 1. Waktu serangan: a. pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar gejala klinik maupun hasil analisa gas darah. b. pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang berlangsung lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. Dengan menangani dehidrasi, viskositas mukus juga berkurang dan dengan demikian memudahkan ekspektorasi. c. drainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran dahak agar supaya tidak timbul penyumbatan. d. menghindari paparan alergen.
2. Diluar serangan a. Pendidikan/penyuluhan. Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya, apa pengobatannya, apa efek samping macam-macam obat, dan bagaimana dapat menghindari timbulnya serangan. Menghindari paparan alergen. Imti dari prevensi adalah menghindari paparan terhadap alergen.
b. Imunoterapi/desensitisasi. Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi bronkial. Setelah diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi. c. Relaksasi/kontrol emosi. untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat dibantu dengan latihan napas.