Laporan Pendauluan Waham.docx

  • Uploaded by: LainunLutfi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendauluan Waham.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,926
  • Pages: 9
WAHAM 1. PENGERTIAN Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah nabi yang menciptakan biji mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak mungkin, contoh masyarakat di surge selalu menyertai saya kemanapun saya pergi”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya (Purba dkk, 2008). Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control (Direja, 2011).

2. ETIOLOGI a. Gangguan fingsi kognitif dan presepsi menyebabkan kemampuan menialai dan

menilik terganggu b. Gangguan emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespon

terganggu, tampak dari perilaku non verbal c. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia d. Gejala primer skizofrenia (bkuer) : 4a + 2a yaitu gangguan aosiasi, efek,

ambivalen, autistic, serta gangguan atensi dan aktivitas e. Gejala sekunder : halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat

3. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah Menurut Kusumawati, (2010) yaitu: a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)

Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi fikir, bentuk dan neologisme, sirkuntansial). b. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi c. Fungsi Emosi Efek tumpul kurang nya respon emosional, efek datar, efek tidak sesuai, reaksi berlebihan dan ambivalen d. Fungsi motorik Infulsif gerakan tiba-tiba dan spontan manerisme, stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia. e. Fungsi motoric Infulsif gerakan tiba-tiba dan spontan manerisme, stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia. f. Funsi sosial kesepian Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologist yang sering muncul adalah gangguan isi piker: waham dan PSP: halusinasi Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009): a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “saya ini pejabat departemen kesehatan lho!” atau, “saya punya tambang emas”. b. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurka hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”. c. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan d. Contoh, “kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setip hari”. e. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, “saya sakit kanker”. (Kenyataannya pada pemeriksaan

laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengataka bahwa ia sakit kanker.) f. Waham nihilistic:

Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada

didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kadaan nyata. Misalnya, “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”

4. KLASIFIKASI WAHAM Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011), yaitu: a. Waham kebesaran Yaitu keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain. Diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. b. Waham agama Yaitu keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan c. Waham curiga Yaitu keyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan d. Waham nislistik Yaitu keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

5. FAKTOR PREDISPOSISI Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir, yaitu: a. Faktor perkembangan Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif. b.

Faktor sosial budaya Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham.

c.

Faktor psikologis Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.

d. Faktor biologis Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.

6. FAKTOR PRESIPETASI Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir: waham, yaitu : a.

Faktor sosial budaya Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau diasingkan dari kelompok.

b. Faktor biokimia Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab waham pada seseorang. c.

Faktor psikologis Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.

7. PROSES TERADINYA WAHAM Menurut Yosep (2009), adapun proses terjadinya waham, yaitu: a.

Fase lack of human need Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakuakn kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).

b. Fase lack of self esteem idak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi kemampuannya.

sedangkan standar

Misalnya,

saat

lingkungan

lingkungan sudah sudah

banyak

melampaui yang

kaya,

menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah. c. Fase control internal external Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi mengahadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adequate karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain. d. Fase environment support Ada beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (Super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong e. Fase comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering diserati halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari interkasi sosial (isolasi sosial). f. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk menggung kayakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya kayakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta konsekuensi sosial.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan proses pikir yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan gangguan proses pikir: waham, yaitu: a. Psikofarmakologi Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu: 1)

Golongan generasi pertama (typical) Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).

2) Golongan kedua (atypical) Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril). b.

Psikotherapi Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK).

c. Terapi somatik Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan

melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu: 1)

Restrain Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).

2)

Seklusi Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009).

3) Foto therapy atau therapi cahaya Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009). 4) ECT (Electro Convulsif Therapie) ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009). 5) Rehabilitasi Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi)

9. MASALAH KEPERAWATAN Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan isi pikir: waham (Fitria, 2009), adalah: a. Gangguan proses pikir: waham b. Risiko perilaku kekerasan c. Isolasi sosial d. Harga diri rendah kronik 10. RENCANA KEPERAWATAN SP1 PASIEN a. Membantu Orientasi realita b. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi c. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya d. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian SP2 PASIEN a. Membantu Orientasi realita b. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

c. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya d. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian SP3 PASIEN a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur c. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

11. PELAKSANAAN Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien ( Keliat, 2002) 12. EVALUASI Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien (Keliat, dkk 1998) Evaluasi dibagi 2 a. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan b. Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri ) yaitu : a. Klien dapat berpikir sesuai dengan realitas

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84

More Documents from "muhammad abrar"