SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KADER SADAR JIWA
OLEH : 1. BAIQ RISTA ANANTA PRATIWI
(P07120317004)
2. TSULATUL FITRI
(P07120317033)
3. I GUSTI BAGUS JENEK
(P07120317012)
4. MAULANA ABDI NUGRAHA
(P071203170
)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM PRODI D III KEPERAWATAN 2018/2019
Pokok Bahasan
: Pelatihan dan Penyegaran Kader Kesehatan Jiwa
Sasaran
: Kader Posyandu RW XI Kelurahan Rejosari Semarang
Tempat
: Kantor Balai RW RW XI Kelurahan Rejosari Semarang
Hari/Tanggal
: Senin, 29 Oktober 2018
Waktu
: 60 menit
Pemateri
: Mahasiswa Poltekkes Mataram
A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses’ Association mendefenisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi bidang keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya (Stuart,2013). Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data Kemenkes 2010 menyebutkan, penderita gangguan jiwa meningkat dari tahun ketahun dengan laju peningkatan sekitar 11,4 % dari total penduduk Indonesia. Data Kemenkes jumlah total penderita gangguan jiwa berat di Indonesia mencapai sekitar 0,46% atau sekitar satu juta jiwa lebih, sedangkan menurut Riskesdas (2013), pravelensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia sebanyak 1,7 juta jiwa dan untuk prevalensi gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai 3,3% dari seluruh populasi yang ada.
Menurut Depkes RI (2010) bidang Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Kader Kesehatan adalah warga dari masyarakat lingkungan setempat yang dipilih masyarakat dan juga ditinjau oleh masyarakat serta dapat bekerja dengan sukarela. Seorang kader kesehatan adalah warga tenaga sukarela dalam bidang kesehatan yang langsung dipilih oleh dan dari para masyarakat yang tugasnya membantu dalam pengembangan kesehatan masyarakat. Kader kesehatan disebut juga sebagai promoter kesehatan desa atau disingkat Prokes. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesiapan peran kader, kader kesehatan dalam bidang kesehatan jiwa maka perlu diketahui lebih dulu pemahaman mereka terhadap kesehatan jiwa. Jadi, apabila seorang kader tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana perannya di masyarakat akan berdampak pada masyarakat atau daerah yang dikelolanya. Perawat CMHN (Community Mental Health Nursing) sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di masyarakat dan bersama masyarakat, harus mempunyai kemampuan dalam meningkatkan peran serta masyarakat, terutama tokoh masyarakat, dengan cara melatih tokoh masyarakat untuk menjadi kader kesehatan jiwa. Hal ini di perlukan agar masyarakat dekat dengan pelayanan kesehatan jiwa sehinggan individu yang sehat jiwa tetap sehat, individu yang beresiko dapat dicegah agar tidak mengalami gangguan jiwa, dan individu yang mengalami gangguan jiwa dapat sembuh atau mandiri (minimal 50%) dan dapat dilanjutkan perawatannya oleh kader kesehatan jiwa (Keliat, dkk. 2013). Data diatas menggambarkan bahwa masih banyaknya masalah gangguan jiwa yang terdapat dimasyarakat, untuk menangani masalah tersebut di perlukan peran tenaga kesehatan khususnya perawat kesehatan jiwa, dengan cara melibatkan peran serta masyarakat untuk menangani masalah tersebut dengan membentuk kader kesehatan jiwa yang bertugas untuk mendata masalah kesehatan jiwa dimasyarakat mulai dari deteksi dini masyarakat yang sehat jiwa, yang beresiko mengalami masalah gangguan jiwa, sampai yang mengalami gangguan jiwa berat,sehingga seluruh masalah kesehatan jiwa di masyarakat dapat diatasi (Keliat, 2013). Dengan adanya kader kesehatan jiwa, tugas perawat jiwa dalam mendeteksi masalah kesehatan jiwa di masyarakat akan sangat terbantu.
B. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan umum Setelah selesai pembelajaran ini peserta mampu memahami tentang kesehatan jiwa dan menindaklanjuti warga yang dicurigai gangguan jiwa 2. Tujuan khusus a. Peserta mampu memahami tentang kesehatan jiwa b. Peserta mampu memahami tentang strategi pelayanan community mental health nursing c. Peserta mampu memahami tentang deteksi keluarga di masyarakat siaga sehat jiwa d. Peserta mampu memahami tentang karakteristik keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial, gangguan jiwa dan sehat jiwa e. Peserta mampu memahami tentang sistem rujukan kesehatan jiwa f. Membentuk kader sehat jiwa di RW XI
C. Pokok Bahasan Pokok bahasan yang dibahas dalam pelatihan ini adalah: Pelatihan dan Penyegaran Kader Kesehatan Jiwa
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Langkah 1: Penyiapan Proses Pembelajaran 1. Kegiatan Penyaji a. Penyaji memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana. b. Penyaji menyapa peserta dengan ramah dan hangat. c. Menggali pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang dimaksud dengan kesehatan jiwa. d. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan penyaji. c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
Langkah 2: Penyampaian Materi Pembelajaran 1. Kegiatan Penyaji a. Menyampaikan pokok bahasan secara garis besar dalam waktu yang singkat. b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas. c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta. 2. Kegiatan Peserta a. Mendengar, mencatat, dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting. b. Mengajukan pertanyaan kepada penyaji sesuai dengan kesempatan yang diberikan. c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan penyaji.
Langkah 3: Evaluasi Hasil Pembelajaran 1. Kegiatan Penyaji a. Menggali pengetahuan peserta setelah dilakukan pelatihan b. Menyimpulkan materi bersama peserta. c. Menutup kegiatan pelatihan dengan salam. 2. Kegiatan Peserta a. Menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji b. Menyimpulkan materi bersama penyaji.
E. Sasaran Sasaran pelatihan adalah kader Posyandu RW XI Kelurahan Rejosari Semarang
F. Metode Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab.
G. Media Media yang digunakan adalah power point, LCD, dan print out materi.
H. Pengorganisasian Ketua Pelaksana : Rafika Triana Putri Moderator
: Liliatul Maulidina
Pemateri
: Nia Puspita Utami
Fasilitator
: Nur Elisa Apriliani, Ratna Arista Atikasari, Kharisma,
Agustina, Liota Marsha, Arifin Jauhari, Sevti Yuni Nur’aini Operator
: Puspita Melati
Observer
: Putu Santika Dewi, Arif Setyoko
Konsumsi
: Rista Hernidawati, Nur Azizah Faelasufah,
I. Kegiatan Penyuluhan Tahap
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Pembu
10
-
kaan
menit
Membuka dengan
Kegiatan Peserta
kegiatan mengucapkan
Metode
Menjawab
Ceramah
salam
,
salam
Media
tanya
jawab
-
Memperkenalkan diri
-
Menjelaskan
maksud
dan tujuan dari
-
Mendengarkan
pelatihan
-
Memperhatikan
-
Menjawab
-
Kontrak waktu
-
Menggali
pengetahuan
peserta sebelum diberi kegiatan pelatihan
pertanyaan pre test Penyaj
45
Menjelaskan tentang :
ian
menit
-
Mendengarkan
Ceramah
Pengertian sehat jiwa
dan
, diskusi, penylua
-
Strategi pelayanan
memperhatikan
Tanya
n,
-
Community
Memberikan
jawab
Power
health nursing
-
mental -
Materi
tanggapan dan
point,
pertanyaan
LCD
mengenai
hal
-
Deteksi
keluarga
di
masyarakat siaga sehat
yang
kurang
dimengerti
jiwa -
Karakteristik
keluarga
yang berisiko mengalami masalah
psikososial,
gangguan jiwa dan sehat jiwa -
Sistem
rujukan
kesehatan jiwa Penutu
5 menit
-
p
Menggali
pengetahuan Menjawab
peserta setelah dilakukan pertanyaan, pelatihan -
Meyimpulkan
Ceramah ,
tanya
mendengarkan, dan jawab hasil
memperhatikan
kegiatan pelatihan -
Menutup dengan salam
J. Kriteria Evaluasi 1. Struktur a. Peserta hadir minimal 10 menit sebelum acara dimulai b. Perserta hadir ditempat yang telah ditentukan c. Panitia menyusun pengorganisasian acara d. Panitia menyiapkan media yang akan digunakan untuk pelatihan dan penyegaran kader kesehatan jiwa 2. Proses a. Proses berjalan dengan baik dan lancer b. Seluruh peserta mengikuti seluruh proses acara dari awal sampai akhir. c. Seluruh peserta antusias terhadap jalannya acara. d. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat sebelum acara selesai. 3. Hasil a. Peserta mampu mengetahui tentang kesehatan jiwa
b. Peserta mampu mengetahui tentang strategi pelayanan community mental health nursing c. Peserta mampu mengetahui tentang deteksi keluarga di masyarakat siaga sehat jiwa d. Peserta mampu mengetahui tentang karakteristik keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial, gangguan jiwa dan sehat jiwa e. Peserta mampu mengetahui tentang sistem rujukan f. Terbentuk 1 posyandu jiwa di RW XI Kelurahan Rejosari Semarang
MATERI A. Definisi 1. Sehat Jiwa Kesehatan jiwa menurut WHO (2014) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia mampu menghadapi tantang hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. 2. Masyarakat Siaga Sehat Jiwa Masyarakat yang memiliki kesiapan di bidang kesehatan , di mana Masyarakat yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Masyarakat Siagamerupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Masyarakat Siagamerupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong menuju masyarakat sehat. Masyarakat siaga sehat jiwa adalah bagian terintegrasi dari masyarakat siaga, yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri (Keliat dkk, 2007 ). Masyarakat Siaga Sehat Jiwa yang merupakan suatu pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas yang mempunyai visi ”memelihara kesehatan jiwa masyarakat dan mengoptimalkan kemampuan hidup pasien gangguan jiwa yang ada di masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan memberdayakan keluarga dan masyarakat”.
B. Strategi Pelayanan Community Mental Health Nursing Untuk mencapai visi dan misi masyarakat siaga sehat jiwa maka strategi yang disiapkan adalah penyusunan dan pelaksanaan beberapa program/kegiatan kesehatan jiwa (CMHN) di masyarakat siaga sehat jiwa. Fokus utama program CMHN di Masyarakat Siaga adalah
1. Kegiatan perawat CMHN a. Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok masyarakat yang sehat : 1) Keluarga dengan bayi 2) Keluarga dengan kanak-kanak 3) Keluarga dengan usia pra sekolah 4) Keluarga dengan usia sekolah 5) Keluarga dengan remaja 6) Keluarga dengan dewasa muda 7) Keluarga dengan dewasa 8) Keluarga dengan lanjut usia b. Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang risiko masalah psikososial : 1) Kehilangan bentuk, struktur, fungsí tubuh 2) Kehilangan/perpisahan dengan orang dicintai, pekerjaan, tempat tinggal, sekolah, harta benda c. Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang mengalami gangguan jiwa : 1) Pasien dengan Perilaku kekerasan 2) Pasien dengan Isolasi sosial 3) Pasien dengan Harga diri rendah 4) Pasien dengan Halusinasi 5) Pasien dengan Kurang Perawatan Diri 6) Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) bagi pasien gangguan jiwa mandiri 7) Kegiatan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri 8) Asuhan keperawatan untuk keluarga pasien gangguan jiwa
2. Kegiatan Kader Kesehatan Jiwa : a. Mendeteksi keluarga di Masyarakat Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa b. Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai dengan usia
c. Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah psikososial d. Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat e. Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok dan Rehabilitasi f. Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah mandiri g. Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN h. Mendokumentasikan semua kegiatan
C. Deteksi Keluarga Di Masyarakat Siaga Sehat Jiwa Salah satu peran dan fungsi kader kesehatan jiwa adalah mendeteksi seluruh keluarga yang ada di Masyarakat Siaga Sehat jiwa. Deteksi adalah kemampuan kader kesehatan jiwa untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa keluarga yang tinggal di Masyarakat Siaga Sehat jiwa. Hasil deteksi adalah sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa. Melalui deteksi diperoleh gambaran tentang kesehatan jiwa satu wilayah yang ditunjukkan melalui : 1. Jumlah keluarga yang sehat jiwa 2. Jumlah keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial 3. Jumlah keluarga yang mempunyai pasien gangguan jiwa
D. Karakteristik keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial, gangguan jiwa dan sehat jiwa 1. Risiko terjadinya masalah psikososial Faktor risiko : a. Kehilangan anggota keluarga, atau orang yang dicinta b. Kehilangan pekerjaan, c. Kehilangan harta benda, d. Kehilangan anggota tubuh e. Penyakit fisik kronis : Hipertensi , TBC, DM, Jantung, Ginjal f. Rhematik
g. Hamil dan postpartum
2. Gangguan jiwa Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya fungsi jiwa (ingatan, pikiran, penilaian/persepsi, komunikasi, aktivitas, motivasi, belajar) sehingga menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan fungsi sosial (interaksi/bergaul). Penyebab gangguan jiwa adalah ketidakmampuan seseorang beradaptasi dengan masalah. Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Perilaku yang menunjukkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah sangat beragam (Keliat dkk, 2011).
Perilaku yang menunjukkan tanda gangguan jiwa a. Sedih berkepanjangan dalam waktu lama b. Kemampuan melakukan kegiatan sehari – hari (kebersihan, makan, minum, aktivitas) berkurang c. Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas) d. Marah – marah tanpa sebab e. Bicara atau tertawa sendiri f. Mengamuk g. Menyendiri h. Tidak mau bergaul i. Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri Mengatakan atau mencoba bunuh diri
E. Sistem Rujukan 1. Pengertian Rujukan adalah mengirimkan pasien kepada perawat CMHN yang bertanggungjawab. Rujukan dilakukan jika saat supervisi/kunjungan rumah/deteksi keluarga kader menemukan :
a. Pasien mengalami kemunduran perilaku; berdasarkan penilaian terhadap perilaku pasien saat kunjungan rumah (lihat buku pegangan kader : supervise pasien) b. Pasien baru yang ditemukan 2. Tujuan Melalui rujukan, pasien gangguan jiwa mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi 3. Persiapan Kegiatan a. Kader
menyiapkan
laporan
kunjungan
rumah/supervisi
yang
menunjukkan kemunduran perilaku pasien atau adanya masalah kesehatan baru b. Kader mengisi format rujukan kasus 4. Pelaksanaan a. Kader menyampaikan laporan hasil kunjungan rumah pada perawat CMHN b. Kader memberikan surat rujukan pada perawat CMHN
5. Pelaporan
SURAT RUJUKAN KADER KESEHATAN JIWA Kepada Yth Perawat CMHN PKM .............. Di Tempat
Dengan ini kami beritahukan/rujuk : Nama Pasien : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Alamat
:
Status
: Pasien Lama / Pasien Baru
Untuk dilakukan penanganan lebih lanjut oleh perawat CMHN. Demikian rujukan ini dibuat untuk dapt digunakan dengan semestinya.
Semarang, ........................ Kader DSSJ
(.......................................)